Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap Berat Badan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Harapan
Bunda Batam
Penulis:
Veronica Nurwita Permata Sade1 Mona Rahayu Putri2*
Regina Natalia3
Afiliasi:
Prodi Sarjana Kebidan Dan Pendidikan Profesi Bidan, Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam Korespondensi:
veronicanurwita2018@
gmail.com Histori Naskah:
Diajukan: 2023-11-27 Disetujui: 2023-12-08 Publikasi: 2024-01-01
Abstrak:
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi salah satu penyebab tertinggi kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR) dengan jumlah 34,5%. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2022 jumlah BBLR tertinggi pertama berada di wilayah kerja Tanjung Sengkuang berjumlah 1,9%. Perawatan metode kanguru merupakan alternatif pengganti inkubator dan merupakan salah satu cara penanganan untuk peningkatan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru terhadap berat badan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2023.
Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental dengan rancangan non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel 15 sampel dengan populasi bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kota Batam Tahun 2022. Alat ukur dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan analisis uji paired sampel t-test. Hasil penelitian didapatkan rata-rata berat badan pretest adalah 1940,00 gram dan posttest adalah 2196,67 gram. Hasil uji bivariat didapatkan p-value sebesar (0,000 < 0,05), yang menunjukkan bahwa Ho ditolak Ha diterima kesimpilan: terdapat pengaruh perawatan metode kanguru terhadap berat badan pada bayi dengan bayi berat lahir rendah. Maka diharapkan perawatan metode kanguru ini dapat lebih di optimalkan lagi dalam penerapannya untuk Masyarakat terutama ibu yang memiliki bayi dengan berat lahir rendah.
Kata kunci: Bayi Berat Lahir Rendah, Berat Badan, Perawatan Metode Kanguru
Pendahuluan
Bayi baru lahir (BBL) atau yang disebut juga dengan neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat 2500-4000 gram yang berusia dari 0-28 hari. Bayi baru lahir atau neonatus merupakan individu yang memerlukan adaptasi terhadap lingkungannya dikarenakan suhu di dalam perut ibu dengan lingkungan sekitarnya setelah ia lahir berbeda. Masa neonatus ini merupakan masa yang sangat rentan dan merupakan periode yang rawan bagi bayi dan berdampak pada kematian bayi. Kematian bayi adalah keadaan dimana bayi mati <28 hari setelah kelahiran, kematian bayi ini di bagi menjadi 2 yaitu kematian bayi dini yang terjadi pada minggu pertama kehidupan 0-6 hari dan kematian bayi lambat terjadi pada 7-28 hari kehidupan (Rachmadiani dkk.,2018).
Adapun penyebab kematian bayi baru lahir adalah asfiksia, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), trauma kelahiran, hipotermi, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan dan sebab-sebab lainnya (Prawiraharjo, 2018) World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa mayoritas dari semua kematian neonatal 75% terjadi selama minggu pertama kehidupan dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam pertama. Termasuk di dalamnya premature, komplikasi terkait intrapartum, dan infeksi cacat lahir, hal ini
yang menyebabkan kematian terbesar pada neonatal. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi yang berat badan lahirnya di bawah 2.500 gram. Bayi baru lahir prematur dan BBLR menyumbang 60-80% dari seluruh kematian neonatal. Dibandingkan bayi cukup bulan, bayi prematur dan BBLR memiliki risiko kematian 2-10 kali lebih tinggi. Setiap tahunnya di dunia 15,5% dari semua kelahiran atau 20 juta anak yang lahir adalah BBLR. 96,5% dari kelahiran ini terjadi di negara-negara terbelakang. Inisiatif untuk menurunkan jumlah kelahiran BBLR sampai 30% di tahun 2025. Menurut data sampai sekarang menurun menjadi 14 juta dari 20 juta bayi BBLR (WHO, 2022).
Angka kematian bayi (AKB) menurut Profil Kesehatan Indonesia 2021 sebesar 73,1% diantaranya pada masa neonatal (20.154 kematian). Dari seluruh kematian neonatal yang dilaporkan sebagian besar diantaranya (79,1%) terjadi pada usia 0-6 hari, sedangkan kematian pada 7-28 hari sebesar (20,9%), sementara itu kematian pada masa post neonatal usia 29hari-11 bulan sebesar (18,5%) (5.102 kematian) dan kematian anak balita usia 12-15 bulan sebesar (8,4%). Penyebab kematian terbesar pada tahun 2021 adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 34,5% dan asfiksia sebesar 27,8% dan penyebab kematian lain di antaranya adalah kelainan kongenital dan infeksi. (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2022).
Hasil dari pencatatan dan pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan diketahui bahwa AKB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021 adalah 7,5 per 1000 kelahiran hidup. Terjadi peningkatan jumlah kematian bayi dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2020 angka kematian bayi adalah 5,5 per 1000 kelahiran hidup. Adapun kabupaten atau Kota yang mengalami peningkatan adalah Kabupaten Karimun, Lingga, Anambas, dan Kota Batam. BBLR dan asfiksia masih menjadi penyebab nomor satu kematian neonatal di Provinsi Kepulauan Riau (Profil Kesehatan Kepri, 2022).
Angka kematian Bayi (AKB) di Kota Batam selama tahun 2022 sebanyak 0,25% (84 bayi). Adapun jenis komplikasi yang menyertai yaitu BBLR 0,57% (191 jiwa), asfiksia 0,62% (209 jiwa) dan infeksi 0,04% (16 jiwa). Indikator ini telah mencapai target dengan kata lain Kota Batam mampu menurunkan angka kematian bayi dibawah target RPJMN dan RPJMD Kota Batam 2020 yakni (16/1.000 KH) (Dinas KesehatanKota Batam, 2021).
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2022 jumlah BBLR tertinggi pertama berada di wilayah kerja Tanjung Sengkuang berjumlah 1,9%, kedua berada di wilayah kerja Puskesmas Batu Aji dengan jumlah 1,5 % dan yang ketiga berada di wilayah kerja Puskesmas Galang. (Dinkes Kota Batam, 2022). Hasil survei awal kasus bayi berat lahir rendah di beberapa Rumah Sakit Kota Batam pada tahun 2023 didapatkan 22,6% (126 kasus) pada tahun 2021 dan 16,2% (87 kasus) BBLR pada tahun 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah dan pada tahun 2021 terdapat 13,7% (283 kasus) serta pada tahun 2022 terdapat 12,1% (248 kasus) BBLR di Rumah Sakit Harapan Bunda.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruang perinatologi RSUD Kota Batam, didapatkan BBLR berjumlah 3 bayi. Kondisi bayi tersebut tidak memiliki komplikasi serius seperti gawat nafas, tidak memerlukan oksigen bantuan serta tidak memiliki kelainan kongenital berat. Penatalaksanaan yang dilakukan di rumah sakit terhadap BBLR adalah perawatan inkubator dan perawatan metode kanguru (PMK) selain itu hal yang harus di perhatikan pada bayi BBLR adalah pemantauan tanda-tanda vital, menjaga kehangatan bayi, pemantauan, pemberian nutrisi (ASI) dan pencegahan infeksi. Setelah dilakukan PMK kepada 3 bayi selama 1 jam perhari didapatkan 2 bayi mengalami kenaikan berat badan sebesar 5-10 gram perhari dan 1 bayi tidak mengalami peningkatan berat.
Hasil observasi wawancara dengan petugas kesehatan di ruang bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam di dapatkan ada 3 BLLR yang sedang mengalami perawatan 2 diantaranya sedang mengalami
perawatan dengan menggunakan inkubator di NICU dan 1 BBLR dilakukan perawatan di ruang bayi.
Adapun masalah yang sering dialami oleh BBLR diantaranya gangguan pencernaan dan masalah dalam pemberian nutrisi dikarenakan bayi sering mengalami refluks dan berat badan sulit naik sehingga lama rawat menjadi bertambah.
Penata laksanaan yang dapat dilakukan pada neonatus dengan BBLR yaitu Perawatan Metode kanguru. PMK saat ini sudah dilakukan di beberapa rumah sakit akan tetapi beberapa ibu melakukan PMK dengan durasi yang bervariasi yaitu kurang dari 1 jam, belum optimalnya pemantauan terhadap ibu yang melakukan PMK di rumah, serta belum adanya media dalam pemberian edukasi PMK. Sehingga penelitian lebih lanjut di perlukan untuk mengidentifikasi pelaksanaan PMK yang lebih terstruktur yang di awali dengan edukasi untuk persiapan ibu, implementasi PMK secara rutin dan berkelanjutan dari Rumah Sakit hingga kerumah.
Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) secara teratur dapat membantu mempertahankan suhu tubuh tetap stabil sehingga bayi dapat tidur lelap dan refleks hisap bayi lebih kuat dan akan meningkatkan nutrisi bayi yang berdampak pada kenaikan berat badan. Manfaat lain dari Perawatan Metode Kanguru (PMK) dapat menstabilkan suhu tubuh, pola nafas menjadi lebih teratur, denyut jantung lebih stabil yang dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa serta energi yang dimiliki digunakan untuk menghasilkan panas atau mempertahankan kehangatan tubuh sehingga metabolisme sel lebih baik dan pertambahan berat badan akan lebih baik. Umumnya secara fisiologis berat badan bayi akan mengalami penurunan 10 % dibawah berat badan lahir pada minggu pertama (7 hari) yang disebabkan sekresi cairan ekstravaskuler yang berlebihan dan kemungkinan masukan makanan yang kurang. Bayi harus bertambah atau melebihi berat badan lagi pada saat berumur 2 minggu (10-14 hari) dan harus bertumbuh kira-kira 15- 30 gram/ hari selama bulan pertama kehidupan. (Sharma.dkk, 2016)
PMK juga dapat memberikan keadaan yang lebih rileks pada bayi. Bayi dapat beristirahat dalam posisi yang lebih tenang dan menyenangkan, seperti posisinya ketika masih berada dalam rahim. Posisi saat PMK ini juga dapat mengurangi refluks pada bayi. Hal ini dapat mengurangi kegelisahan yang mungkin timbul dan dapat membuat bayi tertidur lebih lama. Kemudian, pada keadaan tersebut konsumsi oksigen serta kalori berada pada tingkat yang paling rendah dan kalori yang ada dapat digunakan untuk meningkatkan berat badan pada bayi (Sari, 2018). PMK juga dapat membantu meningkatkan angka kelangsungan hidup BBLR serta menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat serta penyakit saluran pernafasan bawah (Zulaekah, 2020).
Bayi dengan BBLR jika tidak di tangani akan menimbulkan masalah dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bayi dengan BBLR akan memiliki masalah dalam jangka pendek seperti gangguan metabolik, gangguan imunitas, gangguan pernafasan, gangguan cairan dan elektrolit (gangguan eliminasi, distensi abdomen, gangguan percernaan dan gangguan elektrolit). Bayi dengan BBLR juga memiliki masalah dalam jangka panjang seperti masalah psikis dan fisik. Masalah psikis pada bayi BBLR salah satunya adalah gangguan perkembangan dan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi pada masa anak-anak maupun dewasa (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Salah satu efek dalam jangka panjang pada bayi dengan BBLR akan mempengaruhi status gizi. Status gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tertentu yang salah satu dampak fisiknya dapat diukur secara antropometri. Bayi dengan BBLR mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat sehingga memiliki risiko kekurangan gizi yang menyebabkan bayi mengalami gizi kurang, pendek maupun kurus sehingga apabila tidak diperhatikan dengan serius dapat menjadi faktor utama penyebab terjadinya stunting (Albayani, 2020).
Menurut keputusan menteri Kesehatan republik Indonesia nomor: 203/Menkes/SK/III/2008 tentang perawatan metode kangguru (PMK) yang berisi bahwa perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan dalam mengurangi kematian neonatal pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Perawatan metode kanguru merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan berat badan pada BBLR dengan cara meningkatkan durasi tidur bayi, mengurangi refluks pada bayi dan mengurangi tangisan pada bayi sehingga menghemat kalori sehingga dapat meningkatkan berat badan bayi. (Zulaekah, 2020). Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh metode kangguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
Studi Literatur
Konsep Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat badan saat lahir <2500 gram.
Istilah BBLR sama dengan prematuritas. Namun, BBLR tidak hanya terjadi pada bayi prematur, tetapi juga bayi yang cukup bulan dengan berat badan <2.500 gram (Sinta dkk., 2019).
Konsep Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru yang disingkat dengan PMK merupakan perawatan yang diberikan kepada bayi yang mengalami BBLR (bayi berat lahir rendah), metode ini juga bisa digunakan pada bayi normal untuk mempermudah ibu dalam pemberian asi. Perawatan metode kanguru ini pada bayi BBLR pada dasarnya merupakan pengganti inkubator dalam memberikan kehangatan pada bayi. (Depkes, 2015).
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pre-eksperimental menggunakan desain One group pre test - post test.
Rancangan non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel 15 sampel. Populasi bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kota Batam Tahun 2022. Alat ukur dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan analisis uji paired sampel t-test.
Hasil
A. Univariat
1. Distribusi Frekuensi Rata-Rata Berat Badan Bayi Sebelum Diberikan Metode Kanguru Berat Badan
Sebelum Rata-rata SD Minimum Maximum
1940.00 257.183 1.350 2.350
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa rata-rata berat badan sebelum PMK 1940.00 dengan standart deviasi sebesar 257.183.
2. Distribusi Frekuensi Rata-Rata Berat Badan Bayi Sesudah Diberikan Metode Kanguru
Berat Badan Sesudah
Rata-
rata SD Minimum Maximum
2210.00 252.275 1.700 2.600
Berdasarkan tabel diatas didapatkan rata-rata berat badan setelah dilakukan PMK dengan jumlah 2210.00 dengan standart deviasi sebesar 252.275.
3. Distribusi Frekuensi Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Bayi Sesudah Diberikan Metode Kanguru Kenaikan
Berat Badan Rata-rata SD Minimum Maximum
270.00 84.092 150 450
Berdasarkan tabel diatas didapatkan rata-rata kenaikan berat badan setelah dilakukan PMK dengan jumlah 270.00 dengan standart deviasi sebesar 84.092.
B. Uji normalitas
Sebelum dilakukan analisis bivariat terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data, yaitu menggunakan uji Shapiro-wilk. Bila nilai p-value >0.05, maka data berdistribusi normal. Dilihat dari tabel 4.6 seluruh hasil p-value uji Shapiro-wilk > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai pada penelitian ini berdistribusi normal dan dilanjutkan dengan uji paired t-test.
C. Bivariat
Distribusi Frekuensi Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Berat Badan Pada Bayi Berat Lahir Rendah DiRumah Sakit Harapan Bunda
Variabel n Mean Mean
different Standar deviasi (SD)
Lower Upper P value
Berat badan
sebelum 15 1940.00 270.000 257.183 -316.8 -223.42 0.000*
Berat badan
sesudah 15 2210.00 252.275
*Uji Paired t-test
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa rata-rata berat badan bayi sebelum dilakukan metode kanguru 1940.00 gram. Sedangkan rata-rata berat badan bayi setelah dilakukan metode kanguru 2210.00 gram. Terlihat perbedaan rata-rata (mean different) berat badan sebelum dan sesudah pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 270.000 gram. Nilai p = 0.000 (p < 0.05), disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata berat badan BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode kanguru di ruang perinatologi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2023 serta terdapat pengaruh perawatan metode kanguru terhadap berat badan pada bayi berat lahir rendah di perinatologi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2023.
Pembahasan
Analisis Univariat
Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa secara keseluruhan rata-rata berat badan BBLR sebelum di berikan perawatan metode kanguru sebesar 1940.00 gram dengan standart deviasi sebesar 257.183 dan Secara keseluruhan rata-rata berat badan BBLR sesudah di berikan perawatan metode kanguru
Variabel n Mean Mean
different Standar deviasi
(SD) Lower Upper P value
Berat badan
sebelum 15 1940.00 270.000 257.183 316.568 223.432 0.000*
Berat badan sesudah
15 2210.00 252.275
*Uji Paired t-test
sebesar 2210.00 gram dengan standart deviasi sebesar 252.275. Berdasarkan hasil observasi setelah di lakukan perawatan metode kanguru terhadap 15 BBLR didapatkan terjadinya peningkatan berat badan pada BBLR dengan berat yang berbeda-beda di setiap bayinya.
Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa perbedaan standart deviasi berat badan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru adalah sebesar 256.667. Berdasarkan nilai p = 0.000, karena p < 0.05 maka dapat di simpulkan Ha diterima dan Ho ditolak, artinya adanya perbedaan yang signifikan rata-rata berat badan pada bayi berat lahir rendah sebelum dan setelah diberi intervensi PMK.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Bebasari (2017) tentang pengaruh perawatan metode kanguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat lahir rendah di ruang perinatology RSUD DR. Rasidin Padang. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimen dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel 15 orang.
Penelitian ini dilakukan selama 60 menit sehari. Hasil penelitian didapatkan rata-rata berat badan bayi sebelum perawatan metode kanguru adalah 1871.33 gram, sedangkan setelah dilakukan metode kanguru berat badan bayi meningkat menjadi 2108.67 gram, dengan peningkatan berat badan sebanyak 237.34 gram dimana p-value = 0.000 (p < 0.05). dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengaruh perawatan metode kanguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat lahir rendah di ruang perinatology RSUD DR. Rasidin Padang tahun 2017 (Bebasari, dkk 2017).
Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2020) tentang efek perawatan metode kanguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat lahir rendah yang rata-rata kenaikan berat badan setelah dilakukan metode kanguru selama 7 hari dengan durasi 1 jam perhari sebesar 30.2 gram dengan standar deviasi 11.79, untuk kelompok yang tidak melakukan metode kanguru mengalami kenaikan 15,5 gram perhari dengan standart deviasi sebesar 8.57. Dengan peningkatan sebesar 30.2 gram perhari dimana p-value = 0.000 (p < 0.05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode kanguru terhadap terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat lahir rendah pada tahun 2020 (Herawati,dkk 2020)
Secara teori penerapan metode kanguru dapat meningkatkan berat badan bayi secara optimal (Margaretha 2016) Perawatan metode kanguru pada awalnya hanya digunakan bagi masyarakat yang kurang mampu, sementara bagi masyarakat yang mampu akan menggunakan inkubator dalam perawatan bayi dengan berat lahir rendah. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman menggunakan perawatan metode kanguru hasilnya lebih efektif (Agusthia et al. 2020)
Metode kanguru dapat menstabilkan detak jantung bayi dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan.
Bayi lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya meniadi lebih cepat (Amelia et al.
2021). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bavi baru lahir (neonatus) (Jamil, 2017).
Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju dalam pertumbuhan fisik maupun status gizi. Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan dalam ukuran fisik tubuh secara keseluruhan atau sebagai peningkatan dalam setiap bagiannya, berkaitan dengan suatu peningkatan dalam jumlah atau ukuran sel (Maryunani, 2018). Bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke-10. Pertambahan berat rata-rata bayi selama bulan pertama sekitar 200 gram perminggu, pada 3 bulan kedua 150 gram perminggu dan pada tahun kedua 42 gram perminggu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Penelitian ini menunjukkan PMK 1 jam perhari selama 7 hari dapat meningkatkan berat badan sebanyak 270.00 gram dan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh “Herawati 2020 tentang efek perawatan metode kanguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat lahir rendah”
menunjukkan rata-rata kenaikan berat badan setelah dilakukan metode kanguru selama 7 hari dengan durasi 1 jam perhari sebesar 30.2 gram.
Rata-rata peningkatan berat badan bayi dalam penelitian ini penerapan metode kanguru dilakukan hanya 60 menit atau 1 jam perhari, hal itu saja mampu meningkatkan berat badan bayi lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diterapkan metode kanguru, apalagi jika diterapkan metode ini selama 24 jam perharinya. Perawatan metode kanguru merupakan intervensi terapeutik yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan bayi melalui peningkatan bounding ibu dan bayi yang menyebabkan terjalinnya hubungan bayi dan ibu, serta sentuhan dalam waktu yang lebih lama yang dapat mengurangi pengeluran katekolamin dalam darah sehingga menurunkan stres fisiologis janin, selain itu juga dapat membantu adaptasi fisologis bayi terhadap dunia luar rahim dan mencegah teriadinya hypotermia, kegelisahan bayi berkurang dan tidur bayi menjadi lebih lama yang berdampak pada stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi meniadi lebih baik (Lubis,dkk 2022).
Adanya pengaruh perawatan metode kanguru dengan peningkatan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat terjadi karena bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang menyenangkan, menyerupai posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan bayi berkurang dan tidur lebih lama. Pada keadaan tersebut konsumsi oksigen dan kalori berada pada tingkat paling rendah, sehingga kalori yang ada digunakan untuk menaikkan berat badan. Selain itu juga dengan perawatan metode kanguru, produksi ASI menjadi meningkat dan frekuensi menyusu jadi lebih sering, sehingga efek pada peningkatan berat badan jadi lebih baik (Sumiyati et al. 2020).
Teori tersebut senada dengan kondisi di Rumah Sakit banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan bayi salah satunya adalah pemberian nutrisi/ASI. ASI merupakan komponen penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang diminum harus sesuai dengan kebutuhan bayi. Dalam perawatan metode kanguru frekuensi ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat waktu. Karena bayi selalu berada dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi sudah merasa haus dan memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri puting susu ibu dalam baju kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bavi dam memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan cairanya. Kemudian hal tersebut juga membantu bayi meningkatkan kemampuan dalam menyusui karena reflek menghisap bayi akan selalu terasah dan terlatih serta hubungan batin ibu dan bayi akan lebih baik lagi karena kontak langsung yang diberikan ibu kepada bayinya. Secara keseluruhan untuk keberhasilan Perawatan Metode Kanguru itu sendiri di pengaruhi oleh nutrisi bayi yang cukup, emosional bayi dan ibu yang terjaga dengan baik, serta posisi bayi dalam perawatan metode kanguru ini akan memberikan kestabilan suhu bayi dan mencegah dari resiko hipotermi. Selain itu yang terjadi di Rumah Sakit saat ibu melakukan PMK produksi ASI ibu meningkat terlihat adanya rembesan ASI pada kain yang digunakan sehingga ibu menggunakan kain untuk mencegah rembesan ASI membasahi tubuh bayi. Perawatan metode kanguru ini juga membantu kemampuan bayi dalam menyusui karena refleks menghisap bayi akan selalu terasah dan terlatih. ASI yang diminum bayi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang akan berdapak terjadinya peningkatan berat badan bayi (Silvia, dkk 2017).
Menurut asumsi peneliti dengan perawatan metode kanguru selain adanya kedekatan psikologis antara ibu dan bayi yang dapat meningkatkan bounding antara ibu dan bayi sehingga membuat bayi lebih nyaman berada di dekapan ibu serta membuat bayi istirahat lebih teratuh hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa lebih tinggi pada bayi, sehingga proses pertumbuhan sel menjadi lebih baik, serta ketika dilakukan metode kanguru pemberian ASI lebih teratur dan peningkatan berat badan bayi
menjadi lebih signifikan ketika diberikan perawatan metode kanguru. Adapun kelebihan dari metode kanguru itu sendiri adalah memudahkan bayi saat menyusui, tidak memerlukan biaya yang mahal, mudah dilakukan, dapat dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, dan dapat mempersingkat waktu perawatan di rumah sakit, mengurangi kejadian infeksi, dan dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat yang di kemukakan oleh Rujanti,dkk 2018 kelebihan dari perawatan metode kanguru itu sendiri mempermudah bayi dalam menyusui, mengurangi infeksi terutama infeksi saluran nafas dan saluran cerna, bayi merasa aman dan nyaman serta mudah dilakukan.
Hambatan dan kesulitan dalam melakukan penelitian ini adalah ibu merasakan kerepotan dalam memberikan metode kanguru karena mempunyai bayi kembar, hal ini juga sejalan dengan yang di kemukakan oleh Wahyuni 2013 yaitu merasa kerepotan dalam melakukan perawatan metode kanguru karena mempunyai bayi kembar.
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan pengelolaan data oleh peneliti yang berjudul Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Berat Badan Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2023 dapat di ambil kesimpulan bahwa :
1. Berat badan bayi sebelum dilakukan metode kanguru rata-rata 1940.00 gram dengan standart deviasi sebesar 257.183.
2. Berat badan bayi setelah dilakukan metode kanguru rata-rata 270.00 gram dengan standart deviasi sebesar 84.092.
3. Terdapat perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan metode kanguru dengan perbedaan (mean different) 270.000 gram dengan nilai p-value 0.000.
Referensi
Agusthia, M., Noer, R. M., & Susilawati, I. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Peningkatan Berat Badan BBLR Pada Ruang Peinatalogi RSUD MUHAMMAD SANI Kabupaten Karimun Tahun 2020.
Albayani, M., Mardani, R.A.D., & Arifin, Z. (2020). Hubungan Berat Badan Lahir Bayi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Kesehatan Qamarul Huda. Volume 8:44-45.
Amelia, T. et al. (2021) 'Feasibility of Kangaroo Mother Care (KMC) Implementation in Depok City, Indonesia', Global Pediatric Health
Bebasari, M., & Agonwardi, A. (2017). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang Perinatologi Rsud Dr. Rasidin Padang Tahun 2017. JIK JURNAL ILMU KESEHATAN.
Herawati, I., & Anggraini, N. (2020). Efek Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kenaikan Berat Badan pada Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional.
Jamil, siti nurhasiyah, Sukma, F., & Hamidah. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta:
Kemenkes RI.
Lubis, A. D., & Oktariana, J. (2022). Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Yang Diberi Kme Dengan Durasi I Jam Dan Durasi Kme 2 Jam DI Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan.
Margaretha, S. L. (2016). Metoda kanguru pada perawatan bayi berat lahir rendah. Sari Pediatri, 8(3), 181- 7.
Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 1st ed.
cetakan kelima Abdul Bari Saifuddin, editor. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2018.
Proverawati, Kusumawati. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sharma, D., Shastri, S., & Sharma, P. (2016). Intrauterine Growth Restriction: Antenatal and Postnatal Aspects. Libertas Academica, 67.
Silvia, Yelmi Putri, Elharisda. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Penambahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Jurnal IPTEK Terapan. 2017.
Sinta LE dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi Dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pusaka.
Sumiyanti, Wahyuningsih, T., & Lusiana, A. (2020). Perawatan Metode Kanguru Pada Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Sains Kebidanan, 2(2), 26-29.
Wahyuni, S., & Dwi, P. (2013). Pengalaman Ibu dalam Melakukan Perawatan Metode Kanguru.
WHO. (2022). WHO recommendations for care of the preterm or low-birth-weight infant. In WHO.
Zulaekah, S. (2020). Aplikasi Kangaroo Mother Care untuk Meningkatkan Suhu Tubuh pada Bayi Berat Lahir Rendah dengan Hipotermi. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Magelang.