• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model discovery learning terhadap

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model discovery learning terhadap"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 30 PADANG

ARTIKEL ILMIAH

JENNI KABRINA NPM 10080346

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)
(3)
(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 30 PADANG Jenni Kabrina1, Yasnur Asri2, Emil Septia3

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstract

This study aims to determine the effect of applying the model of Discovery Learning to produce text exposition skills seventh grade students of SMPN 30 Padang in terms of the following:

(1) the structure of the text exposition, and (2) characterize the text linguistic exposition. The problems of this study are less skilled students write text exposition because it does not understand the text structure of exposition and difficult to distinguish each of these structures, which are: thesis, argument, and reaffirmation opinions. This research is a quantitative research using experimental method. The study population was the seventh grade students of SMPN 30 Padang school year 2014/2015. Number of seventh grade students of SMPN 30 Padang 2014/2015 school year was 324 people scattered in nine classes. The research sample was taken by using purposive sampling technique. This research sample totaled 36 people. VII.3 class researchers selected as a sample. This study has two variables, namely:

the dependent variable and independent variables. The dependent variable is the ability to produce students with the exposition of the text using the model of Discovery Learning, while the independent variable is the ability to produce text without using a model student exposition Discovery Learning.

The study concluded that: (1) the average posttest higher than the pretest, namely 80.09 and 55.09, (2) the normality test, the comparison between and , it appears that < . This means that the data are normally distributed student learning outcomes, (3) test results by using the homogeneity of variance test was obtained < (0.594 <1.75714), so it can be concluded that both the sample variance is homogeneous, and (4) the results of t-test at 0:05 α level obtained > (7.743>

2.02809), the research hypothesis is accepted. It is proved that the learning model Discovery Learning can be applied in teaching writing text exposition. Values obtained satisfactory students in learning to write text exposition by applying Discovery Learning model of the learning process because it gives an opportunity for students to practice and express themselves, so that students are more active and creative in following the learning process.

Keywords: effect, the application, the model of Discovery Learning, skills, text exposition

(5)

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 30 PADANG Jenni Kabrina1, Yasnur Asri2, Emil Septia3

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Discovery Learning terhadap keterampilan memproduksi teks eksposisi siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang ditinjau dari berikut ini: (1) struktur teks eksposisi, dan (2) ciri kebahasaan teks eksposisi. Permasalahan penelitian ini adalah siswa kurang terampil menulis teks eksposisi karena tidak memahami struktur teks eksposisi dan sulit membedakan tiap struktur tersebut, yakni: tesis, argumentasi, dan penegasan ulang pendapat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang tahun pelajaran 2014/2015 adalah 324 orang yang tersebar dalam sembilan kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 36 orang. Peneliti memilih kelas VII.3 sebagai sampel. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu: variabel terikat dan variabel bebas. Varibel terikatnya adalah kemampuan memproduksi teks eksposisi siswa dengan menggunakan model Discovery Learning, sedangkan variabel bebas adalah kemampuan memproduksi teks eksposisi siswa tanpa menggunakan model Discovery Learning. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) rata-rata posttest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest, yaitu 80,09 dan 55,09, (2) pada uji normalitas, perbandingan antara dan , terlihat bahwa < . Hal ini berarti data hasil belajar siswa berdistribusi normal, (3) hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji varians diperoleh <

(0,594 < 1,75714), sehingga dapat disimpulkan bahwa varians kedua sampel adalah homogen, dan (4) hasil uji-t pada taraf 0.05 diperoleh > (7,743 > 2,02809), maka hipotesis penelitian diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Nilai memuaskan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menerapkan model Discovery Learning dikarenakan proses pembelajaran tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mengekspresikan diri, sehingga siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kata kunci: pengaruh, penerapan, model Discovery Learning, keterampilan, teks eksposisi

(6)

PENDAHULUAN

Teks eksposisi merupakan salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di SMP Negeri 30 Padang pada kelas VII. Hal ini terdapat pada Kompetensi Inti (KI) yang ke-4, yakni mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Pembahasan rincinya terdapat dalam Kompetensi Dasar (KD) 4.4 yang menuntut siswa mampu meringkas teks laporan observasi, deskripsi, eksposisi, eksplanasi dan eksposisi baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara informal penulis dengan salah seorang guru Bahasa Indonesia, Ibu Murni Anggraini, S.Pd., 10 september 2014, Ibu Murni menyampaikan bahwa pada kurikulum 2013 siswa banyak mengalami kesulitan dalam menulis teks, yakni sebagai berikut.

Pertama, siswa kurang terampil menulis teks eksposisi karena tidak memahami struktur teks eksposisi dan sulit membedakan tiap struktur tersebut, yakni: tesis, argumentasi, dan penegasan ulang pendapat.

Kedua, minat baca siswa kurang, sehingga kosakata yang mereka kuasai sedikit. Ketiga, siswa sulit mencari ide-ide atau hasil pemikirannya untuk disampaikan ke dalam tulisan.

Kemendikbud (2013:195), mengemukakan teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tertulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual.

Istilah teks dan wacana dianggap sama dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak yang merupakan realisasi makna dari teks. Jenis-jenis teks yang secara umum dikenal adalah eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur, penceritaan, eksplanasi, tanggapan deskriptif dan teks eksposisi. Selanjutnya, Kosasih (2013:40) mengemukakan teks eksposisi diartikan sebagai teks yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Pengertian teks eksposisi berdasarkan kurikulum 2013 adalah jenis teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau mengusulkan sesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat. Teks ini berbeda dengan teks diskusi yang berisi dua sisi argumentasi, teks ekposisi hanya berisi satu sisi argumentasi yaitu sisi yang mendukung dan sisi yang menolak. Struktur teksnya adalah pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan penegasan ulang pendapat (Kemendikbud, 2013:95). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa teks eksposisi adalah teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau mengusulkan sesuatu berdasarkan satu argumentasi yang kuat.

Struktur teks eksposisi ada tiga yaitu, (a) pernyataan pendapat (tesis), (b) argumentasi, (c) penegasan ulang pendapat, dalam (Kemendikbud, 2013:195).

1. Pernyataan Pendapat (Tesis)

Kemendikbud (2013:96) menjelaskan bahwa pernyataan pendapat atau tesis adalah tempat gagasan pribadi disampaikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tesis merupakan pernyataan umum yang berisi fakta untuk memperkuat pendapat yang menunjukan posisi penulis. Selanjutnya, Doddy, dkk (2008:62) mengemukakan bahwa tesis adalah sebuah teks yang memperkenalkan sebuah topik dan menunjukkan posisi penulis, serta menguraikan pendapat utama yang akan disajikan.

2. Argumentasi

Menurut Doddy, dkk (2008:62), menyatakan argumentasi adalah pendapat-pendapat utama yang diuraikan sebelumnya, mengembangkan dan mendukung masing-masing pendapat. Marahimin (2010:193-194) lebih menekankan argumen kepada kelas-kelas. Maksudnya, sebuah eksposisi terdiri atas sebuah tesis, diikuti uraian yang membuktikan bahwa tesis itu benar.

3. Penegasan Ulang Pendapat (Kesimpulan)

Kemendikbud (2013:96) menjelaskan bahwa penagasan ulang adalah gagasan pribadi yang dinyatakan kembali. Doddy, dkk ( 2008:62) menjelaskan struktur terakhir dari eksposisi adalah conclusion (kesimpulan) yang menyatakan kembali posisi penulis. Selanjutnya, Marahimin (2010:194) menjelaskan bahwa sebelum mengakhiri ekposisi, haruslah disimpulkan kembali apa-apa yang dikatakan di dalam tesis. Itulah yang dinamakan kesimpulan. Sesuai dengan tujuan menuliskan sebuah eksposisi, kesimpulan ini haruslah sejalan, bahkan memperkuat tesis. Jadi, isi kesimpulan haruslah sama dengan tesis.

(7)

Kemendikbud (2013:96) menjelaskan tentang ciri-ciri kebahasaan yang terdapat dalam teks eskposisi, yakni (1) menggunakan pronomina (kata ganti), (2) kata leksikal (nomina, verba, adjektiva dan adverbia), dan (3) konjungsi (kata penghubung). Berikut akan dijelaskan tentang ciri kebahasaan teks eksposisi.

1) Pronomina (Kata Ganti)

Teks eksposisi dapat dikatakan sebagai teks ilmiah. Dalam teks eksposisi, penulis harus berhati-hati menggunakan pronomina, seperti: saya dan kita. Sebenarnya penulis dapat menggunakan pronomina kita atau saya dalam teks ilmiah.

2) Kata-kata Leksikal

Kata-kata leksikal (nomina, verba, adjektiva dan adverbia) tertentu dimanfaatkan pada teks ekposisi, misalnya kata percaya tergolong ke dalam verba yang menyatakan persepsi. Kata-kata yang sejenis adalah yakin, optimis, potensial dan sebagainya.

3) Konjungsi (Kata Hubung)

Menurut Kridalaksana (1990:99), konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan sesuatu yang lain dalam kontruksi hipotaksis dan selalu menghubungkan dua klausa atau lebih.

Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan dua klausa atau lebih.

Suryosubroto (2002:192) menjelaskan metode Discovery Learning (penemuan) adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja. Sund (dalam Suryosubroto, 2002:193) menjelaskan metode Discovery Learning adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tesebut misalnya, mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Selanjutnya, Endang Mulyatiningsih (2011:235) menjelaskan model Discovery Learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model Discovery Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang tidak diketahui sebelumnya. Hai ini tidak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah masalah disajikan kepada siswa, tetapi bimbingan yang diberikan dikurangi dan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk belajar sendiri.

Menurut Syah (dalam Kemendikbud, 2013:64), dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut.

1. Stimulation (Stimulasi atau Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem Statement (Pernyataan atau Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

3. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

(8)

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.

5. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (Menarik Kesimpulan atau Generalisasi)

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Model Discovery Learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan karena metode ini dapat meningkatkan cara belajar siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Model pembelajaran Discovery Learning memiliki keunggulan. Keunggulan dari model Discovery Learning dirinci sebagai berikut (dalam Kemendikbud, 2013:62). Pertama, membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan ketearmpilan-keterampilan dan proses kognitif siswa. Kedua, pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Ketiga, menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Keempat, model Discovery Learning ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. Kelima, model Discovery Learning ini menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan memotivasi sendiri. Keenam, membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasif. Ketujuh, mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri atas sembilan kelas dengan jumlah siswa 324 orang siswa. Karena jumlahnya lebih dari 100, maka perlu dilakukan pengambilan sampel. Sugiyono (2011:81) mengemukakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Lufri (2007:86) pengambilan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil sampel yang sengaja dipilih berdasarkan karakteristik tertentu yang diperlukan dalam penelitian. Teknik ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Sampel dalam penelitian ini hanya satu kelas saja.

Peneliti memilih kelas VII.3 sebagai sampel dengan jumlah 36 orang. Alasan kelas tersebut dipilih menjadi sampel penelitian karena nilai rata-rata kelas VII.3 yang peling rendah dari kelas lainnya dan guru mata pelajaran bahasa indonesia menyarankan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VII.3 hal ini disebabkan oleh kelas tersebut sudah mewakili kelas VII SMP Negeri 30 Padang dan kelas VII.3 lebih mudah melakukan penelitian dalam kelas karena siswanya lebih mudah untuk diatur dan dikondisikan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Varibel terikatnya adalah kemampuan memproduksi teks eksposisi siswa dengan menggunakan model Discovery Learning, dan variabel bebas adalah kemampuan memproduksi teks eksposisi siswa tanpa menggunakan model Discovery Learning. Data penelitian ini adalah skor hasil tes keterampilan menulis teks ekposisi dengan menggunakan model Discovery Learning terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang.

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah tes unjuk kerja yaitu tes keterampilan memproduksi teks eksposisi dalam bentuk tulisan. Data penelitian ini berupa skor hasil tes belajar keterampilan memproduksi teks eksposisi siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang. Pengumpulan data

(9)

ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, pemberian pretest pada siswa dengan bentuk tes unjuk kerja mengenai keterampilan memproduksi teks eksposisi. Kedua, pembelajaran mengenai keterampilan memproduksi teks eksposisi dengan menggunakan model Discovery Learning.

Ketiga, pemberian posttest pada siswa dengan bentuk tes unjuk kerja mengenai keterampilan memproduksi teks eksposisi.

Penganalisisan data penelitian dilakukan melalui tahap-tahap berikut. Pertama, mengubah skor menjadi nilai. Kedua, menafsirkan keterampilan menulis teks eksposisi siswa berdasarkan rata- rata hitung. Ketiga, mengklasifikasikan: (1) hasil keterampilan menulis teks eksposisi siswa (sebelum menggunakan model Discovery Learning), dan (2) hasil pascates keterampilan menulis teks eksposisi siswa (setelah menggunakan model Discovery Learning). Keempat, membuat diagram batang keterampilan menulis teks eksposisi siswa secara umum dan per indikator. Kelima, menyimpulkan hasil analisis data dan pembahasan.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1

Perbandingan Data Hasil Pretest dan Posttest Secara Keseluruhan (Untuk Kedua Indikator yang Diteliti) No. Kualifikasi Tingkat

Penguasaan

Nilai Ubahan Skala 10

Frekuensi Pretest Posttest

1. Kurang sekali 26−35% 3 7 -

2. Hampir cukup 46−55% 5 15 2

3. Lebih dari cukup 66−75% 7 10 7

4. Baik 76−85% 8 4 23

5. Sempurna 96−100% 10 - 4

36 36

Berdasarkan tabel tersebut, dari jumlah 36 siswa pretest dan 36 siswa posttest mendapatkan kategori yang berbeda yang akan dirincikan sebagai berikut: (a) kualifikasi kurang sekali (KS) hanya diperoleh 7 siswa dari pretest dengan tingkat penguasaan 26−35%, (b) kualifikasi hampir cukup (HC) diperoleh 15 siswa dari pretest dan 2 siswa dari posttest dengan tingkat penguasaan 46−55%, (c) kualifikasi lebih dari cukup (LDC) diperoleh 10 siswa dari pretest dan 7 siswa dari posttest dengan tingkat penguasaan 66−75%, (d) kualifikasi baik (B) diperoleh 4 siswa dari pretest dan 23 siswa dari posttest dengan tingkat penguasaan 76−85%, (e) kualifikasi sempurna (S) hanya diperoleh siswa dari posttest dengan tingkat penguasaan 96−100%.

Tabel 2

Simpulan Uji Persyaratan Data

No. Parameter Perlakuan

Keterangan Posttest Pretest

1. Rata-rata 80,09 55,09 Posttest > Pretest

2. Uji Normalitas

= 0,2893 = 0,0355

= 0,259 = 0,0355

<

(distribusi normal, maka H0 diterima)

3. Uji Homogenitas = 1,75714

= 0,594

< (0,594 <

1,75714), maka kedua sampel homogen

4. Uji Hipotesis = 2,02809

= 7,743

> (7,743 >

2,02809), maka H1 diterima Keterangan:

Posttest : dengan menggunakan model Discovery Learning Pretest : tanpa menggunakan model Discovery Learning

(10)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata posttest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest, yaitu 80,09 dan 55,09. Pada uji normalitas, perbandingan antara dan , terlihat bahwa < . Hal ini berarti data hasil belajar siswa berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji varians diperoleh < (0,594 < 1,75714), sehingga dapat disimpulkan bahwa varians kedua sampel adalah homogeny. Hasil uji-t pada taraf 0.05 diperoleh

> (7,743 > 2,02809), maka hipotesis penelitian diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka hasil penelitian ini perlu dibahas lebih lanjut. Hal tersebut untuk memperjelas atau meyakinkan temuan tersebut. Hal yang dibahas sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan penerapan model discovery terhadap keterampilan memproduksi teks eksposisi siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang yang ditinjau dari unsur intrinsik, yaitu: (1) struktur teks eksposisi, dan (2) ciri kebahasaan teks eksposisi. Pada pembahasan ini akan dijelaskan tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa dan dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk masing-masing indikator yang diteliti dan kedua indikator secara keseluruhan.

1. Pretest

Pada pretest, akan dijelaskan pembahasan tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk masing- masing indikator yang diteliti dan kedua indikator secara keseluruhan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk indikator struktur teks eksposisi dengan rata-rata hitung (M) sebesar 49,07 dibulatkan menjadi 49. Gambaran tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang dapat dikelompokkan atas 3 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, kurang sekali (KS) sebanyak 22 orang (61,11%). Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 11 orang (30,56%). Ketiga, sempurna (S) sebanyak 3 orang (8,33%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang terampil menulis teks eksposisi untuk indikator struktur teks eksposisi dengan hampir cukup.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk indikator ciri kebahasaan teks eksposisi dengan rata-rata hitung (M) sebesar 61,11 dibulatkan menjadi 61.

Gambaran tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang dapat dikelompokkan atas 3 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, kurang sekali (KS) sebanyak 7 orang (19,44%). Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 28 orang (77,78%). Ketiga, sempurna (S) sebanyak 1 orang (2,78%).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk kedua indikator yang diteliti dengan rata-rata hitung (M) sebesar 55,09 yang dibulatkan menjadi 55.

Gambaran tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang dapat dikelompokkan atas 4 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, kurang sekali (KS) sebanyak 7 orang (19,44%). Kedua, hampir cukup (HC) sebanyak 15 orang (41,67%). Ketiga, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 10 orang (27,78%). Keempat, baik (B) sebanyak 4 orang (11,11%).

2. Posttest

Pada posttest, akan dijelaskan pembahasan tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk masing-masing indikator yang diteliti dan kedua indikator secara keseluruhan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk indikator struktur teks eksposisi dengan rata-rata hitung (M) sebesar 89,81 dibulatkan menjadi 90. Gambaran tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang

(11)

dapat dikelompokkan atas 3 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, kurang sekali (KS) sebanyak 2 orang (5,56%). Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 7 orang (19,44%). Ketiga, sempurna (S) sebanyak 27 orang (75%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang terampil menulis teks eksposisi untuk indikator struktur teks eksposisi dengan baik sekali.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk indikator ciri kebahasaan teks eksposisi dengan rata-rata hitung (M) sebesar 70,37 dibulatkan menjadi 70. Gambaran tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang dapat dikelompokkan atas 2 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 32 orang (88,89%). Kedua, sempurna (S) sebanyak 4 orang (11,11%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang terampil menulis teks eksposisi untuk indikator ciri kebahasaan teks eksposisi dengan lebih dari cukup.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang untuk kedua indikator yang diteliti dengan rata-rata hitung (M) sebesar 80,09 yang dibulatkan menjadi 80.

Gambaran tingkat penguasaan keterampilan menulis teks eksposisi dengan menggunakan model discovery siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang dapat dikelompokkan atas 4 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, hampir cukup (HC) sebanyak 2 orang (5,56%. Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 7 orang (19,44%). Ketiga, baik (B) sebanyak 23 orang (63,89%). Keempat, sempurna (S) sebanyak 4 orang (11,11%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi data, analisis data, uji persyaratan data, dan pembahasan yang dijelaskan pada bab IV dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: (1) rata-rata posttest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest, yaitu 80,09 dan 55,09, (2) pada uji normalitas, perbandingan antara dan , terlihat bahwa < . Hal ini berarti data hasil belajar siswa berdistribusi normal, (3) hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji varians diperoleh < (0,594 < 1,75714), sehingga dapat disimpulkan bahwa varians kedua sampel adalah homogen, dan (4) hasil uji-t pada taraf 0.05 diperoleh > (7,743 > 2,02809), maka hipotesis penelitian diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran discovery dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi.

Nilai memuaskan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menerapkan model discovery dikarenakan proses pembelajaran tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mengekspresikan diri, sehingga siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, antara lain: (1) bagi siswa kelas VII SMP Negeri 30 Padang diharapkan sering berlatih menulis, khususnya pembelajaran menulis teks eksposisi, sehingga siswa menjadi percaya diri dalam mengungkapkan gagasan atau ide pada karya tulis yang dihasilkan, dan (2) bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP Negeri 35 Padang diharapkan dapat memperkaya wawasan mengenai pembelajaran menulis teks eksposisi. Guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi keterampilan menulis, tetapi guru dapat menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang efektif, sehingga siswa dapat lebih antusias dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran menulis teks eksposisi.

(12)

KEPUSTAKAAN

Kosasih, Engkos. 2013. Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Kemendikbud. 2013. Buku Guru Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas VII. Jakarta:

Politeknik Negeri Media.

Kemendikbud. 2013. Buku Guru Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta:

Politeknik Negeri Media.

Mulyatiningsih, Endang. 2011. Metode Penelitian Tarapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Rini Turnip, NIM 2113311061, Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 2

Kemempuan Siswa Kelas VII dalam Menulis Teks Eksplanasi Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Discovery learning .... Kemempuan Siswa Kelas VII dalam Menulis Teks Eksplanasi

Oleh karena itu, penelitian ini akan diarahkan dengan judul “Model Discovery Learning dalam Keterampilan Menulis Teks Eksposisi dan Berpikir Kritis (Eksperimen Kuasi

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII SMP Negeri 4 Padang Panjang Panjangsebelum

Ahmad Karim Maulana. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA

Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, mendeskripsikan keterampilan menulis teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bayang tanpa mengunakan model Example Non-Example.. Kedua,

Kemampuan Mengonversi Teks Biografi Menjadi Teks Monolog Sesudah Menerapkan Model Discovery Learning Siswa Kelas X Tata Busana Butik 3 SMK Negeri 6 Padang untuk Indikator 1

Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Keterampilan Menulis Teks Prosedur pada Siswa Kelas XI SMK PGRI 4 Kediri” ini ditulis untuk memenuhi