TESIS
PENILAIAN JEMBATAN MENGGUNAKAN BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM (BMS) BERBASIS ANDROID DI KABUPATEN KENDAL
Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister Teknik (MT)
Oleh :
SABIDIN NIM. 20201900071
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
ii
2023
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sabidin NIM : 20201900071
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:
Penilaian Jembatan Menggunakan Bridge Management System (BMS) Berbasis Android di Kabupaten Kendal
Adalah benar hasil karya saya dan dengan penuh kesadaran bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiasi atau mengambil alih seluruh atau sebagian besar karya tulis orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Jika saya terbukti melakukan tindakan plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Semarang, 22 Februari 2023.
Materai 10000
( Sabidin )
v
MOTTO
”Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-
hauna 'anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn”
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Ali Imron: 110)
”Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa'illāhullażīna āmanụ
mingkum wallażīna ụtul-'ilma darajāt, wallāhu bimā ta'malụna khabīr”
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah: 11)
”Allāhullażī rafa'as-samāwāti bigairi 'amadin taraunahā ṡummastawā 'alal- 'arsyi wa sakhkharasy-syamsa wal-qamar, kulluy yajrī li`ajalim musammā,
yudabbirul-amra yufaṣṣilul-āyāti la'allakum biliqā`i rabbikum tụqinụn”
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (Q.S. Ar-Ra‟d : 2)
vi
ABSTRAK
Pemerintah Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah memiliki: 227 bh jembatan dengan panjang total: 1.954,85 meter. Apabila terjadi permasalahan pada salah satu jembatan menyebabkan arus lalu lintas mengalami gangguan sedangkan jalur alternatif tidak ada atau kesulitan dalam menyediakant jembatan darurat. Untuk itu sangat diperlukan pemeriksaan kondisi jembatan untuk program pemeliharaan jembatan yang lebih baik dan terencana, supaya tidak akan terjadi kerusakan jembatan yang fatal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: Menentukan bobot fungsional setiap komponen jembatan, memberikan penilaian kondisi jembatan dan membandingkan hasil penilaian BMS berdasarkan metode Bridge Manajement System (BMS) mengunakan cara manual dan melalui aplikasi BMS android.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan.
Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan menggunakan ”content analysis” yaitu teknik pembuatan kesimpulan secara obyektif dan sistematis. Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian kondisi lapangan untuk mengetahui dimensi, jenis jembatan serta data jenis kerusakan elemen jembatan.
Setelah dibandingkan hasil survey 6 (enam) buah jembatan diperoleh Nilai Kondisi (NK) sebagai berikut: jembatan Kali Ringin Getas Singorojo NK= 4, Jembatan Kali Bodri Pegandon NK= 3, Jembatan Kali Bulanan Weleri NK= 4, Jembatan Kedungpolo Banyuringin Singorojo NK= 2, Jembatan Kartikajaya Patebon NK= 4 dan Jembatan Kali Blukar Kangkung NK= 2.
Dapat disimpukan bahwa aplikasi BMS android layak digunakan sebagai alat survey pengganti form BMS manual karena nilai kondisi yang dihasilkan sama atau tidak ada perbedaan.
Kata kunci: Jembatan, tujuan penelitian, metode, nilai kondisi, layak
ABSTRACT
The Kendal Regency Government of Central Java Province has: 227 bridges with a total length: 1,954.85 meters. If there is a problem with one of the bridges, the traffic flow is disrupted while alternative lanes are absent or difficulty in providing an emergency bridge.
For this reason, it is very necessary to check the condition of the bridge for a better and planned bridge maintenance program, so that there will be no fatal bridge damage
This study was conducted with the aim of: Determining the functional weight of each bridge component, providing an assessment of bridge condition and comparing the results of BMS assessment based on the Bridge Management System (BMS) method using manual methods and through the Android BMS application.
The data collection method in this study is a literature study and a field study. Literature study is a data collection technique carried out through written data using "content analysis", which is a technique for making conclusions objectively and systematically. Field studies were carried out using field condition research techniques to determine the dimensions, types of bridges and data on the type of damage to bridge elements.
After comparing the survey results of 6 (six) bridges, the Condition Value (NK) was obtained as follows: Kali Ringin Getas Singorojo Bridge NK= 4, Kali Bodri Pegandon Bridge NK= 3, Kali Bulanan Weleri Bridge NK= 4, Kedungpolo Banyuringin Singorojo Bridge NK= 2, Kartikajaya Patebon Bridge NK= 4 and Kali Blukar Kangkung Bridge NK= 2.
It can be implied that the android BMS application is feasible to use as a survey tool instead of a manual BMS form because the resulting condition value (NK) is the same.
Keywords: Bridge, research objectives, method, condition value, feasible
vii KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul ”PENILAIAN JEMBATAN MENGGUNAKAN BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM (BMS) BERBASIS ANDROID DI KABUPATEN KENDAL”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan jembatan, nilai kondisi dan kode kerusakan jembatan yang dihasilkan oleh program BMS serta menentukan rencana penanganan yang sesuai dengan nilai kondisi jembatan.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Civitas Akademika Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian proposal tesis;
2. Ibu Dosen Pembimbing I: Dr. Ir. Rinda Karlinasari, M.T. yang telah memberi arahan dan kesempatan kepada peneliti untuk mengembangkan ide dan pemikiran ilmiah lewat tesis;
3. Bapak Dosen Pembimbing II: Prof. Dr. Ir. Antonius, M.T. yang telah memberi arahan dan kesempatan kepada peneliti untuk mengembangkan ide dan pemikiran ilmiah lewat tesis;
4. Serta pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu - persatu, sehingga tesis ini dapat selesai sebagaimana yang diharapkan.
Semoga semua bantuan dan kebaikan hati yang diberikan kepada penulis, khususnya dalam penyelesaian penelitian ini mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu Wata‟ala. Tentunya dalam hal ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap ada penelitian lebih lanjut yang dapat melengkapi kesempurnaan penelitian nanti.
Semarang, 22 Februari 2023.
Penulis
Sabidin
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Sistimatika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Jalan ... 6
2.2 Klasifikasi Jalan ... 7
2.2.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan ... 8
2.2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi ... 8
2.2.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status ... 9
2.2.4 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas ... 10
2.3 Jembatan ... 11
2.3.1 Pengertian Jembatan ... 12
2.3.2 Klasifikasi Jembatan ... 13
2.3.3 Bagian-bagian Konstruksi Jembatan ... 15
2.3.4 Pemeliharaan Jembatan ... 19
ix
2.3.5 Jumlah Jembatan Kabupaten Kendal ... 21
2.3.6 Pentingnya Pengelolaan Jembatan... 22
2.4 Pengelolaan Jembatan dengan Bridge Management System .. 22
2.4.1 Tujuan Pemeriksaan Jembatan ... 23
2.4.2 Pengumpulan Data ... 25
2.4.3 Jenis Pemeriksaan Utama dalam BMS ... 25
2.5 Pemeriksaan Inventarisasi dan Rutin ... 29
2.5.1 Sistem Penomoran Jembatan ... 31
2.5.2 Akhiran Ruas Jalan ... 32
2.5.3 Lokasi Jembatan ... 33
2.5.4 Penomoran Komponen dan Elemen Jembatan... 34
2.5.5 Urutan Pemeriksaan ... 35
2.5.6 Data Administrasi ... 38
2.5.7 Jenis Lintasan dan Data Geometris ... 39
2.5.8 Sudut Miring Jembatan ... 40
2.5.9 Data Bentang dan Komponen Utama ... 41
2.5.10 Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal ... 42
2.5.11 Jenis Komponen dan Data Material ... 43
2.5.12 Bangunan Atas... 44
2.5.13 Kode Jenis ... 46
2.5.14 Bangunan Bawah ... 47
2.5.15 Data Kondisi Komponen ... 47
2.5.16 Pedoman Pemberian Nilai Kondisi ... 49
2.5.17 Data Pelengkap ... 50
2.5.18 Data Banjir Tertinggi ... 51
2.6 Pemeriksaan Detail ... 52
2.6.1 Pemilihan Jembatan ... 54
2.6.2 Urutan Pemeriksaan ... 55
2.6.3 Sistem Pemeriksaan Detail ... 56
2.6.4 Hierarki dan Kode Elemen ... 58
2.6.5 Kode Kerusakan ... 59
2.6.6 Sistem Penilaian Elemen ... 60
x
2.6.7 Penentuan Nilai Kondisi ... 61
2.6.8 Kerusakan yang Serius ... 61
2.6.9 Data Administrasi dan Inventarisasi ... 62
2.6.10 Kesan Secara Keseluruhan ... 62
2.6.11 Daftar Elemen yang Rusak ... 64
2.6.12 Lokasi Elemen yang Rusak ... 64
2.6.13 Pemberian Nilai Kondisi ... 65
2.6.14 Data Lain ... 67
2.6.15 Pemeliharaan Rutin ... 68
2.6.16 Catatan Kecil dan Sketsa ... 69
2.7 Istilah Umum Jembatan ... 69
2.8 Laporan BMS ... 72
2.9 Elemen Jembatan ... 72
2.10 Petunjuk Menilai Struktur dan Tingkat Kerusakan Bahan ... 72
2.10.1 Kerusakan Pada Elemen Pasangan... 72
2.10.2 Kerusakan Pada Elemen Beton ... 74
2.10.3 Kerusakan Pada Elemen Baja ... 75
2.10.4 Kerusakan Pada Elemen Kayu ... 75
2.11 Kerusakan pada Aliran Sungai ... 75
2.12 Kerusakan Angker Jembatan Gantung dan Kabel ... 79
2.13 Kerusakan pada Kepala Jembatan dan Pilar ... 79
2.14 BMS Android ... 81
2.14.1 Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi BMS Berbasis Android……….. 83
2.14.2 Cara Mengakses Aplikasi BMS Versi Android (User) 90 2.14.3 Evaluasi Ekonomi ... 102
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 109
3.1 Lokasi Penelitian ... 109
3.2 Tahapan Penelitian... 110
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 111
3.4 Metode Analisis Data ... 111
3.5 Penelitian Terdahulu ... 112
xi BAB IV SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA BRIDGE MANAGEMENT
SYSTEM (BMS) ... 116
4.1 Dasar Pembuatan Aplikasi BMS Android ... 116
4.2 Pemeriksaan Jembatan ... 117
4.3 Pemeriksaan Inventarisi ... 118
4.4 Pemeriksaan Rutin ... 118
4.5 Periksaan Detail ... 118
4.6 Periksaan Khusus ... 119
4.7 Penilaian Kondisi Jembatan... 119
4.7.1 Survey Kondisi Jembatan dengan Cara BMS Manual ... 120
4.7.2 Survey Kondisi Jembatan Mobile App (BMS Berbasis- Android ... 122
1. Jembatan Kali Ringin Getas Singorojo ... 122
2. Jembatan Kali Bodri Pegandon ... 127
3. Jembatan Kali Bulanan Weleri ... 130
4. Jembatan Kali Kedungpolo Banyuringin Singorojo .... 134
5. Jembatan Kartikajaya Patebon ... 139
6. Jembatan Kali Blukar Kangkung ... 143
4.9 Kronologis Pengembangan Software... 149
4.10 Kuesioner dan Perbandingan ... 154
4.11 Analisa Hasil Kuesioner ... 155
BAB V KESIMPULAN DAN DASAR ... 159
5.1 Kesimpulan ... 159
5.2 Saran ... 162
DAFTAR PUSTAKA ... 163
DAFTAR LAMPIRAN ... 165
1. Daftar Jembatan Kabupaten Kendal ... 165
2. Kode untuk Komponen Bangunan Atas dan Bangunan Bawah ... 170
3. Form Laporan Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan ... 171
4. Tabel Bahan dan Jenis Kerusakan ... 174
5. Tabel Jenis Kerusakan Berkaitan dengan Material Bahan ... 175
6. Tabel Penentuan Nilai Kondisi ... 177
xii
7. Tabel Contoh Daftar Elemen yang Rusak ... 177
8. Tabel Contoh Penilaian Level 5 ... 178
9. Tabel Contoh Penilaian Level 4 ... 178
10. Tabel Contoh Penilaian Level 3 ... 179
11. Tabel Data Lain ... 179
12. Laporan Pemeriksaan Mendetail Jembatan ... 180
13. Tabel Laporan Pemeriksaan Rutin ... 183
14. Tabel Elemen Jembatan ... 185
15. Tabel Kerusakan Elemen Baja ... 188
16. Tabel Hierarki Elemen ... 189
17. Form Laporan Hasil Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan Menggunakan Metode BMS Manual pada 6 (enam) Jembatan………… 191
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Kondisi untuk Inventarisasi... 48
Tabel 2.2 Pedoman Pemberian Nilai Kondisi ... 49
Tabel 2.3 Keadaan Lalu Lintas ... 50
Tabel 2.4 Jalan Memutar dan Jalan Membelok (Detour) ... 50
Tabel 2.5 Pembatasan Fungsional yang Ada ... 51
Tabel 2.6 Data Banjir Tertinggi ... 51
Tabel 2.7 Verifikasi Data Inventarisasi ... 62
Tabel 2.8 Pemeliharaan Rutin ... 69
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu ... 113
Tabel 3.2 Rencana Penelitian ... 115
Tabel 4.1 Nilai Kondisi (NK) Jembatan Hasil Penelitian ... 149
Tabel 4.2 Kronologis Pengembangan Software BMS Android ... 154
Tabel 4.3 Data Skor Kuesioner ... 155
Tabel 4.4 Rekap Data Hasil Kuesioner ... 156
Tabel 4.5 Analisis Bobot Hasil Kuesioner ... 158
xiv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pengelompokkan Jalan ... 7
Gambar 2.2 Bagan Alir Sistem Manajemen Jembatan BMS ... 24
Gambar 2.3 Bagan Alir Jenis Pemeriksaan Jembatan ... 29
Gambar 2.4 Penomoran Jembatan... 31
Gambar 2.5 Penggunaan Akhiran Jalan untuk Menunjukkan pada Suatu Ruas Jalan ... 33
Gambar 2.6 Lokasi Jembatan ... 34
Gambar 2.7 Penomoran Komponen Utama ... 35
Gambar 2.8 Penomoran Elemen ... 35
Gambar 2.9 Penomoran Elemen Arah Memanjang ... 36
Gambar 2.10 Penomoran Elemen Arah Melintang ... 36
Gambar 2.11 Penomoran Elemen Arah Vertikal ... 37
Gambar 2.12 Urutan Pemeriksaan ... 37
Gambar 2.13 Alur Rute Pemeriksaan... 38
Gambar 2.14 Data Administrasi ... 38
Gambar 2.15 Jenis Lintasan dan Data Geometris ... 39
Gambar 2.16 Pengukuran Panjang Total dan Bentang ... 40
Gambar 2.17 Sudut Miring pada Jembatan ... 41
Gambar 2.18 Jembatan Busur di Tikungan ... 41
Gambar 2.19 Pengukuran Lebar Jalan dan Lebar Trotoar ... 42
Gambar 2.20 Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal ... 43
Gambar 2.21.a Jenis Bangunan Atas... 45
Gambar 2.21.b Jenis Bangunan Atas ... 46
Gambar 2.22 Jenis Kepala Jembatan dan Pilar ... 47
Gambar 2.23 Cara Mengukur Ketinggian Muka Air Banjir ... 52
Gambar 2.24.a Istilah Umum Jembatan ... 69
Gambar 2.24.b Istilah Umum Jembatan ... 70
Gambar 2.24.c Istilah Umum Jembatan ... 70
Gambar 2.24.d Istilah Umum Jembatan ... 70
Gambar 2.25 Retak pada Pasangan Bata... 73
Gambar 2.26 Kerontokan Beton ... 75
xv
Gambar 2.27 Tumpukan Sampah di Bawah Jembatan ... 76
Gambar 2.28 Banjir Menerjang Jembatan ... 77
Gambar 2.29 Amblas/Penurunan (Setllement) Pilar Jembatan ... 78
Gambar 2.30 Blok Angker yang Bergerak ... 79
Gambar 2.31 Pergerakan Akibat Penurunan ... 80
Gambar 2.32 Rotasi Akibat Gaya – gaya pada Bidang Longsor ... 80
Gambar 2.33 Pergerakan Akibat Gaya yang Berlebihan ... 81
Gambar 2.34 Pergerakan Akibat Gaya yang Berlebihan ... 81
Gambar 2.35 Survey BMS Manual ... 82
Gambar 2.36 Alur/Proses Penggunaan Aplikasi BMS Android ... 84
Gambar 2.37 Input Data Jembatan (User Dinas/Super Administrator) ... 85
Gambar 2.38 Kelola User Dinas (Super Administrator) ... 85
Gambar 2.39 Kelola Hirarki Elemen (Super Administrator) ... 86
Gambar 2.40 Kelola Kerusakan Material (Super Administrator) ... 87
Gambar 2.41 Kelola Kerusakan Elemen (Super Administrator) ... 88
Gambar 2.42 Kelola Material Bahan (Super Administrator) ... 88
Gambar 2.43 Kelola Asal Bangunan Atas (Super Administrator) ... 89
Gambar 2.44 Kelola Jenis Jembatan (Super Administrator) ... 89
Gambar 2.45 Login Aplikasi BMS Versi Web ... 90
Gambar 2.46 Halaman Beranda ... 90
Gambar 2.47 Quick Shortcut ... 91
Gambar 2.48 Download Data Referensi ... 91
Gambar 2.49 Semua Jembatan ... 92
Gambar 2.50 Detail Jembatan ... 92
Gambar 2.51 Menu Detail Jembatan ... 93
Gambar 2.52.a Galeri Foto ... 93
Gambar 2.52.b Menu Detail Jembatan ... 94
Gambar 2.53 Google Map ... 94
Gambar 2.54 Struktur Atas ... 95
Gambar 2.55 Struktur Bawah ... 95
Gambar 2.56.a Survei Inventarisasi ... 96
Gambar 2.56.b Survei Inventarisasi ... 96
xvi
Gambar 2.57.a Survei Rutin ... 97
Gambar 2.57.b Survei Rutin... 97
Gambar 2.58 Elemen ... 98
Gambar 2.59 Sketsa Kerusakan Elemen ... 98
Gambar 2.60.a Survei Detail ... 99
Gambar 2.60.b Survei Detail ... 100
Gambar 2.61 Detail Elemen Survei ... 100
Gambar 2.62 Jembatan Terdekat... 101
Gambar 2.63 Data Profile ... 101
Gambar 2.64 Summary ... 105
Gambar 2.65 Skrining Teknis ... 105
Gambar 2.66 Detail Kerusakan ... 106
Gambar 2.67.a Evaluasi Sistem ... 106
Gambar 2.67.b Evaluasi Sistem ... 107
Gambar 2.67.c Evaluasi Sistem ... 107
Gambar 2.68 Rangking Ekonomis ... 108
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Kendal ... 109
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian ... 110
Gambar 4.1 Hasil Survey Inventarisasi BMS Android Jembatan Kali - Ringin Getas Singorojo ... 123
Gambar 4.2 Hasil Survey Detail BMS Android Jembatan Kali Ringin - Getas Singorojo ……….. 126
Gambar 4.3 Hasil Survey Inventarisasi BMS Android Jembatan Kali - Bodri Pegandon ... 127
Gambar 4.4 Hasil Survey Detail BMS Android Jembatan Kali Bodri - Pegandon ... 129
Gambar 4.5 Hasil Survey Inventarisasi BMS Android Jembatan Kali - Bulanan Weleri... 131
Gambar 4.6 Hasil Survey Detail BMS Android Jembatan Kali Bulanan - Weleri ... 133
Gambar 4.7 Hasil Survey Inventarisasi BMS Android Jembatan Kali - Kedungpolo Banyuringin Singorojo ... 135
xvii Gambar 4.8 Hasil Survey Detail BMS Android Jembatan Kali -
Kedungpolo Banyuringin Singorojo ... 138
Gambar 4.9 Hasil Survey Inventarisasi BMS Android Jembatan - Kartikajaya Patebon ... 139
Gambar 4.10 Hasil Survey Detail BMS Android Jembatan Kartikajaya Patebon ... 143
Gambar 4.11 Hasil Survey Inventarisasi BMS Android Jembatan - Kali Blukar Kangkung ... 144
Gambar 4.12 Hasil Survey Detail BMS Android Jembatan Kali - Blukar Kangkung ... 147
Gambar 4.13 Halaman Depan (menu) BMS Android ... 150
Gambar 4.14 Halaman Menu Semua Jembatan ... 151
Gambar 4.15 Halaman Menu Grafik Statistik Nilai Kondisi……… 161
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan jaringan jalan di Indonesia berkembang secara pesat akibat meningkatnya prasarana dan kebutuhan angkutan darat sejak periode tahun 1980-an hingga saat ini, sehingga konstruksi jembatan telah berumur antara 20 – 40 tahun yang tentunya sudah saatnya dilaksanakan penggantian, rehabilitasi/pemeliharaan yang lebih serius berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi jembatan tersebut, bersamaan dengan kurangnya sumber daya manusia yang menekuni tentang pemeriksaan kondisi jembatan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kabupaten/Kota.
Di Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah kondisi tanahnya beragam, yaitu daerah rawa/tanah lembek, datar dan pegunungan, tidak dilakukan penggandaan jembatan, karena kesulitan lahan dan keterbatasan anggaran, sehingga apabila terjadi permasalahan pada suatu jembatan, arus lalu lintas mengalami gangguan yang tidak mempunyai jalur alternatif atau kesulitan dalam membuat jembatan darurat. Untuk itu sangat diperlukan pemeriksaan kondisi jembatan untuk program pemeliharaan jembatan yang lebih baik dan terencana, sehingga tidak akan terjadi kerusakan yang fatal.
Beberapa penyebab terjadinya kerusakan jembatan, antara lain:
a) Pemeliharaan rutin tidak intensif;
b) Mutu beton tidak sesuai dengan persyaratan;
c) Pengaruh lingkungan;
d) Adanya beban berlebih/dimensi kendaraan (truk) tidak standar;
e) Perubahan fungsi jalan.
Berdasarkan Keputusan Bupati Kendal nomor: 056/27/2004 tanggal 20 Pebruari 2004 tentang Penetapan Ruas Jalan dan Jembatan Kabupaten, Pemerintah Kabupaten Kendal memiliki: 227 bh jembatan berada di: 97 ruas jalan dari total: 257 ruas jalan Kabupaten, dengan panjang total jembatan: 2.286,61 meter.
2 Kondisi riil jembatan di lapangan saat ini sudah banyak yang mengalami perubahan karena banyak jembatan yang sudah direhabilitasi atau diganti. Pada saat rehabilitasi / penggantian, ukuran jembatan mengalami perubahan yaitu ukuran panjang dan lebarnya, jenis bahan konstruksi lantai jembatan atau abutment/pondasi jembatannya.
Salah satu prosedur pengelolaan jembatan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga adalah dengan Sistem Manajemen Jembatan (Bridge Management System / BMS). Dimana BMS digunakan sebagai alat bantu untuk membuat rencana dengan cara sistimatis dan menyediakan prosedur seragam untuk semua aktivitas jembatan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah mengenai penilaian kondisi jembatan, di antaranya:
1) Bagaimana menentukan bobot fungsional setiap komponen jembatan berdasarkan metode Bridge Manajement System (BMS) dengan cara manual dan melalui aplikasi BMS android.
2) Bagaimana penilaian kondisi pada Jembatan mengunakan cara manual , melalui aplikasi BMS android.
3) Bagaimana hasil penilaian Bridge Manajement System (BMS) secara manual dibandingkan menggunakan aplikasi BMS android.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Menentukan bobot fungsional setiap komponen jembatan berdasarkan metode Bridge Manajement System (BMS) mengunakan cara manual, melalui aplikasi BMS android.
2) Memberikan penilaian kondisi pada Jembatan mengunakan cara manual, melalui aplikasi BMS android.
3) Membandingkan hasil penilaian Bridge Manajement System (BMS) secara manual, melalui aplikasi BMS android.
1.4 Batasan Masalah
Dalam melaksanakan penulisan ini ditetapkan batasan - batasan sebagai berikut:
3 1) Penelitian dilakukan pada jembatan Kabupaten Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil 6 (enam) buah jembatan sebagai data masukan pada penelitian ini yaitu :
1. Jembatan Kali Ringin Getas Singorojo 2. Jembatan Kali Bodri Pegandon
3. Jembatan Kali Bulanan Weleri
4. Jembatan Kali Kedungpolo Banyuringin Singorojo 5. Jembatan Kartikajaya Patebon
6. Jembatan Kali Blukar Kangkung
2) Jumlah total jembatan yang dievaluasi termasuk obyek penelitian adalah sebanyak 227 buah yang terdiri dari 6 (enam) jembatan merupakan obyek penelitian dan 221 jembatan lain merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Kendal.
3) Sistem informasi dengan menggunakan Program Sistem Informasi Manajemen Jembatan.
4) Penilaian kondisi kerusakan dilakukan dengan pegamatan secara visual dengan alat bantu: Smartphone android, kamera digital, drone, infra red point, meteran 5 m dan roll meter 50 m.
5) Penanganan yang direkomendasikan bersifat indikatif (perlu dilakukan survei ulang) untuk kebutuhan data perencanaan.
6) Standar biaya penanganan dalam menentukan skala prioritas adalah biaya perkiraan dan bukan biaya yang sesuai dengan kondisi saat ini.
1.5 Manfaat Penelitian
1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sebagai pengetahuan dalam melakukan penelitian dalam bidang sipil transportasi khususnya mengenai penilaian kondisi jembatan.
2) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Universitas sebagai bahan referensi tambahan yang nantinya dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
4 3) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah di dalam pertimbangan pemeliharaan dan Pengelolaan jembatan.
1.6 Sistimatika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami proposal tesis ini, digunakan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat studi literatur dan berbagai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang selanjutnya digunakan sebagai landasan teori yang akan menjadi dasar untuk menjawab permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat uraian rincian tentang bentuk penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, serta hambatan-hambatan yang dihadapi selama penelitian dan pemecahannya.
BAB IV SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA BRIDGE
MANAGEMENT SYSTEM (BMS)
Bab ini memuat cara pengisian data survey kondisi jembatan menggunakan aplikasi BMS android, survey BMS secara manual.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan penelitian BMS android dan saran.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
Jaman semakin modern menuntut perkembangan transportasi yang semakin maju, manusia membutuhkan jalan tidak hanya untuk dilalui oleh pejalan kaki namun juga oleh kendaraan dengan roda.
Jalan adalah jalur-jalur yang di atas permukaan bumi yang dengan sengaja dibuat oleh manusia dengan berbagai bentuk, ukuran-
ukuran dan konstruksinya untuk
dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang-barang dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya dengana cepat dan mudah (Silvia Sukirman, 1994).
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Transportasi berperan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Karena dengan adanya transportasi hubungan antar wilayah semakin lancar dan penghematan waktu serta biaya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Pelayanan jasa transportasi yang baik akan meningkatkan jasa transportasi, karena orang menjadi lebih mudah dalam bertransaksi sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi (Mudjiastuti Handajani, 2012).
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, dijelaskan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
6 2.2 Klasifikasi Jalan
Dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Jalan umum sebagaimana dimaksud dikelompokkan menurut sistem, fungsi, dan status, dan dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, jalan dikelompokkan dalam kelas. Adapun perinciannya sebagai berikut:
Jalan umum
Sistem Sistem jaringan jalan Primer Sistem jaringan jalan Sekunder
Fungsi
Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan
Status
Jalan Nasional Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten / Kota Jalan Desa
Kelas
I II III
Gambar 2.1 Skema Pengelompokkan Jalan Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Kendal 2.2.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan
Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Definisi kedua sistem jaringan jalan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
7 pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
2) Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
2.2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi
Jalan umum menurut fungsinya terbagi atas Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan. Definisi keempat fungsi jalan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Jalan Arteri : Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2) Jalan Kolektor : Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan Lokal : Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4) Jalan Lingkungan : Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2.2.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status
Jalan umum menurut statusnya atau adminitrasi pemerintahan dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok, sebagai berikut :
1) Jalan Nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
8 antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2) Jalan Provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3) Jalan Kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan kabupaten, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4) Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5) Jalan Desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
2.2.4 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas
Pembagian kelas jalan menurut PP Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dibagi dalam 4 (empat) kelas atau beban muatan sumbu kendaraan, sebagai berikut : 1) Jalan Kelas I
Adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
9 2) Jalan Kelas II
Adalah jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
3) Jalan Kelas III
Adalah jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
4) Jalan Kelas Khusus
Adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
2.3 Jembatan
Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan jembatan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah.
Sudradjat (2015) mengatakan salah satu infrastruktur yang memiliki peranan penting dalam suatu jaringan jalan adalah jembatan. Jembatan merupakan prasarana transportasi darat yang berguna untuk meneruskan jalan melalui rintangan yang ada seperti sungai, maka keruntuhan jembatan
10 akan mengurangi atau menahan lalu lintas, yang berarti mengganggu kelancaran transportasi orang dan barang.
Seiring dengan bertambahnya waktu banyak kinerja suatu jembatan mengalami penurunan yang berarti semakin tinggi pula kebutuhan akan pemeliharaan, rehabilitasi dan penggantian suatu jembatan. Oleh karena itu diperlukan upaya pemeliharaan atau perbaikan dengan manajemen yang baik, yaitu dengan sistem pemeriksaan kondisi jembatan yang akurat dan efektif.
Agar struktur jembatan dapat selalu beroperasi dengan baik dalam mendukung beban-beban lalu lintas dan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan sesuai dengan umur layanan yang telah direncanakan maka perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin. Kegiatan pemeliharaan jembatan meliputi evaluasi (evaluation), pemantauan (monitoring), dan perbaikan (repair, rehabilitation, and replacement).
Struktur jembatan dapat dikatakan gagal bila :
1) Bangunan utuh namun secara teknis tidak mampu mendukung/
melayani beban kendaraan (salah dalam perancangan)
2) Sudah kadaluwarsa (tidak sesuai dengan kondisi beban layan saat itu)
3) Terjadi kerusakan sebagian atau seluruhnya
Agar jembatan dapat dijaga keamanannya, nyaman penggunaannya dan awet (durabel) maka perlu sistem yang memperhatikan / memonitor keamanan dan kenyamanan (Safety, Health and Monitoring system).
2.3.1 Pengertian Jembatan
Definisi jembatan menurut Kamus istilah Bidang Pekerjaan Umum adalah bangunan pelengkap jalan yang befungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya dan jalan kereta api.
Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai,
11 danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Menurut Ir. H. J. Struyk dalam bukunya ”Jembatan”, jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah.
Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau lalu lintas biasa).
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar. Minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
2.3.2 Klasifikasi Jembatan
Klasifikasi jembatan berdasarkan: Fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur. Sekarang ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat dibedakan sebagai berikut (Agus Iqbal Manu, 1995:9):
1. Jembatan jalan raya (highway bridge).
2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge).
3. Jembatan jalan air (waterway bridge).
4. Jembatan jalan pipa (pipeway bridge).
5. Jembatan militer (military bridge).
6. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
12 1) Jembatan kayu (log bridge).
Jembatan yang terdiri dari bahan kayu dengan bentang yang relatif pendek.
2) Jembatan beton (concrete bridge).
Jembatan beton merupakan jembatan yang konstruksinya terbuat dari material utama bersumber dari beton.
3) Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge).
Jembatan dengan bahan berkekuatan tinggi merupakan alternatif menarik untuk jembatan bentang panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada struktur jembatan sejak tahun 1950-an.
4) Jembatan baja (steel bridge).
Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja: deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel.
5) Jembatan komposit (compossite bridge).
Jembatan yang memilki pelat lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja sama mendukung beban sebagai satu kesatuan balok. Gelagar baja terutama menahan tarik sedangkan plat beton menahan momen lendutan.
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Bambang Supriyadi, 2007:18), antara lain:
a) Jembatan plat (slab bridge).
Jembatan dengan bentuk yang paling ekonomis untuk menahan lentur dan gaya geser serta memiliki momen inersia terbesar untuk berat yang relatif rendah setiap unit panjangnya.
b) Jembatan plat berongga (voided slab bridge).
Jembatan dengan meminimalkan jumlah gelagar dan bagian- bagian fabrikasi, sehingga dapat mengurangi nilai
13 konstruksinya. Jarak antar gelagar dibuat lebar dan pengaku lateral diabaikan.
c) Jembatan gelagar (girder bridge).
Jembatan yang memiliki gelagar utama dihubungkan secara melintang dengan balok lantai membentuk pola grid dan akan menyalurkan beban bersama-sama. Jembatan tipe ini dibagi menjadi 2 macam yakni, I-girder dan box girder.
d) Jembatan rangka (truss bridge).
Jembatan yang terdiri dari elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada ujungnya. Setiap bagian menahan beban axial juga tekan dan tarik.
e) Jembatan pelengkung (arch bridge).
Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan axial.
f) Jembatan gantung (suspension bridge).
Jembatan dimana gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang kemudian digantungkan pada kabel penggantung utama yang melewati menara dari tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang terpanjang.
g) Jembatan kabel (cable stayed bridge).
Jembatan dimana gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara. Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak panjang.
h) Jembatan cantilever (cantilever bridge).
Jembatan menerus yang dibuat dengan penempatan sendi diantara pendukung.
14 2.3.3 Bagian-bagian Konstruksi Jembatan
Secara umum konstruksi jembatan memiliki dua bagian yaitu bangunan atas (upper structure) dan bangunan bawah (sub structure). Bangunan atas adalah konstruksi yang berhubungan langsung dengan beban-beban lalu lintas yang bekerja. Sedangkan bangunan bawah adalah konstruksi yang menerima beban-beban dari bangunan atas dan meneruskannya ke lapisan pendukung (tanah keras) di bawahnya.
1) Bangunan Atas (upper structure)
Bangunan atas adalah bagian dari sistem struktur jembatan yang berada di atas perletakan dan memikul langsung beban lalu lintas yang melewati dan mendistribusikannya ke bangunan bawah, bagian-bagian yang termasuk dalam bangunan atas adalah:
a) Tiang sandaran
Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa aman bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya. Tiang sandaran dengan trotoar terbuat dari beton bertulang dan untuk sandarannya dari pipa galvanis.
b) Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 1,0-1,5 meter dan dipasang pada bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb) dipasang lis dari baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda kendaraan.
c) Lantai Trotoar
15 Lantai trotoar adalah lantai tepi dari plat jembatan yang berfungsi menahan beban-beban yang terjadi akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar, dan pejalan kaki.
d) Lantai Kendaraan
Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang melalui gelagar-gelagar melintang.
Pelat lantai dari beton ini mempunyai ketebalan total 20 cm.
e) Balok Diafragma
Balok diafragma adalah merupakan pengaku dari gelagar- gelagar memanjang dan tidak memikul beban plat lantai dan diperhitungkan seperti balok biasa.
f) Gelagar
Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut, sedangkan besarnya balok memanjang tergantung dari panjang bentang dan kelas jembatan.
2) Bangunan Bawah (sub structure)
Bangunan bawah adalah bagian dari sistem struktur jembatan yang menerima beban dan berat dari bangunan atas jembatan, dan menyalurkannya ke pondasi. (Agus Iqbal Manu, 1995:5), bagian-bagian yang termasuk dalam bangunan bawah jembatan yaitu seperti :
a) Kepala jembatan (Abutment)
Bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah. Bentuk umum abutment yang sering dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung bangunan atas, tetapi yang paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya dukung tanah dasar dan
16 penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi seperti dinding atau tembok.
b) Plat injak
Plat injak adalah bagian dari bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk menyalurkan beban yang diterima di atasnya secara merata ke tanah di bawahnya dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada permukaan jalan.
c) Pondasi
Pondasi adalah bagian dari jembatan yang tertanam di dalam tanah. Fungsi dari pondasi adalah untuk menahan beban bangunan yang berada di atasnya dan meneruskannya ke tanah dasar, baik ke arah vertikal maupun ke arah horizontal.
Pondasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Pondasi Dangkal (Pondasi Langsung)
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bagian bawah secara langsung pada tanah. Pondasi ini dapat dibagi menjadi:
a. Pondasi Menerus (Continous Footing) b. Pondasi Telapak (Footing)
c. Pondasi Setempat (Individual Footing) 2. Pondasi Dalam (Pondasi Tak Langsung).
Pondasi dalam adalah beban pondasi yang dipikul akan diteruskan ke lapisan tanah yang mampu memikulnya.
Untuk menyalurkan beban bangunan tersebut ke lapisan tanah keras maka dibuat suatu konstruksi penerus yang disebut pondasi tiang atau pondasi sumuran. Pondasi dalam terdiri dari:
17 a. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman > 8 meter, berdasarkan tes penyelidikan di lapangan.
b. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman 2 - 8 m. Bentuk penampang pondasi ini adalah bundar, segi empat dan oval.
d) Dinding Sayap (Wing Wall)
Dinding sayap adalah bagian dari bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah terhadap jembatan.
e) Landasan/Perletakan
Menurut Agus Iqbal Manu landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan bawah. Menurut fungsinya dibedakan landasan sendi (fixed bearing) dan landasan gerak (movable bearing).
2.3.4 Pemeliharaan Jembatan
Di Kabupaten Kendal telah banyak terbangun jembatan dengan bermacam-macam jenis konstruksi, dibangun di atas kondisi tanah yang sangat beragam, yaitu tanah lunak, datar dan pegunungan, sehingga apabila terjadi permasalahan pada jembatan tersebut, arus lalu lintas mengalami gangguan yang tidak mempunyai jalur alternatif atau kesulitan dalam membuat jembatan darurat.
Untuk itu, sangat diperlukan pemeliharaan jembatan yang lebih baik dan terencana, sehingga tidak akan terjadi kerusakan yang fatal.
Pemeliharaan jembatan adalah suatu pekerjaan yang dilaksanakan setelah pekerjaan pembangunan selesai dilaksanakan.
Pekerjaan pemeliharaan ini sangat diperlukan untuk
18 mempertahankan kondisi jembatan atau suatu struktur untuk selalu berada dalam kondisi siap layan.
Tujan pemeliharaan jembatan ;
1. Menjaga kualitas pelayanan jembatan selama umur rencana, sehingga kelancaran lalu lintas dan perekonomian tidak terganggu.
2. Pekerjaan pemeliharaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan proses yang baku, agar efektif dan efisien.
Sistem yang dilaksanakan mengikuti sistem manajemen jembatan Indonesia dan sesuai dengan panduan pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan. Diharapkan jembatan selalu berada dalam kondisi aman, nyaman dan stabil selama umur rencana yang telah direncanakan.
a. Pemeliharaan Rutin
Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan:
1. Pembersihan secara umum
2. Membuang tumbuhan liar dan sampah 3. Pembersihan dan melancarkan
4. Drainase dan penanganan kerusakan ringan 5. Pengecatan sederhana
6. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan Kegiatan pemeliharaan rutin:
1. Pembersihan secara menyeluruh dengan penyemprotan air bertekan cukup tinggi pada elemen jembatan yang dibersihkan.
2. Pembersihan tumbuhan liar, terutama pada daerah perletakan, dinding batu/beton. Pembersihan tersebut harus dilakukan pada daerah +/- 3 m dari setiap sisi jembatan. Pada setiap pekerjaan pembersihan harus diperhatikan adanya pengaruh yang mungkin terjadi seperti erosi yang disebabkan oleh kesalahan pemotongan tumbuhan.
19 3. Membersihkan/mencuci rambu-rambu lalu lintas dan papan
nama jembatan.
b. Kegiatan pemeliharaan berkala:
1. Pembersihan secara menyeluruh dengan penyemprotan air bertekan cukup tinggi pada elemen jembatan yang dibersihkan.
2. Pembersihan tumbuhan liar, terutama pada daerah perletakan/landasan, dinding batu atau beton dan di sekitarnya struktur kayu. Pembersihan tersebut harus dilakukan pada daerah kurang lebih 3 meter dari setiap sisi jembatan. Pada setiap pekerjaan pembersihan harus diperhatikan adanya pengaruh yang mungkin terjadi seperti erosi yang disebabkan oleh kesalahan pemotongan tumbuhan yang ada.
3. Membersihkan/mencuci rambu-rambu lalu lintas dan papan nama jembatan.
4. Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen yang kecil.
5. Perbaikan tiang dan sandaran.
6. Perkuatan bagian-bagian yang bergerak.
7. Perkuatan bagian yang struktural.
8. Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi.
9. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana.
2.3.5 Jumlah Jembatan Kabupaten Kendal
Berdasarkan Keputusan Bupati Kendal nomor: 056/27/2004 tanggal 20 Pebruari 2004 tentang Penetapan Ruas Jalan dan Jembatan Kabupaten, terdapat 227 bh jembatan berada di 97 ruas jalan dari total 257 ruas jalan Kabupaten, dengan panjang total jembatan : 2.286,61 meter. Adapun daftar jembatan Jembatan Kabupaten Kendal sebagaimana dalam Lampiran nomor: 1 pada halaman 165.
Kondisi riil jembatan-jembatan di lapangan saat ini sudah banyak mengalami perubahan karena banyak jembatan yang sudah direhabilitasi atau diganti. Pada saat rehabilitasi/penggantian,
20 ukuran jembatan mengalami perubahan yaitu ukuran panjang dan lebarnya, jenis bahan konstruksi lantai jembatannya atau abutment/pondasi jembatannya. Kondisi sebaliknya terjadi pada jembatan yang belum direhabilitasi biasanya lantai jembatannya lebih sempit dari lebar jalannya karena badan jalan sudah mengalami pelebaran. Maka berdasarkan kondisi riil lapangan saat ini dan jika disandingkan dengan SK jembatan tersebut sudah tidak relevan lagi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa data base jembatan Kabupaten Kendal saat ini belum lengkap dan tidak akurat. Oleh karena itu perlu untuk segera dilakukan revisi atau perubahan.
Salah satu prosedur pengelolaan jembatan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga adalah dengan Sistem Manajemen Jembatan (BMS). Dimana BMS digunakan sebagai alat bantu untuk membuat rencana dengan cara sistimatis dan menyediakan prosedur seragam untuk semua aktivitas jembatan.
2.3.6 Pentingnya Pengelolaan Jembatan
Fungsi utama sebuah jembatan adalah untuk menghubungkan dua wilayah yang berbeda. Setelah itu, dengan adanya jembatan dapat membangkitkan berbagai macam kemajuan di kedua wilayah tersebut, baik di bidang transportasi, ekonomi, budaya, dan bidang- bidang lainnya.
Kerberhasilan peranan dan fungsi jembatan bergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola jembatan. Pengelolaan prasarana jembatan diperlukan untuk menjaga agar masa layan jembatan sesuai dengan umur rencana dengan mengupayakan agar kondisi jembatan mampu melayani fungsi secara aman, nyaman dan ekonomis. Pengambilan keputusan tentang pengelolaan suatu jembatan akan semakin sulit dikarenakan banyaknya jembatan yang menjadi wewenang pengelola, ditambah pertimbangan-pertimbangan
21 dari kondisi tiap-tiap elemen jembatan. Pengelolaan jembatan yang baik bisa mengurangi resiko kegagalan jembatan atau runtuh ketika sedang beroperasi.
2.4 Pengelolaan Jembatan dengan Bridge Management System (BMS) Menurut Murdick (1984), bahwasanya resep dari sebuah keputusan yang baik adalah 90 % informasi dan 10 % inspirasi. Infromasi merupakan katalisator bagi manajemen serta unsur yang memperkaitkan fungsi-fungsi manajemen serta yang terdiri dari perencanaan, pengoperasian dan pengendalian atau kontrol.
BMS (Bridge Management System) merupakan salah satu cara untuk dapat mempertahankan kondisi jembatan melalui proses investigasi berkala pada suatu jembatan sehingga dapat menentukan tahap perawatan dan perbaikan kemudian. Agar BMS dapat bekerja dengan efektif dan efisien sangat dibutuhkan informasi yang baik tentang jembatan tersebut.
Dalam BMS (1993) juga dijelaskan bahwa pemeriksaan jembatan sangat perlu dan penting karena dapat :
1) Memutuskan apakah jembatan tesebut memerlukan pemeriksaan mendalam atau tidak.
2) Menilai strategi dan pemeliharaan yang diperlukan.
3) Menilai keselamatan pemakai dan untuk memutuskan bila penilaian struktur jembatan diperlukan.
4) Mengurangi resiko kegagalan jembatan.
5) Memenuhi segala ketentuan dalam peraturan.
6) Menilai kondisi komponen jembatan.
Penilaian kondisi jembatan menurut Bridge Management System (1993) sangat diperlukan karena dapat memberikan beberapa alternatif penanganan yang mudah, murah dan prosedur pemeliharaan yang sederhana sebelum terjadi penurunan penanganan yang detail. Selain itu penilaian kondisi juga dapat memberikan informasi gambaran secara menyeluruh kondisi jembatan, yaitu dengan menilai kondisi komponen-komponen jembatan. Penilaian kondisi juga menyediakan laporan kepada konsultan
22 perencana dan kontraktor tentang durabilitas dari material konstruksi dan komponen jembatan.
Guna pencatatan dalam database jembatan di BMS, yang dimaksud dengan jembatan adalah jembatan lintasan basah, lintasan kereta api, lintasan ferry, gorong-gorong yang memiliki ukuran panjang total atau lebar rentang (dalam hal gorong-gorong) lebih dari 2 meter.
2.4.1 Tujuan Pemeriksaan Jembatan :
1) Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan.
2) Menjaga terhadap ditutupnya jembatan.
3) Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut.
4) Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan.
5) Memeriksa pengaruh dari beban dan jumlah kendaraan.
6) Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang.
7) Menyediakan informasi mengenai dasar dari pada pembebanan jembatan.
23 2.4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada BMS dilakukan pada, antara lain :
1) Detail secara administrasi seperti nama jembatan, pengelola, nomer jembatan dan tahun pembangunannya.
2) Semua dimensi Jembatan: panjang total dan jumlah bentang.
3) Dimensi, jenis konstruksi, dan komponen-komponen utama setiap bentang jembatan dan elemen jembatan secara individual.
4) Data lainnya.
POLICY FRAMEWORK
Emergency action INSPECTIONS
Inventory inspection Detailed inspection
Routine inspection
Special inspection Load rating
BMS BMS MIS
Bridge database
BINA MARGA MIS
MAINTENANCE CONSTRUCTION
New bridge Replacement
Duplication
REHABILITATION PLANING AND PROGRAMING
BRIDGE MATERIAL BRIDGE INVESTIGATION
AND DESIGN
MONITORING
Gambar 2.2. Bagan Alir Sistem Manajemen Jembatan BMS Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia
24 2.4.3 Jenis Pemeriksaan Utama Dalam BMS
1) Pemeriksaan Inventarisasi
Pemeriksaan inventarisasi dilakukan pada saat awal BMS untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam database.
Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada jembatan yang tertinggal pada waktu database BMS dibuat. Selanjutnya pada jembatan baru yang belum pernah dicatat, pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan detail.
Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, panjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi, dimensi, material dan kondisi setiap jembatan dalam sistem manajemen jembatan. Semua jembatan, lintasan kereta api, lintasan bawah, lintasan ferry dan gorong-gorong yang memiliki panjang dua meter atau lebih harus dicatat.
Secara lebih khusus, Pemeriksaan inventarisasi dilakukan untuk:
a) Mencatat jembatan dalam sistem manajemen jembatan dengan menggunakan nomor dan lokasi jembatan.
b) Mengukur dan mencatat dimensi keseluruhan dari jembatan dan setiap bentang.
c) Menunjukkan jenis jembatan dan lintasan, komponen utama dan tanggal atau tahun konstruksi.
d) Menilai kondisi komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.
e) Mencatat batas-batas muatan atau pembatasan fungsional
25 lainnya pada jembatan yang ada.
f) Menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan yang ada terhadap lalu lintas.
g) Mencatat rincian mengenai detour (jalan memutar) yang ada bilamana terjadi penutupan jembatan.
h) Mencatat data banjir tertinggi yang diketahui, tanggal terjadinya dan sumber informasi.
i) Mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana dan apakah jembatan merupakan jenis standar.
Peralatan berikut diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan inventarisasi:
a) Formulir laporan pemeriksaan inventarisasi.
b) Pena dan kertas untuk gambar atau catatan.
c) Kendaraan dengan odometer yang berfungsi.
d) Alat pengukur jarak.
e) Pita pengukur 50 m.
f) Sekop dan parang.
g) Kalkulator dan kamera.
h) Papan tulis putih kecil dan spidol non permanen (untuk menampilkan nama dan nomor jembatan dalam photo).
i) Perahu, bila diperlukan.
Urutan pemeriksaan inventarisasi jembatan adalah sebagai berikut:
a) Periksa dan catat data administrasi pada halaman 1 dan 3 Laporan pemeriksaan inventarisasi: nama jembatan, lokasi, cabang, dst.
b) Kelilingi jembatan untuk mengetahui tata letak umum dari struktur.
c) Catat jenis lintasan dan ukur serta mencatat data geometrik pada halaman 3 dari laporan: jumlah bentang, panjang keseluruhan, sudut miring.
d) Ukur dan catat dimensi bentang pada halaman 3 dari
26 laporan : panjang lebar antara kerb, lebar trotoar, dst.
e) Tentukan dan catat jenis, material, sumber dan kondisi dan komponen utama dan bangunan bawah pada halaman 3 dari laporan.
f) Tentukan dan catat data pelengkap jembatan pada halaman 4 dari laporan: pembatasan fungsional yang ada, keadaan lalu lintas, detour dan pemindahan jalan, dst.
g) Catat pada halaman 1 dari laporan apakah dianjurkan tindakan darurat dan alasannya.
h) Buat catatan yang diperlukan dalam bagian catatan pada halaman 1 dari laporan.
Pengambilan photo pada pemeriksaan inventarisasi jembatan adalah sebagai berikut:
a) Ketinggian sisi jembatan.
b) Lantai jembatan yang diphoto dari as jalan.
c) Jembatan yang diambil dari sudut 450 dari titik pusat jalan.
d) Hal-hal menarik lainnya termasuk kerusakan dan masalah yang membutuhkan perhatian.
e) Bila perlu, buat sket gambar agar laporan lebih jelas.
2) Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya.
Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek, tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru dan setelah pelaksanaan konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam database BMS dan mencatatnya dalam
27 format pemeriksaan detail.
Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi dalam suatu hirarki elemen jembatan, hirarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan dan level yang paling rendah adalah 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke: 3 pada pilar ke: 2 dan sebagainya.
Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan dan ditandai dengan nilai kondisi untuk tiap elemen, kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan.
Pemeriksaan detail ini dilaksanakan oleh inspektur jembatan yang sudah dilatih dan dibantu oleh staf Unit Pelaksana Teknis apabila perlu.
3) Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail.
4) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspektur jembatan pada waktu pemeriksaan jembatan detail karena ia kurang data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus juga dapat ditentukan dengan cara proses BMS MIS. Pemeriksaan khusus ini dilakukan oleh sarjana atau staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidang jembatan.
28 2.5 Pemeriksaan Inventarisasi dan Rutin
Pada waktu pemeriksaan inventarisasi dan pemeriksaan rutin, elemen jembatan tidak diperiksa secara terperinci. Bagaimanapun juga seorang inspektur harus memeriksa semua aspek pada jembatan, jadi ia dapat mempercayai data administrasi, geometrik dan data lainnya. Selain itu juga bahwa penilaian kondisi komponen utama jembatan adalah benar, sehingga ia tidak mendapat masalah yang mengakibatkan jembatan jadi tidak aman dan memerlukan tindakan darurat. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh inspektur adalah :
1) Amati jembatan dalam keadaan lalu lintas penuh, untuk mendeteksi lendutan yang berlebihan dan vibrasi yang timbul.
2) Periksa kerusakan, kehilangan, perubahan bentuk, karat atau membusuknya elemen dan menilainya.
3) Periksa landasan dan penahan gempa.
4) Periksa bagian bawah lantai beton jembatan terhadap retak yang terjadi, apakah selimut beton cukup, adanya karat pada tulangan dan sebagainya.
5) Periksa hilangnya, rusaknya atau membusuknya lantai kayu.
6) Periksa dan teliti kualitas lapis permukaan lantai kendaraan, terutama bagian expansion joint, agar dapat didentifikasikan kerusakan yang berhubungan dengan timbulnya gaya kejut yang berlebihan atau
Gambar 2.3 Bagan Alir Jenis Pemeriksaan Jembatan Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Database arsip jembatan Bila
diperluka n
Jembata n baru
Pasca Perbaikan
besar
Tiap 5 tahun / NK > 3
Rutin tahunan Alasan
Pemeriksaa n Jenis Pemeriksaa
n
Khusus Inventarisasi Detail Rutin
Pelaksana Petugas Inspektor Inspekto Inspektor