PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATAPELAJARAN BIOLOGI MATERI JAMUR KELAS X DI MA PARADIGMA
PALEMBANG
SKRIPSI SARJANA S1
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD OSEN NIM. 09 22 2041
Program Studi Tadris Biologi
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Motto”
“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis. Dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum”
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua aku yang tercinta dan tersayang yaitu ayahanda (Mujiono) dan ibunda (Kartinah) terima kasih atas segala pengorbanan dan do’anya untukku sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik .
2. Adikku (Heni cahyani) dan adik iparku (Sadan) serta keponaanku tersayang (Muhammad Rizky Aditya) terima kasih atas bantuan, motivasi dan do’anya kalian.
3. Nenekku (Giyem), Pak deku (Sutarno), pamanku (Sarwadi) dan kakak sepupuku (Sutrisno) terima kasih yang selalu mendoaakan.
4. Sahabatku tercinta Yudi setiawan, Mujiyanto, Yatno, Yayan kusuma, Singgih prayoga dan habibati Reri Parina yang selalu memberikan motivasi selama penyususnan skripsi ini.
5. Teman-teman seperjuanganku Biologi angkatan 2009 6. Almamaterku yang aku banggakan
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Osen
Tempat dan Tanggal Lahir : Air Putih Ulu, 18 September 1989 Program Studi : Tadris Biologi
Nim : 09 22 2041
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Seluruh data informasi interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.
2. Karya ilmiah yang saya tulis adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidak benaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.
Palembang, 28 Mei 2014 Yang membuat pernyataan,
Muhammad Osen NIM. 09 22 2041
v
ABSTRACT
The learning process in MA Paradigma Palembang is still dominated by a teacher or teacher centers so that the results are less effective, especially in learning Biology. Based on this background the researcher wants to apply the method of recitation in Biology class X subjects in MA Paradigma Palembang. The problem in the study is the effect of the application of learning methods how recitation on student learning outcomes in subjects Biology class X fungi material in MA Paradigma Palembang. The purpose of this study was to determine the effect of the application of learning methods recitation on student learning outcomes in subjects Biology class X fungi material in MA Paradigma Palembang. The research used experimental design where X.A as experimental group which consist of 27 students and X.B as control group which consist of 26 students. This research was done on desember 6nd 2013 until desember 20th 2013. Based on the analysis of data obtained by the average value of 78.74 in the experimental class is included in both categories, while the average value of the control class 66.84 is included in enough category. The result of ttest calculation was gained = 4,45 and the ttable = 2,68, because ttest
> ttable so Ho was rejected, thus it can be concluded that there is a significant positive effect of the application of learning methods recitation on student learning outcomes in subjects Biology class X fungi material in MA Paradigma Palembang.
Keywords : Method of Recitation, Learning Outcomes
vi
ABSTRAK
Proses pembelajaran di MA Paradigma Palembang masih didominasi oleh seorang guru atau teacher center sehingga hasilnya kurang efektif, terutama dalam pembelajaran Biologi. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin menerapkan metode Resitasi pada mata pelajaran Biologi kelas X di MA Paradigma Palembang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penerapan metode pembelajaran Resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi materi jamur kelas X di MA Paradigma Palembang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi materi jamur kelas X di MA Paradigma Palembang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dimana kelas X.A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 27 siswa dan kelas X.B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 26 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Desember 2013 sampai dengan tanggal 20 Desember 2013. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai rata-rata pada kelas eksperimen 78,74 termasuk dalam kategori baik, sedangkan nilai rata- rata pada kelas kontrol 66,84 termasuk dalam kategori cukup. Setelah dilakukan perhitungan dengan uji-t diperoleh thitung = 4,45 dan ttabel = 2,68, karena thitung > ttabel
maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari penerapan metode pembelajaran Resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi materi jamur kelas X di MA Paradigma Palembang.
Kata Kunci: Metode Resitasi, Hasil Belajar
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan nikmat, rahmat, hidayah dan taufik-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Materi Jamur Kelas X Di MA Paradigma Palembang” dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Sepanjang perjuangan dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali cobaan, halangan dan rintangan. Tapi berkat motivasi dan harapan kedua orang tualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda tersayang mujiono dan ibunda tercinta kartinah yang telah susah payah berjuang dan meneteskan keringat setiap hari demi membiayai pendidikan adinda. Berkat do’a dan Ridho kalianlah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk saat ini penulis belum dapat memberikan apapun untuk kedua orang tersayang, penulis berdo’a dan berharap semoga suatu saat penulis dapat membahagiakan kalian dan dapat membalas semua jasa-jasa kalian.
viii
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua pembimbing, yaitu pembimbing I bapak Drs. A.Syarifuddin, M.Pd.I dan pembimbing II ibu Tutut Handayani, M.Pd.I yang telah membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu kepada penguji I bapak Dr. Munir, M.Ag dan penguji II Irham Falahuddin, M.Si penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas saran dan koreksian skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis bertekad semoga suatu saat jika di takdirkan sukses seperti kalian, maka penulis akan mengikuti jejak kalian yang selalu memberi dan membantu orang lain. Penulis berharap semoga ikatan kekeluargaan kita tetap terjalin dibawah naungan ridho Allah SWT sampai akhir hayat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan bimbingan, serta arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr Aflatun Muchtar, MA selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Palembang.
2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Palembang.
3. Bapak Irham Falahuddin, M.Si selaku Ketua Prodi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Palembang.
4. Ibu Delima Engga Maretha, M.Kes selaku Bina skripsi, dan segenap Dosen Jurusan Pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
ix
5. Ibu Indah Wigati, M. Pd.I dan Staf Karyawan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu memfasilitasi kemudahan dalam mencari literatur untuk skripsi ini.
6. Seluruh teman-teman Jurusan Biologi Angkatan 2009, yang memberikan motivasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
7. Serta seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, semoga amal kebaikan dan usaha yang telah diberikan dicatat Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan, dan semoga penulisan skripsi ini membawa manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Palembang, 28 Mei 2014 Penulis
Muhammad Osen
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO...iv
HALAMAN PERNYATAAN...v
ABSTRACT...vi
ABSTRAK...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR...xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...10
C. Tujuan Penelitian...10
D. Manfaat Penelitiaan...10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Metode Pembelajaran...12
B.Metode Resitasi...13
1. Pengertian Metode Resitasi...13
2. Langkah-langkah Metode Resitasi...16
3. Kelebihan Metode Resitasi...17
4. Kelemahan Metode Resitasi...17
C.Pembelajaran Biologi...18
D.Hasil Belajar Siswa...21
1. Pengertian Hasil Belajar...21
2. Hasil Belajar Biologi...22
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar...23
E.Kajian Terdahulu Yang Relevan...25
F. Tinjauan Materi Jamur Pada Pembelajaran Biologi...26
G.Hipotesis Penelitian...34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian...35
B. Jenis Penelitian...35 xi
C. Rancangan Penelitian...35
D. Variabel Penelitian...36
E. Definisi Operasional Variabel...37
F. Populasi dan Sampel...37
G. Prosedur Penelitian...39
H. Teknik Pengumpulan Data...41
1. Tes...41
2. Observasi...43
3. Dokumentasi...45
I. Teknik Analisis data...45
1. Analisis Uji Coba Instrumen...45
a. Validitas Tes...45
b. Reliabilitas Tes...47
2. Analisis Data Hasil Belajar...48
a. Uji Normalitas Data...48
b. Uji Homogenitas Data...50
c. Uji Hipotesis ( Uji t)...51
3. Analisis Data Observasi...52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...54
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian...54
2. Pembahasan Analisis Uji Coba Instrumen...55
a. Validitas...55
b. Reliabilitas...56
3. Pembahasan Analisis Hasil Belajar...58
a. Uji Persyaratan Dan Uji Hipotesis...58
b. Analisis Data Observasi...63
BAB V. PENUTUP A.Simpulan...73
B.Saran...73
DAFTAR PUSTAKA...75
LAMPIRAN...77 RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rincian jumlah populasi penelitian...38
Tabel 3.2 Rincian jumlah sampel populasi...39
Tabel 3.3 Rincian hasil uji coba instrumen pree-test dan post-test...46
Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas...48
Tabel 3.5 Persentase Keaktifan Siswa...53
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi hasil belajar pretest kelas eksperimen...132
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil belajar pretest kelas kontrol...133
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar posttest kelas eksperimen...135
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil belajar posttest kelas kontrol...136
Tabel 4.5 Hasil belajar pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol...58
Tabel 4.6 Hasil belajar post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol...58
Tabel 4.7 Analisis data observasi...64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran....156
Gambar 2. Kegiatan Pre-Test Pada Kelas Eksperimen...156
Gambar 3. Guru Menjelasan Materi...157
Gambar 4. Guru Membentuk Kelompok...157
Gambar 5. Guru Memberikan Tugas Ke Siswa dan Membimbing Proses Diskusi Siswa...158
Gambar 6. Siswa Sedang Mencari Referensi Dan Mencatat Hasil yang Dikerjakan Atau Yang Diamati...158
Gambar 7. Perwakilan Kelompok Maju Ke Depan Kelas Untuk MempertanggungJawabkan Hasil Tugas Yang Dikerjakan...159
Gambar 8. Kegiatan Posttest Pada Kelas Eksperimen...159
Gambar 9. Kegiatan Pretest Pada Kelas Kontrol...160
Gambar 10. Kegiatan Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol...160
Gambar 11. Kegiatan Posttest Pada Kelas Kontrol...161
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran. 1 Silabus...77
Lampiran. 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen...86
Lampiran. 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol...103
Lampiran. 4 Soal-soal Validitas...117
Lampiran. 5 Analisis Validitas Excel...121
Lampiran. 6 Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen...122
Lampiran. 7 Butir Soal Pre-test dan Post-test...127
Lampiran. 8 Hasil Belajar Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol...130
Lampiran. 9 Hasil Belajar Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan control...131
Lampiran. 10 Analisis Uji Persyaratan...132
Lampiran. 11 Nilai Tabel “t” untuk berbagai df...141
Lampiran. 12 Nilai-Nilai r Tabel Product Moment...142
Lampiran. 13 Tabel Nilai Berbagai “f”...143
Lampiran. 14 Rekapitulasi Lembar Observasi siswa...146
Lampiran. 15 Perhitungan Data Observasi...155
Lampiran. 16 Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol...156
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai mahluk yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk lainya, hal ini seperti yang Allah SWT firmankan dalam Al-qur’an surat At-tin Ayat 4:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S At-Tin: 4).
Meskipun Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna, bukan berarti manusia terlepas dari kekurangan, oleh sebab itulah Allah SWT memerintahkan bahkan mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu guna memperbaiki kekurangan yang dimilikinya. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar:
ّلُك ىَلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعْلا َبَلَط ّنِاَف َنْيّصلاِب ْوَلَو َمْلِعْلااْوُبُلْطُا َمّلَسَو ِهْيَلَع ُا ىّلَص ِا ُلْوُسَر َلاَق ُبُلْطَي اَمِباًضِر ِمْلِعْلا ِبِلاَطِل اَهَتَحِنْجَا ُعَضَت َةَكِئَلَمْلا ّنِا ٍمِلْسُم
)
ربلا دبع نبإ هاور )
Artinya: Rasulullah SAW Bersabda: Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar)
Allah SWT tidak hanya mewajibkan hambanya untuk menuntut ilmu, tetapi Allah SWT juga akan meninggikan derajat makhluknya yang mau menuntut ilmu, dalam Al-qur’an surat Al-Mujadalah Ayat 11 Allah SWT berfirman:
1
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-Mujadalah: 11).
Dari ayat Al-qur’an dan Hadist di atas kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya menuntut ilmu pengetahuan, sehingga berkali-kali Allah SWT dan Rasulnya menegaskan pada hambanya untuk menuntut ilmu.
Di negara Indonesia program wajib belajar sudah dicanangkan sejak tahun 2003 melalui penetapan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 34 ayat 2 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, selanjutnya dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat (Sisdiknas, 2008: 153).
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Muhibbin Syah, 2012: 1).
Pendidikan merupakan setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya, dan ditunjukkan kepada orang yang belum dewasa (Hasbullah, 2008: 2).
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang selalu mengalami perubahan karena adanya perkembangan di segala bidang kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa).
Interaksi yang dimaksud yaitu saling mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensi dan aktual telah dimiliki siswa. Peran guru dalam hal ini adalah mengembangkan lebih lanjut pengetahuan yang dimiliki siswa semaksimal mungkin serta mendorong siswa atau memotivasi siswa.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar akan terjadi berbagai peristiwa yang tidak hanya tampak antara guru dan anak didik saja, Menurut Djamarah dan Zain (2010: 37) bahwa kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Berpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara
optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan metode pmbelajaran apa yang akan digunakan dalam kegitan belajar (Rusman, 2012: 1).
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku dan merupakan suatu cara individu dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam proses tersebut dimulai dengan individu melihat atau menyadari tujuan yang akan dicapai, yang selanjutnya individu menilai situasi belajar dalam hubungannya dengan tingkat kesiapan dan segala kemungkinan kemungkinannya.
Dari hasil penelitian situasi itu kemudian individu melakukan tindakan belajar untuk mencapai tujuan itu. Hasilnya kemungkinan berhasil atau gagal (Manizar, 2009: 160).
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah
artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan (Djamarah dan Zain, 2010: 75).
Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, metode pembelajaran juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, oleh karena itu metode pembelajaran memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah, 2010: 21).
Metode pembelajaran sangat berguna untuk menyusun program pengajaran. Dengan mengenal metode pembelajaran dan memahami penerapannya akan sangat membantu tugas para guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat memiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevensian penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan, itu berarti tujuan akan dapat dicapai dengan menggunakan metode yang tepat, sesuai dengan kebutuhan standar keberhasilan yang terpati dalam suatu tujuan (Djamarah dan Zain, 2010: 3).
Kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung atas keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Namun kenyataan umum yang dapat dijumpai di sekolah menunjukkan bahwa sebagian besar materi pembelajaran diberikan secara klasikal tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi, bahan dan alat yang tersedia. Akibatnya siswa kurang
berminat untuk mengikuti pelajaran, karena siswa merasa bosan dan tidak tertarik sehingga tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan oleh guru, sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif (Muhibbin Syah, 2012: 29).
Pembelajaran Biologi merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda, kejadian, proses, dan produk.
Pendidikan Biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya member pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep. Dengan demikian pembelajaran Biologi menekankan adanya interaksi antara subyek dan objek yang dipelajari. Menurut Suratsih (2010:9) menyatakan bahwa interaksi tersebut memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan Biologi dan pengkajiannya. Bahwa dalam proses pembelajaran akan berkembang tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan spikomotorik (Sudjana, 2011: 60).
Mata pelajaran Biologi merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung karena itu siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan sehingga dapat menjadi pengalaman belajar bagi siswa. keterampilan disini meliputi keterampilan mengamati, menunjukkan hipotesa, mengajukan pertanyaan dan mampu memberikan jawaban yang logis, sehingga guru perlu memahami dan menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan siswa tersebut.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran Biologi sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri materi-materi Biologi yang sedang dipelajari. Akibatnya penguasaan terhadap materi-materi Biologi siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar Biologi.
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru harus mempertanyakan faktor apa penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara tepat. Karena bila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia–sia.
Boleh jadi dari sekian keadaan tersebut, penerapan metode patut dipertanyakan, penerapan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satu tujuan pembelajaran.
Begitu pula, berdasarkan observasi peneliti selama PPLK II yang dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober 2012 - 15 Januari 2013 terhadap mata pelajaran Biologi kelas X Madrasah Aliyah Paradigma Palembang. Terdapat permasalahan pada pembelajaran Biologi, selama ini guru masih sering menggunakan metode konvensional, contohnya metode ceramah, sehingga siswa hanya mendengar dan memperhatikan, tanpa berpartisipasi aktif saat proses pembelajaran, misalnya dalam hal mengungkapkan ide maupun gagasan baik
dalam bentuk soal ataupun cara penyelesaiannya sehingga proses belajar mengajar masih kurang efektif dan hasil belajar Biologinya masih rendah, hal ini dikarenakan proses pembelajaran Biologi masih menggunakan metode konvensional.
Banyak diantara siswa mengikuti pelajaran tidak lebih dari rutinitas untuk mengisi daftar absensi, mencari nilai tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan maupun keterampilan. Peristiwa yang sangat menonjol adalah siswa kurang aktif, kurang terlibat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki inisiatif dan konstributif baik secara intelektual maupun secara emosional. Pertanyaan dan gagasan dari siswa jarang muncul. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah merencanakan dan menggunakan pendekatan maupun motode pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa agar belajar secara aktif.
Untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian di MA Paradigma tersebut guna mencari solusi dari permasalah yang ada sebelumnya, dan berharap mereka nantinya tidak mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan materi tersebut pada materi yang lebih sulit nantinya.
Salah satu metode belajar yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa yaitu metode Resitasi, karena metode ini mengarahkan siswa untuk selalu belajar dengan mengembangkan daya pikir siswa itu sendiri, dengan memaksimalkan keterampilan-keterampilan yang mereka miliki. Dengan selalu memaksimalkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa selama pembelajaran, diharapkan akan mempermudah mereka dalam menemukan sebuah materi yang sedang pelajari.
Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Metode yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah metode pembelajaran Resitasi. Resitasi merupakan salah satu teknik penugasan dalam pembelajaran yang terdapat dalam metode pembelajaran aktif yang menganut sistem kerja secara individu atau kelompok dengan tugas terstruktur merujuk pada pencapaian tujuan dalam memecahkan masalah. Pemilihan metode Resitasi dalam pembelajaran Biologi dapat memberi kesempatan siswa untuk mengulang daya ingat siswa dan daya inisiatif. Sehingga diharapkan siswa akan lebih terdorong dan termotivasi untuk lebih giat belajar dan mengikuti pembelajaran.
Siswa juga dapat mengembangkan daya berfikir untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama. Sehingga diharapkan dengan memilih dan menerapkanya metode Resitasi dalam pembelajaran Biologi akan mempermudah proses pembelajaran Biologi serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi.
Pengambilan sampel ini berdasarkan aktivitas pembelajaran, dilihat dari tingkat kecerdasan siswa pada kedua kelas tersebut relatif sama, pada kedua kelas tersebut kemampuan akademik siswa bervariasi yaitu campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi kurang maksimal. Hal ini karena dalam proses pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah, sehingga guru yang lebih aktif siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, kurang termotivasi dan proses pembelajaran yang menjenuhkan, sehingga hasil belajarnya menjadi rendah.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut untuk meyakinkan adanya pengaruh metode pembelajaran resitasi terhadap hasil belajar siswa. Sehingga diangkat penelitian dengan judul
“Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Materi Jamur Kelas X di MA Paradigma Palembang”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas maka dapat penulis kemukakan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh penerapan metode pembelajaran Resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi materi jamur kelas X di MA Paradigma Palembang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi materi jamur kelas X di MA Paradigma Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dari Segi Teoritis
Penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan metode pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.
2. Dari Segi Praktis a. Bagi Siswa
1) Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kereativitas pada mata pelajaran Biologi yang dipelajari.
2) Penerapan metode pembelajaran Resitasi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar terhadap mata pelajaran Biologi.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya meningkatkan keefektifan pembelajaran, yang diimplementasikan dalam pembelajaran Biologi.
c. Bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah khususnya dalam pembelajaran Biologi.
d. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan inspirasi untuk menghadirkan pembelajaran Biologi yang kreatif, inovatif dan efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode. Karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahannya menuntut guru untuk mengunakan metode yang bervariasi (Djamarah, 2010: 19).
Menurut Slameto (2010: 82) metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Fitri Oviyanti (2009: 19). Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar metode mempunyai peranan yang sangat penting. Menguasai metode-metode mengajar menjadi suatu keharusan bagi seorang guru. Sebab, tanpa penguasaan terhadap metode-metode mengajar, maka kegiatan belajar mengajar praktis tidak dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Didalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki metode dan strategi, agar siswa dapat belajar secara aktif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus mengusai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pembelajaran (Roestiyah, 2008: 1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi
12
peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan.
Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu program pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan di indonesia rata-rata masih menggunakan metode ceramah, hal ini disebabkan oleh siswa yang tidak bisa mandiri. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan belajar. Selain itu tingkat pengetahuan yang dimiliki perserta didik masih diperlukan pengawasan yang cukup dari guru.
Minimnya metode belajar berdampak terhadap hasil belajar. Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan suatu metode pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran Resitasi.
B. Metode Resitasi
1. Pengertian Metode Resitasi
Banyak pengertian dari metode Resitasi, diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Djamarah dan Aswan (2010: 85) bahwa metode Resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, akan tetapi metode Resitasi ini tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi lebih luas dari itu. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sudjana (2011: 81) bahwa metode Resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu, tugas bisa dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan di tempat lain. Metode Resitasi merangsang anak untuk selalu aktif belajar baik secara individu maupun secara kelompok.
Gage dan Berliner (1998) mencatat bahwa secara umum Resitasi digunakan dalam review, pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktek dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya (Mulyatiningsih, 2011: 240).
Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu; atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu; membuat sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen (Roestiyah, 2010: 133).
Teknik Resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang mantap karena siswa melaksanakan pelatihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mengalami situasi dan pengalaman yang berbeda sewaktu menghadapi masalah baru. Disamping itu untuk memperoleh pengetahuan dari pelaksanaan tugas yang dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luarsekolah itu. Dengan kegiatan melaksanakan tugas, siswa aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu sesunguhnya untuk melakukan hal-hal yang menunjang belajarnya dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang bergunadan konstruktif.
Metode Resitasi ini diberikan untuk merangsang anak agar tekun, rajin, dan giat belajar, sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar mereka sudah siap sebelumnya. Selain itu metode ini diberikan karena dirasa bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu yang ada terlalu sedikit, dalam artian bahan banyak tapi
waktu kurang seimbang. Agar bahan yang diberikan dapat sesuai dengan waktu yang ada maka metodeini bisa digunakan (Ahmadi, 1997: 134).
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementar waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini dapat digunakan. Dalam hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan atau satu perintah membaca suatu bahan pelajaran kemudian didiskusikan di dalam kelas, atau mencari uraian yang belum jelas disebutkan dalam buku pelajaran. Dapat juga tugas secara lisan, mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya.
Dalam Al-Qur’an prinsip metode Resitasi dapat dipahami dari surat Al- Qiyamah ayat 17-18 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya(17). Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu(18)” (Q.S Al-Qiyamah: 17-18).
Ayat tersebut merupakan bentuk pembelajaran Al-Qur’an ketika malaikat Jibril memberikan wahyu (Al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW dengan membacakannya, maka Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk mengulanginya, sehingga Nabi hafal dan bacaan tersebut dapat membekas dalam dirinya.
Prinsip metode Resitasi juga dapat dipahami dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Umar sebagai berikut:
ْنَع ٌلوُئ ْسسسَم ْمُكّلُكَو ٍعاَر ْمُكّلُك َلَأ َلاسسَق ملسسسو هيلع ا ىلص ِ ّا َلوُسَر ّنَأ َرَمُع ِنْب ِ ّا ِدْبَع ْنَع
ِهسسِتْيَب ِلسسْهَأ ىَلَع ٍعاَر ُلسسُجّرلاَو ْمُهْنَع ٌلوُئ ْسسسَم َوسسُهَو ْمِهْيَلَع ٍعاَر ِساّنلا ىَلَع ىِذّلا ُريِمَلاسسَف ِهِتّيِعَر ىَلَع ٍعاَر ُدسسْبَعَلاَو ْمُهْنَع ٌةَلوُئ ْسسسَم َىِهَو ِهِدسسَلَوَو اَهِلْعَب ِتْيَب ىَلَع ٌةَيِعاَر ُةَأْرَمْلاَو ْمُهْنَع ٌلوُئْسَم َوُهَو ملسم هاور) ِهِتّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكّلُكَو ٍعاَر ْمُكّلُكَف ُهْنَع ٌلوُئْسَم َوُهَو ِهِدّيَس ِلاَم)
Artinya: Dari Abdullah Ibni Umar dari Nabi SAW: sesungguhnya Rasul bersabda ingatlah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinanya. Imam adalah pemimpin bagi umat (manusia), dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinanya, laki laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinanya, perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anaknya, dia bertanggung jawab atas keluarganya, pembantu itu pemimpin bagi harta majikannya dan bertanggung jawab kepada tuannya, ingatlah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya (HR Muslim).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Resitasi adalah suatu cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah dan untuk dipertanggungjawabkan kepada guru.
2. Langkah-Langkah Metode Resitasi
Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode resitasi, yaitu:
a. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
1. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam belajar.
2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan.
3. Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
4. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b. Fase Pelaksanaan Tugas
1. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
2. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
3. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
1. Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
2. Adanya Tanya jawab/diskusi kelas
3. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.
5. Kelebihan Metode Resitasi
a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun kelompok.
b) Siswa dapat memahami sendiri pengetahuan yang dicari sehingga menambah pengetahuan siswa.
c) Siswa dapat mengembangkan daya berfikir sendiri, tanggung jawab dan melatih diri sendiri.
6. Kelemahan Metode Resitasi
a) Siswa sulit dikontrol, apakah benar siswa yang mengerjakan atau hanya meniru pekerjaan temannya.
b) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik.
C.Pembelajaran Biologi
Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian saintifik tentang kehidupan. Sebagai ilmu, Biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai fenomena kehidupan makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan tingkat interaksinya dengan faktor lingkungannya pada dimensi ruang dan waktu. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk dan proses. Produk Biologi terdiri atas fakta , konsep, prinsip, teori, hukum dan postulat yang berkait dengan kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya dengan lingkungan (Depdiknas, 2002: 34). Dari segi proses maka Biologi memiliki ketrampilan proses yaitu: mengamati dengan indera, menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep atau prinsip, menggunakan alat dan bahan, berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan data, melakukan percobaan, dan mengajukan pertanyaan.
Pada dasarnya pembelajaran Biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan memahami konsep ataupun fakta secara mendalam. Selain itu, pembelajaran Biologi seharusnya dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanya untuk menggali berbagai konsep. Dengan demikian dapat tercapai pembelajaran Biologi yang efektif. Agar tercapai pembelajaran Biologi yang efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Student Centered Learning (pembelajaran berpusat pada siswa)
Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, artinya proses belajar dilakukan oleh siswa dengan melakukan suatu kegiatan yang telah dirancang oleh
guru untuk menanamkan konsep-konsep tertentu. Dalam hal ini yang aktif adalah siswa bukan guru. Dengan belajar secara aktif siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.
2. Learning by Doing (belajar dengan melakukan sesuatu)
Proses pembelajaran Biologi dilakukan dengan merancang kegiatan sederhana yang dapat menggambarkan konsep yang sedang dipelajari.
Dengan demikian siswa dapat mengalami sendiri, artinya siswa mengetahui tidak hanya secara teoritis, tetapi juga secara praktis.
Sebagaimana pendapat aliran konstruktivisme yang mengatakan bahwa pembelajaran akan berlangsung efektif apabila siswa terlibat secara langsung dalam tugas-tugas autentik yang berhubungan dengan konteks yang bermakna (Mudjiono, 2013: 67).
3. Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan)
Kesempatan untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam kelompok akan membuat siswa merasa senang dan tidak tertekan. Memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk melakukan pengamatan, percobaan dan berdiskusi merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
4. Meaningful Learning (Pembelajaran yang bermakna)
Pembelajaran menjadi bermakna jika siswa dapat mengalami sendiri dan dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Lebih bermakna suatu materi maka akan lebih mudah untuk menyimpan dan mengingatnya
kembali (Sudjana, 2007:56). Dengan demikian siswa merasa bahwa pembelajaran Biologi bermanfaat dalam kehidupannya.
5. The Daily Life Problem Solving (Pemecahan masalah sehari-hari)
Objek Biologi meliputi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan demikian, permasalahan dalam Biologi senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya dalam hal objek, persoalan, dan metodenya (Depdiknas, 2002:85). Mata pelajaran Biologi di SMA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya.
Mata pelajaran Biologi di SMA/MA yang merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Hakikat Biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
3. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi, Bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Biologi SMA terdiri dari 2 bagian yaitu: bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X tetapi untuk selanjutnya terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan.
D.Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 3).
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan prilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan (Djamarah, 2010: 11).
Sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus, dinamis dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya (Manizar, 2009: 95).
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah mengalami proses belajar yang biasa ditunjukkan dengan angka atau nilai.
2. Hasil Belajar Biologi
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Menurut Jihad dan Haris (2008: 15) hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar.
Istilah biologi berasal dari kata Yunani yaitu bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti pengetahuan, oleh karena itu biologi berarti ilmu pengetahuan tentang kehidupan. Kehidupan merupakan bagian dari alam sehingga mempelajari tentang kehidupan pada berbagai tingkatan organisme. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala yang mengenai makhluk hidup (Kamus Biologi, 2009: 81).
Mata pelajaran biologi berfungsi untuk menanamkan kesadaran tertentu terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dimana sebagai warga negara yang sains dan mengenal teknologi semoga kita bisa meningkatkan mutu kehidupan dan melanjutkan pendidikan yang lebih baik kedepannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu yang diperoleh dari ilmu
pengetahuan tentang kehidupan dan untuk menanamkan kesadaran tertentu terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mengetahui hasil belajar biologi yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan maka diperlukan evaluasi belajar. Dalam penggunaan sehari-hari istilah evaluasi disamakan dengan istilah assessment (Pengukuran), tes, ujian dan ulangan. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar ( Dimyati dan Mudjiono, 2013: 200).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan dan faktor pendekatan belajar. Menurut Muhibbin Syah (2012: 146- 156) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah).
2) Faktor psikologis yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, motivasi, kematangan dan kesiapan.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni:
1) Faktor lingkungan sosial, yang meliputi para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar.
2) Faktor lingkungan non sosial, yang meliputi tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
c) Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Sedangkan Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut :
d) Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu :
1) Faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh).
2) Faktor psikologis yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, motivasi, kematangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani.
Kelelahan jasmani berupa lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
e) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang sedang belajar yang mencakup :
1) Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua siswa untuk mendidik anaknya, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian dari orang tua siswa dan dari latar belakang kebudayaan.
2) Relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin siswa, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pengajaran, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman, dan bentuk kehidupan masyarakat.
E. Kajian Terdahulu Yang Relevan
Penelusuran karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Di MA Paradigma Palembang, belum penulis temukan. Namun dari beberapa karya ilmiah penelitian, penulis menemukan tulisan yang mendukung apa yang penulis teliti yaitu :
Pertama, Achmad Sifronul Wildan (2009) dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Sikap Perserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MAN Bawu Jerapa”. Menyatakan bahwa dari analisis data bahwa sikap peserta didik dalam metode Resitasi memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar Biologi materi hormon, dimana diperoleh rxy sebesar 0.462. Kemudian pada uji t diperoleh t hitung sebesar 4,688. Pada taraf signifikan 5% didapatkan rt adalah 1.671 dan taraf signifikan 1% didapatkan rt
adalah 2,390. Karena rxy > rt, maka hasilnya signifikan. Adapun kesamaan penelitian Achmad dengan yang saya teliti ialah metode Resitasi terhadap hasil belajar siswa, sedangkan perbedaannya ialah penelitian Achmad meneliti pengaruh sikap perserta didik dalam metode Resitasi terhadap hasil belajar Biologi siswa sedangakan penelitian yang saya ingin lakukan ialah pengaruh penerapan metode Resitasi terhadap hasil belajar Biologi siswa.
Kedua, jurnal Novriani, Raifa. Dkk (2012) yang berjudul pengaruh
“Penggunaan Strategi Information Search Melalui Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan”.
Menyatakan bahwa penggunaan strategi Information Search melalui Resitasi memberikan pengaruh yang positif yang berarti pada taraf kepercayaan 95%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan strategi Information Search melalui Resitasi terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VII. Adapun kesamaan penelitian Novriani dengan yang saya akan teliti ialah Penerapan metode Resitasi terhadap Hasil belajar Biologi siswa. Sedangkan perbedaannya ialah Novriani meneliti penggunaan dua metode pembelajaran strategi information search melalui Resitasi terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VII, sedangkan peneliti yang saya ingin lakukan ialah pengaruh penerapan metode pembelajaran Resitasi terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas X.
F. Tinjauan Materi Jamur Pada Pembelajaran Biologi 1. Ciri-Ciri Jamur
Jamur memiliki ciri-ciri yaitu umumnya bersel banyak (multiseluler), bersifat eukariotik (memiliki membran inti sel), tidak memiliki klorofil, sehingga bersifat heterotrof (tidak mampu membuat makanan sendiri), ada yang bersifat
parasit, ada yang bersifat saprofit, dan ada yang bersimbiosis (mutualisme) membentuk lichenes. Dinding sel dari bahan selulose dan ada yang dari bahan kitin. Tubuh terdiri dari benang – benang halus yang disebut Hifa. Struktur hifa yang bercabang membentuk suatu anyaman di sebut dengan Miselium, yang berfungsi menyerap zat – zat organik pada subtrat / medium. Bagian yang terletak antara kumpulan hifa dinamakan stolon. Jamur yang bersifat parasit memiliki houstorium, yaitu hifa khusus yang langsung menyerap makanan pada sel inangnya.
2. Klasifikasi Jamur a. Zygomycotina
Tubuhnya bersel banyak, dinding sel dari kitin, hifa tidak bersekat, kumpulan hifa membentuk miselium, pembiakan aseksual (vegetatif) tidak membentuk zoospora, tapi membentuk sporangium dengan banyak spora yang warnanya hitam, pembiakan seksual dengan fusi (penggabungan) dari gametangia berinti banyak pada ujung hifa membentuk sebuah zigospora berinti banyak, hidupnya: saprofit dan parasit.
1) Ciri-ciri Zygomycota
a) Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik (mempunyai beberapa inti).
b) Dinding sel tersusun dari kitin.
c) Reproduksi aseksual dan seksual.
d) Hifa berfungsi untuk menyerap makanan, yang disebut rhizoid.
2) Contoh Zygomycota:
a) Rhizophus stolonifer, Tumbuh pada roti b) Rhizophus oryzae, Jamur tempe
3) Reproduksi Zygomycota a) Aseksual
Ujung hifa membentuk gelembung sporangium yang menghasilkan spora.
Bila spora jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa baru.
Tubuh jamur terdiri dari rhizoid, sporangiofor dengan sporangiumnya, dan stolon. Sporangium menghasilkan spora baru.
b) Seksual
Dua ujung hifa berbeda, yaitu hifa (–) dan hifa (+) bersentuhan. Kedua ujung hifa menggelembung membentuk gametangium yang terdapat banyak inti haploid. Inti haploid gametangium melebur membentuk zigospora diploid. Zigospora berkecambah tumbuh menjadi sporangium.
Di dalam sporangium terjadi meiosis dan menghasilkan spora haploid.
Spora haploid keluar, jika jatuh di tempat cocok akan tumbuh menjadi hifa.
b. Ascomycotina
Tubuhnya bersel satu dan bersel banyak, yang bersel banyak membentuk hifa bersekat, kumpulan hifa membentuk miselium, pembiakan aseksual (vegetatif) membentuk spora aseksual yang disebut konidia/ konidium/
konidiospora dan dengan membentuk tunas, pembiakan seksual dengan gametangia + dan gametangia – membentuk spora askus hidupnya: saprofit dan parasit.
1) Ciri-ciri Ascomycota
a) Hifa bersekat-sekat dan di tiap sel biasanya berinti satu.
b) Bersel satu atau bersel banyak.
c) Ada yang bersifat parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis dengan ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
d) Mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus, yaitu suatu sel yang berupa gelembung atau tabung tempat terbentuknya askospora.
Askospora merupakan hasil dari reproduksi generatif.
e) Dinding sel dari zat kitin.
f) Reproduksi seksual dan aseksual.
2) Contoh Ascomycota:
a) Sacharomyces cereviceae (ragi/khamir), untuk pembuatan roti sehingga roti dapat mengembang, dan mengubah glukosa menjadi alkohol (pada pembuatan tape).
b) Penicillium camemberti, untuk menambah cita rasa (pembuatan keju) c) Aspergilus
1) Aspergillus wentii, untuk Pembuatan kecap dan Tauco
2) Aspergillus flavus, menghasilkan racun Aflatoksin yang menyebabkan kanker hati (hepatitis)
3) Aspergillus fumigatus, penyebab Penyakit paru-paru pada aves d) Neurospora sitophilla, untuk pembuatan oncom.
e) Candida albicans, bersifat parasit, menyebabkan penyakit pada vagina c. Basidiomycotina
Bersifat makroskopis umumnya memiliki tubuh buah yang besar (mudah dilihat dengan mata telanjang), tubuhnya bersel banyak, membentuk hifa bersekat, dengan inti satu atau dua kumpulan hifa membentuk cabang yang membesar (basidium), mempunyai tubuh buah (basidiokarp) bentuk ada yang seperti:
payung, lembaran, pembiakan aseksual (vegetatif ) membentuk tunas, konidia dan fragmentasi miselium, fragmentasi adalah memutuskan sebagian tubuh yang berupa benang (hifa) untuk menjadi individu baru (jamur).
1) Ciri-ciri Basidiomycota
a) Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.
b) Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat terbentuknya basidium. Tubuh buah disebut basidiokarp.
c) Ada yang bersifat parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis dengan ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
d) Reproduksi secara seksual (dengan askospora) dan aseksual (konidia).
2) Contoh Basidiomycota
a) Volvariela volvacea (jamur merang) b) Auricularia polytricha (jamur kuping) c) Pleurotus Sp (jamur tiram)
d) Polyporus giganteus (jamur papan)
e) Amanita phaloides hidup pada kotoran ternak dan menghasilkan racun yang mematikan
f) Ganoderma aplanatum (jamur kayu) d. Deuteromycotina
Disebut Fungi imperfecti (jamur tidak sempurna), Memiliki hifa yang bersekat, dapat membentuk spora vegetatif disebut konidium, belum diketahui pembiakan generatifnya.
1) Ciri-ciri Deuteromycota
a) Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
b) Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah c) Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
d) Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan- hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya
2) Contoh Deuteromycota
a) Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
b) Epidermophyton microsporum, penyebab penyakit kurap.
c) Melazasia fur-fur, penyebab panu.
d) Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
e) Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
f) Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala 3. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi Jamur dapat berkembang biak dengan cara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif) . Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan sel (fragmentasi) dan pembentukan spora. Pembentukan spora berfungsi untuk menyebarkan spesies dalam jumlah besar. Spora jamur dibedakan menjadi dua, yaitu spora aseksual dan spora seksual. Spora aseksual membelah secara mitosis dan spora seksual membelah secara meiosis. Contoh spora aseksual adalah zoospora, endospora, dan konidia. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan peleburan dua sel inti yaitu melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium menyebabkan terjadinya Singami, yaitu penyatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam tiga tahap, yaitu plasmogami, kariogami, dan meiosis. Pada tahap plasmogami, terjadi penyatuan dua protoplas membentuk sel yang mengandung dua inti yang tidak menyatukan diri selama pembelahan sel (stadium dikariot). Pada saat bersamaan, terjadi pula pembelahan inti bersama.
Setelah pembentukan benda buah, terjadilah peleburan sel haploid (kariogami) inti zigot yang diploid. Setelah ini, baru terjadi meiosis, yaitu pembelahan sel dan pengurangan jumlah kromosom menjadi haploid kembali.
Beberapa tipe spora seksual adalah askospora, basidiospora, zigospora, dan oospora. Perkawinan jamur Ascomycota menghasilkan askospora.
a. Askospora, yaitu spora bersel satu yang dihasilkan dalam suatu kantong yang disebut askus.
b. Basidiospora, yaitu spora bersel satu yang dibentuk di dalam suatu badan menyerupai gada yang disebut basidium.
c. Zigospora, yaitu spora berdinding tebal yang dibentuk melalui peleburan dua ujung hifa reproduktif (gametangia) yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya.
d. Oospora, merupakan spora yang dibentuk melalui peleburan gamet jantan yang dihasilkan anteridia dengan gamet betina yang dihasilkan oogonia.
Oospora dibentuk di dalam oogonium.
Reproduksi Jamur secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk
bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis. Reproduksi aseksual Jamur yang diamati lebih sering daripada reproduksi seksual. Hampir semua jenis jamur memiliki kemampuan untuk bereproduksi secara aseksual. Juga, menyumbang distribusi luas jamur. Pada suatu waktu, jutaan spora aseksual dilepaskan, dan ketika spora mendarat di lingkungan yang subur, mereka berkecambah menjadi individu baru.
Berbagai jenis reproduksi aseksual pada jamur adalah pembentukan spora, fragmentasi, tunas dan fisi.
Dari pembagian ini, spora vegetatif atau konidia adalah jenis yang paling umum. Dalam pembentukan spora aseksual, hifa jamur menghasilkan spora internal maupun eksternal. Fragmentasi, seperti istilah menandai, melibatkan pecahnya miselium jamur menjadi beberapa fragmen. Setiap bagian terfragmentasi kemudian berkembang menjadi jamur baru. Dalam kasus tunas, sel induk menjorok ke tunas seperti struktur yang dikenakan anak inti. Tunas ini terdiam dan kemudian tumbuh menjadi jamur baru.
4. Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut.
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom.
c. Khamir saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
Jamur juga sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan, jamur jenis cendawan ada yang beracun dan ada yang dapat dimakan jamur jenis kapang ada yang menghasilkan aflatoksin. Selin itu jamur juga dapat bersifat parasit pada tumbuhan, hewan dan manusia.
G.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis ini adalah:
Ha : Pemberian metode pembelajaran Resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi materi jamur kelas X di MA Paradigma Palembang.
Ho