1
PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH TSANAWIYAH MA’ARIF
BALONG TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Oleh:
AULIA MIFTAHUL HIDAYAH NIM: 210313059
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
JULI 2017
ABSTRAK
Hidayah, Aulia Miftahul, 2017. Pengaruh Variasi Mengajar Guru Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong Tahun Ajaran 2016/2017 Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, Pembimbing Dr. Ju’subaidi M.Ag
Kata Kunci: Variasi Mengajar Guru, Lingkungan Keluarga, Minat Belajar Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan serta berperan serta secara aktif. Selain itu dukungan dari lingkungan keluarga siswa juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat belajar siswa. Dengan perhatian dan memberi bantuan baik secara moril maupun material sehingga kebutuhan siswa dapat dipenuhi. Cara mengajar guru yang bervariasi dan lingkungan keluarga yang mendukung siswa untuk belajar akan mempengaruhi minat belajar siswa tersebut.
Jadi diharapkan cara mengajar guru yang bervariasi dan lingkungan keluarga yang mendukung akan meningkatkan minat belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh variasi mengajar guru terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif Balong. (2) pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif Balong. (3) pengaruh variasi mengajar guru dan lingkungan keluarga terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif Balong. Pendekatan yang digunakan peneliti ialah pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan rumus statistik, yaitu teknik analsis Regresi Linier sederhana dan Regresi Linier Berganda. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 57 siswa dan semuanya dijadikan sebagai sampel.
Dari analisis data ditemukan: 1) ada pengaruh antara variasi mengajar guru dan minat
belajar siswa kelas VII pada ata pelaja a fi ih di MTs Ma’a if Balo g dengan hasil 46,831,
2) ada pengaruh antara lingkungan keluarga dan minat belajar siswa kelas VII pada mata pelaja a fi ih di MTs Ma’a if Balo g dengan hasil 25,152. dan 3) ada pengaruh yang signifikan antara dan lingkungan keluarga terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata
pelajaran fiqih di MTs Ma’a if Balo g dengan hasil 28,540. Berdasarkan perhitungan
koefisien determinasi (R2), didapatkan variasi mengajar guru dan lingkungan keluarga berpengaruh 27,43% terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif Balong. 72,57% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam penelitian ini. Sehingga Ha diterima dan H0 di tolak.
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Padahal pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM, tenaga pendidik hal ini guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting didalamnya, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan tugas dan mengatasi segala permasalahan yang muncul.
Sedangkan dalam pengertiannya pendidikan adalah usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia seiring dengan kemajuan sains dan tekhnologi yang semakin pesat. Pendidikan dalam prakteknya berkaitan erat dengan belajar karena dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok1. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Dalam hal ini belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
1 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Tekhnologi Pengajaran (Bandung: Sinar Baru, 1989), 113.
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya2. Dalam hal ini guru juga berperan penting dalam proses belajar seperti menumbuhkan minat belajar siswa terhadap proses belajar mengajar.
Karena dari minat siswa akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi.
Rendahnya minat belajar, seperti yang dikemukakan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Solo (DPKS), Joko Riyanto, penerapan pembelajaran lima hari dalam sepekan berdampak pada mundurnya kompetensi siswa yang diakui bahwa minat belajar siswa di Solo secara umum masih rendah. Karena untuk belajar kebanyakan masih harus disuruh dan bukan atas kemauan sendiri3.
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya4. Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Maka dari itu guru bertugas membangkitkan minat siswanya dengan memberikan perhatian kepada mereka sebagai seorang individu dan menyesuaikan metode serta bahan
2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 2.
3http://dok.joglosemar.co/baca/2014/08/21.sekolah-lima-hari-sulit-di berlaku kandi-solo.html.
4 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 121.
pengajaran dengan berbagai macam cara yang dapat menstimuli siswa-siswanya untuk memperoleh kepuasan dari segala aktivitas belajarnya.
Selain itu, guru harus dapat menerima kenyataan dan bahkan harus mampu mendalami keberadaan individu siswa baik di tinjau dari segi perkembangan fisik maupun intelektualnya serta karakteristik lain yang mencerminkan kepribadiannya, sehingga guru dapat memberikan suatu rangsangan yang tepat bagi para siswa untuk menumbuhkan minat yang kuat. Minat belajar merupakan hal yang besar peranannya dalam kegiatan belajar seseorang dan dorongan ini akan senantiasa berubah dari satu tingkat ketingkat berikutnya, sesuai dengan perkembangan yang dialaminya. Minat yang ada dalam diri siswa antara satu dengan lainnya tidak sama. Namun pada intinya bahwa minat merupakan kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain minat belajar mempunyai fungsi penggerak seorang untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini
“Dalam kegiatan proses belajar mengajar pelajaran akan berjalan lancar apabila disertai minat siswa. Sebaliknya siswa akan malas dan tidak mau belajar karena tidak adanya minat”5.
Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari
5 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005), 151.
dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil6.
Keberhasilan dan kesuksesan sekolah pada umumnya tergantung pada kualitas staf pengajarnya. Bila para gurunya efektif dalam mengajar maka para siswanya bisa belajar dengan baik. Dalam hal ini untuk mencapainya maka variasi mengajar guru menjadi syarat mutlak untuk efektifnya sebuah proses dalam mengajar. Untuk menghindari kejenuhan dalam proses pembelajaran, guru hendaknya pandai menciptakan variasi mengajar yang mampu menimbulkan minat siswa untuk belajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis7.
Menurut J.J Hasibun dan Moedjiono dalam bukunya Proses Belajar Mengajar memberikan definisi sebagai berikut: “Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan serta berperan serta secara aktif.8 Ada begitu banyak variasi mengajar seperti ada begitu banyak guru, karena kita semua adalah individu yang bekerja dengan cara kita sendiri yang unik.
Guru sebagai manusia mempunyai cara yang berbeda satu dengan lainnya pada saat mengajar di kelas, walaupun mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyampaikan pengetahuan, membentuk sikap anak dan menjadikan siswa
6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 33.
7 Thoifuri, Mejadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2007), 79.
8 J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, cet. 15, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), 64.
terampil dalam berkarya. Untuk menjadi guru tidak semudah apa yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Terlebih menjadi guru inisiator hendaknya dapat memilah dan memilih apa yang hendak dikerjakan, yakni bidang studi apa yang disampaikan,apa tujuan bidang tersebut, berapa usia siswa yang diajar, sejauh mana intelektual siswanya, menggunakan metode apa yang tepat dan cepat, media apa yang digunakan, dan bagaimana bentuk tes yang digunakan9. Apabila guru tersebut mampu mengidentifikasi persoalan di atas, maka dalam mengajar guru akan merasa mudah dan bisa membuat siswa berminat dalam proses belajar mengajarnya.
Sebagaimana disebutkan oleh J.J Hasibuan dan Moedjiono dalam bukunya Proses Belajar Mengajar: “faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar, jadi perlu ada variasi dalam proses belajar mengajar.10
Faktor lain yang mempengaruhi minat belajar adalah lingkungan sosial diantaranya adalah lingkungan keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto bahwa siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa; cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
9 Thoifuri, Mejadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2007), 81.
10 J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, cet. 12, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)64.
keadaan ekonomi keluarga11. Dengan demikian minat belajar dapat diartikan sebagai dorongan untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya yang mengacu kepada standar keunggulan. Standar ini dapat berasal dari tuntunan orang tua atau lingkungan tempat dimana seseorang dibesarkan.
Lingkungan keluarga merupakan faktor ekstren yang cukup berpengaruh besar pada minat belajar siswa. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri dalam mengasuh, mendidik dan membimbing keluarga khususnya anak dengan cara berbeda dengan keluarga yang satu dengan yang lain. Lingkungan keluarga yang menuntut prestasi yang tinggi sebagai standar keunggulan anak, akan menumbuhkan semangat dan dorongan individu untuk senantiasa mencapai standar keunggulan tersebut. Karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh siswa. Sehingga banyak hal yang diberikan orangtua kepada anak, dan banyak hal yang diterima oleh anak. Salah satunya dorongan untuk anak dalam keberhasilan belajarnya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak. Dalam lingkungan keluarga anak pertama-tama mendapatkan berbagai pengaruh (nilai). Oleh karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai si terdidiknya. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat
11 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),60.
berpengaruh dalam membentuk pola kepribadian anak12. Maka dari itu dukungan serta perhatian dari orang tua akan memabantu anak dalam menumbuhkan minat belajar yang ada pada dirinya.
Terkait dengan hal tersebut, maka penting melakukan perbaikan dalam varaisi mengajar, lingkungan keluarga dan minat belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MTs. Ma’arif Balong dalam proses belajar mengajar guru masih kurang dalam menggunakan variasi mengajar hal ini dibuktikan dengan adanya sebagian siswa yang ramai sendiri pada saat pembelajaran berlangsung, tidak memperhatikan guru ketika guru sedang menjelaskan. Hasil wawancara dengan guru di MTs. Ma’arif Balong mengatakan bahwa lingkungan dalam keluarga siswa masih kurang memberi perhatian serta dukungan terhadap anaknya dalam hal belajar di rumah. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan PR ada siswa yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh guru, mereka mengerjakan PR tersebut di sekolah dengan mencontek temannya13.
Berdasarkan temuan dan teori diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang minat belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong dengan judul “Pengaruh Variasi Mengajar Guru Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas Vii Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong Tahun Ajaran 2016/2017”
12 Helmawati, Pendidikan Keluarga (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), 50.
13 Purwanto, hasil wawancara pada tanggal 23 Februari 2016, pukul 08.00 di Kantor MTs.
Ma’arif Balong.
II. Batasan Masalah
Permasalahan yang terkait dengan judul diatas sangat luas, serta adanya berbagai keterbatasan yang ada baik waktu, dana dan tenaga sehingga tidak mungkin permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan terselesaikan semua.
Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah sehingga persoalan yang akan diteliti menjadi jelas. Dalam hal ini perlu dibatasi ruang lingkup dan pemfokusan masalah, sehingga persoalan yang diteliti menjadi jelas dan kesalahpahaman dapat dihindari. Maka dari itu agar pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang ada, yaitu variasi mengajar guru, lingkungan keluarga dan minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif Balong Tahun Ajaran 2016/2017.
III. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah variasi mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong?
2. Apakah lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong?
3. Apakah variasi mengajar guru dan lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong?
IV. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui variasi mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong.
2. Untuk mengetahui lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong.
3. Untuk mengetahui variasi mengajar guru dan lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Balong.
V. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kebenaran tentang teori variasi mengajar, lingkungan keluarga dan minat belajar siswa.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna pada pihak-pihak tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a. Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan wacana dalam meningkatkan mutu sekolah.
b. Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi.
VI. Sistematika Pembahasan
Sistematika penyusunan laporan hasil penelitian kuantitatif ini nantinya akan dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu awal, inti, dan akhir.. Sistematika pembahasan ini adalah:
Bab pertama, adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, adalah landasan teori variasi mengajar guru, lingkungan keluarga dan minat belajar siswa, telaah hasil penelitian terdahulu serta kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis.
Bab ketiga, berisi tentang metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian, populasi, sampel dan responden, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab keempat, berisi temuan dan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data variasi mengajar, lingkungan keluarga dan
minat belajar, analisis data Variasi Mengajar, Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar (pengujian hipotesis) serta pembahasan dan interpretasi.
Bab kelima, merupakan penutup dari laporan penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN ATAU TELAAH PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu14. Minat belajar juga dapat diartikan sebagai perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar15.
Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subyek, ada usaha (untuk: mendekati/ mengetahui/ memiliki/ menguasai/
berhubungan) dari subyek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek16.
Minat menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
14Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008),136.
15Muhammad Faathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta:
Teras, 2012), 174.
16Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdu Wahab, P sikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2004), 263.
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat17. Sedangkan menurut Sukardi minat dapat diartikan suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu18.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan atau keterikatan terhadap suatu hal yang di minati dengan diikuti perasaan senang dan keinginan yang besar untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai suatu tujuan. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya19. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.20
Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya21. Sedangkan menurut Margan, belajar adalah segenap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman22.
17Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta,2002), 157.
18 Ahmad Susanto, TeoriBelajardanPembelajaran di SekolahDasar (edisipertama)(Jakarta:
Kencana, 2013), 63.
19Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), 33.
20H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 121.
21 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),2.
22Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 84.
Jadi dari pengertian minat dan belajar diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala seperti: gairah, keinginan, ketertarikan pada suatu pembelajaran, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan positif pada suatu yang dipelajarinya. Misalnya, seorang siswa memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran fiqih maka, ia akan memberikan perhatian yang lebih serta memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran tersebut di bandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya, karena pemusatan perhatian yang intensif itulah yang menyebabkan siswa akan lebih giat belajar dan akhirnya mencapai hasil yang diinginkan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Cukup banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Pertama, yang bersumber dari dalam individu yang bersangkutan, misalnya: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, dan kepribadian. Kedua, yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan, misalnya: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Adapun menurut Sukartini dalam bukunya Ahmad Susanto menyatakan bahwa perkembangan minat tergantung pada kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, bahwa perkembangan minat sangat tergantung pada lingkungan dan orang-orang dewasa yang erat pergaulannya dengan mereka,
sehingga secara langsung akan berpengaruh pula terhadap kematangan psikologinya. Lingkungan bermain, teman sebaya, dan pola asuh orang tua merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan minat seseorang23. Pada prinsipnya faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sama dengan faktor yang mempengaruhi belajar24.
Menurut Rosyiadah dalam bukunya Ahmad Susanto, macam-macam minat belajar di bagi menjadi dua yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Minat dari dalam seperti:
kegairahan dalam belajar, pemusatan perhatian, keigintahuan, motivasi dan kebutuhan.
Sedangkan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan.
Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orangtua dan kebiasaan atau adat25.
c. Cara menumbuhkan Minat Belajar Siswa
Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab tumbuhnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan
23 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (edisiperta ma) (Jakarta: Kencana, 2013), 63.
24 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar & Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standart Nasional (Yogyakarta: Teras, 2012), 176.
25 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (edisiperta ma) (Jakarta: Kencana, 2013), 63.
dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.26 Segala sesuatu akan menarik minatnya jika berhubungan erat dengan kebutuhan orang yang bersangkutan. Cara menumbuhkan minta yaitu sebagai berikut:(1). Bahan pelajaran yang menarik minat, (2). Alat-alat pelajaran yang menarik minat, (3). Keadaan atau situasi yang menarik siswa, (4).
Guru yang menarik perhatian27. 2. Variasi Mengajar
a. Pengertian variasi mengajar
Istiliah variasi dalam kamus diartikan sebagai “selingan” atau pergantian.
Sedangkan Winataputra dalam Pupuh Fathurrohman mengartikan variasi sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton28. Menurut Moh. Uzer Usman, variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar- mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.29
Sedangkan Mengajar memiliki pengertian dari sudut yang berbeda, yaitu secara kuantitatif, kualitatif, dan institusional. Secara kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yaitu penularan, pemindahan pengetahuan.
Mengajar merupakan suatu seni untuk mentransfer pengetahuan, ketrampilan, dan
26Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi, 115.
27Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara manusiawi, (Jakarta: Asdi Mahastya, 1993) 106.
28Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 261.
29Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),84.
nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan-kebutuhan individu siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki oleh guru30. Sedangkan secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.31 Masston beranggapan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa32. Selain itu mengajar adalah segala upaya disengaja dalam rangka memberi siswa untuk terjadi proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.33
Sehingga dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud variasi mengajar adalah selingan atau pergantian dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik pada saat menyampaikan materi pelajaran agar dapat mencapai tujuan yang sudah dirumuskan.
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya.
Misalnya merasakan makanan yang sama terus menerus akan menimbulkan kebosanan, demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.34
30Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 60-61.
31Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana,2011), 96.
32Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 274.
33H. Chalidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Penddikan, (Surabaya: Al-Ikhlas,1994), 124.
34Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, cet. 4,(Jakarta: Rineka Cipta,2010),160.
Sebagaimana disebutkan oleh J.J Hasibuan dan Moedjiono, sebagai berikut:
Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu- begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar, jadi perlu ada variasi dalam proses belajar mengajar.35
Dengan demikian apabila seorang guru dapat mengatasi kebosanan yang dialami oleh siswa maka berarti dengan sendirinya perhatian, motivasi, semangat dan minat siswa dapat meningkat sehingga hal ini dapat mempermudah guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Tujuan Variasi Mengajar
Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono dalam bukunya Proses Belajar Mengajar memberikan definisi sebagai berikut: “menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan serta berperan serta secara aktif.36
Sedangkan, Abdul Majid dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran mengemukakan tujuan variasi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:37 (1). Meningkatnya perhatian siswa. Dengan perhatian penuh yang diberikan oleh seorang guru, diharapkan siswa akan mampu menguasai materi yang
35J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, cet. 12, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)64.
36J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, cet. 12, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)64.
37Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 263
diberikn guru. Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat penting, maka guru harus melakukan kombinasi, variasi, dan pengembangan dalam penggunaan metode, gaya mengajar, perhatian kepada siswa, suara, kontak pandang, dan sebagainya yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. (2). Memotivasi siswa.
Dalam konteks ini, variasi mengajar yang diberikan guru sangat berkontribusi besar dalam membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar. (3). Menjaga wibawa guru. Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan wibawa guru, salah satunya guru harus mampu mengajar dengan penuh percaya diri, memiliki kesiapan mental dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasaan teknik, dan sebagainya. (4). Mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar dapat mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan guru, dan sangat terbatasnya fasilitas belajar akan cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia untuk melakukan penelitian. (5). Mendorong anak didik untuk belajar. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.38
Selain tujuan di atas dalam bukunya Anissatul Mufarokah menyebutkan ada 4 tujuan variasi mengajar yaitu sebagai berikut: (1). Mempertahankan kondisi optimal belajar. (2). Menghilangkan kejemuan dalam mengikuti proses belajar. (3).
38Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 265.
Meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik. (4). Memudahkan pencapaian tujuan pengajaran.39
c. Komponen-komponen variasi mengajar
Komponen-komponen variasi mengajar dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta variasi interaksi.40 Uraian yang mendalam dari ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a) Variasi gaya mengajar
Guru perlu mengadakan variasi gaya mengajar agar suasana pembelajaran tidak membosankan. Variasi gaya mengajar juga akan menjadikan proses pembelajaran lebih dinamis dan mengintensifkan komunikasi antara guru dan siswa.41 Dengan variasi mengajar, perhatian siswa akan meningkat sehingga mempermudah siswa dalam menerima bahan pelajaran. Variasi gaya mengajar terdiri dari:
1. Variasi suara
Guru perlu mengatur intonasi, nada, volume, dan kecepatan suara. Guru dapat menaikkan intonasi dan volume ketika menyampaikan hal-hal yang dianggap penting (kata kunci).42
39Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), 157.
40Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 167.
41Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelejaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 67
42Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), 126.
2. Penekanan (focusing)
Penekanan dilakukan untuk memfokuskan perhatian siswa pada hal penting.
Penekanan dapat dilakukan secara verbal (suara) dan dipertajam dengan nonverbal (gerak tubuh seperti menekannya dipapan tulis, menunjuk dengan jari, atau melingkari kata-kata penting dipapan tulis)43.
3. Pemberian waktu (pausing)
Jika menemui kelas riuh ramai, guru dapat memberikan waktu diam sejenak tanpa kegiatan. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa.44
4. Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas menatap mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.45
5. Gerakan anggota badan ( gesturing)
Gerak anggota badan perlu juga divariasi. Variasi gerak merupakan bagian dari komunikasi. Mengatakan tidak sambil menggelengkan kepala akan lebih bermakna dibanding tanpa gerak apapun. Variasi gerak juga dapat
43Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 67-69.
44Ibid, 68.
45Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), 127.
dilakukan ketika memberikan pujian kepada siswa seperti mengacungkan jempol.46
6. Pindah posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik47. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan menjemukan, dan bila variasi dilakukan secara berlebihan akan mengganggu.
b) Variasi media dan bahan ajar
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandangan, media dengar, dan media taktil. Uraian dari ketiga komponen tersebut sebagai berikut:48
46Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 68
47Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,2010), 169.
48Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), 128.
1. Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, demonstrasi dan lain-lain.49
2. Variasi media dengar
Dalam proses belajar mengajar dikelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaan media memerlukan kombinasi dengan media pandangan dan media taktil.50
3. Variasi media taktil
Komponen terakhir dari ketrampilan menggunakan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media tektil”.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil51. c) Variasi interaksi
Jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1) Pola guru –murid: komunikasi sebagai aksi satu arah.
49Ibid, 128-129.
50Ibid, 129
51Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, cet. 4, (Jakarta: Renika Cipta,2010),171.
2) Pola guru-murid-guru: ada kabalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.
3) Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4) Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
5) Pola melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau awaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.52
Bagaimanapun variasi interaksi harus ada antara guru dan siswa, siswa dan siswa dalam setiap kali terjadi interaksi belajar mengajar. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan adanya variasi interaksi tersebut misalnya suasana kelas menjadi hidup dan beberapa hal dapat dengan cepat diketahui misalnya kebutuhan dan minat siswa, perhatian siswa dan lain sebagainya.53
Dengan berbagai variasi mengajar diatas guru seharusnya bisa menerapkannya agar siswa tidak merasa bosan dengan gaya mengajar guru yang hanya duduk dan ceramah. Guru juga harus mengatur berbagai variasi mengajar untuk menarik minat serta perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
52Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014),273.
53Sudirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 207.
Penggunaan variasi dimaksudkan agar peserta didik terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul.54
3. Lingkungan keluarga a. Pengertian lingkungan
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel- sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani. Sedangkan secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsensi kelahiran sampai matinya. Secara sosio kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak55.
Pendapat lain tentang lingkungan juga dikemukakan oleh Sartain (seorang ahli psikologi Amerika), ia mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan adalah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu
54Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), 157.
55M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 129-130.
mempengaruhi atau memiliki hubungan terhadap tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan.56
b. Pengertian keluarga
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia Modern secara harfiah keluarga berarti sanak saudara: kaum kerabat, orang seisi rumah, anak bini.57 Selain itu terdapat beragam istilah yang bisa dipergunakan untuk menyebut keluarga.
Keluarga bisa berarti ibu, bapak, anak-anaknya atau seisi rumah. Bisa juga disebut batih yaitu seisi rumah yang menjadi tanggungan dan dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.58 Pengertian lain tentang keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu peranan (orangtua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan.59
Keluarga menurut Soelaeman secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing- masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling memengaruhi, memperhatikan dan menyerahkan diri. Sedangakan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh
56Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), 32.
57Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 41.
58Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 41.
59Futiati Romlah, Psikologi Belajar (Ponorogo: STAIN PONOROGO PRESS, 2006),190.
kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang dimaksud untuk saling menyempurnakan diri.60
Salah seorang ahli psikologi, yaitu Hurlock berpendapat bahwa keluarga
“training centre” bagi penanaman nilai-nilai (termasuk juga nilai-nilai agama).
Pendapat ini menunjukkan bahwa keluarga mempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai dan kemampuan mengamalkan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personal maupun sosial kemasyarakatan.61
Kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga juga akan berpengaruh terhadap psikis anak, seperti halnya keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga yang tidak utuh, baik secara struktural maupun fungsional, kurang memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar. Ketidak utuhan dalam keluarga akan menimbulkan kekurang seimbangan baik dalam pelaksanaan tugas-tugas keluarga maupun dalam memikul beban sosial psikologis keluarga. Hal-hal tersebut akan menimbulkan siswa kurang konsentrasi dalam belajar.62
c. Pengertian lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan
60Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam keluarga( Jakarta:
PT RinekaCipta, 2004), 16-17.
61Futiati Romlah, Psikologi Belajar (Ponorogo: STAIN PONOROGO PRESS, 2006),191
62Nana Syaodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Rosdkarya, 2005),164.
bimbingan.63Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lainnya. Disamping itu keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi.64 Selain itu dalam bukunya Slameto juga menjelaskan bahwa lingkungan keluarga juga sangat berperan terhadap minat belajar siswa65.
Jadi dapat disimpulkan lingkungan keluarga ialah sekolompok orang yang tinggal bersama dimana mereka memberikan dukungan yang positif bagi pertumbuhan fisik maupun psikologi anak dalam lingkungan belajarnya.
d. Fungsi dan Peranan Pendidikan Keluarga
Keluarga mempunyai fungsi dan peranan pendidikan, peranan pendidikan keluarga ini berfungsi sebagai berikut: (1). Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak. (2). Menjamin kehidupan emosional anak66. (3). Mananamkan dasar pendidikan moral. (4). Memberikan dasar pendidikan sosial67. (5). Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak68.
63Binti Maunah, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), 96-97.
64Hasbullah, Dasar-Dasar Lmu Pendidikan (Umum Dan Agama Islam), (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2009), 38.
65Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),54.
66Hasbullah, Dasar-Dasar Lmu Pendidikan (Umum Dan Agama Islam) (Jakarta: Rajawali Perss, 2009), 41.
67Ibid, 43.
68Binti Maunah, Landasan Pendidikan (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009)178-179.
e. Faktor yang mempengaruhi lingkungan keluarga
Siswa yang belajar akan mendapatkan pengaruh dari keluarganya berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a) Cara orang tua mendidik
Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan- kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya dalam kebutuhan belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya69.
b) Relasi antaranggota keluarga
Relasi antaraanggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.
Sebenarnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orangtua mendidik. 70
c) Suasana Rumah
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
69Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),61.
70Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 62.
kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar, akibatnya belajar anak menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak krasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.71
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orangtua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orangtua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
f) Latar belakang kebudayaan
71Ibid, 63.
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.72
4) Mata Pelajaran Fiqih a. Pengertian Fiqih
Dalam suatu pembelajaran materi bukanlah merupakan tujuan, tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu, penentuan materi pengajaran harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan, maupun organisasinya. Hal ini karena materi tersebut harus mampu mengantarkan peserta didik untuk bisa mewujudkan sosok individu sebagai mana yang digambarkan dalam tujuan.73
Menurut istilah fiqh adalah ilmu pengetahuan yang berkaiatan dengan hukum-hukum syara’ amaliah, yang hukum-hukum itu didapatkan dari dalil-dalil yang terperinci dan ia merupakan kumpulan hukum-hukum syara’ amaliyah yang akan diambil faedahnya dari dalil-dalil yang terperinci.74
72Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),64.
73Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN Po Press,2009),14.
74Zen Amiruddin, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Teras, 2009),18.
5) Pengaruh Variasi Mengajar Guru Terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih
Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala seperti: gairah, keinginan, ketertarikan pada suatu pembelajaran, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan positif pada suatu yang dipelajarinya. Misalnya, seorang siswa memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran fiqih maka, ia akan memberikan perhatian yang lebih serta memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran tersebut di bandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya, karena pemusatan perhatian yang intensif itulah yang menyebabkan siswa akan lebih giat belajar dan akhirnya mencapai hasil yang diinginkan.
Minat timbul tidak secara tiba-tiba oleh karena itu guru dituntut untuk menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Dengan demikian hendaknya seorang guru harus berupaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong peserta didik untuk senang dan bergairah belajar, yaitu dengan cara mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, media pengajaran dan interaksi guru dengan peserta didik.
Dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Sadirman menjelaskan bahwa “proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:75
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Sebagaimana disebutkan oleh J.J Hasibuan dan Moedjiono dalam bukunya Proses Belajar Mengajar: “faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyaian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar, jadi perlu ada variasi dalam proses belajar mengajar.76
Dengan demikian dapat dipahami bahwa variasi mengajar guru mempunyai pengaruh terhadap minat belajar siswa. Jadi penggunaan variasi mengajar dalam mata pelajaran Fiqih akan berpengaruh positif pada minat belajar siswa mata pelajaran fiqih.
75SudirmanA.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,2009),94.
76J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, cet. 12, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)64.
6) Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih
Lingkungan keluarga ialah sekolompok orang yang tinggal bersama dimana mereka memberikan dukungan yang positif bagi pertumbuhan fisik maupun psikologi anak dalam lingkungan belajarnya. Di lingkungan keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan pertamanya. Maka dari itu tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Minat dari anak pun juga di pengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Hal ini sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Slameto menjelaskan bahwa “lingkungan keluarga juga sangat berperan terhadap minat belajar siswa”77.Pada prinsipnya faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sama dengan faktor yang mempengaruhi belajar78.
Siswa yang belajar akan mendapatkan pengaruh dari keluarganya berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran penting terhadap pertumbuhan minat dari anaknya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap minat belajar siswa. Jadi perhatian serta kepedulian keluarga terhadap pendidikan anaknya akan sangat membantu menumbuhkan minat
77Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),54.
78 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar & Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standart Nasional (Yogyakarta: Teras, 2012), 176.
belajar anak. Sehingga anak memiliki semangat dan keantusiasan yang tinggi dalam pembelajaran jika kedua orang tua juga mendorongnya dalam lingkup pendidikan yang dipilihnya.
7) Pengaruh Variasi Mengajar dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih
Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono bahwa faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar, jadi perlu ada variasi dalam proses belajar mengajar79.
Dalam bukunya Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini menjelaskan untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar, untuk menciptakan kondisi seperti itu salah satunya dengan cara mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan terhadap belajar. Jadi minat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada
79J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, cet. 12, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)64
yang mengmbangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orangtuanya.80
Ketrampilan dalam variasi mengajar ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi mengajar, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Tidak hanya itu saja, ketika siswa diluar lingkungan sekolah atau dirumah, kondisi tempat tersebut juga harus mampu meningkatkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Disamping itu, orang tua juga harus berusaha meningkatkan minat anaknya dalam belajar dengan cara menemaninya ketika belajar.81 Dengan demikian, maka minat belajar siswa akan meningkat dengan sendirinya secara pelan-pelan.
Menurut Slameto lingkungan keluarga memiliki peran penting terhadap minat belajar anak.82 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorinijuga menjelaskan bahwa pada prinsipnya faktor yang mempengaruhi minat belaar siswa sama dengan faktor yang mempengaruhi belajar.83
Variasi mengajar merupakan stimulus-stimulus yang dilakukan oleh guru untuk membangkitkan minat belajar siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk
80Muhammad Faathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta:
Teras, 2012), 174-175
81Ibid, 184-183.
82Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),54.
83 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar & Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standart Nasional (Yogyakarta: Teras, 2012), 176.
menggunakan variasi dalam mengajar agar tidak menjemukan pada saat proses belajar mengajar.
Lingkungan keluarga pada dasarnya merupakan peletak dasar pendidikan pertama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan.
B. Telaah Penelitian Terdahulu
Hasil telaah pustaka yang dilakukan penulis sebelumnya yang ada kaitannya dengana variabel yang diteliti antara lain:
1. Penelitian dari Hanifah Anggraini STAIN press, Skripsi,Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016, Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi penelitiannya adalah siswa kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun yang berjumlah 135 siswa. Disini peneliti menggunakan rumus penarikan sampel untuk proporsi versi Cochran dengan jumlah sampel 100 siswa. Pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Analisa data utamanya menggunakan rumus regresi linier berganda.
Hasil penelitiannya ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Lingkungan keluarga siswa dalam kategori cukup dengan prosentase sebesar 73% sebanyak 73 siswa. (2) Motivasi belajar siswa dalam kategori cukup dengan prosentase sebesar 71% sebanyak 71 siswa. (3) Prestasi belajar siswa kelas VII mata pelajaran Fiqih dalam kategori cukup dengan prosentase sebesar 71%
sebanyak 71 siswa.(4) Variabel lingkungan keluarga dan motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung >Ftabel, maka tolak H0 yang artinya lingkungan keluarga (x1) dan motivasi belajar (x2) berpengaruh pada prestasi belajar siswa (y) dengan presentase sebesar 34,87% dan sisanya dengan presentase sebesar 65, 13 % dipengaruhi oleh faktor lain84.
2. Penelitian dari Munadziroh STAIN press, Skripsi,Pengaruh Penggunaan Media ICT Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Islam Kelas XI IPA Di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo ,pendekatan yang di gunakan adalah dengan analisis kuantitatif eksperimen true eksperimental design dengan desain post test only control design.Disini peneliti menggunakan sampel jenuh dengan jumlah sampel 62, dimana semua populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Sedangkan analisis data menggunakan rumus tes “t” polled varians karena datanya bersifat homogen.
Hasil penelitian ditemukan bahwa: (a) Minat belajar siswa yang menggunakan media ICT pada mata pelajaran Al-Islam kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo termasuk dalam kategori cukup dengan persentase 66,66%; (b) Minat belajar siswa yang tidak menggunakan media ICT pada mata pelajaran
84Hanifah Anggraini STAIN press, Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII MTsN Sidorejo Wun gu Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016.
Al-Islam kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo termasuk dalam kategori cukup dengan persentase 65,625%; (c) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran media ICT terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Al-Islam kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Berdasarkan tes “t” diperoleh t0= 0,07 dan ttabel= 2,00, sehinggat0< ttabel85
.
3. Penelitian dari Rina Farazeni STAIN press, Skripsi,Korelasi antara Prilaku Guru Agama Islam dengan Minat Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SLTP Negri 1 Ponorogo, 2003, pendekatan yang di gunakan adalah dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif mengunakan rumus product momen. Populasi keseluruhan siswa SLTP 1 negeri Ponorogo berjumlah 1210 yang terdiri dari siswa kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, dengan mengunakan sempel proportional startifed sampling sebesar 10 persen dari poulasi sebesar 120 sampel sedangkan untuk analisis kualitatif yaitu dengan mengubah data kuantitatif menjadi pertanyaan dan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku guru agama islam di SLTP negri 1 Ponorogo berdasarkan hasil perhitungan adalah cukup baik. Sedangkan minat siswa pada bidang studi pendidikan agama islam adalah sangat berminat. Dan ada korelasi yang signifikan antara prilaku guru agama islam dengan minat siswa pada bidang studi pendidikan agama islam. 86.
85Munadziroh, Pengaruh Penggunaan Media ICT Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Islam Kelas XI IPA Di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
86RinaFarazeni, Korelasi antara Prilaku Guru Agama Islam dengan Minat Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SLTP Negri 1 Ponorogo, (Ponorogo: Stain, 2003), X .
Dari beberapa skripsi di atas, persamaannya dengan penelitian yang ingin di teliti sekarang adalah sama-sama membahas tentang Lingkungan keluarga dan Minat Belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini juga membahas variasi mengajar guru dan menggunakan teknik analisis Regresi Sederhana dan Regresi Berganda. Sedangkan penelitian dari Munadziroh menggunakan teknik rumustes “t” polled varians karena datanya bersifat homogen dan Rina Farazeni Untuk analisis kuantitatif mengunakan rumus product moment.
C. Kerangka Berpikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research yang dikutip oleh Sugiyono mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konspetual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.87
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka di hasilkan kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Jika variasi mengajar guru baik maka minat belajar siswa baik.
2. Jika variasi mengajar guru rendah maka minat belajar siswa rendah.
3. Jika lingkungan keluarga siswa baik maka minat belajar siswa baik.
4. Jika lingkungan keluarga siswa rendah maka minat belajar siswa rendah.
5. Jika variasi mengajar guru baik maka minat belajar siswa rendah.
6. Jika variasi mengajar guru rendah maka minat belajar siswa baik.
7. Jika lingkungan keluarga siswa baik maka minat belajar siswa rendah.
87Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), 91.