• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X SMA dengan Penerapan Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X SMA dengan Penerapan Model Thinking Aloud Pair Problem Solving"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 82

Website: http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/edusainstika E-mail: [email protected]

ISSN: 2807-9388 (e) pp : 82-88

Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X SMA dengan Penerapan Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

Muhammad Abel Agam Azhary1, M. Rahmad1*, M. Syafi’i1

1 Pendidikan Fisika, Universitas Riau, Indonesia

[email protected]

Abstract. The low level of student learning outcomes on work and energy material for class X SMA Negeri 6 Pekanbaru makes this problem important to research. This research aims to describe the improvement in cognitive learning outcomes of class X students through the application of thinking-aloud pair Problem Solving and compare it with conventional learning carried out in Class This research uses the Intact Group Comparison type. The population was 343 class X students at SMA Negeri 6 Pekanbaru with samples from science 4 and science 3 classes. The instrument used in data collection was a cognitive learning outcomes test (cognitive domain C1 to C5) on work and energy materials. Data on students' cognitive abilities were analyzed descriptively and inferentially. The research results showed that the cognitive abilities of the experimental class students were higher in the good category (81.33%) and the results of the inferential analysis showed significant differences between the experimental class and the control class. Thus, the application of the Thinking Aloud Pair problem-solving learning model can improve cognitive abilities for better work and energy material for class X high school students.

Keywords: Cognitive abilities, Learning Outcomes, TAPPS, work and energy

1. Pendahuluan

Peningkatan mutu pendidikan berperan sentral didalam memajukan kualitas sumber daya manusia. Proses peningkatan kualitas pendidikan menjadi bagian yang terkait erat dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) secara menyeluruh. Pemahaman akan pentingnya peningkatan SDM, maka pemerintah secara berkesinambungan berusaha melaksanakan amanat tersebut melalui pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan. Perkembangan terus berlanjut dalam sistem pendidikan Indonesia, yang termanifestasi dalam transisi dari kurikulum KTSP 2007 ke kurikulum 2013 dengan penyempurnaan pada tahun 2016.

Perubahan kurikulum dilaksanakan untuk membentuk sistem pendidikan yang lebih baik kedepannya. Pendidikan masa kini menekankan perlunya peserta didik akan proaktif, kreatif, dan inovatif dalam memahami materi pelajaran. Salah satunya adalah pelajaran sains yang mencangkup beberapa bidang mata pelajaran yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi (Widyastono, 2007).

Aktualisasi pembelajaran di kelas merupakan satu diantara tugas utama guru. Namun, banyak dijumpai tendensi untuk mengurangi partisipasi peserta didik dalam proses tersebut.

Peserta didik seringkali bersikap pasif, kebanyakan menunggu panduan dari guru ketimbang aktif mencari dan menemukan pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap secara mandiri (Pujiarti et al., 2022). Keadaan ini tidak mendukung perkembangan kapasitas dan aktivitas peserta didik sesuai harapan, bahkan dapat menimbulkan rasa bosan terhadap pembelajaran.

(2)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 83 Peserta didik cenderung hanya disebut sebagai penerima informasi tanpa mengikutsertakan mereka secara aktif ketika proses belajar-mengajar yang dapat berakibat terjadinya miskonsepsi (Rosuli et al., 2019). Keadaan ini berpotensi merugikan keaktifan dan motivasi peserta didik, bahkan dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar (Bander, 2023).

Informasi dari guru fisika di SMA Negeri 6 Pekanbaru, mengatakan ratarata Hanya 10% dari peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Pekanbaru berhasil memperoleh skor KKM 70, sementara 90% sisanya tidak lulus. Sebagian besar peserta didik terlihat kesulitan dan cenderung menyerah dengan cepat ketika dihadapkan pada soal yang cukup kompleks. Situasi ini diakibatkan oleh fokus peserta didik pada rumus, merasa kurangnya keterkaitan dengan materi yang telah dipelajari dengan kehidupan. Kesulitan muncul ketika mereka dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemikiran lebih mendalam (Rofiqah et al., 2019). Ini menjadi permasalahan serius, terutama karena IPA fisika sebenarnya memiliki relevansi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan. Terkait permasalahan tersebut, nampak bahwa peserta didik masih menemui tantangan atau kendala saat menghadapi masalah pembelajaran fisika. Ketergantungan pada instruksi guru bisa menghalangi pencapaian target pembelajaran. Oleh itu, ketika kegiatan belajar-mengajar, penting menerapkan model pembelajaran yang bisa mendorong peserta didik agar mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan (Darda, 2023).

Penerapan model pembelajaran Thinking Aloud Pairs Problem-Solving (TAPPS) merupakan salah satu pilihan tepat untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah dan dapat meningkatkan pencapaian kognitif mereka (Wahyudin, 2021;

Hamijoyo, 2021). Model TAPPS mampu mengarahkan peserta didik untuk berfikir keras bersama pasangan dalam menemukan solusi permasalahan yang diberikan sesuai dengan arahan yang mengacu pada tahapan TAPPS dalam bimbingan fasilitator (Mahyar & Dani, 2021). Model pembelajaran ini menyokong peserta didik agar mengungkapkan ide-ide dari pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar kognitif (Anggraeni et al., 2019; Komalasari & Karlina, 2019; Pitria

& Kurnia, 2022; Roviani et al., 2023).

Mengacu pada uraian latar belakang, maka menjadi penting dan menarik untuk dilaksanakan kajian mengenai penerapan pembelajaran Thinking Aloud Pairs Problem Solving (TAPPS) dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik untuk konsep usaha dan energi.

2. Metode

Penelitian dilaksanakan dengan jenis Pre-Experimental design. Dengan rancangan yang diimplementasikan yaitu Intact Group Comparison (Sugiono, 2019). Lokasi penelitian dikerjakan di SMA Negeri 6 Pekanbaru. Populasi semua peserta didik X SMA Negeri 6 Pekanbaru sejumlah 343 orang. Penetapan sampel dilaksanakan melalui uji normalitas dan homogenitas dari nilai ulangan harian pada materi sebelumnya, sehingga didapatkan dua kelas sampel, yakni kelas X IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan X IPA 3 sebagai kelas kontrol.

Instrumen kajian berpa tes hasil belajar kognitif materi usaha dan energi yang merangkumi ranah kognitif C1 sampai C5. Postest kemapuan kognitif dilaksanakan setelah diberikan perlakukan melalui model pembelajaran TAPPS.

Pendekatan Analisis Deskriptif merupakan metode untuk menguraikan data dengan menggambarkan ataupun menjelaskan data yang terhimpun dengan tujuan yang tidak melibatkan pembuatan kesimpulan umum (Sugiono, 2019). Analisis deskriptif didalam konteks penelitian ini difokuskan pada pemaparan hasil belajar kognitif peserta berdasarkan daya serapnya.

Kemampuan untuk mencerna dan menguasai bahan yang diberikan pada kegiatan belajar-mengajar disebut sebagai daya serap. Daya serap diukur dengan memadankan nilai

(3)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 84 yang dicapai oleh peserta didik dengan nilai maksimal yang sudah diputuskan. Formula yang digunakan untuk menghitung daya serap peserta didik mengikuti formula (1).

Daya Serap =skor hasil belajar siswa

skor keseluruhan × 100% (1)

Adapun kategori efektivitas dan daya serap hasil belajar mengacu Tabel 1.

Tabel 1. Rentang Skor Daya Serap dan Efektivitas Rentang skor Kategori

Daya serap Efektivitas 0 ≤ - < 50 Kurang baik Kurang efektif 50 ≤ - < 70 Cukup baik Cukup efektif 70 ≤ - < 85 Baik Efektif 85 ≤ - ≤ 100 Sangat baik Sangat efektif Sumber: (Riduwan, 2018).

Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh efektivitasnya, yang dapat diketahui dari rata-rata daya serap kelas. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran mencakup langkah-langkah yang wajib dijalani oleh peserta didik guna menggapai hasil belajar yang diinginkan. Efektivitas pembelajaran didapatkan setelah proses pembelajaran dengan kategori menurut Tabel 1.

Analisis inferensial merupakan teknik analisis data sampel yang mewakili populasi secara keseluruhan (Sugiono, 2019). Penggunaan analisis inferensial untuk mengevaluasi disparitas hasil belajar kognitif peserta didik sesudah mengikuti Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving di kelas eksperimen dan mengikuti pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Analisis inferensial melibatkan pengujian normalitas, homogenitas, serta uji independent sample t. Sebelum dilaksanakan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat seperti uji normalitas serta uji homogenitas hasil belajar kognitif peserta kelas eksperimen serta kelas kontrol.

Uji normalitas dilaksanakan dengan teknik Kolmogrov Smirnow menggunakan aplikasi SPPS. Data uji berasal dari sumber sekunder hasil ulangan harian peserta didik dan data primer meliputi data posttest materi usaha dan energi. Jika skor p ≥ 0.05, artinya data terdidtribusi normal dan jika skor p < 0.05, menunjukkan tidak terdistribusi normal. Uji homogenitas jika skor p ≥ 0.05 menyatakan data homogen, dan untuk p < 0.05 bermakna tidak homogen.

Diperoleh kedua kelas homogen yakni kelas eksperimen X IPA 4 dan kelas kontrol X IPA 3.

Selanjutnya dilakukan Uji hipotesis untuk menentukan apakah hasil belajar meningkat secara signifikan pada kelas X yang menggunakan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving. Uji hipotesis juga dipakai untuk memahami efektivitas model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dalam upaya menaikkan kemampuan kognitif peserta didik pada konsep usaha dan energi di SMA Negeri 6 Pekanbaru. Hipotesis yang akan diuji di dalam penelitian ini yakni (Pujiarti et al., 2022).

Kriteria pengambilan keputusan pada penelitian ini berdasarkan analisis inferensial adalah: apabila signifikansi p > 0.05, bermakna Ho diterima. Dimana tidak terdapat signifikansi hasil belajar peserta didik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk signifikansi p

< 0.05 menunjukkan Ho tidak diterima, sehingga terdapat signifikansi hasil belajar peserta didik antara kedua kelas.

3. Hasil Dan Pembahasan Analisis Deskriptif

(4)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 85 Hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif didapat hasil kognitif peserta kelas eksperimen dan kelas kontrol dari posttest setelah diterapkan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem-Solving di kelas X IPA 4 serta model konvensional di X IPA 3 SMA Negeri 6 Pekanbaru diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perolehan Daya Serap dan Efektivitas Pembelajaran No Kelas Rerata Daya

Serap (%) Kategori Efektivitas

1 Eksperimen 81,33 Baik Efektif

2 Kontrol 69,67 Cukup Baik Cukup efektif

Berlandarkan data yang disajikan Tabel 2, didapati adanya perbedaan daya serap antara kedua kelas. Untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran TAPPS, diperoleh kemampuan kognitif peserta lebih tinggi dengan skor 81,33% berkateogri baik, sementara untuk kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional hanya memperoleh skor 69,67% dengan kategori cukup baik. Perolehan daya serap tersebut menghasilkan kategori untuk efektivitas kelas eksperimen juga lebih tinggi dibanding kelas kontrol yaitu berkategori efektif, sedangkan kelas kontrol hanya berada pada tingkatan kategoricukup efektif. Artinya model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving memberikan dampak yang lebih baik dalam membelajarkan materi usaha dan energi di Sekolah Menegah Atas khususnya bagi peserta didik kelas X SMA 6 Pekanbaru sedangkan kelas kontrol diperoleh kategori cukup efektif sebagaimana hasil yang tertuang pada Tabel 2. Hasil ini sesuai dengan kajian (Mahyar

& Dani, 2021).

Daya serap rata-rata peserta di kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem-Solving, terdapat selisih sebesar 11,66% terhadap daya serap kelas kontrol, sehingga penerapan model pembelajaran TAPPS pada konsep usaha dan energi jelas berhasil dalam menaikkan kemampuan kognitif peserta dalam pembelajaran fisika dibanding dengan pembelajaran konvensional. Peningkatan skor daya serap kelas eksperimen diakibatkankan, karena kegiatan pembelajaran mengarahkan peserta didik belajar sesuai tahapan TAPPS yaitu memfokuskan peserta untuk berfikir keras secara berpasangan dalam menyelesaikan permasalahan konsep IPA fisika yang dibebankan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada materi usaha dan energi yang disokong kajian (Hamijoyo, 2021; Pujiarti et al., 2022). Dengan demikian peserta didik diberi tanggung jawab bersama pasangannya dalam menyelesaikan suatu masalah atau menemukan pemecahan masalah serta membangun gagasan berdasarkan hasil pembelaran yang telah diikuti (Komalasari & Karlina, 2019; Noti, 2018).

Sebaran perolehan ketuntasan hasil belajar kognitif untuk setiap ranah C1 sampai C5 ditampilkan pada Gambar 1. Grafik berwarna terang menggambarkan skor kelas eksperimen dan yang berwarna gelap merepresentasikan skor kelas kontrol. Secara kseseluruhan skor kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor kelas kontrol sebagaimana tenuan (Wahyudin, 2021).

(5)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 86 Gambar 1. Grafik perbandingan ranah kognitif kelas eksperimen dan kontrol.

Mengacu grafik 1 terlihat untuk kelas eksperimen berdasarkan ranah kognitif C1, C2, C3, dan C5 berada pada rentang skor 80,83 sampai 86,66 yang dinyatakan tuntas. Hanya ranah C4 yang memperoleh skor 78,33 namun sudah berada dalam status tuntas. Sementara kelas kontrol hanya ranah C1 dan C2 yang memenuhi ketuntasa apabila ketuntasan minimal adalah 75. Jadi terbukti penerapan TAPPS efektif diterapkan di kelas X SMA dalam mempelajari konsep usaha dan energi.

Analisis Inferensial

Hasil analisis inferensial yang diterapkan didalam mencakup pengujian normalitas, uji homogenitas, serta uji-t kemampuan kognitif. Langkah awal sebelum uji hipotesis, dilaksanakan uji normalitas dan homogenitas dari data tes hasil belajar kognitif peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol terkait materi usaha dan energi (Rosuli et al., 2019; Sista et al., 2023).

Uji normalitas data memakai uji Kolmogrov-Smirnov untuk data posttest kedua kelas.

Diperoleh hasil uji normalitas kelas eksperimen dengan signifikansi 0,062. Artinya nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang menyatakan datanya terdistribusi normal. Begitu juga dengan kelas kontrol yang memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200 yang menyatakan bahwa datanya juga terdistribusi normal. Maka data posttest kedua kelas memenuhi syarat normalitas. Melalui uji homogenitas didapatkan nilai signifikansi 0,056 yang berarti nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang menyatakan data kedua kelas homogen. Maka dengan itu terpenuhi prasyarat untuk melakukan uji hipotesis.

Uji hipotesis (uji-t) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,003 < 0,05. Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang mengimplementasikan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dengan kelas konvensional pada materi usaha dan energi dimana hasil ini sejalan dengan kajian (Mahyar & Dani, 2021). Hasil tersebut merepresentasikan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang diterima.

Berdasarkan analisis deskriptif dan inferensial dapat diketahui bahwa penerapan model TAPPS di kelas X SMA dalam mempelajari konsep usaha dan energi, dinyatakan mengalami peningkatan yang lebih baik (kategori baik) dimana skor kemampuan kognitif peserta meningkat secara signifikan, seingga model TAPPS ini dinyatakan efektif digunakan dalam pembelajaran pada umumnya di kelas X SMA, khususnya kelas X SMA 6 Pekanbaru.

(6)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 87 Keunggulah yang ditemukan dari penerapan TAPPS yaitu mampu melatih peserta didik mampu berfikir terstruktur dalam menyelesaikan masalah konsep IPA fisika dan meningkatkan hasil belajar kognitif. Namun demikian keterbatasan yang dijumpai dalam kajian yaitu perlunya peserta didik aktif dan membiasakan untuk berfikir keras yang tentu saja tidak seluruh peserta dengan karakteristik yang bervariasi akan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal tanpa dorongan kuat dari fasilitator.

4.Kesimpulan

Hasil analisis kajian yang dilakukan secara deskriptif memberikan keputusan bahwa penerapan Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving pada kelas eksperimen mendapatkan rata-rata daya serap 81,33% berkategori baik dibanding kelas kontrol yang hanya berkategori cukup baik. Secara inferensial menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif peserta didik kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jadi model pembelajaran TAPPS terbukti mampu meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Pekanbaru yang lebih baik dalam pemeblajaran materi usaha dan energi.

5. Daftar Pustaka

Anggraeni, R., Andriani, S., & Yahya, A. D. (2019). Effect of thinking aloud pair problem solving (TAPPS) method with audio visual media for students’ critical thinking ability.

International Journal of Trends in Mathematics Education Research, 2(1), 31–33.

https://doi.org/https://doi.org/10.33122/ijtmer.v2i1.58

Bander, S. E. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAPPS (Thinking Aloud Pairs Problem Solving) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa. Journal on Education, 6(1), 7415–7426. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/joe.v6i1.4025 Darda, A. (2023). The Effect of Using TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving) Method

on Learning Outcomes of Class X Science Fiqh Material at Sabilillah High School Malang. Repositori, 7(1), 102–113.

Hamijoyo, K. (2021). Peningkatan Pemahaman Mata Kuliah Fisika Terapan melalui Model TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving) di AT AUB Surakarta. Jurnal Ilmiah Guru Indonesia, 2(2), 174–179.

Komalasari, D., & Karlina, K. (2019). Modifikasi Model Pembelajaran Thinking Aloud Pairs Problem Solving dengan Strategi Pembelajaran Tugas dan Paksa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan KALUNI.

Mahyar, N., & Dani, A. U. (2021). Efektivitas Strategi Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan Strategi Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X MAN Pangkep. Al-Khazini: Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2), 129–135. https://doi.org/https://doi.org/10.24252/al-khazini.v1i2.20638

Noti, J. S. (2018). Implementasi Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Dan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP (Studi Komparatif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Lemban. Jurnal Padegogik, 1(2), 61–75.

Pitria, N., & Kurnia, L. (2022). Pengaruh Self-Concept dan Self-Confidence Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa. Edusainstika: Jurnal Pembelajaran MIPA, 2(1), 6. https://doi.org/10.31958/je.v2i1.4502

Pujiarti, T., Damayanti, P. S., Yusnarti, M., & Yulianti, E. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan LKS terhadap Pemecahan Masalah Matematika. Ainara Journal (Jurnal Penelitian Dan

PKM Bidang Ilmu Pendidikan), 3(3), 196–201.

https://doi.org/https://doi.org/10.54371/ainj.v3i3.175

Riduwan, R. (2018). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian (12th ed.). Alfabeta.

(7)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 88 Rofiqah, S. A., Widayanti, & Rozaqi, A. (2019). Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Method: The Effect of Understanding Physics Concepts and Communication in High Schools in Indonesia. Journal of Physics: Conference Series, 1467.

https://doi.org/DOI 10.1088/1742-6596/1467/1/012066

Rosuli, N., Koto, I., & Rohadi, N. (2019). Pembelajaran Remedial Terpadu Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Generatif Untuk Mengubah Miskonsepsi Siswa Terhadap Konsep Usaha Dan Energi. Jurnal Kumparan Fisika, 2(3), 185–192.

https://doi.org/https://doi.org/10.33369/jkf.2.3.185-192

Roviani, S., Idrus, H., Umar, M. I. A., & Chandra, A. N. (2023). Penerapan Model Pembelajaran SOLE (Self Organized Learning Environments) Pada Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bukittinggi Berbantuan Aplikasi Microsoft Teams.

Edusainstika: Jurnal Pembelajaran MIPA, 3(1), 41.

https://doi.org/10.31958/je.v3i1.9541

Sista, T. R., Darda, A., & Febrianty, L. H. (2023). The Effect of Using TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving) Method on Learning Outcomes of Class X Science Fiqh Material at Sabilillah High School Malang. Educan : Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 104–112.

Sugiono, S. (2019). Metode penelitian dan pengembangan research and development.

Alfabeta.

Wahyudin, Y. (2021). Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Dimensi Tiga Di Kelas Xii Mipa 1 Sman 8 Bandung. Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning

and Education, 6(2), 100–109.

https://doi.org/https://doi.org/10.23969/symmetry.v6i2.4614

Widyastono, H. (2007). Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 089(13), 1041–1054.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode pembelajaran thinking aloud pair problem solving (TAPS) dalam meningkatkan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran ekonomi (studi eksperimen pada

kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada kelas eksperimen, dan juga untuk mengetahui signifikansi perbedaan kemampuan pemecahan masalah

Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan penerapan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dengan menggunakan strategi Group Resume

Kesimpualan hasil penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan trigonometri dengan menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving

Efektivitas Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dengan Co-op Co-op Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Geografi Peserta didik Kelas X SMA

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA. Oleh :

Penelitian yang di laksanakan di SMPN 6 Praya Timur adalah penelitin quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran thinking alaud pair problem

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada