PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALY TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PARIAMAN
Widia Cintiya Fitri1, Ardi2, Diana Susanti3Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
Problems revealed at SMPN 2 Pariaman that the class average value of students in the subjects of biology is still low. Generally were below the minimum completeness criteria (KKM), especially on the material structure and function of plant tissue in the academic year 2014/2015, class VIII.
Learning Science-Biology undertaken tend to be monotonous. Teachers often provide learning through lecture method. Students tend to listen, and record any material being taught teachers. This study aims to determine the effect of the application of cooperative learning model type Team Assisted Individualy (TAI) on learning outcomes biology grade students of SMP Negeri 2 Pariaman. This type of research is experimental study with randomized control group posttest-only design. In this study, the experimental class is 6 VIII and VIII 3 as the control class. The instrument used was a test sheet student learning outcomes and attitude score sheet. Data were analyzed using t-test. Based on the analysis of cognitive domains final test results obtained, the average value of the experimental class (63.40) higher than the control class (62.28). Results obtained t t-test. (0.29) is smaller than the ttabel (1.67), therefore, the hypothesis is rejected. For affective experimental class has an average of 2,82 and 2,79 control class. So it can be concluded that in this study the application of the learning model type individualy Assisted Team (TAI) has no effect on the results of study of biology on the material structure and function of plant tissue class VIII SMPN 2 Pariaman.
Keywords: team assisted individualy, learning outcomes, structure and function of plant tissue
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran dalam pendidikan formal di sekolah terdiri atas tiga fase yakni fase informasi, fase transformasi dan fase evaluasi terhadap hasil belajar. Terkait dengan ketiga fase tersebut guru adalah faktor utama dan sangat pokok. Sanjaya (2006:13) menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengim- plementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh karena itu, agar pembelajaran biologi dapat berjalan dengan sukses sangat diperlukan kreativitas guru dalam membuat pembelajaran semenarik
mungkin bagi siswa sehingga dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar termasuk pembelajaran biologi.
Berdasarkan observasi dan wawan- cara penulis dengan guru kelas VIII SMPN 2 Pariaman, Ibu Nurhayati Sri Hardini, S.Si. pada tanggal 08 Mei 2015, terungkap bahwa nilai rata-rata kelas siswa pada mata pelajaran biologi masih rendah. Umumnya berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) 76. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran IPA-Biologi siswa pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan tahun pelajaran 2014/2015 kelas VIII1(76,25), VIII2(75,11), VIII3(55,76), VIII4(57,58), VIII5(52,03), VIII6(61,63), dan VIII7(58,36).
Pembelajaran IPA-Biologi yang dilaksanakan cenderung monoton. Guru
lebih sering memberikan pembelajaran melalui metode ceramah . Siswa cenderung untuk mendengar, dan mencatat setiap materi yang diajarkan guru, termasuk pada materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Berkaitan dengan kernyataan di atas, salah satu cara yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran Cooperative learning. Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Salah satu model pembelajaran cooperative learning adalah Team Assisted Individualy (TAI). Suyatno dalam Istarani dan Ridwan (2014:51) menyatakan bahwa istilah TAI adalah bantuan individual dalam kelompok (BidaK) dengan karakteristik pembelajaran bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu, siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bantuan jadi dari guru saja. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Dalam model pembelajaran TAI ini siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang beragam.
Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa dan ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Dalam metode TAI, setiap kelompok diberi serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakan bersama-sama dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Coo- perative tipe Team Assisted Individualy (TAI) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pariaman.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen, rancangan penelitian “Randomized Control Group Postest Only Design”. Penelitian telah dilaksanakan di SMPN 2 Pariaman tahun pelajaran 2015/2016 pada bulan Oktober 2015
Jenis data yang digunaka adalah data primer, yaitu hasil belajar siswa kelas sampel. Pada ranah afektif dan kognitif.
Data sekunder yaitu nilai mentah ulangan harian kelas VIII SMPN 2 Pariaman,
sebelum melakukan penelitian pada kelas VIII SMPN 2 Pariaman. Sumber data adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Pariaman yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Pariaman tahun pelajaran 2015/2016. Sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri dari dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen VIII.6 dan kelas control VIII.3.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ranah kognitif berupa tes hasil belajar siswa yang diolang dengan menggunakan uji-t, dan ranah afektif dengan lembar observasi yang diolah dengan rubrik penilaian afektif. Denga menggunakan sumber dari Kemdikbud (2014d: 23) .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil belajar Biologi siswa pada kedua kelas sampel. Data hasil belajar Biologi pada ranah kognitif, dan afektif :
1. Kognitif
Gambar 1.Rata-rata Hasil Belajar.
Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 63,40 dan kelas kontrol 62,28. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Cooperatif tipe team asissted individualy hampir sama dengan nilai kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanyajawab. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar yang terdapat dapat
63,40
62,28
Eksperimen Kontrol
dilihat persentase ketuntasan hasil belajar biologi kelas eksperimen dan kelas kontrol tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yaitu kelas eksperimen 14,29 % dan kelas kontrol 8,82% .
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Team Asissted Individualy ternyata tidak terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ini bisa dilihat dari nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan perbedaan yang begitu tinggi.
Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu 63,40 dan kelas kontrol 62,28. Pada kelas eksperimen didapatkan 5 orang siswa saja yang mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (KKM) dengan persentase 14,29 % dan dapat dilihat pada Lampiran 12. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan 3 orang saja yang mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 62,28 dengan persentase 8,82
%.
Berdasarkan uji hipotesis didapatkan harga thitung = 0,29 pada taraf nyata 0,05 didapatkan harga ttabel= 1,67, dengan demikian didapatkan kesimpulan bahwa thitung<ttabel maka hipotesis ditolak dan dinyatakan model TAI ini tidak meningkatkan hasil belajar siswa. Ini dikarenakan guru kurang mengguasai pengelolaan kelas, sehingga siswa meribut.
Menurut Suryabrata (2006: 42) jika hipotesis ditolak ada beberapa kemungkinan penyebabnya, salah satunya adanya variabel-variabel luaran. Menurut Drever dalam Slameto (2013: 59) kesiapan adalah memberi response atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Masalah yang penulis dapatkan pada saat penelitian adalah penulis masih kurang dalam penguasaan kelas atau penggelolaan kelas, sehingga suasana kelas kelihatan ribut saat berlangsungnya proses pembelajaran selama penelitian. Penulis sudah berusaha untuk menciptakan suasana kelas yang aman dan tidak ada keributan
dengan cara mengontrol kelas dan memberi teguran pada siswa yang membuat keributan. Pada siswa juga ada kendala, dimana saat menjawab pertanyaan yang ada di handout pada kelompok siswa yang pemalas sering memanfaatkan siswa yang rajin untuk mengerjakan pertanyaan tersebut, sehingga siswa yang rajin sering dimanfaatkan dalam menyelesaikan pertanyaan dalam kelompok dan siswa dalam pembelajaran TAI ini kelihatan masih kurang aktif mungkin dikarnakan siswa belum terbiasa denggan penggunaan model pembelajaran TAI.
Hasibuan dan Moedjiono (2009:82) menyatakan bahwa keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal jika terjadi gangguan baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial. Sejalan dengan hal ini Warsono dan Harianto (2012: 24) menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator harus mampu membangun lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi terselenggaranya pembelajaran aktif yang baik.
Berdasarkan masalah di atas tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Cooperativ tipe team asissted individualy terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP 2 Negeri Pariaman.
Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata hasil tes akhir pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak begitu berbeda. Hal demikian bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari guru maupun dari siswa itu sendiri karna pada saat pembelajaran umumnya siswa sering belajar secara individu sehingga siswa kurang serius jika dalam belajar kelompok ini bisa dilihat dari nilai individu yang dilakukan pada setiap kali pertemuan yaitu memiliki rata-rata pada pertemuan 1 (87,85), pertemuan ke-2 (89,67), dan pertemuan ke-3 (94,52). Dari nilai rata-rata soal individu dapat dikatakan nilai siswa tiap pertemuannya meningkat ini menandakan siswa lebih cenderun untuk belajar secara individu dibandingkan kelompok.
Sudjana (2011: 39) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh 2 faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Berkaitan dengan hal ini Clark dalam Sudjana mengatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan.
2. Afektif
Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2. Penilaian Afektif kelas Eksperimen dan kelas kontrol Gambar capaian optimum pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan data hasil pada ranah afektif ini diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu tiga kali pertemuan. Deskripsi data ini ditunjukkan dengan nilai modus dalam kedua kelas sampel menentukan kriteria yang diperoleh siswa untuk setiap indikator yang diamati.
Indikator yang dinilai yaitu rasa ingin tahu, percaya diri dan disiplin. Pada kelas eksperimen didapatkan nilai modus tertinggi terlihat pada indikator percaya diri 2,88, sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai modus tertinggi pada indikator disiplin 3,00.
Latisma (2011:192) mengatakan bahwa Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Penilaian afektif dilakukan selama penelitian yaitu sebanyak tiga kali pertemuan berdasarkan indikator. Indikator yang dinilai pada penilaian afektif ini ialah rasa ingin tahu, percaya diri dan disiplin. Berdasarkan data yang diperoleh pada kelas eksperimen
didapatkan nilai modus yang tertinggi pada indikator percaya diri yaitu 2,88 dengan predikat baik, karena pada kelas eks- perimen siswa harus percaya diri dalam pengerjaan tugas dalam kelompoknya, dan siswa harus percaya diri dalam pengerjaan kelompok dan soal individu yang telah dia buat. Sedangkan nilai modus keseluruhan pada kelas eksperimen yaitu 2,82. Pada kelas kontrol didapatkan nilai modus yang tertinggi pada indikator disiplin yaitu 3,00 dengan predikat baik, ini karna siswa dalam kelas kontrol siswa dituntut untuk memperhatikan guru saat menerangkan pelajaran, dan tidak mengganggu teman sebangkunya agar tida mengobrol selama proses pembelajaran berlangsung dan nilai modus keseluruhan pada kelas kontrol yaitu 2,79.
Latisma (2011:192) mengatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti, perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, moti- vasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnyaterhadap pendidik dan sebagainya. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Tingginya nilai modus yang didapat pada indikator percaya diri karena pada model pembelajaran team asissted individualy siswa dituntut untuk bisa mengerjakan soal individu dengan benar, dan juga harus percaya diri atas apa yang telah dia buat baik dalam soal individu maupun pada soal handout yang dikerjakan pada kelom- poknya. Nilai indikator afektif disiplin tinggi karena siswa dituntut untuk men- dengarkan guru saat proses pembelajaran berlangsung dan mencatat apa yang diterangkan guru didepan kelas, dalam indikator ini siswa lebih dituntut untuk datang tepat waktu dan tidak kelua rmasuk kelas saja saat proses pembelajaran, agar siswa lebih mengerti apa yang dijelaskan guru didepan kelas. Pada kedua kelas sampel didapatkan nilai modus tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 2,82 dengan predikat baik.
Majid dan Firdaus (2014: 53) secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila Rasa Ingin
Tahu
Percaya Diri
Disiplin 2,85 2,82 2,88 2,29 2,8 3
Eksperimen kontrol
individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam menentukan nilai dan menentukan tingkah lakunya.
KESIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini penerapan model pembelajaran tipe TAI tidak berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan kelas VIII SMPN 2 Pariaman.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu: Perlunya pengkajian aspek dan faktor-faktor yang menyebabkan tidak berpengaruhnya model pembelajaran tipe TAI terhadap hasil belajar biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan kelas VIII SMPN 2 Pariaman.
Perlu adanya penggunaan model selain model TAI untuk materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhandan menggungkapkan pengaruhnya terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 2 Pariaman.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Firdaus dan Abdul . 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar.
Bandung : Interes Media.
Istarani, dan muhammad ridwan. 2014.
Tipe pembelajaran kooperatif .Media persada : Medan.
Kemendikbud.2014. Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan.
Padang : UNP Press
Moedjiono, Hasibuan. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana Prenada Media Grub.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Warsono dan Hariyanto. 2012.
Pembelajaran Aktif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.