PRAKTIK ILMU UKUR TANAH ACARA 3
PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN POLIGON TERTUTUP
Dibuat oleh:
DEA RUSDAYANTI (NIT. 24335177)
KELOMPOK 6 KELAS A
1. BENING LARASATI (NIT. 24335176)
2. DEA RUSDAYANTI (NIT. 24335177)
3. DYAH AYU PERMATASARI (NIT. 24335180)
4. FAUZIYAH HUSNA (NIT. 24335181)
5. IQLIMA ARDINE N.G. (NIT. 24335184)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA 2024/2025
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH ACARA 3
PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN POLIGON TERTUTUP Hari, Tanggal: Selasa, 10 September 2024
Lokasi : Blok D Asrama Putri
A. Kompetensi Dasar
Praktikan mampu mengadakan kerangka dasar pemetaan dengan menghimpun dan mengolah data hasil ukuran mejadi koordinat titik-titik polygon (X,Y)
B. Alat dan Bahan
1. Formulir pengukuran polygon (DI 103) 2. Formulir penghitungan polygon
3. Field-board dan alat tulis 4. Kalkulator
5. Theodolite 6. Meetband 7. Statif 8. Tripot
9. Unting-unting C. Dasar Teori
Poligon adalah rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar pemetaan. Untuk kepentingan kerangka dasar, titik-titik poligon tersebut harus diketahui atau ditentukan posisi koordinatnya secara baik.
Macam-macam poligon didasarkan atas kriteria tertentu, antara lain : a. Atas dasar titik ikat :
- Poligon terikat sempurna : Poligon yang ujung-ujungnya diikatkan ke titik yang telah tertentu (diketahui) koordinatnya.
- Poligon terikat : Poligon yang salah satu ujungnya diikatkan ke 2 sepihak titik yang telah tertentu koordinatnya.
- Poligon bebas : Poligon yang ujung-ujungnya tidak terikat pada titik yang telah tertentu koordinatnya.
b. Atas dasar bentuk :
- Poligon terbuka : Poligon yang ujung-ujungnya tidak saling bertemu salah dengan yang lain.
- Poligon tertutup : Poligon yang ujung-ujungnya saling bertemu (titik awal dan titik akhir menjadi satu) dan membentuk loop atau kring.
- Poligon cabang : Poligon yang merupakan cabang dari poligon yang lain.
c. Atas dasar hirarki dalam pemetaan :
- Poligon utama : Poligon yang koordinat titik-titiknya diperoleh langsung dari penentuan koordinat titik lokal atau diikatkan langsung/melalui penfukuran dari titik kontrol terdekat. (di Badan Pertanahan Nasional : Kerangka Dasar Kadastral Nasional)
- Poligon cabang : Poligon yang koordinatnya diikatkan dari poligon utama
Pengukuran sudut pada poligon lazim dilakukan dengan metode dua seri rangkap. Perlu diperhatikan toleransi kesalahan pengamatan sudut tersebut, mulai dari kesalahan pengamatan Biasa dan Luar Biasa yang tidak lebih dari dua kali ketelitian alat (≤ 2xC); kesalahan relatif besarnya sudut yang tidak lebih dari satu kali ketelitian alat (≤ 1xC); dan kesalahan penutup sudut yang tidak lebih dari ketelitian alat kali akar jumlah titik (≤ C√n). Jika digunakan metode Bowdith dalam penghitungan, poligon tertutup mempunyai 3 syarat geometri, yaitu: (1) syarat sudut; (2) syarat absis; dan (3) syarat ordinat (Nugroho dan Syaifullah, 2019).
Penyimpangan hasil ukuran dinyatakan diterima ataukah tidak, dengan cara membandingkannya terhadap toleransi. Jika penyimpangannya lebih kecil atau sama dengan toleransi, ukuran sudut itu diterima. Namun jika penyimpangannya lebih besar dari toleransi, ukuran sudut itu ditolak, dan harus
dilakukan pengukuran ulang. Hitungan toleransi ukuran sudut mengikuti
‘hukum kompensasi’, yaitu total kesalahan (acak) yang terjadi adalah ketelitian alat dikalikan dengan akar jumlah kejadiannya (Nugroho dan Syaifullah, 2019).
Konsistensi jarak dan sudut merupakan syarat utama dalam memilih peralatan ukur dan perataan hitungan dengan metode bowditch atau kompas.
Pada poligon tertutup, arah ukuran akan mempengaruhi sudut yang terbentuk.
Arah ukuran berlawanan arah jarum jam akan terbentuk sudut dalam sedangkan arah ukuran searah jarum jam akan terbentuk sudut luar; dengan catatan sudut yang dihitung adalah bacaan horisontal muka (FS) dikurangi bacaan belakang (BS). Hitungan poligon adalah untuk memenuhi syarat geometrisnya dengan melakukan koreksi terhadap besaran-besaran ukurannya (Nugroho dan Syaifullah, 2019).
D. Langkah Kegiatan
Langkah Pengukuran Poligon a. Koordinat X,Y
1. Tentukan sembarang titik titik Poligon, jumlahnya bebas (semakin sedikit semakin meminimalisir kesalahan). Jarak antar polygon diperkirakan, dan titik satu ke titik polygon lainnya harus kelihatan.
2. Ukur jarak antar titik titik polygon menggunakan meetband dengan metode pergi pulang.
3. Hitung sudut horizontal polygon dengan menggunakan 2 seri rangkap.
4. Hitung fs yaitu selisih antara sudut asli dengan jumlah sudut pengukuran poligon poligon:
𝑓𝑠 = 𝛴𝑠𝑢− (𝑛 − 2) × 180˚, untuk sudut dalam.
𝑓𝑠 = 𝛴𝑠𝑢− (𝑛 + 2) × 180˚, untuk sudut luar.
Keterangan : n adalah jumlah titik sudut pada poligon.
5. Jika 𝑓𝑠 memenuhi toleransi |𝑓𝑠| ≤ 𝐶√𝑛 , dimana C adalah ketelitian alat. Maka besarnya 𝑓𝑠 dikoreksikan terhadap semua sudut secara merata, 𝑘𝑠 = −𝑓𝑠/𝑛
6. Ukur Azimut salah satu sisi poligon.
7. Hitung azimuth semua sisi poligon dengan menggunakan rumus : 𝛼𝑛 = 𝛼𝑛−1± 180˚ ∓ 𝑆
8. Hitung 𝑓𝑥 = 𝛴𝑑. 𝑠𝑖𝑛𝛼 ; 𝑓𝑦 = 𝛴𝑑. 𝑐𝑜𝑠𝛼 ; 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝐿 = √𝑓𝑥2+ 𝑓𝑦2 9. Hitung 𝛴𝑑, periksa apakah 1 ∶ (𝛴𝑑
𝑓𝐿) memenuhi toleransi.
10. Jika kesalahan linear 𝑓𝐿 masuk toleransi, hitung dan koreksikan fx dan fy ke masing masing sisi poligon sebanding dengan jarak jarak sisi poligon.
11. Hitung koordinat titik titik poligon (X,Y) secara berantai mulai dari koordinat titik awal. Gunakan rumus :
𝑋𝑗 = 𝑋𝑖 + 𝑑𝑖𝑗𝑠𝑖𝑛𝛼𝑖𝑗 𝑌𝑗 = 𝑌𝑗+ 𝑑𝑖𝑗𝑐𝑜𝑠𝛼𝑖𝑗
b. Koordinat z
1. Hitung beda tinggi tiap slag (𝛥𝐻), baik pengukuran pergi maupun pulang.
2. Hitung jarak tiap slag (d) pada pengukuran pergi.
3. Hitung beda tinggi rata rata dan jumlahkan beda tinggi rata rata (𝛴𝛥𝐻) 4. Koreksikan fH pada tiap beda tinggi slag sebanding dengan jarak tiap slag 5. Hitung tinggi titik-titik dengan hitungan berantai :
𝐻𝑗 = 𝐻𝑖 + 𝛥𝐻𝑖𝑗
6. Kontrol kualitas pengukuran yaitu dengan menggunakan rumus : 12 mm.√𝐿, dengan L adalah jumlah jarak slag dalam satuan kilometer.
Langkah Penghitungan Poligon
1. Menyiapkan data-data jarak dan sudut yang telah diketahui melalui pengukuran
2. Menghitung jumlah sudut untuk mendapatkan Ks dengan rumus:
Fs = Ʃs – (n ± 2) x 180º
Ks = Fs dibagi dengan jumlah titik poligon
3. Menghitung koreksi sudut pada masing-masing titik dengan rumus:
β terkoreksi = β terukur + Ks
4. Menghitung azimuth pada setiap titik. Rumus ysng digunakan:
Azimuth n = azimuth awal ± 180º + sudut 5. Menghitung koreksi absis dengan rumus:
𝒅 𝒙 𝐬𝐢𝐧 𝜶
6. Menghitung dxi (perbedaan absis terkoreksi) dengan rumus:
X₂ = X₁ + d sin α + dxᵢ
7. Menghitung koordinat terkoreksi dengan rumus:
d x cos α
8. Menghitung koreksi ordinat dengan rumus:
dyᵢ = 𝒅ᵢ
Ʃ𝒅 × −𝐡𝐲
9. Menghitung dyi (perbedaan ordinat terkoreksi) menggunakan rumus:
dyᵢ = 𝒅ᵢ
Ʃ𝒅 × −𝐡𝐲
10. Menghitung koordinat terkoreksi menggunakan rumus:
y₂ = y₁ + d.cos α +dy₁
11. Menghitung faktor skala (FL) menggunakan rumus:
FL = 𝟐√(𝒌𝒙)𝟐+ (𝒌𝒚)²
12. Menghitung ketelitian linier menggunakan rumus:
Ketelitian linier =
𝟏
∑𝒅 𝑭𝑳
13. Menentukan koordinat akhir.
c. Hasil dan Pembahasan
Diketahui hasil pengukuran sudut:
➢ Titik P1 = 265º 47' 50"
➢ Titik P2 = 273º 30' 50"
➢ Titik P3 = 281º 26' 30"
➢ Titik P4 = 259º 15' 50"
Diketahui hasil pengukuran jarak:
➢ Titik P1 – P2 = 20,853 m
➢ Titik P2 – P3 = 68,617 m
➢ Titik P3 – P4 = 21,978 m
➢ Titik P4 – P1 = 63,006 m
1) Penghitungan jumlah sudut Ʃβ = S1 + S2 + S3 + S4
➢ = 265º 47' 50"+ 273º 30' 50"+ 281º 26' 30"+ 259º 15' 50"
= 1080º 01' 00"
2) Penghitungan koreksi sudut Fs = Ʃs – (n ± 2) x 180º
= 1080º 01' 00"– (4+2) x 180º = 1080º 01' 00" – 1080°
= 0° 01' 00"
Ks = -(0° 1ʼ 00")/4 = -0° 0' 15”
3) Koreksi sudut pada masing-masing titik β terkoreksi = β terukur + Ks
β terukur Ks Β terkoreksi
265º 47' 50" -0° 0' 15” 265º 47' 35"
273º 30' 50" -0° 0' 15” 273º 30' 35"
281º 26' 30" -0° 0' 15” 281º 26' 15"
259º 15' 50" -0° 0' 15” 259º 15' 35"
4) Penghitungan azimuth pada masing-masing titik Azimuth titik 1 (awal) = 3° 42' 20"
Azimuth titik 2 = Azimuth 1 + Sudut 2 - 180°
= 3° 42' 20"+273° 30' 35" - 180°
= 97° 12' 55"
Azimuth titik 3 = Azimuth 2 + Sudut 3 - 180°
= 97° 12' 55"+ 281º 26' 15" -180°
= 198° 39' 10"
Azimuth titik 4 = Azimuth 3 + Sudut 4 - 180°
= 198° 39' 10"+ 259º 15'35"- 180°
= 277° 54' 45"
Azimuth titik 1 = Azimuth 4 + Sudut 1 - 180°-360°
= 277° 54' 45"+ 265º 47'35"- 180°-360°
= 3° 42' 20"
5) Menghitung Jumlah Jarak Ʃd = d1+d2+d3+d4
= 20,853+68,617+21,978+63,006 4
= 174,454
6) Pengitungan koreksi absis (𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜶) atau Fx Titik P1 = 20,853 x sin 3° 42' 20"
= 1,347
Titik P2 = 68,617 x sin 97° 12' 55"
= 68,073
TitikP3 = 21,978 x sin 198° 39' 10"
= -7,029
Titik P4 = 63,006 x sin 277° 54' 45"
= -62,406 Fx = Ʃd sin 𝛼
= 1,347+ 68,073-7,029-62,406 = -0,015
7) Penghitungan Kx Kx = 𝒅𝒊
Ʃ𝒅 x – Fx
Kx1 = 20,853
174,454 x (-(-0,015))
= 0,001 Kx2 = 68,617
174,454 x (-(-0,015))
= 0,005 Kx3 = 21,978
174,454 x (-(-0,015))
= 0,001 Kx4 = 63,006
174,454 x (-(-0,015))
= 0,005
8) Penghitungan koordinat X terkoreksi X₂ = X₁ + (d sin α)1 + Kxᵢ
X1 = 1000,0000
X2 = 1000,0000 + 1,347 + 0,001
= 1000,348
X3 = 1000,348+ 68,073 + 0,005
= 1069,426
X4 = 1069,426+ (-7,029) + 0,001
= 1062,398
X1 = 1062,398+ (-62,406) + 0,005
= 999,997
9) Penghitungan koreksi ordinat (d cos α) atau Fy Titik P1 = 20,853 x cos 3° 42' 20"
= 20,809
Titik P2 = 68,617 x cos 97° 12' 55"
= -8,618
Titik C = 21,978x cos 198° 39' 10"
= -20,823
Titik D = 63,006 x cos 277° 54' 45"
= 8,673 Fy = Ʃd cos 𝛼
=20,809 + (-8,618) + (-20,823) + 8,673
= 0,041
10) Penghitungan Ky Ky = 𝒅𝒊
Ʃ𝒅 x – Fy
Ky1 = 20,853
174,454 x (-0,041)
= -0,004 Ky2 = 68,617
174,454 x (-0,041)
= -0,016 Ky3 = 21,978
174,454 x (-0,041)
= -0,005 Ky4 = 63,0065
174,454 x (-0,041)
= -0,014
11) Penghitungan koordinat Y terkoreksi Y₂ = Y₁ + (d cos α)1 + Kyᵢ
Y1 = 1000,0000
Y2 = 1000,0000 + 20,809 + (-0,004)
= 1020,805
Y3 = 1020,805+ (-8,618) + (-0,016)
= 1012,171
Y4 = 1012,171+ (-20,823) + (-0,005)
= 991,343
Y1 = 991,343+ 8,673 + (-0,014)
= 1000,002
12) Penghitungan kesalahan penutup jarak atau FL FL = 𝟐√(𝑭𝒙)𝟐+ (𝑭𝒚)²
= 2√(−0,015)2+ (0.041)²
= 0,043657
13) Penghitungan ketelitian liniar poligon
Ketelitian linier =
1
∑𝑑 𝐹𝐿
=𝐹𝐿
∑𝑑
= 0,043657
174,454
= 1
3996
14) Koordinat Akhir
Titik X Y
1 1000,0000 1000,0000
2 1001,348 1020,805
3 1069,426 1012,171
4 1062,398 991,343
5 999,997 1000,002
d. Pembahasan
Dengan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa koordinat terkoreksi dan nilai ketelitian linear poligon berada dalam batas toleransi yang ditentukan. Dengan demikian, langkah-langkah yang telah dilakukan dalam praktikum ini telah menghasilkan hasil yang memenuhi persyaratan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan ketelitian dalam praktikum ini. Beberapa faktor tersebut ialah:
1. Kesalahan pengukuran sudut: Kesalahan dalam pengukuran sudut dapat terjadi karena faktor manusia, seperti ketidakakuratan dalam membaca alat
ukur atau ketidakstabilan tangan saat melakukan pengukuran. Selain itu, faktor lingkungan seperti angin atau getaran tanah juga dapat memengaruhi akurasi pengukuran sudut.
2. Kesalahan pengukuran jarak: Pengukuran jarak yang digunakan dalam praktikum ini juga rentan terhadap kesalahan. Kesalahan ini dapat terjadi akibat ketidakakuratan alat pengukur jarak, faktor lingkungan seperti perubahan suhu atau kelembaban yang dapat mempengaruhi perambatan gelombang, atau kesalahan dalam penempatan titik-titik pengukuran.
3. Ketelitian alat pengukur: Ketelitian alat pengukur yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil praktikum. Alat pengukur yang kurang akurat atau tidak terkalibrasi dengan baik dapat menghasilkan nilai yang tidak tepat.
4. Kesalahan perhitungan: Kesalahan dalam penghitungan matematika juga dapat memengaruhi hasil praktikum. Kesalahan dalam menghitung sudut, azimuth, atau koreksi koordinat dapat menghasilkan nilai yang tidak akurat.
5. Ketelitian dalam interpolasi: Interpolasi digunakan untuk menghitung nilai-nilai antara data yang tersedia. Kesalahan dalam interpolasi dapat mengakibatkan nilai yang tidak tepat dan akurat.
Penting untuk memperhatikan faktor-faktor diatas dan melakukan langkah-langkah pengendalian kualitas yang tepat untuk memastikan hasil yang akurat dan memenuhi persyaratan toleransi yang ditentukan.
e. Pendalaman Materi
1. Apa yang harus diperhatikan dalam pengukuran jarak langsung yang tidak terjangkau pita ukur dalam satu kali bentangan?
Jawab :
Dalam pengukuran jarak langsung yang tidak terjangkau oleh pita ukur dalam satu kali bentangan, beberapa hal perlu diperhatikan agar hasilnya tetap akurat.
- Langkah pertama adalah menentukan titik-titik perantara di sepanjang lintasan pengukuran dan memastikan setiap titik ditandai dengan jelas.
- Pita ukur harus ditarik dengan ketegangan yang sesuai agar tidak terjadi kelonggaran atau regangan berlebih.
- Pastikan pita ukur sejajar dengan lintasan lurus antara titik awal dan akhir, meskipun medan mengharuskan pengukuran dilakukan secara bertahap.
Selain itu, pengaruh lingkungan seperti suhu yang dapat mengubah panjang pita atau angin yang dapat menyebabkan pita melengkung harus diminimalkan. Setiap segmen jarak diukur bertahap, dicatat dengan cermat, dan dijumlahkan untuk mendapatkan total jarak. Apabila lintasan memiliki kemiringan, gunakan koreksi untuk memperoleh jarak horizontal sebenarnya.
Dengan langkah-langkah ini, pengukuran jarak dapat dilakukan secara efektif meskipun pita ukur tidak mencakup seluruh jarak dalam satu bentangan.
2. Apa yang harus diperhatikan dalam pengukuran jarak langsung pada medan miring?
Jawab :
Dalam pengukuran jarak langsung pada medan miring, perhatikan hal-hal berikut:
1. Kemiringan Medan: Ukur sudut kemiringan dengan klinometer, dan hitung jarak horizontal menggunakan trigonometri.
2. Metode Pengukuran: Bagi medan menjadi segmen kecil jika terlalu panjang atau curam, dan pastikan alat sejajar dengan medan.
3. Koreksi Jarak: Lakukan koreksi untuk jarak horizontal jika hanya jarak miring yang diukur, serta perhatikan pengaruh suhu dan peregangan pada pita ukur.
4. Alat yang Tepat: Gunakan total station atau EDM untuk kemudahan dan akurasi, atau pita ukur dengan patokan vertikal untuk hasil manual.
5. Kondisi Lingkungan: Waspadai permukaan licin, angin, atau hujan yang bisa memengaruhi hasil.
6. Keamanan: Pastikan lokasi aman dan gunakan alat pendukung seperti tongkat pengukur.
Pendekatan ini membantu mendapatkan hasil yang lebih akurat dan efisien.
3. Pada pengukuran poligon, mengapa jarak harus diukur pergi dan pulang, tidak hanya pergi saja dua kali? Apa bedanya?
Jawab :
Dalam pengukuran poligon, jarak harus diukur secara bolak-balik (pergi dan pulang) untuk memastikan akurasi dan mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi selama pengukuran. Metode ini penting karena dapat menghilangkan atau meminimalkan kesalahan sistematis, seperti ketidakakuratan pada alat ukur, peregangan pita ukur, atau medan yang tidak rata. Jika pengukuran hanya dilakukan ke satu arah dua kali, kesalahan sistematis yang sama akan terulang, sehingga hasilnya tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Pengukuran bolak- balik juga memungkinkan pengidentifikasian penyimpangan melalui perbandingan antara hasil pengukuran pergi dan pulang. Selisih antara kedua hasil ini menjadi indikator ketelitian, dan jika selisihnya melebihi toleransi tertentu, pengukuran harus diulang. Selain itu, faktor-faktor seperti perubahan sudut pandang, kesalahan pembacaan skala, atau kendala optis, yang mungkin berbeda tergantung pada arah pengukuran, dapat diatasi dengan metode bolak- balik.
Metode ini juga membantu memastikan data yang simetris dan lebih mewakili kondisi lapangan sebenarnya. Sebagai contoh, medan yang curam atau tidak rata dapat memberikan hasil pengukuran berbeda jika diukur dari arah yang berbeda. Dengan mengukur bolak-balik, pengaruh medan ini dapat diminimalkan, sehingga hasil akhir lebih akurat. Oleh karena itu, pengukuran dua arah tidak hanya memberikan data yang lebih presisi tetapi juga meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas pengukuran dalam survei poligon.
4. Mengapa pengukuran sudut poligon perlu dilakukan berulang-ulang?
Jawab :
Pengukuran sudut poligon perlu dilakukan berulang-ulang untuk memastikan akurasi, mengurangi kesalahan, dan menghasilkan data yang konsisten. Kesalahan acak, seperti pembacaan skala yang kurang tepat atau gangguan lingkungan seperti angin dan getaran, dapat diminimalkan dengan metode pengulangan. Pengulangan juga memungkinkan hasil diambil rata- ratanya, sehingga fluktuasi kecil akibat kesalahan manusia atau kondisi lapangan tidak memengaruhi akurasi secara signifikan. Selain itu, pengukuran berulang membantu mendeteksi kesalahan sistematis, seperti kalibrasi alat yang kurang sempurna atau posisi alat yang tidak tepat. Dengan melakukan metode maju-mundur (direct dan reverse), surveior dapat mengidentifikasi dan mengoreksi penyimpangan yang mungkin terjadi. Pengukuran yang akurat sangat penting karena sudut poligon berperan besar dalam perhitungan koordinat dan jarak antar titik, di mana kesalahan kecil sekalipun dapat memengaruhi hasil akhir secara signifikan. Oleh karena itu, pengulangan pengukuran tidak hanya meningkatkan kepercayaan terhadap hasil, tetapi juga memastikan standar toleransi survei terpenuhi.
5. Bilamana sebuah poligon disebut baik?
Jawab :
Sebuah poligon disebut baik jika memenuhi standar akurasi, stabilitas, dan konfigurasi yang sesuai dengan tujuan survei. Poligon harus memiliki kesalahan penutupan sudut dan jarak yang kecil, dengan nilai yang berada dalam batas toleransi yang telah ditentukan. Pengukuran sudut dan jaraknya harus dilakukan secara akurat, menggunakan metode yang benar, dan diverifikasi melalui pengulangan untuk memastikan konsistensi data. Selain itu, titik-titik dalam poligon harus ditandai dengan baik di lapangan, stabil, dan memiliki visibilitas yang jelas dari satu titik ke titik lainnya. Konfigurasi poligon juga perlu dirancang dengan panjang sisi yang seimbang dan jumlah titik yang cukup untuk memberikan kontrol geometris yang baik. Kesalahan
pengukuran harus dikelola secara proporsional menggunakan metode koreksi seperti Bowditch, sehingga distribusi kesalahan dapat diperbaiki tanpa mengorbankan presisi. Terakhir, poligon yang baik harus efisien dalam desainnya, memenuhi kebutuhan presisi sesuai tujuan survei, serta dapat diandalkan untuk berbagai aplikasi, baik itu pemetaan, perencanaan, maupun rekayasa teknik.
f. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada laporan praktikum bagian KKH, dapat disimpulkan bahwa koordinat titik tinggi awal dan akhir memiliki nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran dan perhitungan yang dilakukan sudah benar serta membentuk poligon tertutup. Selain itu, perhitungan Penghitungan kesalahan penutup jarak (FL) menghasilkan 1:3996 telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan, yaitu melebihi 1 : 3000.
Melalui perhitungan besar sudut dalam, koordinat setiap titik dapat ditentukan dengan akurat, sehingga bentuk poligon secara keseluruhan dapat diperoleh. Setiap titik dalam rangkaian ini menjadi acuan penting untuk menentukan koordinat titik-titik sekitarnya, yang disebut dengan titik detail.
Keseluruhan langkah ini mencerminkan ketelitian dalam pelaksanaan pengukuran serta kemampuan analisis yang cermat dalam pengolahan data.