• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruhnya terhadap Ekonomi dan Sosial di Indonesia

N/A
N/A
Hadid Henry

Academic year: 2024

Membagikan " Pengaruhnya terhadap Ekonomi dan Sosial di Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Adit Hendri NPM : 2156041010

Matkul : Ekonomi Politik Pembangunan

ESSAY

NEOLIBERALISME DAN KETIDAK RELEVANANNYA DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Seiring dengan globalisasi ekonomi yang semakin berkembang, Indonesia telah mengalami transformasi signifikan dalam kebijakan politik dan ekonominya. Salah satu fenomena yang mencolok adalah penetrasi ideologi neoliberalisme yang menjadi landasan kebijakan politik dan ekonomi di negara ini. Neoliberalisme, sebagai doktrin yang mengadvokasi persaingan bebas dan minimnya campur tangan negara dalam urusan ekonomi, telah memberikan dampak yang kompleks dan kontroversial bagi masyarakat Indonesia.

Untuk memahami secara komprehensif bagaimana neoliberalisme memengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial di Indonesia, penting untuk meninjau sejarah dan perkembangan konsep ini.

Sebagai naratif dominan dalam kebijakan politik dan ekonomi, neoliberalisme telah menjadi bagian integral dari agenda pembangunan di Indonesia. Namun, dampaknya yang merata dan konsisten terhadap kesejahteraan masyarakat masih menjadi subjek perdebatan yang intens.

Berdasarkan pemahaman akan konteks historis dan ideologis neoliberalisme, serta implementasinya di Indonesia, makalah ini bertujuan untuk menganalisis dampak neoliberalisme terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Dalam analisis ini, akan dieksplorasi bagaimana neoliberalisme memengaruhi distribusi kekayaan, akses terhadap layanan publik, hak asasi manusia, serta lingkungan hidup di Indonesia.

Selain itu, ini juga akan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan konsep neoliberalisme, serta mencari alternatif pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan politik Indonesia,

(2)

makalah ini akan mengusulkan pendekatan alternatif yang dapat mempromosikan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, sambil tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang dampak neoliberalisme dan eksplorasi alternatif pembangunan, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam diskusi mengenai arah pembangunan di Indonesia dan upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih inklusif dan berkeadilan.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neoliberalisme

Neoliberalisme kini telah menjadi landasan kebijakan politik dan ekonomi di Indonesia, namun kita perlu memahami bagaimana neoliberalisme bekerja. Sebagai "naratif dominan," kebijakan yang bersifat neoliberal dianggap sebagai "agama baru" yang diterapkan secara sistemik dan struktural melalui berbagai mekanisme kebijakan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Pembahasan tentang neoliberalisme akan sulit dipahami tanpa memahami konsep liberalisme secara menyeluruh. Liberalisme, dalam konteks politik Amerika Serikat, digunakan sebagai strategi untuk menghindari konflik sosial. Bagi mereka yang berada dalam golongan miskin dan buruh di Amerika, konsep liberalisme dianggap lebih "progresif" daripada "konservatif."

Awalnya, liberalisme adalah hasil perjuangan kaum borjuis kota terhadap kaum konservatif.

Secara luas, liberalisme adalah pandangan yang mempertahankan otonomi individu dari campur tangan komunitas, baik dalam konteks ekonomi maupun politik1.

Liberalisme ekonomi berkembang menjadi neoliberalisme, yang pada dasarnya memperjuangkan persaingan bebas (leissez faire), yaitu kebebasan individu dalam memiliki dan mengatur kegiatan ekonomi mereka. Penganut neoliberalisme meyakini bahwa pasar bebas memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial lebih baik daripada intervensi negara.

1Soesilowati Etty,Neoliberalisme: Antara Mitos Dan Harapan .Jurnal JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009

(3)

Kata "neo" dalam neoliberalisme mengacu pada kebangkitan kembali prinsip ekonomi liberal lama, di mana pemerintah diharapkan untuk membiarkan mekanisme pasar beroperasi tanpa banyak campur tangan. Dalam konteks ini, neoliberalisme berarti "bebas dari kontrol pemerintah," termasuk kebebasan bagi kapitalis untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Depresi ekonomi memunculkan pemikiran alternatif dari John Maynard Keynes, yang menentang prinsip liberalisme dengan gagasan "full employment" bagi buruh, karena buruh dianggap memiliki peran strategis dalam perkembangan kapitalisme. Sebagai respons, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Roosevelt mengembangkan program "New Deal"

untuk menyelamatkan rakyat Amerika. Namun, krisis kapitalisme belakangan ini telah menguatkan kembali tekad korporasi untuk kembali ke prinsip liberalisme.

Melalui fenomena "globalisasi korporat," paham neoliberalisme berhasil diperluas secara global.

Awalnya, neoliberalisme dikembangkan melalui "konsensus" yang dipaksakan, yang dikenal sebagai "The Neoliberal Washington Concensus." Kesepuluh formula dalam Washington Concensus, yang dirumuskan oleh John Williamson, memuat berbagai rekomendasi kebijakan neoliberal, termasuk disiplin fiskal, liberalisasi sektor finansial, dan privatisasi BUMN.

Dalam implementasinya, prinsip-prinsip neoliberalisme mengadvokasi kebebasan pasar, pengurangan pemborosan anggaran, deregulasi ekonomi, privatisasi, dan penghapusan konsep barang publik. Semua ini dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun dampaknya dapat menjadi polemik terkait dengan pemerataan dan kesejahteraan sosial.

B. Peran Negara dalam NeoLiberalisme

Sejak model pembangunan "developmentalisme" ditetapkan sebagai model alternatif pada tahun 1930-an, peran negara menjadi krusial sebagai pengendali ekonomi dan politik. Namun, negara juga memiliki tanggung jawab untuk melindungi, mensubsidi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, serta mencegah pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Negara menegaskan bahwa "pembangunan" adalah hak asasi manusia, sehingga peran negara sebagaimana yang diamanatkan oleh PBB adalah melakukan proteksi, prevensi, dan promosi terhadap HAM.

(4)

Negara, melalui perusahaan negara, juga berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan amanat konstitusi. Namun, paham neoliberalisme menantang kekuasaan negara dalam mengendalikan sumber daya ekonomi. Melalui kampanye privatisasi dan pemotongan subsidi, banyak negara mengalami kesulitan dalam memenuhi amanat konstitusi. Untuk menghindari kesalahan dalam melanggar amanat konstitusi, rezim pasar bebas mendorong negara untuk mengamandemen konstitusi mereka.

Saat ini, hampir semua hal yang dianggap menghalangi "pasar bebas" telah dihilangkan, termasuk amandemen pada UUD'45 yang mengatur kekuasaan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat. Prinsip efisiensi dianggap sebagai kunci menuju kemakmuran, yang diikuti oleh kampanye neoliberalisme untuk memperkuat pasar bebas.

Meskipun demikian, runtuhnya pembangunan dan gagasan pengembangan yang dipimpin negara tidak disesali oleh rakyat. Indonesia, sebagai anggota WTO dan pasien IMF, terpaksa meratifikasi sejumlah konvensi HAM PBB karena terjebak dalam jeratan hutang. Proses globalisasi yang dipengaruhi oleh neoliberalisme memaksa negara untuk menyesuaikan kebijakan ekonominya agar sesuai dengan prinsip pasar bebas.

Banyak kebijakan neoliberal telah diimplementasikan di Indonesia, seperti perubahan dalam kebijakan investasi asing dan penurunan tarif untuk produk pertanian. Bidang agraria juga telah mengalami reformasi menuju kebijakan neoliberal yang mendukung persaingan bebas, meskipun hal ini dapat merugikan petani kecil.

Dalam konteks pangan, definisi "pangan" dalam undang-undang cenderung lebih mengutamakan aspek komoditas daripada hak asasi manusia. Undang-undang tersebut dapat menjadi alat yang membatasi hak ekonomi petani kecil secara sistematis2.

C. sistem neoliberalisme tidak dianggap relevan di Indonesia

sistem neoliberalisme tidak dianggap relevan di Indonesia karena dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi, mengabaikan peran negara, meningkatkan ketergantungan ekonomi terhadap pasar global, mengancam keberlanjutan lingkungan, dan memperkuat

2 J Redwood, 1989. Popular Capitalism. London: Routledge

(5)

ketimpangan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih inklusif dan berpihak pada ekonomi kerakyatan mungkin lebih sesuai dengan konteks Indonesia.

Sistem neoliberalisme tidak dianggap relevan di Indonesia karena beberapa alasan. Pertama, sistem ini cenderung mengedepankan kepentingan pasar bebas dan privatisasi yang dapat mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat luas. Di Indonesia, dengan tingkat ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi, pendekatan ini dapat memperburuk kesenjangan yang ada.

Kedua, neoliberalisme juga dapat menyebabkan ketergantungan ekonomi terhadap pasar global.

Dalam konteks globalisasi, Indonesia perlu mempertimbangkan kebijakan yang melindungi kepentingan nasional dan memperkuat sektor ekonomi domestik. Terlalu banyak ketergantungan pada investasi asing dan pasar global dapat membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi ekonomi global.

Ketiga, sistem neoliberalisme cenderung mengabaikan peran negara dalam mengatur dan melindungi kepentingan masyarakat. Di Indonesia, Pancasila sebagai ideologi negara menekankan pentingnya peran negara dalam mencapai kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi. Pendekatan neoliberalisme yang lebih mengutamakan pasar bebas dan privatisasi dapat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Keempat, sistem neoliberalisme juga dapat mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, penting untuk mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Pendekatan yang lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan dampak lingkungan jangka panjang dapat merusak ekosistem dan mengancam keberlanjutan sumber daya alam.

Kelima, sistem neoliberalisme juga dapat memperkuat ketimpangan ekonomi dan kekuatan korporasi. Dalam konteks Indonesia yang memiliki sektor informal yang besar dan banyak pelaku usaha kecil dan menengah, pendekatan yang lebih inklusif dan berpihak pada ekonomi kerakyatan mungkin lebih relevan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan merata.

Hampir setiap hari kita menyaksikan proses dehumanisasi dan pemiskinan terjadi di sekitar kita, baik melalui layar televisi maupun secara langsung. Kaum miskin kota, fakir miskin, dan anak

(6)

jalanan yang seharusnya dilindungi dan dipelihara oleh Negara, justru dikejar-kejar, ditangkap, dan diperlakukan seperti seorang kriminal. Kekayaan Negara yang seharusnya digunakan untuk mensejahterakan rakyat dijual bahkan dikorupsi oleh segelintir orang.Apakah pernah Anda menyadari bahwa dari bangun tidur hingga tidur lagi, hampir semua yang kita lakukan dikuasai oleh pihak asing? Contohnya, saat bangun tidur kita minum Aqua (74% sahamnya dimiliki oleh Danone asal Perancis) atau minum teh Sariwangi (100% sahamnya dimiliki oleh Unilever Inggris), atau susu produk Sari Husada (82% sahamnya dimiliki oleh Numico Belanda) atau bahkan susu Nestle (100% dimiliki oleh Australia). Begitu pula saat mandi, sebagian besar kita menggunakan sabun, sampo, sikat gigi produk Unilever. Ketika makan, baik nasi, buah, atau minuman manis, seringkali menggunakan produk impor. Bahkan, tempe/tahu yang kita makan mungkin dipatenkan oleh Jepang. Ketika berangkat kerja, kita mungkin mengenakan batik yang dipatenkan Malaysia, naik mobil, bus, motor, atau bajaj, semuanya bermerk milik asing. Di kantor, segala peralatan dan fasilitas kerja juga seringkali merupakan produk asing.

Ketika berbelanja, kita mungkin pergi ke supermarket Carrefour milik Perancis, atau Alfa yang kini dimiliki sebagian oleh Carrefour dengan saham 75%, atau ke Giant hypermart milik Dairy Farm Internasional Malaysia, yang juga memiliki saham di supermarket Hero. Atau bahkan mencari camilan di Circle K yang merupakan waralaba asal Amerika Serikat.

Saat menabung atau mengambil uang di bank, kita mungkin menggunakan bank swasta nasional (BCA, Danamon, BII, Bank Niaga) atau bank swasta lainnya yang hampir semuanya dimiliki oleh pihak asing, meskipun tetap dengan nama bank swasta nasional di belakangnya. Saat membangun rumah, kita mungkin menggunakan semen Tiga Roda buatan Indocement (61,70%

dimiliki oleh Heidelberg Jerman), atau semen Gresik yang kini dimiliki oleh Cemex Mexico.

Begitu juga semen Cibinong, sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Holchim Swiss.

Jika disebut satu persatu, ketergantungan kita terhadap produk asing tentunya akan sangat panjang dan memalukan.

Di era keterbukaan ini, tentu saja kita tidak bisa menghindari pengaruh dan perdagangan internasional. Namun, sebagian besar orang berpendapat bahwa bangsa Indonesia akan tertinggal secara ekonomi jika menolak dogma tersebut. Meskipun begitu, dengan kondisi seperti sekarang, meskipun sudah banyak perusahaan asing beroperasi di Indonesia, kita masih jauh tertinggal dari

(7)

negara-negara tetangga. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa tidak masalah kepemilikan perusahaan lokal beralih menjadi milik asing, asalkan perusahaan tersebut menyumbang pajak, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan memberikan lapangan kerja.

Namun, apakah kita tidak prihatin melihat bahwa segala kebutuhan sehari-hari masyarakat telah dikuasai oleh pihak asing? Sudahkah kita menghitung berapa banyak keuntungan yang didapat pihak asing dan berapa yang didistribusikan ke negara kita? Perusahaan asing tentu saja tidak akan berinvestasi di Indonesia jika tidak menghasilkan keuntungan yang besar.

Yang perlu disadari adalah bahwa persoalannya bukanlah menolak perdagangan global atau investasi asing di Indonesia, melainkan bagaimana kita menghadapi situasi di mana perusahaan asing menguasai pasar Indonesia secara besar-besaran sementara kita hanya menjadi penonton.

Kita saat ini dihadapkan pada pertarungan antara korporasi global dan negara, di mana korporasi global berusaha menguasai sumber daya ekonomi dengan dalih efisiensi. Yang lebih aneh lagi, semangat untuk menguasai sumber daya ekonomi ini dilakukan secara legal melalui pembuatan undang-undang dan regulasi.

(8)

KESIMPULAN

Neoliberalisme telah menjadi landasan kebijakan politik dan ekonomi di Indonesia, diterapkan melalui berbagai mekanisme kebijakan baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Dari konsep liberalisme ekonomi berkembanglah neoliberalisme, yang mengadvokasi persaingan bebas dan minimnya campur tangan negara dalam ekonomi. Hal ini dipandang sebagai cara yang lebih efisien untuk mengatasi masalah sosial.Pengaruh neoliberalisme terlihat dalam dominasi produk dan merek asing di pasar Indonesia, serta dalam kebijakan ekonomi yang mendukung investasi asing dan privatisasi. Namun, hal ini juga menimbulkan keprihatinan terkait dehumanisasi, pemiskinan, dan ketergantungan ekonomi terhadap pasar global.

Konsep neoliberalisme menantang peran tradisional negara dalam mengatur dan melindungi kesejahteraan masyarakat. Privatisasi dan pemotongan subsidi merupakan upaya neoliberalisme untuk membatasi campur tangan negara dalam ekonomi.Sistem neoliberalisme dianggap tidak relevan di Indonesia karena dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi, meningkatkan ketergantungan ekonomi terhadap pasar global, mengancam keberlanjutan lingkungan, dan memperkuat ketimpangan ekonomi. Sebagai alternatif, pendekatan yang inklusif dan berpihak pada ekonomi kerakyatan mungkin lebih sesuai dengan konteks Indonesia.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Redwood, J. 1989. Popular Capitalism. London: Routledge.

Stiglitz, Joseph E. 2002. Globalization and Its Discontents. Penguin Book, Allen Lane.

Tunggul Alam, W. 2009. Di Bawah Cengkeraman Asing: Membongkar Akar Persoalan dan Tawaran Revolusi untuk Menjadi Tuan di Negeri Sendiri. Jakarta: Ufuk Pres. Prasetiantono, A.

Tony. 2009. "Neoliberalisme." Kompas, 27 Mei, hal. 6..

Etty Soesilowati ,Neoliberalisme: Antara Mitos Dan Harapan .Jurnal JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009

Referensi

Dokumen terkait

 Analisis aspek ekonomi dan sosial mengkaji tentang dampak keberadaan proyek bisnis terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dari sisi sosial, ekonomi, serta sebaliknyaa. 

Dokumen ini membahas tentang fungsi dan prinsip dasar Pancasila sebagai ideologi nasional

Dokumen ini membahas tentang pengaruh teknologi terhadap kehidupan masyarakat di

Dokumen ini membahas tentang kota Dubai di Uni Emirat Arab, termasuk masalah ekonomi, lalu lintas, industri, sosial di kota

Dokumen ini membahas dampak pandemi covid-19 terhadap ekonomi dan kesehatan di

Dokumen ini membahas tentang proyek Food Estate di Kalimantan Barat beserta dampak sosial, ekonomi, dan

Dokumen ini membahas konsep stratifikasi sosial dan kelas sosial, serta menganalisis penelitian empiris tentang bagaimana hukum memengaruhi stratifikasi sosial di

Dokumen ini membahas tentang jenis konstitusi ekonomi, peran pengaturan perekonomian Indonesia dalam UUD 1945, dan prinsip-prinsip ekonomi yang terkandung di