• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Gambar terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

N/A
N/A
Anisa Nurandiani

Academic year: 2025

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Gambar terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas IV Sekolah Dasar"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR PADA SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ANISA NURANDIANI NIM 21060095

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI CIMAHI

2025

LEMBAR PENGESAHAN

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar”

ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi Sebagian syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Siliwangi. Penulos menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk karya yang lebih baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi serta orang – orang yang banyak memberikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini kepada:

1. Ibu Dr. Ryan Dwi Puspita, M.Pd selaku Pembimbing 1 dan Bapak Agus Agus Priyanto, S.Pd, M.Sn selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama skripsi ini.

2. Bapak Ruli Setiyadi, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Asep Samsudin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

4. Prof. Dr. Euis Rohaeti, M.Pd selaku rector IKIP Siliwangi yang telah memfasilitasi dan mengarahkan mahasiswa untuk melaksanakan penelitian.

(6)

5. Seluruh jajaran dosendan staff Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta staff Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Sintia Agustina Dewi, S.Pd Selaku Kepala Sekolah SDIT Cahaya Qur’ani yang telah memberikan izin penelitian dan membantu dalam kelancaran penelitian ini. Dan Guru Kelas IV Ibu Nurani, S.Pd yang telah membantu dan memberikan arahan dalam melaksanakan penelitian ini, serta guru dan staff SDIT Cahaya Qur’ani yang telah membantu dalam administrasi untuk melaksanakan penelitian ini.

(7)

LEMBAR PERSEMBAHAN

(8)
(9)

DAFTAR ISI

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

(12)
(13)

DAFTAR DIAGRAM

(14)
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara Indonesia dapat dikatakan merupakan negara yang memiliki pembangunan yang sangat pesat, namun masih menghadapi permasalahan pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Yang mana pendidikan merupakan unsur terpenting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satunya yaitu proses pembelajaran (Maulidah, 2020)

Menurut Wawan dan Kosasih (2017) dalam kedudukannya bahasa indonesia sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai : (1) Bahasa resmi kenegaraan,

(2) Bahasa pengantar didalam dunia pendidikan,

( 3) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.

(Priatna & Nurhalimah, 2019)

Keberhasilan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia didukung oleh kemahiran guru dalam melaksanakan aktivitas pengajaran serta kesadaran siswa dalam mengikuti pembelajaran (Maulidah, 2020). Pembelajaran sastra berupa pembelajaran apresiasi sastra dan ekspresi sastra, yang mana ekspresi sastra ini terbagi menjadi dua bagian

(17)

1

yaitu ekspresi lisan dan ekspresi tulisan. Tujuan pembelajaran ekspresi tulisan ialah untuk memudahkan para peserta didik dalam mengekspresikan sastranya yg kedalam bentuk tulisan dan bertujuan agar siswa memiliki kegemaran menulis karya sastra. Menurut Kanza et al, (2018) Menulis merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Menulis juga merupakan bagian dari salah satu jenis kemampuan berbahasa (Try et al., 2022). Keterampilan menulis siswa dapat dikembangkan selama waktu mereka disekolah dasar melalui paparan berbagai bentuk teks. Salah satunya adalah keterampilan teks prosedur. Yang mana teks prosedur merupakan langkah-langkah atau tata cara untuk melakukan sesuatu, yang mana tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk yang jelas dan mudah diikuti sehingga para pembaca dapat melaksanakan tugas atau kegiatan tersebut dengan benar.

Tujuan dari teks prosedur adalah untuk menunjukkan cara melaksanakan suatu tindakan dengan urutan tertentu. (Dwi et al., 2024).

Dengan hal ini siswa akan dilatih menumbuhkan kreatifitas yang dimiliki dan menumbuhkan jiwa yang kritis. Selain itu dengan penulisan teks prosedur, peserta didik akan dilatih untuk bertindak efektif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Karena dengan materi teks prosedur ini, peserta didik akan dihadapi dan berperan secara langsung dalam proses pembelajaran, lalu guru akan bertugas sebagai motivator, perancang, dan pengamat selama proses pembelajaran. Dengan adanya keterampilan menulis teks prosedur peserta didik akan didorong untuk memberikan sebuah respon individu terkait sebuah masalah.

(18)

Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis, khususnya menulis teks prosedur disebabkan oleh beberapa hal, baik yang berasal dari diri siswa maupun luar diri siswa. Pada siswa kelas 4 Sekolah dasar ini masih dalam tahap perkembangan kemampuan bahasa. Oleh karena itu, teks prosedur yang menggunakan bahasa terlalu formal atau istilah yang sulit dipahami bisa membingungkan mereka. Juga siswa terkadang kesulitan dalam menyusun langkah – langkah dalam urutan yang benar, hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi peserta didik karena hal ini dapat menyebabkan siswa kesulitan untuk mengurutkan prosedur secara logis atau terbalik, akibatnya hal ini bisa menyebabkan siswa kebingungan dalam memahami proses yang harus dilakukan. Teks prosedur biasanya berfungsi untuk menjelaskan cara melakukan suatu hal, oleh karena itu hal ini menyebabkan siswa belum sepenuhnya memahami pentingnya memberi instruksi yang detail dan mudah diikuti.

Berdasarkan fakta dilapangan yang telah dilaksanakan penelitian di SD IT Cahaya Qur’ani, yang mana anak - anak masih kesulitan dalam menguasai bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal seperti kurangnya minat dan motivasi siswa, dan faktor eksternal, yang mana guru menerapkan metode yang kurang inovatif dan variatif serta kurangnya media pembelajaran. Dalam hal ini siswa belum mendapatkan pengalaman belajar yang konkret karena belum ada penerapan model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan pembelajaran teks prosedur yang kompleks sehingga kurang membangkitkan minat siswa untuk belajar dan kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk mempelajari teks prosedur. Selain itu juga, siswa masih kesulitan dalam menyusun ide /gagasannya menjadi sebuah tulisan teks prosedur karna pembelajaran yang

(19)

diberikan masih bersifat abstrak. Selain itu, mereka belum terbiasa menulis teks yang terstruktur dengan jelas terutama dalam format yang lebih teknis seperti teks prosedur yang membutuhkan langkah – langkah.

Berdasarkan faktor permasalahan diatas, maka diperlukan media dan model pembelajaran yang inovatif, variatif dan efektif agar dapat membuat siswa lebih semangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Yang mana dalam penelitian ini peneliti mengambil model pembelajaran Discovery Learning dengan bebantuan media gambar dalam peningkatan menulis teks prosedur. Model pembelajaran Discovery Learning menjadikan siswa secara mandiri menemukan pemahaman yang dicapai melalui bimbingan guru.

Pengertian model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang mengatur pengajaran sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui melalui penemuan sendiri. (Novita &

Sukatiningsih, 2014)

Model Discovery Learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran aktif yang dimana siswa menemukan pengetahuan atau konsep baru melalui pengalaman langsung dan proses pemecahan masalah. Dalam model ini siswa tidak hanya diberikan informasi secara langsung, tetapi mereka diajak untuk aktif mencari, mengamati, dan menyelidiki sendiri melalui eksperimen, percakapan atau kegiatan lainnya. Yang mana dalam pembelajaran Discovery Learning menerapkan beberapa prinsip yang mana siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan pengetahuan sendiri bukan hanya menerima informasi dari guru. Siswa juga diberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman langsung seperti percakapan, eksperimen, atau studi kasus yang mendorong mereka untuk berpikir dan menarik kesimpulan.

(20)

Media seri bergambar mempunyai beberapa keunggulan yang mana diantaranya dapat membuat siswa aktif ketika KBM berlangsung, dapat mempermudah penyerapan materi oleh peserta didik serta dapat mempermudah peserta didik dalam menangkap maksud dan isis dari sebuah gambar (Nasocha &

Winanto, 2024) . Media gambar seri merupakan salah satu media pembelajaran yang menggunakan rangkaian gambar atau ilustrasi yang disusun secata berurutan untuk menggambarkan sebuah proses, peristiwa, atau cerita. Gambar seri ini memiliki tujuan untuk membantu siswa memahami urutan suatu kejadian atau proses dengan lebih jelas dan terstruktur.

Penggunaan media gambar seri dalam model Discovery Learning pada pembelajaran menulis teks prosedur memiliki manfaat yang signifikan, diantaranya gambar seri membantu siswa untuk memahami langkah – langkah dalam proses yang dijelaskan dalam teks prosedur, membantu meningkatkan kreativitas siswa yang mana siswa diajak untuk menemukan dan mengembangkan ide – ide mereka sendiri, gambar seri sendiri memberikan ruang bagi mereka untuk berfikir kreatif tentang bagaimana setiap langkah dalam prosedur itu disusun dan dapat disajikan dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan data diatas, peneliti memfokuskan penelitiannya pada:

“ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR“

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah terdapat peningkatan kemampuan menulis Teks Prosedur menggunakan model Discovery Learning dengan bebantuan media gambar seri pada pembelajaran siswa kelas 4 ?

b. Bagaimana efektifitas pembelajaran menulis Teks Prosedur menggunakan model Discovery Learning dengan bebantuan media gambar seri pada siswa kelas 4 ?

c. Bagaimana Respon guru dan siswa pada pembelajaran menulis Teks Prosedur menggunakan model Discovery Learning dengan bebantuan media gambar seri?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati:

a. Peningkatan kemampuan menulis Teks Prosedur menggunakan model Discovery Learning dengan bebantuan media gambar seri pada pembelajaran kelas 4 Sekolah Dasar.

b. Efektivitas pembelajaran menulis Teks Prosedur menggunakan model Discovery Learning dengan bebantuan media gambar seri pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar . (uji T )

c. Respon guru dan siswa dalam pembelajaran menulis Teks Prosedur menggunakan model Discovery Learning dengan bebantuan media gambar seri.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi:

1. Guru :

a. Bahan referensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Menambah pengetahuan guru tentang minat menulis teks prosedur.

c. Informasi bagi guru agar mampu menentukan pendekatan yang cocok dalam pembelajaran.

2. Siswa:

a. Meningkatkan minat dan bakat siswa dalam penulisan cerira.

b. Mampu menganalisis pembelajaran dengan model

(23)

pembelajaran inovatif.

3. Sekolah:

a. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja guru.

b. Sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan

7

(24)

E. Definisi Oprasional

1. Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Gambar Berseri Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan penemuan dan menitik beratkan pada siswa. Kemudian, media gambar seri menjadi penunjang atau membantu untuk penerapan model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media gambar seri ini menunjang pembelajaran menulis teks prosedur yang mana adanya keterkaitan antara model pembelajaran dan media yang dipilih seperti membantu meningkatkan pemahaman konsep karena melalui gambar seri siswa didorong untuk memahami langkah – langkah dalam proses yang dijelaskan dalam teks prosedur. Dalam model Discovery Learning, siswa diajak untuk menemukan dan mengembangkan ide – ide mereka sendiri. Gambar seri memberikan ruang bagi mereka untuk berfikir kreatif tentang bagaimana setiap langkah dalam prosedur itu disusun dan dapat disajikan dalam bentuk visual. Model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media gambar seri ini membantu meningkatkan keterlibatan siswa dan mempermudah pemahaman instruksi yang mana instruksi yang lebih kompleks dapat disederhanakan menjadi instruksi yang mudah dipahami.

2. Menulis Teks Prosedur

Menulis teks prosedur adalah kegiatan yang menyusun atau menulis langkah – langkah untuk melakukan sesuatu aktivitas atau proses tertentu.

Teks prosedur biasanya disusun secara sistematis dan terstruktur dengan tujuar agar pembaca dapat mengikuti langkah – langkah tersebut dengan mudah dan benar. Teks prosedur juga adalah kegiatan atau langkah – langkah tahapan yang harus diikuti untuk mencapai tujuan tertentu. Tes

(25)

prosedur biasanya digunakan untuk memberikan petunjuk atau panduan dalam melakukan sesuatu seperti memasak, merakit barang, atau menjalankan suatu proses.

(26)

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Konsep Model

a) Pengertian Model

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya terdapat tujuan–tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuj membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. (Fauza, 2017)

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan – bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Menurut Zubaedi, model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk bagi guru dikelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas dan tutorial.

b) Karakteristik Model Pembelajaran

Arens dalam Trianto dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa, tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik

(27)

diantara yang lainnya, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Dalam mengajarkan suatu pokok materi bahasan tertentu harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih satu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan.

c) Jenis Jenis Model Pembelajaran

Berkenaan dengan model model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes diterapkan pada berbagai tingkatan usia, jenjang Pendidikan, dan bidang studi. Guru dapat menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Model model pembelajaran yang dimaksud antara lain :

1. Discovery Learning yang mana belajar penelusuran, penelitian, penemuan dan pembuktian.

2. Pembelajaran Bebasis Proyek

3. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri ( Self Directed Learning\SDL) 4. Pembelajaran kontekstual ( Melakukan )

5. Bermain peran dan Simualasi 6. Pembelajaran koperatif 7. Pembelajaran Kolaboratif.

8. Diskusi Kelompok Kecil 9. Pembelajaran Berbasis Proyek

(28)

2. Konsep Discovery Learning

a. Pengertian Discovery Learning

Model Discovery Learning atau pembelajaran penemuan merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Jerome Bruner dan bertujuan untuk membantu siswa menemukan konsep, prinsip, dan hubungan melalui eksplorasi dan pengalaman langsung.

Discovery Learning model pembelajaran yang melakukan pendekatan dalam proses belajar, yang dimana siswa berperan aktif mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya melalu eksplorasi dan pengalaman langsung, bukan hanya menerima informasi secara pasif dari guru. Model pembelajaran ini berpusat pada siswa, yang mana siswa menjadi aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta mendorong rasa ingin tahu dengan melibatkan observasi, eksperimen,dan analisis data. Model pembelajaran Discovery Learning diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung, akan tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri. Dalam penggunaan Discovery Learning siswa diharapkan untuk belajar secara aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan berpikir kritis. Sehingga siswa mampu menemukan ide, kreativitas, serta gagasannya. Dengan begitu siswa dapat menuangkan ide, kreatifitas dan gagasannya dalam sebuah tulisan (Kusuma & Mustari, 2023) Menurut Rutonga (2017) model pembelajaran discovery learning adalah salah satu kegiatan yang lebih aktif, karena didalamnya terdapat sejumah proses mental yang dilakukan peserta didik. Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang dimana siswa

(29)

mencari sendiri materi atau konsep yang akan dipelajari dan guru tidak memberikan informasi yang utuh terhadap siswa mengenai konsep yang akan dipelajari. (Sunarto & Amalia, 2022)

Menurut Shobirin (2016:70) mengatakan bahwa metode pembelajaran Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang tidak diketahui melalui pemberitahuan melainkan melalui penemuan sendiri.

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa model Discovery Learning adalah model pembelajaran yang merangsang serta menekankan siswa untuk belajar aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri hasil temuannya. Selain itu, model Discovery Learning dapat membantu siswa untuk mengembangkan ide, gagasan, maupun hasil temuannya ketika proses pembelajaran.

b. Karakteristik Discovery Learning

Model Discovery Learning atau pembelajaran penemuan merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses belajar. Model ini pertama kali dikenalkan oleh James Bruner dan bertujuan untuk membantu siswa menemukan konsep, prinsip, dan hubungan melalui eksplorasi dan pengalaman langsung. Dalam konteks pendidikan modern, Discovery Learning dianggap mampu mengembangkan kemandirian, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Menurut Adapun karakteristik pada model pembelajaran Discovery Learning antara lain:

1. Berpusat pada siswa ( Student Centered Learning ) dalam model ini peran guru menjadi bergeser, yang semula menjadi penyampai informasi menjadi fasilitator yang membimbing siswa dalam proses

(30)

pencarian dan penemuan pengetahuan. Dalam proses pembelajaran pada model ini, siswa diberi kebebasan untuk mengamati, mengeksplorasi, dan menarik kesimpulan sendiri.

2. Aktivitas belajar yang bersifat eksploratif maksudnya ialah pembelajaran ini dilakukan melalui pengamatan, eksperimen, atau diskusi. Siswa diajak untuk mencari tahu sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna dan tidak hanya bersifat menghafal.

3. Penekanan pada proses, bukan sekadar hasil yang mana menekankan pentingnya proses berpikir yang dilalui siswa untuk mencapai suatu pemahaman.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analisis yang mana siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, dan menguji ide mereka. Yang mana proses ini membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

5. Pembelajaran kontekstual berbasis pengalaman Pembelajaran dirancang sedekat mungkin dengan kehidupan nyata atau pengalaman langsung sehingga siswa dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia disekitarnya.

6. Kolaborasi dan Diskusi Meskipun Discovery Learning dapat bersifat individual, namun kolaborasi dalam kelompok kecil yang sering digunakan untuk mendorong pertukaran ide, refleksi dan diskusi yang mendalam.

7. Meningkatkan motivasi dan Rasa Ingin Tahu karena siswa merasa memiliki kontrol atas proses belajar, sehingga mereka menjadi lebih

(31)

termotivasi dan tertarik untuk menggali materi secara mendalam.

Sedangkan menurut (Prasetyo & Abduh, 2021)karakteristik model pembelajaran Discovery Learning adalah:

1. Mendalami dan menyelesaikan masalah untuk membentuk, menggabungkan, dan mengumumkan pengetahuan.

2. Berfokus pada siswa

3. Dan aktivitas menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

c. Langkah- Langkah Discovery Learning

a. Stimulation (Pemberian Rangsangan) guru memberikan rangsangan awal untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Bisa berupa pertanyaan pemantik, permasalahan nyata, tayangan vidio,gambar, atau demonstrasi.

b. Problem Statement ( Identifikasi Masalah ) siswa diajak mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan. Guru memandu agar permasalahan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Data Collection (Pengumpulan data / Informasi ) siswa mencari informasi yang relevan untuk menjawab permasalahan. Bisa dilakukan melalui observasi, eksperimen, membaca buku, atau diskusi kelompok.

d. Data Processing ( Pengolahan Data ) setelah melakukan pengumpulan data siswa mulai menganalisis dan mengolah data dengan cara membandingkan, mengelompokkan, atau menyimpulkan data yang ditemukan.

e. Verification ( Pembuktian ) siswa menguji hasil temuannya dengan data yang ada atau konsep yang sudah diketahui. Proses ini bisa dilakukan melalui diskusi dengan teman sekelas dengan adanya bimbingan dari guru.

f. Generalization ( Penarikan Kesimpulann ) siswa menarik kesimpulan dari hasil penemuan mereka dan menggeneralisasikan konsep tersebut untuk

(32)

diterapkan pada situasi lain.

Langkah – langkah Discovery Learning bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman yang mendalam dan kemampuan berpikir mandiri. Guru tetap berperan penting sebagai pembimbing agae proses penemuan berjelan efektif dan sesuai arah pembelajaran . (Sunarto & Amalia, 2022)

d. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Menurut(Westwood, 2008) metode discovery learning memiliki beberapa kelebihan yang menyebabkan metode ini dianggap sebagai model pembelajaran yang unggu. Dimana diantaranya:

a. Peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran yang interaktif.

b. Aktivitas belajar dalam pembelajaran Discovery Learning biasanya lebih bermakna dibandingkan dengan mempelajari buku teks atau latihan dikelas saja.

c. Menjadikan peserta didik memiliki investigastif dan reflektif yang mana hal ini dapat digeneralisasikan dan diterapkan dalam konteks lain.

d. Peserta didik mempelajari keterampilan dan strategi yang baru.

e. Metode pembelajaran discovery learning ini dibangun dari pengetahuan dan pengalaman awal peserta didik.

f. Dapat mendorong kemandirian peserta didik.

g. Metode ini mampu membuat peserta didik menjadi lebih mandiri dalam belajar.

h. Mampu membantu peserta didik untuk mengingat konsep, data atau informasi yang mereka temukan.

i. Metode ini mampu membantu meningkatkan kerjasama tim. (khasinah, 2021)

(33)

Sedangkan menurut (Thorsett, 2021) , adapun keunggulan dari model pembelajaran ini adalah :

a. Peserta didik terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran.

b.Menumbuhkan rasa ingin tahu pada peserta didik.

c. Mengembangkan keterampilan belajar d.Mempersonalisasi pengalaman belajar.

e. Memotivasi peserta didik untuk belajar lebih giat dikarnakan mereka memiliki kesempatan bereksperimen.

f. Mengembangkan pengetahuan atas dasar pengalaman awal siswa.

Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran discovery learning diantaranya :

a. Meningkatkan pemahaman yang mendalam berdasarkan pengalaman yang mereka temukan sendiri.

b. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analisis.

c. Meningkatkan motivasi belajar.

d. Melatih kemandiirian belajar.

e. Mendorong kolaborasi dan komunikasi.

Meskipun model pembelajaran discovery learning mempunyai berbagai keunggulan, tetap saja terdapat beberapa kelemahan dalam penerapan metode ini. (Westwood, 2008) mengemukakan beberapa kekurangan yang ada dalam model pembelajaran ini, diantaranya:

a. Menghabiskan banyak waktu, sehingga waktu pembelajaran yang dilaksanakan menjadi kurang efektif.

b. Membutuhkan lingkungan yang kaya akan sumber daya.

c. Kemampuan memahami dan mengenal konsep tidak hanya diukur dari keaktifan siswa dikelas.

(34)

d. Peserta didik kesulitan untuk membentuk opunu, membuat prediksi dan menarik kesimpulan.

e. Tidak semua guru mahir dalam mengelola pembelajaran Discovery Learning mampu memantau kegiatan belajar secara efektif.

Sementara itu, (Kemendikbud, 2013) menjelaskan beberapa kelemahan dari model pembelajaran discovery learning diantaranya:

a. Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahan, akan tetapi mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secaa keseluruhan kurang mendapat perhatian.

b. Kurangnya fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh peserta didik.

c. Tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk berfikir karena konsep pembelajaran telah dipilih dulu oleh guru.

d. Kurangnya waktu untuk menerapkan model pembelajaran karena minimnya durasi pembelajaran.

e. Guru dan peserta didik harus terbiasa dan konsisten dengan adanya model pembelajaran ini.

Selanjutnya, (Thorsett, 2021) juga menjelaskan beberapa kekurangan model pembelajaran ini, diantaranya:,

a. Bila guru kurang mempersiapkan kerangka konsep pembelajaran yang jelas, maka perserta didik akan kesulitan menyelesaikan proses belajar.

b. Kurang efisien karena kurangnya waktu dalam proses pembelajaran.

c. Apabila guru tidak mengelola model pembelajaran dengan baik, maka peserta didik akan kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dari ketiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kelemahan model pembelajaran Discovery Learning diantaranya,

(35)

a. Memakan waktu yang lebih lama.

b. Konsep yang kompleks atau abstrak yang sulit dipahami tanpa bimbingan awal.

c. Tidak semua siswa dapat menyesuaikan gaya model pembelajaran ini.

d. Perlu sumber daya dan lingkungan belajar yang mendukung.

Bisa disimpulkam bahwa kelemahan model pembelajaran ini bisa disebabkan oleh proses dari model pembelajarn itu sendiri, guru dan juga peserta didik.

3. Konsep Media a. Pengertian Media

Kata media berasal dari Bahasa latin “ Medium “ secara harfiah yang bermaknakan berarti pengantar atau prantara. Nasional Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, dibaca, didengar atau dbicarakan besetta instrument yang dipergunakan untuk kegiatan gtersebut. Dan kata media pun berasal dari Bahasa latin medius yang secara harfiah berarti : tenga, perantara, atau pengantar.

Sedangkan menurut (Heinich et al., 1985)mengatakan bahwa istilah media sebagai “the term refer to anything that carries information etween asource and a receiver”, yang berarti “Istilah ini merujuk pada apa pun yang membawa informasi antara sumber dan penerima.” Sedangkan Gerlich dan Erly (1971) mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia materi, atau kejadian membangun kondisi yang mana membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat perantara dalam proses pembelajaran. Media dan peroses pembelajaran tidaklah dapat

(36)

dipisahkan dari pembelajaran. Karna jika tidak ada media maka pembelajaran akan dilakukan membosankan. Menurut (Wibawanto, 2017)mengemukakan bahwa media adalah sumber belajar dan dapat juga iasrtikan sebagai manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Menurut (Tafonao, 2018), berpendapat bahwa peranan media pembelajaran dalam proses belajar dan mengajar merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran.

Menurut (I Nyoman Sudana Degeng et al., 2019)menyatakan ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru dalam membuat media pembelajaran yaitu:

1. Keefektivan 2. Siswa

3. Ketersediaan 4. Biaya Pengadaan 5. Kualitas teknis.

(Nurfadhillah, 2021)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari guru kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

b. Karakteristik Media Pembelajaran

Karakteristik media pembelajaran menurut (Arsad et al., 2022)menjelaskan bahwa jenis benda atau media dapat dilihat dari:

a. Benda dalam media bisa saja seseorang, pengalaman nyata, atau benda benda tertentu.

(37)

b. Media verbal, salah satunya media cetak yang mana dapat ditampilkan pada layer transparansi.

c. Bagan, salah satunya seperti tabel, grafik, dan lain lain.

d. Sebuah visual diam, yang bisa dijelaskan melalui buku, film bingkai, film rangkai, atau majalah surat kabar.

e. Film atau video tape yaitu sebuah film atau gambar yang diambil langsung atau tidak langsung.

f. Sebuah rekaman audio atau sering diketahui media audio yaitu rekaman suara saja yang menggunakan Bahasa verbal maupun efek suara music sound efek.

g. Simulasi yaitu sebuah peniruan dalam peragaan maupun alur cerita yang dilihat dari alasannya.

c. Jenis Jenis Media

Terdapat beragam jenis media pembelajaran yang dikemukakan (Arsad et al., 2022), namun pada dasarnya pembagian jenis media tersebut memiliki beberapa persamaan. Berikut beberapa macam dari media pembelajaran:

1. Media Visual yaitu media yang hanya bisa dilihat saja. Seperti contohnya media gambar, poster ataupun hal hal lainnya yang bisa dinikmati dengan penglihatan yang tidak bergerak dan bersuara.

2. Media Audio yaitu media yang hanya bisa didengarkan saja tidak bisa dilihat dengan indra penglihatan. Contohnya seperti voice note, radio, music dan lain sebagainya

3. Media Audio Visual yaitu media yang dapat dilihat dan dapat didengar pula. Contohnya seperti video, film pendek, slide show, dan yang lain sebagainya.

Media diatas tersebut dapat digunakan dalam membantu proses

(38)

berjalannya pembelajaran dan juga membatu guru untuk menyampaikan materi secara menyenangka, efektif dan efisien.

4. Konsep Media Gambar Seri

a. Pengertian Media Gambar Seri

Media gambar seri ialah media yang dapat dilihat serta memiliki karakter sederhana, mudah dipahami, mudah dilihat dan memudahkan siswa dalam kegiatan menulis. (Agustina, 2020) . Media gambar seri merupakan alat bantu untuk menarik siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga lebih mudah dipahami siswa. Pada gambar seri ini terdapat beberapa gambar yang tersusun serta saling keterhubungan dari setiap gambar sehingga dapat membentuk suatu teks prosedur dalam bentuk gambar sehingga memudahkan peserta didik untuk menuangkannya kedalam bentuk tulisan.

(Saraswati & Tarmini, 2022)

Media gambar seri mempunyai keunggulan yaitu dapat membuat siswa lebih aktif pada saat KBM berlangsung, juga dapat memudahkan penyerapan materi oleh peserta didik sehingga mampu menangkap maksud isi dari sebuah gambar. (Wibowo et al., 2020)

Penerapan penggunaan media gambar seri merupakan komponen penting dalam penyampaian pembelajaran. Media gambar seri ini mempunya banyak kelebihan, yaitu bersifat konkrit, gambar lebih realistis dalam menunjukkan masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

Penggunaan media gambar seri dalam pengalaman belajar lebih banyak diperoleh melalui indra penglihatan, maka dalam proses belajar mengajar diupayakan penggunaan media visual sebagai alat bantu penyampaian

(39)

materi pelajaran. Dapat dikatakan bahwa penggunaan media dalam pengajaran khususnya media gambar seri sangan membantu mempercepat pemahaman atau pengertian dari siswa sebagai peserta didik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media gambar seri adalah media gambar yang berupa rangkaian gambar yang disusun secara berurutan untuk menggambarkan suatu peristiwa atau alur cerita.

Media ini digunakan untuk membantu peserta didik memahami konsep, menyusun cerita, menyusun teks prosedur, dan mengembangkan kemampuan berbahasa terutama dalam keterampilan menulis dan berbicara.

b. Karakteristik Media Gambar Seri

.

(40)

c. Penerapan Media Gambar Seri

4. Konsep Pembelajaran bahasa Indonesia

Dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia, siswa doharapkan dapat menggunakan bahsa yang baik. Pembelajaran Bahasa Indonesia ditujukan kepada peserta didik bertujuan melatih peserta didik terampil berbahasa dengan menuangkan ide dan gagasannya secara kreatif dan kritis. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Slamet (2007:6) bahwa pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran keterampilan berbahasa bukan tentang pengajaran teori kebahasaan.

Teori teori Bahasa hanya sebagai pendukung atau penjelas dalam konteks, yaitu yang berkaitan dalam keterampilan tertentu yang tengah diajarkan. Bahasa merupakan alat komunikasi. Yang tidak lain jika belajar Bahasa berarti secara langsung kita belajara berkomunikasi dengan Bahasa yang baik. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia menuntup pengoptimalan tidak hanya pada aspek materi, tetapi juga aspek penggunaan metode dan Teknik pembelajaran dikelas.

Rivers ( 1987 ) menyatakan bahwa proses belajar mengajar memrlukan interaksi

15

(41)

yang memadai, karna hal ini merupakan syarat muntlak untuk berkembangnya belajar Bahasa yang optimal.

Interaksi diyakini berperan sebagai proses kognitif pada interaksi murid dengan sesame temannya. Oleh karena itu murid tidak hanya menrima masukan, akan tetapi murid juga dapat mengemukakan ide gagasan secara kreatif dengan menggunakan bahsa yang baik dan bernar. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi dan komuniaksi dengan orang lain. Bahasa Indonesia mempunayi perasan penting bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Bahasa Indonesia merupakan mata pelaran yang dipelajari di SD yang dimulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Yang mana pembelajaran ini dapat terbagi kedala pembelajaran kelas rendah dan kelas tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah mempunyai kekhasan sndiri yaitu dengan pembelajaran inj menggunakan metode pendekatan tematik. Sekolah Dsar sebagai penggalan pertama Pendidikan, maka sudah seharusnya dapat membntuk landasan Pendidikan yang kuat. Adapun kemampuan proses strategis adalah Bahasa.

Dengan Bahasa siswa diharapkan dapat menimba berbagai ilmu pengetashua tentang kebahasaan. (Ali, 2020)

(42)

5. Konsep Menulis Di Sekolah Dasar

Keterampilan menulis merupakan Langkah awal yang harus dikuasai banyak siswa. Istilah menulis berasal dari kata tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tlis mengandung arti huruf, angka dan sebagaiya. Menurut Lado menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang lambing grafik yang menggambarkan suatu Bahasa yabg dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambing garfikj tersebut. Menurut Syafi’ie menulis merupakan sebuah egiatan yang menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, serta kemauan dan informasi kedalam sebuah tulisan. Sedangkan menurut WJS Poerwodarminto secara klasikal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna yang sesuai dengan pikiran, perasaan, ide dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud penulis.

(Sillahudun, 2022)

Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat para ahl bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian ide, gagasan, ekspresi yang diungkapkan melalui tulisan dengan menggunakan Bahasa yang tersusun secara baik dan benar.

Kegiatan menulis perlu diajarkan sejak kecil, kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang perlu dibekali oleh pendidik dan dikuasai oleh peserta didik. Jika peserta didik telah menguasai keterampilan menulis, maka akan mudah bagi siswa untuk menuangkan gagasan dan idenya yang akan disampakan kepada orang lain. Keterampilan menulis ini memerlukan perhatian khusus dari guru dabn

(43)

pihak pengajar. Karena pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang kompleks. (Rinawati et al., 2020)Menulis merupakan kegiatan yang berkelanjutan sehingga menulis harus diajarkan sejak siswa Sekolah Dasar.

Keterampilan menulis kata dan kalimat merupakan kemampuan dasar sebagai bekal menulis tingkat lanjutan, oleh karena itu menulis kata dan kalimat harus memiliki perhaian yang optimal sekjak siswa mendduki kelas rendah sehingga dapat memnuhi target capaian tujuan Pendidikan yang diinginkan. Proses pembelajaran yang digunakan harus mengantarkan siswa agar mampu memecahkan permasalahan terutama masalah peningkatan kemampuan menulis Langkah Langkah kegiatan menulis dikelas rendah terbagi menjadi dua yaitu pengenalan huruf dan Latihan.

(44)

6. Indikator Menulis Teks Prosedur di Sekolah Dasar

Indikator menulis teks prosedur untuk siswa kelas 3 Sekolah Dasar harus disesuaikan dengan kemampuan berpikir konkret dan keterampilan bahasa mereka. Berikut ini adalah indikator menulis teks prosedur untuk kelas 3 Sekolah Dasar menurut para ahli.

1. Menurut Anderson dan Anderson ( 1997 ) Anderson, M., & Anderson, K.

(1997). Text Types in English 1. South Yarra: Macmillan Education Australia.

a. Menuliskan tujuan kegiatan dengan jelas.

b. Menuliskan bahan dan alat yang diperlukan.

c. Menuliskan langkah – langkah secara urut.

d. Menggunakan kata kerja imperatif (perintah).

e. Menggunakan konjungsi temporal (penghubung waktu).

2. Menurut Emilia (2011) Emilia, E. (2011). Pendekatan Genre dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Petunjuk untuk Guru. Bandung: Rizqi Press.

Emilia dalam kajian genre dan pembelajaran teks di sekolah dasar, menyebutkan bahwa siswa perlu menguasai struktur dan kebahasaan teks. Maka indikatornya meliputi:

a. Menyusun struktu teks prosedur secara lengkap ( Tujuan, bahan, dan Langkah )

b. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks dan usia siswa.

c. Menggunakan kalimat perintah yang sederhana dan jelas.

d. Menyusun kalimat dalam urutan logis.

3. Menurut Mulyasa (2006) Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Panduan bagi Kepala Sekolah dan Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(45)

Dalam konteks pengembangan kompetensi dasar, Mulyasa menyatakan indikator pencapaian kompetensi dalam menulis termasuk:

a. Mampu menuangkan ide secara tertulis sesuai tema.

b. Menulis dengan memperhatikan struktur teks.

c. Menggunakan kalimat yang komunikatif.

Kesimpulan Indikator dalam menulis teks prosedur kelas 3 Sekolah Dasar meliputi:

a. Menulis tujuan / kegiatan prosedur.

b. Menyebutkan alat dan bahan dengan lengkap.

c. Menyusum langkah – langkah dengan urutan logis.

d. Menggunakan kata kerja perintah

e. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan usia dan pengalaman siswa.

17

(46)

7. Pemanfaatan Media Gambar Seri Dalam Menulis Teks Prosedur

Ada beberapa tahap untuk mengaplikasikan media gambar sero dalam menulis teks prosedur, yaitu :

a. Guru membagikan atau membagikan gambar seri atau kegiatan tertentu ( Misalnya : Cara menanam bunga.

b. Siswa mengamati setiap gambar dan menentukan urutan langkah – langkahnya.

c. Guru membimbing siswa untuk menuliskan struktur yang ada didalam teks prosedur.

d. Siswa menuliskan teks prosedur secara lengkap ( dengan memperhatikan struktur dan kebahasaannya)

F. Hipotesis Penelitian

Adapun Hipotesis pada penelitian ini adalah:

f. Terdapat peningkatan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas IV setelah pembelajaran

menggunakan media gambar

(47)
(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

G. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah mix method. Metode ini dipilih sesuai dengan karakteristik pertanyaan penelitian yang hendak dijawab. Metode outcomes dan progress yang menggabungkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan Media Gambar Seri dalam Menulis Teks Prosedur pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Adapun design yang digunakan adalah sequensial Eksplanatory. Desain ini digunakan karena peneliti ingin mendapatkan data secara kuantitatif terlebih dahulu dan diikuti penjelasan data kualitatif.

Gambar 3. 1 Desain Explanatory Sequental

Pada penelitian ini metode kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu apakah terdapat peningkatan kemampuan menulis teks prosedur kelas IV Sekolah Dasar setelah melakukan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. Metode kuantitatif kuantitatif pada penelitian ini menggunakan eksperimen dengan one group pretest – posttest design. Adapun design one group pretest – posttest adalah sebagai berikut:

(49)

Berdasarkan gambar tersebut X sebelum 0 adalah pretest mengenai Kemampuan Menulis Teks prosedur, 0 yaitu model pembelajaran Discovery Learning dan X sesudah 0 yaitu posttest mengenai kemampuan Menulis teks prosedur siswa.

Metode kuantitatif pada penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga tentang apa kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Discovery Learning dan apa respon siswa kelas IV dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. Tujuannya yaitu sebagai tindak lanjut dari hasil kuantitatif untuk dapat membantu menjelaskan hasil dari

kualitatif.

H. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 sekolah dasar yang berlokasi di SDIT Cahaya Qur’ani dengan jumlah 20 orang siswa dengan rincian ...

perempuan dan ... siswa laki – laki. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa hal, yaitu:

a. Siswa masih mengalami kesulitan dalam menganalisis suatu permasalahan

b. Guru belum menerapkan model pembelajaran Discovery Learning saat pembelajaran dikelas.

c. Kurangnya pengembangan keterampilan dalam menyelesaikan soal terkait interaksi soal.

(50)

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Nontes

a. Wawancara dilakukan kepada guru kelas 4 untuk memperoleh data profil pembelajaran menulis kalimat Deskriptif di SDIT Cahaya Qur’ani dan kendala kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran.

b. Observasi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk memperoleh data hasil belajar menulis kalimat deskriptif dikelas 4 SDIT Cahaya Qur’ani.

c. Studi dokumentasi terhadap kurikulum 2013. Hasil studi empiris para ahli untuk memperoleh data terkait penyusunan perangkat pembelajaran bahasa Indonesia kelas 4 sekolah dasar.

d. Pemberian angket/kuisioner kepada guru dan siswa untuk memperoleh data terkait respon pembelajaran menulis kalimat deskriptif di kelas 4 SDIT Cahaya Qur’ani.

g. Instrumen Tes

Meminta siswa untuk mengamati gambar tentang pertumbuhan dan perubahan yang mereka alami.

Meminta siswa menuliskan tentang apa yang mereka alami tentang perubahan dan pertumbuhan nya.

Rubrik parameter penilaian untuk kemampuan menulis cerita disajikan pada tabel berikut.

(51)

Mampu menulis cerita menggunakan kosakata baru dan kalimat

Transitif / Intrasitif dengan baik

Nilai= 4

Mampu Menggunakan kosakata baru dan kalimat transitif dan intrasitif dengan sedikit

kesalahan tanda baca.

Nilai = 3

Mampu menggunakan kosakata baru dan kalimat

transitif / Intrasitif dengan banyak

kesalahan tanda baca

Nilai = 2

Belum mampu menggunakan kosakata baru

didalam ceritanya

Nilai = 1

4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

a. Validitas

Uji validitas merupakan keadaan yang menggambarkan apakah instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang akan diukur, lalu akan menghasilkan suatu instrumen yang valid. Tingkat hasil validitas yang tinggi akan menghasilkan suatu instrumen yang valid, dan tingkat hasil instrument yang rendah merupakan instrumen yang kurang baik dalam artian tidak direkomendasikan, dan dianjurkan dikeluarkan dari kelompok Indikator.

Adapun rumus untuk menghitung Validitas menurut (N. Miftahul Jannah &

Heryanto, 2021) sebagai berikut:

(52)

¿ N .

x y

( ∑

x

)( ∑

y

)

[N .

x2−(

x)2][N .

y2−(

y)2]

Keterangan :

rxy: adalah koefisien validitas tes X : adalah skor tiap butir soal Y : adalah skor total

N : adalah jumlah peserta tes

Klasifikasi menurut N. Miftahul Jannah & Heryanto, 2021 sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Klasifikasi Validitas

Besarnya rxy Interpretasi 0,80 < rxy: ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < rxy: ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rxy: ≤ 0,60 Cukup 0,20 < rxy: ≤ 0,40 Rendah 0,00 < rxy: ≤ 0,20 Sangat rendah

Tabel 3. 2 Hasil Perhitungan Validitas

Selanjutnya dilakukan uji signifikan nilai rxydengan rumus sebagai berikut:

thit=rxy

1N−2rxy2

Keterangan:

rxy= koefisien validitas tiap butir N = jumlah peserta

Kriteria : jika thitttab maka validitasnya signifikan

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validitas

No Soal

Validitas

Nilai Interpretasi Keterangan

1 0.497** Cukup Valid

2 0.537* Cukup Valid

(53)

3 0.690** Tinggi Valid

4 0.433** Cukup Valid

5 0.755* Tinggi Valid

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa soal uji coba seluruhnya dinyatakan valid dengan interpretasi validitas soal nomor tiga dan lima tinggi, sedangkan nomor satu, dua dan 4 dinyatakan cukup.

b. Reabilitas

c. Tabel 3. 3 Kriteria Penilaian Reliabilitas Soal

Realibiltas Interpretasi

0,00 ≤ 0,20 Sangat Rendah 0,20 < r11: ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11: ≤ 0,60 Sedang 0,60 < r11: ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11: ≤ 1,00 Sangat Tinggi

d. Pengolahan data hasil uji instrumn untuk realibiltas dibantu oleh SPSS 26.0, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

e. Tabel 3. 4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal

Pembelajaran B. Indo r11 Interprestasi

Soal uraian 0.509 Sedang

c. Daya Pembeda

Tabel 3. 5 Klasifikasi daya pembeda

Besarnya Daya Pembeda Keterangan

DP ≤ 0,00 Sangat Kurang

0,00 < IK ≤ 0,20 Kurang 0,20 < IK ≤ 0,40 Cukup 0,40 < IK ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Tabel 3. 6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda d. Tingkat Kesukaran

4. Tabel 3. 7 Kriteria Kategori Indeks Kesukaran

Besarnya IK Keterangan IK ≤ 0,00 Sangat Terlalu Sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang No Soal Daya

Pembeda Interpretasi

1 0,21 Kurang

2 0,33 Cukup

3 0,44 Cukup

4 0,05 Kurang

5 0,45 Cukup

(54)

0,70 , IK ≤ 1,00 Mudah IK = 1,00 Terlalu Mudah

5. Hasil uji coba indeks kesukaran instrument menggunakan SPSS 26.0 adalah sebagai berikut:

6. Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran

No

Soal Indeks

Kesukaran Interpretasi

1 0,69 Sedang

2 0,15 Sukar

3 0,54 Sedang

4 0,38 Sedang

5 0,73 Mudah

Prosedur Penelitian

Tahapan penelitian meliputi tahapan penelitian The Sequensial Eksplanatory desain. Adapun langkah langkahnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah.

2. Merumuskan landasan teori dan hipotesis.

3. Mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif yaitu data kemampuan menulis puisi juga respon guru dan siswa pada saat pembelajaran.

4. Menguji Hipotesis.

5. Mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif terkait profil pembelajaran menulis puisi dan kendala kendala yang dialami pada saat pembelajaran.

19

(55)

6. Menganalisis data kuantitatif dan kualitatif.

7. Merumuskan simpulan dan saran.

Adapun bagan Prosedur Penelitian mix method desain sequential explanatory disajikan pada gambar dibawah ini:

Gambar 2 Langkah-langkah penelitian dalam desain explanatory sequential

7. Prosedur Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini diolah berdasarkan jenis data yang terkumpul. Data kuantitatif merupakan hasil tes untuk mengukur efektivitas Penggunaan Media Gambar dalam Menulis Puisi Siswa Sekolah Dasar kelas 5. Data kuantitatif diolah dengan statistika inferensial menggunakan SPS.

Sementara itu hasil kualitatif berupa hasil observasi dan wawancara untuk

(56)

menjawab proses penerapan dan kendala yang dihadapi guru dilakukan secara sistematis melalui penjabaran kategori dan statistik data.

(57)

8. Jadwal Penelitian

(58)

21

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipw Roundtable Berbantuan Media Gambar Seri Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 5(1), 78–90.

Ali, M. (2020). PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA (BASASTRA) DI SEKOLAH DASAR . PAUD, 3, 35–44.

Arsad, M., Lutfi, M., Raihan, F., Siti Nuriyah, Setiawan, U., & Nur, Y. (2022). Jenis, Klasifikasi dan Karakterstik Media Pembelajaran. PENDIDIKAN ISLAM , 4, 106–113.

Djalalm Fauza. (2017). Optimalisasi Pembelajaran Melalui Pendekatan, strategi, dan Model Pembelajaran. 2(1), 31–50.

Dwi, A., Hartono, Y., & Karni. (2024). PENINGKATAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS V SDN SIRAPAN 02 KABUPATEN MADIUN. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 09(03), 512–522.

Heinich, Molenda, james, & Rusell. (1985). Instructional Media and the New Technologies of Instruction (2nd, Ilustrasted ed.). Wiley, 1985.

I Nyoman Sudana Degeng, hanurawan, & Muna. (2019). Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan, 4(11), 1557–1561.

Kemendikbud 2013. (2013). MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING).

Pendidikan, 1–17.

khasinah, S. (2021). DISCOVERY LEARNING: DEFINISI, SINTAKSIS, KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN . MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 11(3), 402–413.

Kusuma, & Mustari. (2023). Model  Discovery  Learning  Sebagai  Upaya  Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Cerita Pada Siswa SD. Jurnal Ilmiah Pendidik Indonesia, 2(1).

N. Miftahul Jannah, & Heryanto. (2021). Konsep Uji Validitas dan Reabilitas menggunakan SPSS . Nasocha, A., & Winanto, A. (2024). Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Prosedur Menggunakan

Media  Gambar Seri pada Kelas IV di SD Negeri Didorejo Lor 03 Salatiga. Jurnal Of Social Science Research, 4(4), 4566–4577.

Novita, V., & Sukatiningsih, W. (2014). PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA PETUALANGAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR. 02(02), 1–10.

Prasetyo, & Abduh. (2021). Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa melalui Model Discovery Learning di Sekolah Dasar. Jurna Basic Edu, 5(4), 1717–1724.

Rinawati, A., Mirnawati, L. B., & Setiawan, F. (2020). Analisis Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar. Education Journal : Journal Educational Research and Development, 4(2), 85–96. https://doi.org/10.31537/ej.v4i2.343

Saraswati, & Tarmini. (2022). KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI DI SEKOLAH DASAR.

Jurnal Cakrawala Pendas, 8(3), 870–877.

Sillahudun, A. (2022). PENGENALAN, KLASIFIKASI, KARAKTERISTIK, DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN. Prodi MPI Idaaratul Ulum, 4, 162–175.

Sunarto, & Amalia. (2022). PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING GUNA MENCIPTAKAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra , 21(1), 94–100.

Tafonao. (2018). Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa . Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103–114.

Thorsett. (2021). Discovery Learning Theory A primer for Discusion.

Tsalitsatul Maulidah. (2020). View of Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Media Gambar. Kependidikan, Pembelajaran Dan Pengembangan, 02, 64–70.

Westwood. (2008). What Teachers Need to Know about Teaching Methods. Camberwell, Vic. : ACER Press, 2008. .

Wibawanto. (2017). Desain dan Pemrograman Multimedia Pembelajaran Interaktif (D. Febiharsa, Ed.). Penerbit Cerdas Ulet Kreatif.

Wibowo, Sutani, & Fitrianingrum. (2020). Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan

(60)

Kemampuan Menulis Karangan Narasi . Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 51–58.

 

(61)
(62)

29

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan Tahun

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pengujian hipotesis tentang pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan menyunting teks prosedur

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran experiential learning dengan media audiovisual terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa, kemampuan menulis teks drama sebelum menggunakan model pembelajaran discovery learning pada siswa kelas XI

Zuzan Maria Rezeki Tampubolon, NIM 2113111100, Pengaruh Media Gambar terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 20 Medan Tahun

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model discovery learning dengan penggunaan media video, foto, gambar dapat meningkatkan kualitas proses

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari pengolahan data kemampuan menulis teks anekdot sebelum menggunakan metode discovery learning diperoleh nilai rata-rata tes awal

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil tes keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas XI SMAN 1 Sungai Tarab sebelum dan sesudah menggunakan model discovery learning