• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran PKN Berbasis TIK

N/A
N/A
andreasbangun

Academic year: 2024

Membagikan " Pengembangan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran PKN Berbasis TIK"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PKN BERBASIS TIK

Disusun Oleh

Melly Astria Br Aritonang (2215010151) Anes Marsela Br Pelawi (2215010193) Brian Ginting (2315010173) Nesti Br Sembiring (2215010022) Rutnala Br Tarigan (221500023) Prima Ronaldo sialagan (2215010101)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS QUALITY BERASTAGI TAHUN AJARAN

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga pembuatan buku ini bisa selesai tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan buku yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran PKN Berbasis TIK”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan buku ini. Kami sadar buku ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENGANTAR ... 1

1.1 Pentingnya PKN dalam Pendidikan ... 1

1.2 Peran TIK dalam Pembelajaran Modern ... 5

1.3 Tujuan Buku ... 11

1.4 Manfaat Buku untuk Guru dan Siswa ... 12

BAB II KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ... 14

2.1 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Efektif ... 14

2.2 Karakterisitk Bahan Ajar Yang Baik ... 15

2.3 Model-Model Pengembangan Bahan Ajar ... 18

2.4 Teori Belajar yang Relevan ... 21

BAB III MENGENAL TIK UNTUK PEMBELAJARAN PKN ... 27

3.1 Jenis-jenis TIK yang Dapat Digunakan ... 27

3.2 Perangkat Lunak dan Aplikasi yang Relevan ... 28

3.3 Keterampilan TIK yang dibutuhkan Guru ... 30

BAB IV LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKN BERBASIS TIK ... 32

4.1 Analisis Kebutuhan Peserta Didik ... 32

4.2 Perancangan Meteri Pembelajaran ... 36

4.3 Pemilihan Media yang Tepat ... 40

4.4 Pengembangan Materi Interaktif ... 41

4.5 Evaluasi dan Revisi ... 42

BAB V CONTOH BAHAN AJAR PKN BERBASIS TIK ... 45

5.1 Persentasi Interaktif ... 45

5.2 Video Pembelajaran ... 46

5.3 Game Edukasi Pembelajaran ... 49

BAB VI STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK . 52 6.1 Pembelajran Berpusat pada Peserta Didik ... 52

6.2 Pembelajaran Kolaboratif ... 55

6.3 Pembelajaran Berdiferensiasi ... 56

6.4 Penilaian Autentik ... 58

(4)

BAB VII EVALUASI PEMBELAJARAN ... 62

7.1 Instrumen Penilaian ... 62

7.2 Teknik Pengumpulan Data ... 63

BAB VIII TANTANGAN DAN SOLUSI DALAM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK ... 65

8.1 Keterbatasan Akses Teknologi ... 65

8.2 Kurangnya Kompetensi Guru ... 67

8.3 Hak Cipta dan Etika Digital ... 70

8.4 Tren Terabaru dalam Pengembangan Bahan Ajar PKN Berbasis TIK ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(5)

BAB I PENGANTAR 1.1 Pentingnya PKN dalam Pendidikan

PKN memiliki peran penting bagi para generasi muda yang akan menjadi warga negara sepenuhnya. Sebab PKN mengajarkan sikap saling menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Terdapat hal-hal penting lainnya dalam PKN, antara lain :

1. Supaya siswa dapat memahami serta melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dimana mereka akan melaksanakan hak dan kewajiban tersebut secara sopan santun, jujur, dan demokratis serta ihklas dan bertanggung jawab. Dalam proses ini, tanggung jawab dinilai sangat penting.

2. Pendidikan Kewarganegaraan membahas tentang bagaimana keikutsertaan warga negara dalam berpolitik. Karena akan kepedulian terhadap politik kita bangsa Indonesia. Dengan begitu akan terjalin hubungan yang baik antar warga negara dan pemerintah tanpa adanya kekacauan atau kericuhan.

3. Siswa diajarkan untuk dapat saling memahami dan menghormati antar sesama warga neraga. Tak hanya itu, para siswa juga diajarkan untuk menanamkan rasa tenggang rasa dan toleransi satu sama lainnya.

4. Siswa diajarkan mengenai sistem pemerintahan serta peraturan negara yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Siswa juga diberitahu akan pentingnya bela dan cinta tanah air. Karena kita hidup disini dan secara bersama.

A. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan dari mempelajari pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1. Supaya kita mengerti akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Setelah memahami tentang hak dan kewajiban apa yang didapatkan dan harus di lakukan, maka sebagai warga negara kita bisa menjalankannya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan ataupun menuntut hak – hak yang mungkin belum terpenuhi sebagai warga negara.

2. memotivasi kita untuk memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Artinya setelah mengerti peran dan keadaan negara , kita seharusnya menjadi warga negara yang cinta pada tanah air dan rela berkorban demi bangsa dan Negara, artinya kita jadikan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pedoman kita dalam berpikir.

(6)

3. meningkatkan kesadaran kita dalam peran aktif dalam melaksanakan bela negara.

Sikap bela negara ini bisa diwujudkan dengan cara misalnya pendidikan yang salah satunya adalah pendidkan kewarganegaraan.

B. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Berikut landasan ilmiah mengenai pendidikan kewarganegaraan, sebagai berikut:

Dasar pemikiran. Landasan ini meliputi tentang Penguasaan ilmu, teknologi, seni yang berlandaskan nilai nilai keagamaan, moral, kemanusiaan dan nilai nilai budaya bangsa berperan sebagai panduan dan pegangan hidup tiap Warga Negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Objek material. Landasan ini meliputi wawasan, sikap dan perilaku Warga Negara dalam kesatuan bangsa dan negara.

Objek formal. Landasan ini menjelaskan tentang hubungan antar Warga Negara dengan Negara termasuk hubungan antar Warga Negara dan pembelaan Negara.

Rumpun keilmuan. Landasan ini meliputi interdisipliner seperti Ilmu politik, hukum, filsafat, sosiologi, Ekonomi Pembangunan, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.

C. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagai suatu metode pendidikan, Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatkan serta melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada budaya bangsa yang ada sejak dahulu kala. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat menjadi cermin bagi warga negara sebagai bentuk jati diri yang terwujud dalam berbagai tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Sebagai mata pelajaran, hakikat PKN ialah bertujuan penting dalam membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan ini termasuk suku, agama, ras dan budaya serta bahasa demi membangun karakter bangsa sebagai bangsa yang cerdas, cakap dan memiliki karakter yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafat bangsa.

D. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

PKN berperan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan juga bernegara. Adapun fungsi dari pendidikan kewarganegaraan antaralain adalah sebagai berikut:

Mendorong generasi penerus untuk mengenal dan memahami tentang cita-cita nasional serta tujuan negara.

(7)

Membuat generasi penerus cepat tanggap dalam membuat dan mengambil keputusan- keputusan penting yang bertanggung jawab baik untuk dalam penyelesaian masalah individu dan masyarakat serta negara.

Mendorong agar generasi penerus dapat memberikan apresiasi cita-cita nasional serta mengambil keputusan-keputusan yang cerdas.

Sarana untuk menciptakan warga negara yang cerdas, terampil, dan memiliki karakteristik setia terhadap bangsa dan negara yang sesuai amanah Pancasila dan UUD 1945.

Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka, yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan yang terjadi didalam masayarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang merdeka bersatu dan berdaulat.

Mengembangkan dan membina siswa menuju terwujudnya manusia seutuhnya yang sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan Pancasila.

Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara sesame warga negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

E. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Adapun ruang lingkup mengenai pendidikan kewarganegaraan, antara lain:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa Indonesia yang meliputi, toleransi di dalam sebuah perbedaan, cinta lingkungan dana nah air, memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, berpartisipasi dalam pembelaan Negara.

2. Norma, hukum dan peraturan meliputi, Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma- norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hhukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia yang meliputi, hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia, Instrumen nasional dan Internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga Negara yang meliputi, memiliki kebebasan dalam berorganisasi, memiliki harga diri sebagai warga masyarakat, memiliki kebabasan menyampaikan atau mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Persamaan kedudukan sebagai warga Negara.

(8)

5. Konstitusi Negara yang meliputi, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan Politik, meliputi, Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demikrasi dan sistem politik, Budaya Politik, Budaya Demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem Pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila yang meliputi, Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi yang meliputi, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

F. Manfaat Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kehidupan Bernegara

Pendidikan kewarganegaraan bukan hanya sebatas pelajaran di kelas, tetapi juga merupakan fondasi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pendidikan kewarganegaraan meliputi:

1. Pemahaman tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pendidikan kewarganegaraan memberikan pemahaman yang mendalam tentang hak- hak serta kewajiban setiap warga negara. Hal ini penting agar masyarakat tahu peran mereka dalam mendukung pembangunan dan menjaga keamanan negara. Dengan memahami hak dan kewajiban, generasi muda diharapkan dapat berkontribusi secara aktif dalam memajukan negara.

2. Membentuk Generasi Berkarakter dan Bertanggung Jawab

Pendidikan kewarganegaraan juga berfungsi dalam membentuk karakter anak-anak dan remaja agar memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan, dan negara. Pendidikan ini menekankan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan toleransi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membangun Rasa Nasionalisme dan Patriotisme

Melalui pendidikan kewarganegaraan, siswa diajarkan untuk mencintai tanah air, memahami sejarah bangsa, dan menghormati simbol-simbol negara seperti bendera dan lagu kebangsaan. Hal ini penting dalam membangun rasa kebanggaan terhadap bangsa serta meningkatkan semangat persatuan di tengah masyarakat yang beragam.

4. Mengembangkan Kesadaran Demokrasi dan Kebangsaan

Di dalam pendidikan kewarganegaraan, siswa juga belajar tentang sistem pemerintahan, konsep demokrasi, serta pentingnya partisipasi aktif dalam pemilu. Hal

(9)

ini memberikan pemahaman bahwa setiap suara berharga dalam sistem demokrasi dan bahwa keterlibatan masyarakat adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang positif.

5. Menanamkan Nilai-nilai Toleransi dan Keberagaman

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, agama, dan suku. Pendidikan kewarganegaraan membantu siswa memahami pentingnya menghargai perbedaan dan mendorong sikap toleransi antar sesama. Hal ini sangat penting dalam menjaga keutuhan bangsa di tengah perbedaan yang ada.

1.2 Peran TIK dalam Pembelajaran Modern

Peran Teknologi dalam Pembelajaran Modern: Membentuk Masa Depan Pendidikan – Era digital telah mengubah lanskap pendidikan secara fundamental. Teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi tulang punggung pembelajaran modern, membuka pintu bagi pengalaman belajar yang lebih personal, interaktif, dan aksesibel. Dari platform pembelajaran online hingga aplikasi realitas virtual, teknologi telah merombak cara kita belajar dan mengajar, menciptakan peluang baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang semakin kompleks. Perubahan ini menghadirkan tantangan dan peluang yang menarik. Bagaimana teknologi dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran? Bagaimana kita dapat mengatasi kesenjangan digital dan memastikan akses yang adil terhadap teknologi pendidikan? Bagaimana kita dapat memastikan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan etis dalam pembelajaran?

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi fokus utama dalam memahami peran teknologi dalam membentuk masa depan pendidikan.

Evolusi Pembelajaran Modern

Teknologi telah merombak lanskap pendidikan, mentransformasi cara kita belajar dan mengajar. Dari kelas tradisional yang berpusat pada guru hingga pengalaman belajar yang lebih interaktif dan personal, teknologi telah membuka peluang baru yang tak terbayangkan sebelumnya. Pergeseran ini tidak hanya mengubah metode pengajaran tetapi juga membentuk kembali peran guru, siswa, dan institusi pendidikan.

Perbandingan Metode Pembelajaran Tradisional dan Modern

Berikut adalah tabel yang membandingkan metode pembelajaran tradisional dan modern, dengan menyertakan contoh teknologi yang digunakan:

(10)

Aspek Pembelajaran Tradisional

Pembelajaran Modern

Metode Pengajaran

Berpusat pada guru, ceramah, buku teks

Berpusat pada siswa, pembelajaran interaktif, konten digital

Interaksi Siswa Terbatas, pembelajaran individual

Kolaboratif, pembelajaran kelompok, diskusi online

Sumber Pembelajaran

Buku teks, lembar kerja, papan tulis

Platform pembelajaran online, video, simulasi, aplikasi pendidikan

Aksesibilitas Terbatas pada ruang kelas fisik

Tersedia kapan saja dan di mana saja, pembelajaran jarak jauh

Fleksibilitas Jadwal tetap, kecepatan

pembelajaran seragam

Pembelajaran yang disesuaikan, kecepatan pembelajaran sendiri

Contoh Teknologi

Papan tulis, buku teks, kalkulator

LMS (Learning Management System), MOOC (Massive Open Online Course), aplikasi pendidikan, video konferensi

Peningkatan Aksesibilitas dan Fleksibilitas

Teknologi telah membuka pintu bagi aksesibilitas dan fleksibilitas dalam pembelajaran yang belum pernah ada sebelumnya. Contohnya:

Platform pembelajaran online

seperti Coursera, edX, dan Khan Academy memberikan akses ke berbagai kursus dan program pendidikan dari seluruh dunia, memungkinkan siapa pun untuk belajar tanpa batasan geografis atau finansial.

Aplikasi pendidikan

seperti Duolingo, Memrise, dan Quizlet menyediakan alat belajar yang interaktif dan personal, membantu siswa belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan fokus pada area yang membutuhkan peningkatan.

(11)

Video konferensi

seperti Zoom dan Google Meet memungkinkan interaksi langsung antara guru dan siswa, serta kolaborasi kelompok, meskipun mereka berada di lokasi yang berbeda.

Jenis Teknologi dalam Pembelajaran Modern

Berbagai jenis teknologi telah diadopsi dalam pendidikan modern, masing-masing dengan kemampuan unik untuk meningkatkan proses pembelajaran. Berikut beberapa contohnya:

Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS : Platform online yang digunakan untuk mengelola dan mendistribusikan konten pembelajaran, melacak kemajuan siswa, dan memfasilitasi interaksi antara guru dan siswa. Contohnya, Moodle, Canvas, dan Google Classroom.

Platform Pembelajaran Online: Situs web atau aplikasi yang menawarkan berbagai kursus dan program pendidikan, seringkali dengan pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan berbasis mandiri. Contohnya, Coursera, edX, dan Khan Academy.

Aplikasi Pembelajaran:Aplikasi mobile yang dirancang untuk membantu siswa belajar melalui game, kuis, dan latihan interaktif. Contohnya, Duolingo, Quizlet, dan Memrise.

Perangkat Lunak Simulasi dan Virtual Reality (VR): Teknologi yang memungkinkan siswa untuk mengalami lingkungan dan situasi yang realistis, seperti simulasi laboratorium ilmiah atau kunjungan virtual ke museum.

Alat Kolaborasi: Platform online yang memfasilitasi kerja sama dan komunikasi antara siswa, seperti Google Docs, Zoom, dan Microsoft Teams.

Manfaat Teknologi dalam Pembelajaran

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran menawarkan berbagai manfaat, meningkatkan efektivitas dan pengalaman belajar secara keseluruhan.

Personalisasi Pembelajaran: Teknologi memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan fokus pada area yang membutuhkan perhatian lebih.

Platform pembelajaran adaptif dapat menyesuaikan konten dan kesulitan berdasarkan kinerja siswa, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar yang dipersonalisasi.

Meningkatkan Interaksi: Teknologi memfasilitasi interaksi yang lebih kaya antara guru dan siswa, serta di antara siswa sendiri. Forum diskusi online, ruang obrolan, dan alat kolaborasi memungkinkan siswa untuk bertukar ide, mengajukan pertanyaan, dan bekerja sama dalam proyek.

(12)

Meningkatkan Kolaborasi: Teknologi memfasilitasi kolaborasi antara siswa, memungkinkan mereka untuk bekerja sama dalam proyek, berbagi ide, dan belajar satu sama lain. Alat kolaborasi online, seperti Google Docs dan Microsoft Teams, memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersamaan pada dokumen dan proyek, bahkan jika mereka berada di lokasi yang berbeda.

Peran teknologi dalam pembelajaran modern tak terbantahkan, membuka pintu bagi metode pembelajaran yang lebih personal dan interaktif. Salah satu contohnya adalah dalam terapi wicara untuk anak autis. Melalui aplikasi dan platform digital, terapi wicara kini lebih mudah diakses dan lebih efektif. menunjukkan bagaimana teknologi membantu anak autis berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia luar. Teknologi juga membantu guru dalam memonitor perkembangan anak dan menyesuaikan metode pembelajaran sesuai kebutuhan individu. Dengan demikian, teknologi tidak hanya meningkatkan aksesibilitas, tetapi juga memperkaya kualitas pembelajaran bagi semua anak.

Akses ke Sumber Daya yang Lebih Luas: Teknologi membuka akses ke berbagai sumber daya pendidikan, termasuk buku, artikel, video, dan simulasi interaktif. Siswa dapat mengakses informasi yang relevan dengan topik yang sedang mereka pelajari kapan saja dan di mana saja.

Teknologi dalam Penilaian dan Umpan Balik

Teknologi memainkan peran penting dalam penilaian dan umpan balik, memfasilitasi proses yang lebih efisien dan efektif.

Penilaian Otomatis:Platform pembelajaran online dapat secara otomatis menilai tugas, kuis, dan ujian, membebaskan guru dari tugas penilaian yang memakan waktu.

Sistem ini dapat memberikan umpan balik instan kepada siswa, memungkinkan mereka untuk segera mengetahui kinerja mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

Umpan Balik yang Dipersonalisasi:Teknologi memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik yang dipersonalisasi kepada siswa berdasarkan kinerja mereka. Platform pembelajaran dapat melacak kemajuan siswa dan mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian lebih, memungkinkan guru untuk memberikan dukungan yang lebih tepat sasaran.

Penilaian Berkelanjutan:Teknologi memfasilitasi penilaian berkelanjutan, memungkinkan guru untuk melacak kemajuan siswa secara real-time. Data yang

(13)

dikumpulkan dari platform pembelajaran dapat digunakan untuk memantau kinerja siswa, mengidentifikasi tren, dan menyesuaikan strategi pengajaran.

A. Dampak Teknologi pada Pembelajaran: Peran Teknologi Dalam Pembelajaran Modern Teknologi telah merambah berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Integrasi teknologi dalam pembelajaran modern membawa dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif. Dampak positif teknologi meliputi peningkatan motivasi belajar, keterlibatan siswa, dan kreativitas. Di sisi lain, penggunaan teknologi juga menghadirkan tantangan dan risiko seperti kesenjangan digital, keamanan data, dan ketergantungan berlebihan.

B. Dampak Positif Teknologi pada Pembelajaran

Teknologi telah membuka peluang baru bagi dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif, menarik, dan efektif. Peran teknologi dalam pembelajaran modern tak terbantahkan, menghadirkan metode belajar yang lebih interaktif dan menarik. Platform pembelajaran online, simulasi virtual, dan video edukatif memungkinkan siswa mengakses materi dengan mudah dan fleksibel. Namun, teknologi tak hanya terbatas pada konten digital. Seperti halnya dalam olahraga, sebutkan nama lain dari melempar bola dari atas kepala yang membutuhkan teknik dan strategi, teknologi pun harus dipakai dengan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

Peningkatan Motivasi: Teknologi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menghadirkan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan. Misalnya, aplikasi pembelajaran seperti Khan Academy dan Duolingo menawarkan konten pembelajaran yang interaktif dan gamifikasi yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Aplikasi ini juga memberikan umpan balik instan dan penghargaan yang dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan mencapai target belajar mereka.

Peningkatan Keterlibatan: Teknologi dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan memfasilitasi kolaborasi dan diskusi antar siswa. Platform pembelajaran online seperti Google Classroom dan Edmodo memungkinkan siswa untuk berkolaborasi dalam proyek, berdiskusi dengan teman sekelas, dan berbagi ide secara real-time. Metode pembelajaran berbasis teknologi seperti flipped classroom dan blended learning juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dengan memberikan fleksibilitas dalam belajar dan kesempatan untuk belajar secara mandiri.

Peningkatan Kreativitas: Teknologi dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menyediakan alat dan platform yang memungkinkan siswa untuk mengekspresikan ide mereka secara kreatif. Alat desain grafis seperti

(14)

Canva dan Adobe Photoshop memungkinkan siswa untuk membuat presentasi, poster, dan desain grafis yang menarik. Platform video editing seperti iMovie dan Adobe Premiere Pro memungkinkan siswa untuk membuat video edukatif dan kreatif yang dapat digunakan untuk mempresentasikan proyek mereka.

C. Tantangan dan Risiko Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran, Peran Teknologi dalam Pembelajaran Modern

Meskipun memiliki banyak manfaat, penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dan risiko. Penting untuk memahami dan mengatasi tantangan ini agar integrasi teknologi dalam pembelajaran dapat berjalan efektif dan optimal.

Teknologi berperan penting dalam menciptakan ruang belajar yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan individual. Platform pembelajaran daring kini menyediakan akses terhadap materi pendidikan yang disesuaikan dengan beragam kebutuhan, termasuk anak berkebutuhan khusus. Untuk memahami karakteristik dan potensi mereka, tes psikologi khusus dibutuhkan.

Kesenjangan Digital: Akses terhadap teknologi yang tidak merata di berbagai wilayah merupakan tantangan utama dalam integrasi teknologi dalam pembelajaran.

Kesenjangan digital dapat terjadi dalam bentuk akses internet, perangkat komputer, dan literasi digital. Misalnya, siswa di daerah terpencil mungkin tidak memiliki akses internet yang memadai, sehingga mereka tidak dapat mengakses platform pembelajaran online atau sumber belajar digital lainnya.

Kesenjangan digital ini dapat menghambat kesetaraan akses terhadap pendidikan yang berkualitas.

Keamanan Data: Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga menimbulkan risiko keamanan data siswa. Informasi pribadi siswa, seperti nama, alamat, dan data akademis, dapat terancam akibat serangan siber atau kebocoran data. Contohnya, platform pembelajaran online yang tidak aman dapat menjadi target serangan siber yang dapat mengakibatkan kebocoran data siswa.

Hal ini dapat menyebabkan penyalahgunaan data siswa, seperti pencurian identitas atau penipuan.

Ketergantungan Teknologi: Ketergantungan berlebihan pada teknologi dapat berdampak negatif pada proses pembelajaran. Siswa mungkin menjadi terlalu bergantung pada alat bantu teknologi, seperti kalkulator atau aplikasi pembelajaran, sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri. Contohnya, siswa yang terlalu bergantung pada kalkulator

(15)

untuk menyelesaikan soal matematika mungkin kesulitan dalam memahami konsep matematika dasar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

D. Mengatasi Tantangan Teknologi dalam Pembelajaran

Meskipun ada tantangan, penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat dioptimalkan untuk mengatasi hambatan dan memaksimalkan manfaatnya. Berikut adalah beberapa solusi untuk mengatasi tantangan teknologi dalam pembelajaran:

Mengatasi Kesenjangan Digital: Untuk mengatasi kesenjangan digital, perlu ada upaya untuk meningkatkan akses terhadap teknologi di berbagai wilayah. Program penyediaan perangkat dan akses internet gratis bagi siswa kurang mampu dapat membantu meningkatkan akses terhadap teknologi. Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan literasi digital di kalangan siswa dan guru agar mereka dapat memanfaatkan teknologi secara efektif.

Meningkatkan Keamanan Data: Untuk meningkatkan keamanan data siswa, perlu diterapkan protokol keamanan data yang ketat dalam penggunaan teknologi pembelajaran. Platform pembelajaran online harus dilengkapi dengan sistem keamanan yang kuat, seperti enkripsi data dan otentikasi pengguna. Selain itu, penting untuk memberikan edukasi kepada siswa dan guru tentang pentingnya keamanan data dan cara melindungi data pribadi.

Mengurangi Ketergantungan Teknologi: Untuk mengurangi ketergantungan siswa pada teknologi, perlu diterapkan strategi pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis. Guru dapat mendorong siswa untuk menggunakan teknologi secara bijak dan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti pembelajaran tradisional. Misalnya, guru dapat meminta siswa untuk melakukan riset menggunakan internet, tetapi kemudian meminta mereka untuk mempresentasikan hasil riset mereka secara lisan atau tertulis, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis.

1.3 Tujuan Buku

Buku merupakan jendela dunia yang mampu menambah pengetahuan dan wawasan seseorang. Dengan membaca buku, seseorang dapat mendapatkan berbagai macam informasi yang ada di seluruh dunia. Oleh karena itu, tak heran jika banyak orang cerdas dan sukses karena memiliki minat membaca yang tinggi.

(16)

Dalam bukunya Bahasa Indonesia (Pengantar Pengembangan Kepribadian dan Intelektual), Muhammad Asdam menyebutkan tujuan membaca menurut Puji Santoso, dkk (2007: 65) bahwa tujuan membaca adalah:

1. Menghubungkan pengetahuan baru dengan schemata seseorang.

2. Memberikan kesempatan kepada seseorang melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam suatu teks bacaan.

3. Menjawab pertanyaan dikemukakan dalam teks bacaan.

4. Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan.

5. Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada seseorang menikmati teks bacaan.

6. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami teks bacaan.

7. Menggali simpanan pengetahuan atau schemata seseorang tentang suatu topik.

8. Mencari informasi untuk penyusunan suatu bacaan atau laporan.

1.4 Manfaat Buku untuk Guru dan Siswa

Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk gemar membaca buku. Selain dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, ternyata membaca buku juga memiliki beragam manfaat untuk kesehatan, seperti membuat tidur lebih nyenyak dan menghilangkan stres. Selain itu, masih banyak manfaat membaca buku, di antaranya sebagai berikut:

1. Ekspansi Kosakata dan Pengetahuan

Saat membaca, Anda mungkin menemukan beberapa kata yang tidak terlalu Anda mengerti atau bahkan mengenalinya. Kebingungan ini dapat membuat Anda mencari kata dan menemukan definisi. Kamus, baik dalam bentuk fisik atau bentuk ebook, dapat bermanfaat bagi pemahaman Anda tentang kata-kata baru yang mungkin tidak Anda kenal.

Karena Anda tidak tahu kata itu, untuk memulai, tindakan mencari definisi membantu otak Anda mempertahankan kata baru dan menarik itu, yaitu ekspansi kosa kata. Pertimbangkan seberapa jauh kosakata Anda telah muncul sejak Anda pertama kali belajar membaca.

2. Stimulasi Mental

Manfaat membaca buku yang tidak kalah pentingya ialah sebagai stimulasi mental. Otak membutuhkan olahraga untuk membuatnya kuat dan sehat, sama seperti semua otot di tubuh Anda. Oleh karena itu, aktivitas membaca telah dibuktikan dapat meningkatkan konektivitas di otak. Penurunan memori dan fungsi otak merupakan efek samping dari penuaan, namun membaca secara teratur dapat membantu memperlambat prosesnya.

(17)

Menjaga otak Anda aktif dapat memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer dan demensia.

3. Media Hiburan

Manfaat membaca yang paling terkenal ialah nilai hiburan dari membuka buku dengan halaman putih yang bersih. Tentu saja, hiburan biasanya menarik pembaca yang gemar mengambil buku yang lebih bagus berikutnya. Bahkan, itu telah menjadi bentuk hiburan yang solid selama bertahun-tahun. Meskipun membaca sangat cocok untuk hiburan, ada factor lebih dari hanya sekadar hiburan.

4. Meningkatkan Daya Ingat

Manfaat membaca buku berikutnya yaitu meningkatkan daya ingat. Buku memiliki banyak komponen berbeda. Alur cerita, karakter, dialog, dan pengaturan hanyalah beberapa di antaranya. Membaca mengharuskan Anda menggunakan otot ingatan Anda, membantu otot jangka panjang. Melatih otak Anda dengan cara-cara yang menantang secara mental dapat menyebabkan tingkat penurunan daya ingat yang lebih lambat.

(18)

BAB II

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR 2.1 Prinsip-prinsip Pembelajaran Efektif

Menyelenggarakan pembelajaran efektif merupakan impian setiap guru dan sekolah.

Pembelajaran efektif adalah kegiatan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara managerial-administratif dan berlaku secara kedinnasan, ukuran keberhasilan tersebut adalah pencapaian kriteria ketuntasan minimal oleh setidaknyaa 85% siswa. Mewujudkan pembelajaran efektif bukan hal mudah bagi kebanyakan guru, bahkan yang pernah mengajar berpuluh tahun sekalipun. Hal ini dikarenakan efektivitas pembelajaran merupakan proses yang kompleks, baik dipengaruhi oleh kondisi siswa, lingkungan maupun kompetensi pengajarnya.

Di antara sekian faktor penentu efektivitas pembelajaran, kemampuan pengajar merupakan faktor paling dominan. Pada sebagian orang pembelajaran efektif dipengaruhi oleh ketrampilan bawaan dalam mengajar. Sekalipun demikian, pembelajaraan efektif merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari, setidaknya dengan memperhatikan beberapa prinsip berikut.

1. Pengendalian Kelas

Pembelajaran efektif pertama-tama membutuhkan kemampuan pengajar untuk mengendalikan kelas, yaitu mengkondisikan siswa agar dengan antusias bersedia mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti instruksi pengajar. Pengendalian kelas merupakan kunci pertama keberhasilan pembelajaran. Kegagalan ataupun pengendalian kelas yang kurang maksimal akan berakibat kegagalan atau minimal keberhasilan pembelajaran kurang optimal. Intinya, pengendalian kelas merupakan upaya membuat siswa secara mental siap untuk dibelajarkan.

2. Membangkitkan minat eksplorasi.

Setelah siswa secara mental siap belajar, tugas guru adalah meyakinkan siswa-siswinya betapa materi pembelajaran yang tengah mereka pelajari penting dan mudah dipelajari, sehingga menggugah minat mereka untuk mempelajarinya. Ibarat makan, setelah anak mandi, berganti pakaian dan duduk di meja makan, sajian yang akan mereka santap memang membangkitkan selera. Anak tahu makanan itu enak, bermanfaat dan tak sabar untuk segera melahapnya.

3. Penguasaan konsep dan prosedur mempelajarinya

Seenak apapun makanan, pasti ada cara paling tepat untuk menikmatinya. Kesalahan cara menikmati tak jarang membuat anak kehilangan selera, misalnya makan satu ayam tetapi

(19)

dari sambalnya lebih dulu. Itu sebabnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperkenalkan hakekat makanan yang akan mereka santap, serta dari bagian mana atau dengan cara seperti apa menikmatinya.

Tugas inti seorang guru secara profesional adalah memperkenalkan konsep dasar dari materi pelajaran yang tengah dipelajari, dimulai dari sisi termudah dan paling menarik. Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran pasti menemukan banyak cara untuk membuat anak didiknya memahami materi pelajaran, dan bila perlu membuat kiasan, terutama untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak,

4. Latihan

Pemahaman dalam sekali proses akan sangat mudah menguap oleh berbagai aktivitas lain siswa. Memberikan latihan demi latihan baik berupa latihan di kelas, PR atau pemberian tugas-tugas tertentu merupakan wahana untuk memperkuat penguasaan materi yang telah dipelajari. Pemberian tugas dan latihan mutlak diberikan agar siswa berlatih secara terstruktur, sekalipun secara mandiri mereka mungkin saja mempelajarinya. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian latihan meliputi ketercakupan materi pelajaran. Itu sebabnya kisi-kisi materi pelajaran harus disusun sejelas mungkin, sehingga dalam pemberian latihan dan penugasa benar-benar meluas dan mendalam.

5. Kendali Keberhasilan

Tugas guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu guru harus memastikan seluruh siswa menguasainya. Penjajagan terhadap penguasaan materi pelajaran oleh siswa harus dilakukan baik selama proses pembelajaran, latihan maupun penugasan. Selama kegiatan pembelajaran guru perlu mulai menjajagi penguasaan materi pelajaran semisal melalui kuis, snap shot, atau pertanyaan acak lainnya. Hal yang harus diperhatikan saat memberikan kuis atau pertanyaan penjajagan adalah jawaban siswa yang selama ini dikenal paling lemah daya tangkapnya. Meminta siswa yang dikenal paling lemah dan sedang daya tangkapnya menjadi indikator awal keberhasilan pembelajaran, sebab secara otomatis dapat diperkirakan penguasaan materi oleh siswa yang daya tangkapnya kuat.

2.2 Karakteristik Bahan Ajar yang Baik

Menurut Sungkono dkk (2003:1) Bahan ajar adalah seperangakat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran yang “didesain” untuk mencapai tujuan pembelajaran.[1] Suatu bahan ajar memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran. Dengan kata “didesain” dapat diketahui bahwa bahan ajar juga dapat diwujudkan berupa media pembelajaran, alat peraga pembelajaran yang dapat digunakan untuk belajar siswa dalam proses pembelajaran, dan

(20)

sumber belajar yang membantu guru dan siswa dalam pembelajaran. Ada dua bentuk bahan ajar yaitu :

1. Bahan ajar yang “didesain” lengkap, artinya bahan ajar yang memuat semua komponen pembelajaran secara utuh, meliputi: tujuan pembelajran atau kompotensi yang akan dicapai, kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa, materi pembelajaran, latihan dan tugas, evaluasi, dan tugas, evaluasi, dan umpan balik. Contoh kelompok bahan ajar ini adalah, modul pembelajaran, audio pembelajaran, video pembvelajaran, pembelajaran bebasis computer, pembelajaran berbasis Web/internet.

2. Bahan ajar yang “didesain” tidak lengkap, artinya bahan ajar yang didesain dalam bentuk sumber belajar, media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan sebagai alat bantu ketika guru dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Contoh kelompok bahan ajar ini meliputi, pembelajaran dengan berbagai alat peraga, belajar dengan transparansi, belajar dengan buku teks, peta, globe, model kerangka manusia, dan sebagainya. Misalnya, guru akan mengajarkan materi tentang pulau-pulau besar di Indonesia. Peta dapat diklarifikasikan sebagai bentuk desain bahan ajar yang berisi materi tentang kepulauan Indonesia.

Bahan ajar perlu dikembangakan dan organisasi secara mantap dan matang agar pembelajaran tidak melenceng dari tujuan yang hendak dicapai.

embelajaran mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Hal ini disebabkan karena karakteristik siswa berbeda. Secara institusional tujuan pembelajaran lebih kearah pengembangan potensi dasar para siswa , karena potensi dasar ini sangat diperlukan untuk belajar dan pembelajaran pada tingkat pendidikan selanjutnya. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka bahan ajar hendaknya memiliki karakteristik sebagaimana bahan ajar pada umumnya, seperti berikut ini:

Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampumembelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara. Selain itu, dengan bahanbahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.

Kedua, self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh. Jadi

(21)

sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.

Ketiga, stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.

Keempat, adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus memuat materi-materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.

Kelima, user friendly yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran sebagai berikut.

a. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran.

b. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya.

c. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.

d. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.

(22)

2.3 Model-model Pengembangan Bahan Ajar

(23)
(24)
(25)

2.4 Teori Belajar yang Relevan

Teori belajar adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan metode pembelajaran. Ibarat membangun rumah, teori belajar berperan sebagai pondasi yang mendasari proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebelum melakukan praktik pengembangan pembelajaran, guru perlu memahami terlebih dahulu teori-teori belajar yang dirumuskan oleh sejumlah ahli pendidikan. Setidaknya ada lima teori belajar menurut para ahli, yakni Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Konstruktivisme, Teori Belajar Humanistik, Teori Belajar Kognitif, dan Teori Belajar Sibernetik.

Masing-masing dari 5 teori belajar itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh implementasi 5 teori belajar itu selama ini bisa ditemukan dalam sejumlah praktik pembelajaran oleh para guru. Berikut penjelasan singkat tentang lima teori belajar menurut sejumlah ahli beserta dengan contoh implementasinya.

1. Teori Belajar Behavioristik dan Contoh Implementasinya

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menitikberatkan pada perubahan tingkah laku dari peserta didik yang terjadi akibat dari interaksi antara dorongan dan respons.

Teori belajar behavioristik menganggap tingkah laku manusia berhubungan erat dengan rangkaian stimulus-respons atau interaksi antara dorongan dan respons. Teori belajar behavioristik dipelopori oleh John B. Watson (1878-1958) yang menganggap bahwa fokus utama studi psikologi ialah perilaku. Aliran behavioristik percaya bahwa perilaku adalah hal yang sepatutnya dipelajari, karena dapat dikaji secara langsung.

(26)

Inilah yang kemudian menginisiasi perkembangan aliran behavioristik menjadi teori belajar yang menganalisis proses belajar berdasarkan pada perubahan tingkah laku peserta didik.

Edaward Lee Thorndike (1874-1949) juga termasuk salah satu tokoh penting yang turut berjasa mengembangkan teori belajar behavioristik. Setelah melakukan penelitian, ia pun menyimpulkan bahwa terdapat tiga hukum (prinsip) dalam proses belajar. Pertama, law of readiness. Prinsip ini menganggap bahwa kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta didik siap untuk melakukan dan merespons proses belajar.

Kedua, law of exercise. Prinsip ini mengutamakan latihan berulang sebagai kunci dari keberhasilan belajar. Ketiga, law of effect. Prinsip ini menganggap bahwa peserta didik akan lebih bersemangat dalam proses belajar jika mengetahui bahwa ia akan mendapatkan hasil yang baik. Selain yang dicetuskan Thorndike, terdapat tiga prinsip atau hukum lain dalam teori behavioristik, yakni: (1) Obyek psikologi merupakan tingkah laku; (2) Semua bentuk dari behavior atau tingkah laku dikembalikan pada refleks; (3) Pembentukan kebiasaan harus diutamakan. Adapun contoh implementasi dari teori behavioristik berdasarkan penjelasan di atas antara lain :

Pembelajaran secara objektif, karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan bersifat pasti, tetap, dan tidak berubah.

Guru memberitahukan hasil belajar, mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh siswa. dan lantas memberikan motivasi.

Siswa berlaku sebagai objek pasif yang memerlukan penjelasan, motivasi, dan juga materi yang diberikan oleh guru.

Bahan ajar telah disusun secara hierarki dari yang kompleks ke sederhana.

Mengoptimalkan pelatihan berulang untuk memaksimalkan bakat siswa dan membentuk kebiasaan.

Meminimalisir adanya hukuman dalam proses belajar-mengajar, dan memberikan imbalan untuk menghindari respons peserta didik yang tidak diinginkan.

2. Teori Belajar Konstruktivisme dan Contoh Implementasi

Teori belajar konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa, atau student centered learning. Teori ini mendukung proses pembelajaran mandiri. Berbeda dengan paham behavioristik yang menempatkan pelajar sebagai obyek pasif, teori belajar konstruktivisme justru menganggap peserta didik sebagai subjek utama dalam proses belajar.

Teori Konstruktivisme memungkinkan peserta didik bisa bebas mencari ilmu pengetahuan di bawah bimbingan dari guru. Teori ini juga mengutamakan proses membangun

(27)

pengetahuan baru secara berkesinambungan. Dapat disimpulkan, teori belajar konstruktivis berpijak pada prinsip mengonstruksi, yakni memiliki tujuan membangun pengetahuan.

Setidaknya ada 5 asumsi dasar teori belajar konstruktivisme, yakni:

Pengetahuan dibangun lewat pengalaman

Belajar adalah proses interpretasi individual mengenai kehidupan nyata

Belajar merupakan proses aktif yang pemaknaannya dapat ditelaah melalui pengalaman

Pertumbuhan konseptual tercipta lewat negosiasi makna dalam pembelajaran kolaboratif

Belajar dapat berlangsung dalam kondisi nyata ketika ujian disatukan dengan tugas.

Selain itu, ada 4 prinsip pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme:

Learning is a process of interaction between what is known and what is to be learnt (pembelajaran adalah proses interaksi antara yang diketahui dan yang akan dipelajari)

Learning is a social process (pembelajaran adalah proses sosial)

Learning is a situated process (pembelajaran adalah proses yang telah dikondisikan)

Learning is metacognitive process (pembelajaran adalah proses metakognitif).

Contoh implementasi teori belajar konstruktivisme berdasarkan prinsip di atas sebagai berikut:

Pelajar didorong menjadi subjek yang aktif mengelola informasi yang diperoleh.

Proses belajar berlangsung berkelanjutan dan terus membangun ilmu dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Pelajar didorong melakukan elaborasi, yakni tindak lanjut dari perpaduan pengetahuan yang sudah ia terima sebelumnya. Misalnya, melaporkan hasil pembelajaran, atau membahasanya dalam diskusi bareng teman.

Pelajar melakukan refleksi dari berbagai pengetahuan yang telah ia dapatkan.

Bersama guru, pelajar ikut berpartisipasi mengembangkan proses pembelajaran untuk mencapai level tertentu.

3. Teori Belajar Humanistik dan Contoh Implementasi

Teori belajar humanistik berakar dari perspektif psikologi yang memandang setiap manusia sebagai individu secara utuh. Maka itu, teori ini tidak memandang manusia hanya dari yang terlihat jelas oleh mata, tetapi juga perilaku, perasaan, dan citra dirinya. Teori belajar humanistik menekankan pandangan bahwa "memanusiakan manusia" adalah tujuan utama dari proses pendidikan atau pembelajaran. Berdasarkan teori humanistik, ukuran keberhasilan belajar adalah saat peserta didik bisa mengenal diri dan lingkungannya secara baik. Teori ini

(28)

menganjurkan agar peserta didik didorong mencapai aktualisasi diri secara bertahap. Teori humanistik juga lebih mengutamakan sudut pandang pelajar daripada pendidik.

Konsep aktualisasi diri dirumuskan oleh Abraham Maslow untuk menggambarkan level tingkatan kebutuhan yang memotivasi manusia untuk mengaktualisasikan dirinya.

Tujuan pendidikan humanistik ialah mendorong siswa menjadi pribadi yang independen, mandiri, percaya diri, realistis, kreatif dan fleksibel.

Berikut sejumlah contoh implementasi teori belajar humanistik:

Guru menghargai pendapat dan perasaan peserta didik sehingga tumbuh penerimaan dan saling percaya antara pendidik dengan murid.

Guru mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif melalui kontrak belajar yang sifatnya jujur, jelas dan juga positif.

Guru harus bersikap lebih sensitif dan peka terhadap respons yang diberikan oleh pelajar.

Materi pendidikan dilihat dari sudut pandang pelajar bukan guru.

Guru berperan sebagai fasilitator, yang aktif merespons sikap dan ide pelajar, berdiskusi dengan mereka, menghargai anak didiknya, serta menyesuaikan diri dengan cara berpikir murid.

4. Teori Belajar Kognitif dan Contoh Implementasinya

Teori belajar kognitif menekankan pada proses belajar ketimbang hasil dari pengajaran itu sendiri. Teori ini membantah teori behavioristik yang melihat proses belajar sekadar stimulus dan respons. Kognisi adalah kemampuan manusia secara mental (psikis) untuk mengamati, menilai, menyangka hingga menilai sesuatu. Maka itu, perspektif kognitivisme menganggap proses belajar tidak sesederhana yang digambarkan dalam teori behavioristik.

Sebab, proses belajar melibatkan mekanisme berpikir yang kompleks. Jean Piaget ialah tokoh utama pendukung teori kognitivisme. Teorinya disebut sebagai „Cognitive Developmental‟

atau perkembangan kognitif. Piaget memandang bahwa proses telaah atau berpikir seorang manusia bersifat gradual atau bertahap.

Piaget menganggap, intelektualitas manusia berkembang seiring perkembangan usia. Ia membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat, yakni tahap sensory-motor (0-2 tahun), tahap pre-operational (2-7 tahun),tahap concrete-operational (7-11 tahun), dan tahap formal- operational (11-15 tahun).

Selain Piaget, teori belajar kognitivisme juga dikembangkan oleh Jerome Bruner.

Menurut Bruner, untuk mengajarkan sesuatu pada anak tak perlu menunggu sampai tahap perkembangan tertentu. Selama bahan ajar tertata dengan baik, pembelajaran dapat diberikan.

(29)

Bruner menganggap cara belajar terbaik ialah dengan konsep discovery learning, yakni memahami konsep melalui proses intuitif yang bermuara pada kesimpulan.

Contoh implementasi teori belajar kognitivisme adalah sebagai berikut :

Guru menempatkan diri untuk mengajar sesuai dengan cara berpikir anak-anak.

Mendorong pelajar untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Guru memberikan peluang yang sama untuk pelajar saling berdiskusi dengan sesamanya.

Guru mendorong siswa untuk mencari jalan keluar dari studi kasus, menyusun kata demi kata berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya.

Guru mampu memahami cara belajar siswa dengan baik, agar masing-masing siswa dapat mencerna dan menangkap materi yang diterima.

5. Teori Belajar Sibernetik dan Contoh Implementasi

Teori belajar Sibernetik kemunculannya terbilang lebih baru jika dibandingkan dengan teori belajar lainnya. Teori ini tercetus seiring berkembangnya teknologi informasi. Teori sibernetik memandang proses belajar sebagai pengolahan informasi, sejalan dengan prinsip teori belajar kognitivisme yang mengutamakan proses ketimbang hasil belajar. Meski proses belajar penting, sistem informasi di mata teori ini tidak kalah penting. Sebab, sistem informasi yang memengaruhi keberlangsungan proses belajar.

Teori belajar sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu pun proses belajar yang ideal untuk dapat dipukul rata kepada semua siswa di segala situasi. Hal ini karena cara belajar sangat dipengaruhi oleh sistem informasi. Informasi bisa jadi diperoleh masing-masing peserta didik dari proses belajar yang berbeda-beda. Pengolahan informasi sendiri sangat erat berkaitan dengan fungsi memori. Teori sibernetik memandang ingatan manusia seperti komputer. Ingatan manusia terjadi melalui proses memperoleh, mengelola, mengubah, menyimpan hingga menampilkan kembali informasi jika diperlukan. Menurut Berlner dan Gage, ada 3 komponen dalam teori sibernetik atau teori model pemrosesan informasi, yaitu:

a. Sensory Receptor (SR), yakni tempat awal informasi ditangkap oleh individu. Dalam konteks ini, informasi masih diartikan dalam bentuk aslinya dan hanya bertahan dalam waktu singkat karena mudah terganggu atau berganti.

b. Working Memory (WM), yakni menangkap informasi „unik‟ yang mendapatkan perhatian lebih dari individu. Perhatian yang diberikan sangat dipengaruhi oleh persepsi.

c. Long Term Memory (LTM), yakni ingatan jangka panjang yang diasumsikan berisi seluruh pengetahuan seseorang, dengan kapasitas tak terbatas dan tidak akan pernah hilang ataupun terhapus. Sekalipun seseorang mengalami „lupa,‟ hal itu lebih disebabkan karena ingatan gagal dimunculkan kembali atau retrieval failure.

(30)

Contoh implementasi teori belajar sibernetik sebagai berikut:

Guru memberitahukan tujuan pembelajaran dari materi bahan ajar kepada murid.

Guru memantik ingatan anak didik sebelum memulai pelajaran, mengingat kembali materi- materi yang telah disampaikan.

Guru memberikan bimbingan belajar untuk anak didik.

Guru aktif memberikan umpan balik pada hasil belajar siswa, memberikan informasi tentang kegagalan, keberhasilan hingga tingkat kompetensi peserta didik.

(31)

BAB III

MENGENAL TIK UNTUK PEMBELAJARAN PKN 3.1 Jenis-jenis TIK yang Dapat Digunakan

1. Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif adalah media pembelajaran yang mengkombinasikan berbagai media, seperti teks, gambar, suara, animasi, video, dan lainnya untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran ini dapat memberikan siswa pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif. Tak hanya itu saja, multimedia interaktif juga dapat mempersingkat waktu mengajar guru, meningkatkan kualitas belajar siswa, dan memungkinkan untuk melakukan pembelajaran di mana saja dan kapan saja. Adapun contoh penggunaan jenis media pembelajaran berbasis teknologi ini adalah berbagai aplikasi belajar, seperti Microsoft Power Point, Canva, Powtoon, Google Classroom, dan Quipper.

2. Digital Video dan Animasi

Jenis media pembelajaran berbasis teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh guru berikutnya adalah digital video dan animasi. Media pembelajaran seperti ini dinilai lebih efektif dan menarik bagi siswa dibandingkan hanya menggunakan buku teks saja. Sebab, dengan adanya pembelajaran berbasis video seperti ini dapat memudahkan siswa untuk memahami penjelasan guru karena ada gambar yang ditampilkan. Media pembelajaran ini juga lebih menarik karena adanya gambar dan simbol yang ditampilkan, memungkinkan penyerapan informasi yang lebih cepat, dan memudahkan siswa mengingat materi yang dipelajari. Ada berbagai jenis media pembelajaran berbasis video yang dapat Bapak dan Ibu guru kembangkan, antara lain:

Micro Video: Video instruksional pendek yang berfokus pada penjelasan satu topik saja sehingga cocok diterapkan saat guru ingin menjelaskan suatu konsep sederhana dan rumit.

Tutorial: Video yang menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan suatu tugas.

Screencast: Mirip dengan jenis video tutorial, tetapi screencast berbentuk rekaman video digital yang merekam aktivitas di layar komputer seseorang. Jenis video ini sangat cocok jika guru ingin memberikan contoh secara langsung terhadap suatu tugas kepada siswa.

Animasi: Animasi digital yang dikemas dalam bentuk video sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.

(32)

3. Podcast

Podcast (Play on Demand and Broadcast) adalah sebuah media digital yang tersedia dalam bentuk rekaman audio yang dapat didengar oleh banyak orang secara terbuka. Sekilas, podcast ini terlihat mirip dengan siaran radio. Bedanya, podcast membutuhkan koneksi internet untuk mendengarkan rekaman audio, sedangkan siaran radio bisa didengar di mana saja dan kapan saja tanpa koneksi internet. Belakangan, podcast sering dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan, podcast dapat memberikan berbagai manfaat untuk siswa maupun guru dalam belajar. Guru tidak perlu menjelaskan materi pembelajaran secara berulang kepada siswa. Cukup berikan link podcast yang sudah dibuat sebelumnya kepada siswa sehingga siswa dapat mendengarkan kembali penjelasan guru terhadap suatu materi yang belum dipahaminya melalui podcast tersebut. Jenis media pembelajaran ini juga sangat fleksibel karena dapat diakses di mana saja tanpa batasan waktu. Media pembelajaran podcast juga sangat cocok diterapkan pada siswa yang memiliki gaya belajar auditori.

4. Augmented Reality (AR)

Augmented reality (AR) adalah sebuah teknologi yang merupakan gabungan dari benda maya dua atau tiga dimensi dengan lingkungan nyata. Media pembelajaran ini memungkinkan untuk memungkinkan guru untuk memvisualisasikan konsep yang abstrak secara real time. Namun, untuk menggunakan media pembelajaran AR ini, Bapak dan Ibu guru membutuhkan bantuan alat khusus, seperti webcam kamera, kamera, dan kacamata khusus AR.

5. Virtual Reality (VR)

Virtual reality adalah sebuah teknologi yang memungkin seseorang untuk merasa seolah-olah melihat secara langsung, bahkan terlibat langsung secara fisik dalam suatu aktivitas dengan bantuan komputer dan sejumlah peralatan tertentu. Gambar yang ditampilkan dengan teknologi virtual reality ini berbentuk tiga dimensi sehingga terlihat lebih nyata.

3.2 Perangkat Lunak dan Aplikasi yang Relevan 1. Komputer Pribadi

Komputer pribadi atau PC merupakan salah satu contoh teknologi informasi yang paling umum digunakan. PC dapat memudahkan kamu untuk mengakses informasi, menjalankan aplikasi, dan melakukan berbagai tugas seperti menulis dokumen, mengolah data, serta mengakses internet.

(33)

2. Jaringan Komputer

Contoh teknologi informasi kedua adalah jaringan komputer. Jaringan komputer merupakan infrastruktur yang dapat memudahkan untuk komunikasi dan pertukaran data antara komputer. Melalui jaringan, pengguna dapat berbagi informasi, sumber daya, dan melakukan komunikasi dengan sesama pengguna di dalam sebuah jaringan.

3. Sistem Basis Data

Sistem basis data adalah contoh teknologi informasi selanjutnya. Sistem basis data biasanya digunakan untuk menyimpan, mengelola, dan mengakses data dengan cara yang lebih efisien. Hal ini dapat memudahkan sebuah organisasi untuk menyimpan informasi yang terstruktur dan mengambil data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan analisis.

4. Cloud Computing

Cloud computing saat ini semakin populer. Pasalnya, akses dan pengelolaan data dan aplikasi melalui internet semakin dimudahkan dengan adanya cloud computing.. Dengan cloud computing, kamu dapat menyimpan data secara online, menjalankan aplikasi berbasis web, dan mengakses sumber daya komputasi fleksibel tanpa harus mengelola infrastruktur fisik.

5. Aplikasi Mobile

Contoh teknologi informasi yang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan cepat adalah aplikasi mobile. Aplikasi mobile merupakan perangkat lunak yang dirancang khusus untuk dipakai untuk perangkat seperti smartphone dan tablet. Aplikasi mobile menyediakan beragam fitur yang masing-masing memiliki fungsi, mulai dari komunikasi, hiburan, hingga akses lokasi.

6. Sistem Manajemen Konten

Teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan media yang sangat penting adalah sistem manajemen konten (CMS). Sistem manajemen konten (content management system/CMS) dipakai untuk membuat, mengelola, dan menyebarkan konten secara online. CMS dapat membuat dan mengedit konten web dengan mudah tanpa berbekal pengetahuan teknis yang terlalu rumit.

7. Big Data

Analytics Big data analytics adalah contoh teknologi informasi yang biasa dipakai oleh perusahaan besar. Big data analytics dapat digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data yang sangat besar. Teknologi informasi yang terkait dengan big data analytics dipakai sebuah organisasi untuk mendapatkan wawasan dan informasi yang berharga demi pengambilan keputusan yang penting.

(34)

8. Keamanan

Jaringan Keamanan jaringan adalah teknologi informasi yang penting untuk diketahui.

Keamanan jaringan berguna untuk melindungi jaringan dan sistem dari ancaman dan serangan yang tidak bertanggung jawab. Hal itu mencakup penggunaan firewall, enkripsi data, deteksi intrusi, dan sistem keamanan lainnya untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi.

9. E-commerce

Saat ini, E-Commerce adalah teknologi informasi yang sangat populer dipakai oleh pengguna. E-commerce artinya perdagangan elektronik. Yaitu sebuah penggunaan teknologi informasi untuk melakukan transaksi bisnis secara elektronik. Hal tersebut berguna untuk membeli dan menjual produk dan layanan melalui internet. Hingga pembayaran online, serta manajemen rantai pasokan dan logistik.

10. Sistem Navigasi

Contoh teknologi informasi selanjutnya yang juga penting untuk memudahkan manusia untuk kehidupan sehari-hari adalah sistem navigasi. Sistem navigasi merupakan Global Positioning System (GPS) yang berbasis ruang angkasa hingga teknologi zaman baru yang bisa memenuhi kebutuhan manusia dalam mengakses jalan.

3.3 Keterampilan TIK yang Dibutuhkan Guru 1. Technological Knowledge (TK)

Technological Knowledge atau pengetahuan teknologi adalah pengetahuan tentang jenis teknologi sebagai alat, proses, maupun sumber. TK juga meliputi kemampuan untuk mengadaptasi dan mempelajari teknologi baru.

2. Pedagogical Knowledge (PK)

Pedagogical Knowledge atau pengetahuan pedagogi merupakan kemapuan guru dalam mengetahui teori dan praktik mengajar mulai dari perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran. PK juga termasuk dalam pengetahuan tentang teknik atau metode yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas serta upaya evaluasi terhadap kemampuan peserta didik. Guru yang memiliki pengetahuan pedagogi yang baik akan mampu memahami bagaimana peserta didik membangun pengetahuan, memperoleh keterampilan, dan bagaimana peserta didik mengembangkan kebiasaan pikiran.

3. Content Knowledge (CK)

Content Knowledge atau pengetahuan konten materi pembelajaran merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru dalam memahami materi yang tepat untuk

(35)

dipelajari oleh guru dan kemudian diajarkan kepada peserta didik. Kemampuan CK mencakup konsep, teori, ide, kerangka kerja organisasi, pembuktian dan bukti, serta praktik dan pendekatan yang telah ditetapkan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut.

4. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Pedagogical Content Knowledge atau pengetahuan pedagogi konten adalah proses pengampaian (transformasi) materi pelajaran dala proses pembelajaran di kelas. Pada kemampuan ini guru dapat menafsirkan materi pelajaran, menyesuaikannya dengan pengetahuan peserta didik sebelumnya, dan menemukan berbagai cara untuk menyampaikannya.

5. Technological Content Knowledge (TCK)

Technological Content Knowledge atau pengetahuan teknologi konten merupakan pengetahuan yang harus dimiliki guru tentang timbal balik antara teknologi dengan konten..

Dalam hal ini guru garus mampu memahami teknologi spesifik yang paling cocok untuk menjelaskan materi pembelajaran tertentu dan bagaimana konten disampaikan dengan teknologi atau sebaliknya.

6. Technological Pedagogical Knowledge (TPK)

Technological Pedagogical Knowledge atau pengetahuan teknologi pedagogi merupakan pengetahuan tentang berbagai teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi peroses pembelajaran.

7. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

Technological Pedagogical Content atau pengetahuan teknologi pedagogi dan konten adalah pengetahuan tentang penggunaan teknologi yang tepat pada pedagogi yang sesuai untuk mengajarkan suatu konten dengan baik. Pada era digital saat ini penggunaan teknologi dalam pembelajaran menjadi suatu keniscayaan. Dengan demikian, ketujuh pengetahuan tersebut harus dikuasai oleh setiap guru dalam melaksanakan pembelajaran guna menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, efektif, dan efisien.

(36)

BAB IV

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKN BERBASIS TIK 4.1 Analisis Kebutuhan Peserta Didik

A. Kebutuhan Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu, berlatih serta dapat merubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman belajar. Menurut Miarso Yusufhadi (2015: 9), belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya. Konsep ini mengandung arti bahwa bila seseorang mempunyai kesadaran dan minat untuk belajar dia dapat mengambil pelajaran dari siapa saja, dan anggota masyarakat lainnya. Bahkan juga belajar dari media radio yang didengarnya, telivisi yang dilihatnya, serta tatanan dan lingkungan fisik, maupun kebudayaan dimana dia hidup.

Kebutuhan belajar dapat bersumber dari adanya kebutuhan yang dari bawah dipunyai individu semenjak ia dilahirkan. Kebutuhan ini akan menjadi tenaga pendorong bagi individu untuk hidup dalam beberapa situasi dan kondisi tertentu serta untuk berkembang terus.

Menurut Maslow, seoarang ahli psikologi kebutuhan dasar manusia itu berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai ketingkat yang paling tinggi. Teori ini disebut sebagai teori

“jenjang kebutuhan manusia”. Selanjutnya menurut M, Atwi Suparman (2001: 63), kebutuhan belajar didefinisikan sebagai suatu kesenjangan keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Dengan kata lain setiap keadaan yang kurang dari seharusnya menunjukkan adanya “kebutuhan” apabila kesenjangan itu besar atau menimbulkan akibat lebih jauh perlu ditempatkan sebagai prioritas yang harus diatasi. Jangan melompat ke pemecahan masalah sebelum yakin apa masalahnya.

Kebutuhan belajar itu beragam setiap orang cenderung memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Seperti kebutuhan belajar yang dirasakan oleh seseorang yang berada di daerah pedesaan mungkin akan berbeda dengan kebutuhan belajar yang dirasakan orang yang tinggal di daerah kota. Kebutuhan belajar yang dirasakan tahun lalu mungkin akan berbeda pula dengan kebutuhan belajar yang dirasakan pada tahun mendatang. Apabila suatu kebutuhan belajar telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang harus dipenuhi melalui kegiatan belajar, kebutuhan belajar perlu diidentifikasi melalui pendekatan perorangan. Kebutuhan adalah kecenderungan yang berisfat permanen yang ada di dalam diri seseorang yang akan menimbulkan dorongam dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Kebutuhan belajar perlu diidentifikasi sebagai landasan penyusunan program belajar. Dimana kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi akan memberikan arahan kemana program kegiatan itu di tujukan. Kebutuhan pembelajaran merupakan suatu kopetensi peserta didik saat ini

Gambar

Tabel 1.  tahapan evaluasi bahan ajar  Telaah  oleh

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan validasi media pembelajaran interaktif yang dirancang sebagai media pembelajaran bagi siswa dalam penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan Bahan Ajar Komik Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V MIN Medan Sunggal.. Tesis, Medan: Program

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan produk bahan ajar elektronik berbasis android sebagai media interaktif; (2) mengetahui kelayakan produk bahan ajar

Judul skripsi : Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Adobe Flash pada Pembelajaran Akuntansi Perusahaan Dagang untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 1

Berdasarkan pengembangan terhadap bahan ajar pembelajaran dan uji coba yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar berbasis karakter dapat

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1 penelitian ini menghasilkan produk pengembangan bahan ajar sebagai media pembelajaran teks eksplanasi siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta; 2 kualitas bahan

Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran berbasis android dapat disimpulkan bahwa Bahan ajar makananku sehat dan bergizi berbasis

Agar tidak terjadi kemandekan dalam proses pembelajaran, diperlukan Inovasi dan pengembangan bahan ajar dalam proses pembelajaran, inovasi bahan ajar merupakan tanggung jawab dari