• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pemberian booklet gizi seimbang dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh pemberian booklet gizi seimbang dan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Manfaat teoritis
  • Manfaat Praktis

Kerangka Konsep

Balita

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian booklet gizi seimbang dan PMT pangan lokal terhadap tingkat konsumsi energi dan gizi serta status gizi balita stunting di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengobatan terhadap retardasi pertumbuhan pada balita di Kabupaten Malang. Oleh karena itu, masa balita merupakan masa yang paling penting (golden age), karena pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini sangat mempengaruhi kehidupannya di kemudian hari setelah dewasa.

Gambar 2.  Kerangka Konsep Penelitian  Keterangan :
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

Status Gizi

  • Definisi status gizi
  • Penilaian status gizi
  • Pemeriksaan status gizi secara antropometri

Selain itu status gizi masyarakat dalam kegiatan skrining selalu menggunakan metode ini (Supariasa IDN, dkk, 2001). BB/PB atau BB/TB mencerminkan BB dibandingkan dengan pertumbuhan linier (PB atau TB) dan digunakan untuk mengklasifikasikan status gizi. BMI/U merupakan indikator penilaian massa tubuh yang berguna untuk menentukan status gizi dan dapat digunakan untuk skrining kelebihan berat badan dan obesitas.

Gambar 4.Asupan Zat Gizi Kurang dari yang Dibutuhkan
Gambar 4.Asupan Zat Gizi Kurang dari yang Dibutuhkan

Stunting

  • Definisi Stunting
  • Faktor-faktor Penyebab Stunting
  • Dampak Stunting

Contohnya adalah penelitian yang memperkirakan bahwa anak-anak yang mengalami stunting akan memperoleh penghasilan 20% lebih rendah dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami stunting dan akan berdampak pada pembangunan nasional (Grantham-McGregor, S., et al, 2007). Diperkirakan anak-anak yang mengalami stunting akan memperoleh pendapatan 20% lebih sedikit saat dewasa dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami stunting. Bagi perempuan, stunting pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan risiko kelahiran anak pertama prematur dan jumlah kehamilan yang lebih tinggi (Hoddinott, J., dkk, 2012).

Gambar 7..  Faktor yang Mempengaruhi Stunting  Sumber: MCA-Indonesia, 2013
Gambar 7.. Faktor yang Mempengaruhi Stunting Sumber: MCA-Indonesia, 2013

Tingkat Konsumsi

26 Sebuah studi longitudinal pada tahun 2013 terhadap anak-anak di Brazil, Guatemala, India, Filipina, dan Afrika Selatan mengenai stunting dan hubungannya dengan prestasi sekolah menunjukkan bahwa orang dewasa yang mengalami disabilitas pada usia 2 tahun, tidak aktif di sekolah akan terlihat dan tingkat kelulusannya lebih lambat. lebih lama dibandingkan anak-anak yang tidak cacat (Adair, L.S., dkk, 1997). Demikian pula, penelitian terhadap orang dewasa di Guatemala menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami stunting memiliki tingkat ketidakhadiran sekolah yang lebih tinggi, nilai ujian yang lebih rendah, pengeluaran rumah tangga per kapita yang lebih rendah, dan kemungkinan hidup dalam kemiskinan yang lebih besar (Hoddinott, J., dkk, 2012). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi konsumsi makanan seseorang atau sekelompok orang secara kuantitatif adalah metode recall 24 jam.

Tabel  3.Angka  Kecukupan  Energi,  Protein,  Lemak,  Karbohidrat,  Serat  dan  Air  yang  dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)
Tabel 3.Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)

Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan gizi memungkinkan orang untuk belajar bagaimana menggunakan dan memilih makanan yang lebih baik untuk kesejahteraan mereka. Menurut Sukandar (2009), Saloso (2011) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi orang tersebut. 32 Pengetahuan gizi seseorang dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengetahuan gizi baik, sedang, dan rendah.

Pemberian Makanan Tambahan

Data yang diperoleh di Desa Sidodadi menunjukkan terdapat 2.129 rumah yang memiliki toilet. Berdasarkan tabel 31, hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan ibu. Hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat asupan energi dengan stunting, p-value = 0,184.

Hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat asupan protein dengan kejadian stunting (p-value = 0,131). Hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat asupan zinc dengan kejadian stunting (p-value = 0,885). Berdasarkan tabel 32, hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan ibu.

Hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat asupan energi dengan retardasi pertumbuhan, p-value = 0,299. Hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat asupan protein dengan retardasi pertumbuhan (p-value = 0,757). Hasil uji statistik uji T berpasangan menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat asupan zinc dengan retardasi pertumbuhan (p-value = 0,127).

Desain Penelitian

Desain penelitian ini sangat cocok untuk mengevaluasi pendidikan kesehatan atau program pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2007).

Waktu dan Tempat Penelitian

Populasi dan Sampel

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Variabel

Instrumen Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Tahap ketiga, pada minggu ketiga dan keempat di Kecamatan Lawang kembali diberikan penyuluhan booklet dengan materi empat pilar gizi seimbang selama kurang lebih 30 menit, kemudian dilakukan diskusi selama kurang lebih 15 menit. Tahap keempat di Kecamatan Lawang, setelah proses penyuluhan dilakukan post test pada minggu kelima selama kurang lebih 15 menit dengan menggunakan angket untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah pemberian penyuluhan (booklet) terhadap pedoman KADARZI. Sementara itu, dilakukan recall terakhir terhadap responden di Kecamatan Lawang untuk melihat perubahan tingkat konsumsi balita.

Menurut Vaus (2005) dalam Saloso (2011), jarak antara pretest dan treatment sebaiknya dibuat sependek mungkin untuk meminimalkan paparan eksternal sebelum intervensi dilakukan. Namun kelemahannya adalah jika intervensi diberikan segera setelah pretest maka besar kemungkinan akan terjadi interaksi antara pretest dan treatment sehingga membuat responden lebih peka terhadap permasalahan yang ada. Selain itu, jarak yang terlalu pendek antara pretest dan treatment juga akan menyebabkan responden mengingat soal-soal pretest dan ingatan ini akan mempengaruhi respon mereka terhadap treatment dan posttest yang diberikan setelah treatment.

Sedangkan jarak waktu antara treatment dan posttest sangat bergantung pada teori dan penelitian sebelumnya, serta jenis memori yang ingin dilihat (memori jangka pendek atau jangka panjang).

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil tersebut menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi belum terdapat posyandu remaja atau praktek dokter. Berdasarkan hasil pendataan mengenai pendidikan nonformal di desa Sidodadi terdapat tiga buah pesantren yang mengikuti paket A, B dan C. Hasil pendataan hasil pertanian di Desa Sidodadi seperti padi hasil 73 ton, jamur tiram 20 ton, singkong 18 ton dan pisang.

Hasil pendataan hasil perkebunan di Desa Sidodadi seperti tebu menghasilkan hasil 28 ton untuk lahan seluas 7 ha. Penyakit utama di Desa Sidodadi dalam 6 bulan terakhir dengan prevalensi tertinggi adalah ISPA, diare, hipertensi, malaria dan mialgia. Berdasarkan Tabel 33, hasil uji statistik Independent Sample T-test menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan dan kontrol yang ditunjukkan dengan nilai p-value (>0,05).

Gambaran Umum Kecamatan

Wilayah desa Srigading cukup luas dan dapat dihuni oleh penduduk desa yang berjumlah sekitar 4809 jiwa. Penduduknya juga kurang lebih tersebar merata di 4 desa Desa Srigading (yaitu Desa Krajan, Desa Gading, Desa Jeruk, dan Desa Mendek). Pada ketinggian wilayah desa Srigading termasuk dalam daerah pegunungan (terletak pada ketinggian 500-700 mdpl dan diatas 700 mdpl) (IRRI, 2002) dimana dalam hal ini ketinggian wilayah desa Srigading berada pada ketinggian yang cukup. tinggi, menurut Lestar, 2014 tanaman yang baik ditanam di dataran tinggi antara lain kentang, seledri, kubis, jeruk.

Jarak antara kecamatan dan desa juga tidak terlalu jauh, karena dari pusat desa Srigading berjarak 6 km yang dapat diakses melalui jalan aspal. Jarak menuju kantor kecamatan cukup jauh karena pusat pemerintahan kabupaten terletak di kota Malang yang memakan waktu 40-60 menit dari desa Srigading Lawang. 48 Ibu kota provinsi Jawa Timur terletak di kota Surabaya, dimana dalam hal ini lokasi ibu kota provinsi lebih mudah dijangkau dan waktu tempuh dari desa Srigading Lawang tidak terlalu lama.

Akses Desa Srigading untuk mencapai Puskesmas tidak terlalu jauh karena jaraknya 6 km dan jalan untuk mencapai Puskesmas sudah beraspal. Staf Puskesmas juga berperan aktif dalam pengelolaan kesehatan lingkungan. Hal ini dibuktikan setiap bulannya dengan petugas Puskesmas yang berkunjung ke desa tersebut untuk melihat lingkungan sekitar desa. Terletak di dataran tinggi atau pegunungan, Desa Sidodadi merupakan salah satu dari 10 desa dan 2 kelurahan di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang membawahi 7 desa, 60 RT, dan 16 RW. Pasalnya, letak Desa Sidodadi yang tidak jauh dari kota membuat banyak masyarakatnya yang bekerja di perusahaan non-pemerintah.

Kondisi jalan di desa Sidodadi yang sudah bagus dan beraspal membuat akses jalan menuju desa Sidodadi lancar dan aktivitas mobilisasi desa cukup baik, sehingga selain minibus dan ojek, warga desa Sidodadi juga menggunakan kendaraan pribadi. .

Tabel  5  menunjukkan  jumlah  penduduk  berdasarkan  jenis  kelamin  dan  kepala  keluarga  di  Desa  Sidodadi  didapatkan  jenis  kelamin  laki–laki  sebanyak  50% dan 50% untuk jenis kelamin perempuan
Tabel 5 menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kepala keluarga di Desa Sidodadi didapatkan jenis kelamin laki–laki sebanyak 50% dan 50% untuk jenis kelamin perempuan

Gambaran Umum Responden

  • Karakteristik Balita
  • Berat badan lahir
  • Panjang badan lahir
  • Tinggi badan ayah dan Ibu
  • Sosial Ekonomi Orang Tua Balita
  • Tingkat Asupan Energi dan Protein Balita
  • Tingkat Pengetahuan Ibu

Kejadian berat badan lahir rendah lebih banyak terjadi pada kelompok stunting yaitu 3 balita (17,7%) dibandingkan kelompok kontrol yaitu 2 balita (11,76%). Panjang badan lahir balita pada penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu pendek jika <48 cm dan normal jika ≥48 cm. Angka kejadian panjang badan lahir pendek pada kelompok stunting sebanyak 7 bayi (41,2%), dan pada kelompok normal lebih dari 10 bayi (58,8%).

Anak yang memiliki orang tua pendek, salah satu atau kedua-duanya, mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi pendek dibandingkan anak dengan orang tua yang tinggi badannya normal. Tingkat pendidikan orang tua juga menentukan status gizi seorang anak karena pendidikan sangat mempengaruhi pemahaman dan penerimaan seseorang. Kategorisasi penghasilan cukup dan kurang mengacu pada UMR Kabupaten Malang tahun 2018 yaitu sebesar Rp, sehingga penghasilan dikatakan cukup jika setiap bulannya melebihi Rp.

Terlihat jelas bahwa tingkat asupan energi balita tergolong sangat rendah pada kelompok retardasi pertumbuhan yaitu 8 balita (50%), dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 10 balita (58,82%). Terlihat tingkat asupan protein balita sangat rendah pada kelompok retardasi pertumbuhan yaitu sebanyak 8 balita (50%), dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 5 balita (29,41%). Masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi dibandingkan masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih rendah.

Informasi tersebut dijadikan tawaran bagi para ibu dalam mengasuh anak kecilnya dalam kehidupan sehari-hari.Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel 27 dan 28.

Tabel  16  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  balita  yaitu  29  balita  (85,3%)  mempunyai  berat  badan  lahir  normal
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yaitu 29 balita (85,3%) mempunyai berat badan lahir normal

Perbedaan Karakteristik Responden Kelompok Stunting dan Normal di

62 Tabel 31 menunjukkan bahwa pada kelompok stunting terjadi peningkatan tingkat pengetahuan yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan total setelah dilakukan tes.

Analisis Bivariat

Selain itu penelitian (Pratiwi, YF dan Puspita, Dy, 2017) menunjukkan bahwa penelitian dengan menggunakan media booklet dilakukan terhadap pengetahuan gizi seimbang pada ibu balita gizi buruk. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Puspasari N dan Andriani M 2017 yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu (p value = 0.00) asupan energi (p value = 0.008, asupan karbohidrat p value = 0.024 dan protein) asupan p-value = 0,002 dengan status gizi bayi BB/U). Hal ini disebabkan karena proporsi balita pada kelompok normal dan stunting memiliki asupan protein yang lebih sedikit.

Hal ini sesuai dengan penelitian Yuli dkk, 2015 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi makanan berprotein pada balita (12-59) bulan di Kabupaten Lombok Timur. Berbeda dengan hasil penelitian Tiara tahun 2013, peningkatan perilaku makan secara signifikan meningkatkan asupan zinc pada anak (p<0,05) pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan Calvin (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara antropometri dan pengetahuan gizi dengan asupan energi dan komposisi makronutrien pada remaja.

Selain itu penelitian (Pratiwi, YF dan Puspita, Dy, 2017) menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dengan menggunakan media booklet. 67 Berbeda dengan hasil penelitian Tiara tahun 2013, peningkatan perilaku makan menyebabkan kadar asupan zinc pada anak meningkat signifikan (p<0,05) pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan Calvin 2012 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara antropometri dan pengetahuan gizi dengan asupan energi dan komposisi makronutrien pada remaja.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Zahra AP tahun 2018 yang menunjukkan adanya perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pemberian PMT pada balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Pekalongan, Lampung Timur (p=0,00 ).

Kesimpulan

Saran

Analisis Sebaran dan Faktor Risiko Stunting Pada Balita di Kabupaten Purwakarta Tahun 2012. Artikel Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta. Pengaruh BBLR (berat badan lahir rendah) dan ASI Eksklusif terhadap perubahan status stunting pada balita di Kota dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia”. Berbagai Faktor Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting Makalah Penelitian Departemen Pola Makan Sehat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Tabel Tingkat Konsumsi Energi Kelompok Perlakuan  Sebelum dan Setelah Perlakuan
Tabel Tingkat Konsumsi Energi Kelompok Perlakuan Sebelum dan Setelah Perlakuan

Gambar

Gambar 2.  Kerangka Konsep Penelitian  Keterangan :
Gambar 2.Skema Prioritas Intervensi pada Masa Emas  Sumber: Adriyani, M, et al, 2012
Gambar 3. .Perkembangan Otak Balita Normal dan Tidak Normal  Sumber: Adriyani, M., 2012
Gambar 5.Asupan Zat Gizi Lebih Banyak dari yang Dibutuhkan  Sumber: Jahari, A.B., 2002
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi pangan balita dapat dinilai dengan melihat kualitas dan kuantitas pangan, kuantitas pangan yang dikonsumsi merupakan persentase jumlah energi, protein, dan zat

Perilaku gizi seimbang remaja adalah respon kebiasaan atau perilaku yang berhubungan dengan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam.. jenis

Kegiatan penyuluhan mengenai gizi seimbang dan olahan pangan lokal untuk mencegah stunting ini di hadiri oleh perwakilan kader posyandu, kader desa, serta masyarakat umum dengan jumlah

pemberian makanan tambahan (PMT) dengan pemberian makanan tambahan (PMT) kombinasi konseling gizi terhadap status gizi kurang usia 6–24 bulan di karenakan

Mampu menjelaskan prinsip penyusunan gizi seimbang ibu hamil sesuai status kesehatan 6 Mampu menjelaskan prinsip penyusunan gizi seimbang ibu hamil sesuai zat gizi dalam makanan 7

SASARAN Ibu Hamil MATERI  Pengertian gizi seimbang pada ibu hamil  Zat gizi yang di butuhkan ibu hamil dan sumbernya  Manfaat gizi pada ibu hamil  Tanda tanda gizi kurang pada

Gizi seimbang pada anak usia sekolah Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan

E-mail: [email protected] Penggunaan Aplikasi Sayang ke Buah Hati SEHATI terhadap Asupan Zat Gizi Anak dan Pengetahuan Ibu Menerapkan Konsumsi Aneka Ragam Makanan Gizi Seimbang