• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Konstruksi Batu Pembelajaran Direct Instruction di SMK Negeri Bireun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Konstruksi Batu Pembelajaran Direct Instruction di SMK Negeri Bireun"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

45

Peningkatan Hasil Belajar Konstruksi Batu Pembelajaran Direct Instruction di SMK Negeri Bireun

Ridwan

SMK Negeri 1 Bireun email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini terdiri atas dua siklus, tiap siklus terdiri dari atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Metode pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya, rata-rata keaktifan siswa pada siklus I sebesar 16,7% dan siklus II sebesar 83%, jadi peningkatan rata-rata keaktifan siswa sebesar 66,3% Meningkatkan hasil belajar siswa rata-rata pada siklus I sebesar 74,33 dan siklus II sebesar 87,89, jadi peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 13,56. Ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 50% dan siklus II sebesar 94,4%, jadi peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 44,4%.

Penggunaan metode Direct Instruction dapat meningkatkan keaktifan siswa serta hasil belajar siswa Kelas XI TKB SMK Negeri 1 Bireuen.

Kata kunci: Direct Instruction, Keaktivan dan Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ada tiga variabel yang saling berkaitan. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru dan proses belajar mengajar.

Dalam hal ini guru menempati kedudukan sentral sebab peranannya sangat menentukan. Guru harus mampu menerjemahkan nilai- nilai yang ada dalam kurikulum kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses belajar mengajar di sekolah (Nana Sujana, 1987:1).

Mata pelajaran konstruksi batu SMK kelas XI semester I menurut Kurikulum 2013 adalah materi identifikasi peralatan tangan mekanik/ listrik konstruksi bangunan gedung dan bangunan air. Pada materi identifikasi peralatan tangan mekanik/ listrik konstruksi bangunan gedung dan bangunan air, siswa dituntut mampu mengidentifikasi peralatan tangan mekanik/ listrik konstruksi bangunan gedung dan bangunan air serta cara penggunaanya. Dengan demikian diperlukan metode penyampaian materi yang tepat, yang dapat memberdayakan siswa baik dari segi akademik maupun kecakapan sosial, dapat memecahkan masalah dengan sifat terbuka dan suatu pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, pemanfaatan sarana dan prasarana sebagai pendukung kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pendidikan dengan kurikulum 2013 dapat tercapai.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah metode pembelajaran Direct Instruction (pengajaran langsung). Metode pengajaran langsung secara khusus dirancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara

(2)

46

langkah-demi-langkah. (Arends 2001:147. Guru yang menggunakan metode pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi dan ketrampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan pemodelan/ demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/ ketrampilan yang telah dipelajarai, dan memberikan umpan balik.

Cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi masalah di atas yaitu dengan memberikan pendekatan ilmiah (scientific). Pendekatan ilmiah (Scientific) merupakan konsep dasar yang menginspirasi perumusan metode mengajar dengan dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan ilmiah (Scientific) merupakan bagian dari pendekatan pendagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan berfikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

Melalui metode pembelajaran Direct Instruction (pengajaran langsung) dan pendekatan Scientific, maka pada penelitian ini akan diterapkan pada pokok bahasan identifikasi peralatan tangan mekanik/listrik konstruksi bangunan gedung dan bangunan air. Diharapkan akan menarik perhatian siswa, sehingga siswa mudah menerima dan mengingat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya sesuai dengan nilai kriteria ketuntasan minimal.

Mata pelajaran Konstruksi Batu merupakan salah satu mata pelajaran produktif pada program keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton (TKBB) dalam struktur Kurikulum 2013 di SMK NEGERI 1 BIREUEN. Lebih khusus lagi mata pelajaran Konstruksi Batu ini adalah mata diklat utama yang memberikan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menerapkan (1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (2) menggunakan peralatan tangan mekanik/ listrik konstruksi bangunan gedung dan air (3) mengelola material, tenaga kerja, peralatan dan waktu (4) memeriksa bahan konstruksi batu dan batu cetak sesuai SNI (5) pengukuran dan penentuan titik duga bangunan gedung atau bangunan air (6) pemasangan bouwplank pada pekerjaan bangunan (7) penggunaan kebutuhan bahan dan pasangan konstruksi batu (8) pemasangan pondasi batu kali/ batu gunung dan batu bata, pemasangan berbagai batu bata (9) pemeriksaan kualitas hasil pekerjaan pemasangan batu (10) perawatan dan perbaikan pasangan batu.

Ruang praktik adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktik yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala- gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam Peraturan Pememerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Organisasi Universitas/Institut Negeri pengertian ruang praktik dijelaskan pada pasal 27 dan Pasal 28 (Undang- Undang, 1980:7).

Pasal 27 menyebutkan ruang praktik/studio adalah sarana penunjang jurusan dalam satu atau sebagian ilmu, teknologi atau seni tertentu sesuai dengan keperluan bidang studi yang bersangkutan. Pasal 28 menjelaskan, ruang praktik/studio dipimpin oleh seorang guru atau seorang tenaga pengajar yang keahliannya telah memenuhi

(3)

47 persyaratan sesuai dengan cabang ilmu, teknologi, dan seni tertentu dan bertanggungjawab langsung kepada Ketua Jurusan.

Permendiknas No. 40 Tahun 2008 menerangkan pada peraturan ini termuat berbagai aturan mengenai standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi pada setiap jurusan yang ada pada setiap lembaga pendidikan SMK/ MAK secara umum.

Peraturan ini memuat standar minimal untuk Ruang praktik Teknik Konstruksi Batu Beton yaitu: (1) Luas Ruang praktik Teknik Konstruksi Batu Beton;

(2) Rasio per-peserta didik; (3) Daya tampung ruang; (4) Luas Ruang penyimpanan dan instruktur; (5) Perabot Ruang praktik Teknik Konstruksi Batu Beton; (6) Media pendidikan di Ruang praktik Teknik Konstruksi Batu Beton; dan (7) Perlengkapan Ruang praktik Teknik Konstruksi Batu Beton.

Salah satu metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran konstruksi batu yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (Direct Intruction).

Menurut Arends (2001):”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.

Model pengajaran langsung (Direct Instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.

Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher- centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”. Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas.

Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya.

Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.

Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan

(4)

48

pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan pembelajaran langsung atau direct instruction dapat meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar SMK N 1 Bireuen?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada tahap awal dilakukan diskusi dengan guru tentang permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan. Rencana tindakan yang telah disusun bersama kemudian dipraktikan oleh guru saat melakukan pembelajaran di kelas. Pada saat guru melakukan pembelajaran, dilakukan pencatatan segala sesuatu yang terjadi pada saat pembelajaran yang berhubungan dengan materi jenis, fungsi, spesifikasi, perawatan, dan teknik menggunakan peralatan tangan mekanik/ listrik konstruksi bangunan gedung dan bangunan air.

Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai sesuai dengan apa yang telah didesain dalam faktor yang akan diselidiki untuk dapat melihat peningkatan hasil belajar setelah tes. Prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan sebagai berikut :

1. Perencanaan (planning)

2. Pelaksanaan tindakan kelas (action) 3. Pengamatan (observation)

4. Refleksi (reflection)

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi, dimana dilakukan observasi tentang jalannya pengelolaan kelas dan aktifitas siswa saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru. Selanjutnya dengan metode tes berupa soal uraian dimana untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Direct Instruction. Sedangkan instrument yang digunakan berupa tes dan non tes dan selanjut diolah menggunakan rata-rata hitung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pra Siklus

Pada tahap awal, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran Teknik Konstruksi Batu dan Beton. Observasi tahap awal dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XI TKB SMK Negeri 1 Bireuen pada mata pelajaran Teknik Konstruksi Batu Beton dalam memanfaatkan sarana dan prasarana praktek.

Dari hasil observasi yang dilakukan proses pembelajaran masih kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dalam penyampaian materi pengajar tidak menampilkan contoh-contoh berupa gambar sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran membuat suasana kelas menjadi tidak menarik. Sehingga terkadang apa yang disampaikan oleh guru tidak dapat

(5)

49 sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil yang belum mencapai KKM membuat hasil belajar tidak memuaskan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil nilai ulangan harian semester I sebelum diterapkannya model pembelajaran dari siswa berjumlah 13 orang, yang mencapai nilai > 80 masih sangat jauh dari target ketuntasan yang ditetapkan dalam penelitian yaitu 80%. Berikut ini disajikan tabel dan diagram perbandingan hasil analisis data ketuntasan belajar pra siklus untuk hasil belajar.

Tabel 1. Hasil Analisis Data Pra Siklus

No. Uraian Pencapaian Hasil Belajar Ranah Kognitif Jumlah/Nilai 1 Siswa yang mendapat nilai > 80 6 siswa 2 Siswa yang mendapat nilai < 80 7 siswa

3 Rata-rata kelas 66,64

4 Persentase siswa tuntas 46, 15%

5 Persentase siswa tidak tuntas 53,85%

Diagram 1.

Persentase Ketuntasan Pra Siklus

Siklus I

Keaktifan Siswa

Perencanaan penelitian tindakan kelas siklus I ini berdasarkan hasil pra siklus yang dilakukan pada saat peneliti melakukan pembelajaran dengan pokok bahasan yang berbeda di kelas XI TKB SMK Negeri 1 Bireuen. Dalam pelaksanaan penelitian siklus I meliputi beberapa tahap. Mulai dari tahap perencanaan sampai tahap refleksi penelitian dan dilaksanakan secara bertahap.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran Kontruksi Batu dan Beton siswa sudah cukup aktif dalam melaksanakan tugas diskusi kelompok.

Keaktifan siswa level 4 dalam hal diskusi ada 4 orang dan keaktifan bertanya masing ada 5 siswa. Keaktifan siswa level 3, keaktifan diskusi ada 6 siswa dan keaktifan bertanya ada 7 siswa. Keaktifan level 2, sebanyak 3 orang dalam keaktifan diskusi dan 1 orang dalam keaktifan bertanya. Sedangkan keaktifan level 1 tidak ada.

(6)

50

Hasil Belajar

Hasil belajar ini diperoleh melalui ujian tertulis. Dari hasil tes tertulis 9 orang siswa sudah mendapatkan nilai lebih dari 80 dan 4 orang mendapatkan nilai kurang dari 80. Sedangkan nilai rata rata kelas diperoleh sebesar 80,35. Siswa yang tuntas belajar sebesar 75,86 persen siswa, sedangkan yang belum tuntas belajar sebesar 24,14 persen siswa.

Hasil Siklus II

Penelitian tindakan kelas siklus II ini dilaksanakan untuk memperbaiki hasil dari siklus I. Pada tahap siklus II ini perencanaan dan penelitian tindakan dilaksanakan berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I. Materi yang disampaikan pada siklus II adalah materi lanjutan dari siklus I yaitu mengenai ragam gaya desain interior.

Keaktifan Siswa

Pada saat pelaksanaan siklus II keaktifan siswa mulai mengalami peningkatan. Pada saat proses tugas diskusi, siswa sudah mulai bertanggung jawab dalam mengikuti diskusi. Berikut ini disajikan tabel dan diagram hasil analisis data dan predikat siswa dalam keaktifan siswa mengikuti pembelajaran.

Tabel 4.8. Hasil Analisis Data Keaktifan Siswa Siklus II Predikat Objek yang diamati

Keaktifan Diskusi Keaktifan Bertanya

KS 4 8 Siswa 10 Siswa

KS 3 4 Siswa 3 Siswa

KS 2 1 Siswa 0 Siswa

KS 1 0 Siswa 0 Siswa

Hasil Belajar

Hasil belajar ranah kognitif ini diperoleh melalui ujian tertulis masih sama dengan pelaksanaan siklus I. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sampai mana materi yang diterima siswa pada saat pembelajaran. Berikut hasil belajar siswa kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen.

Tabel 4.4. Hasil Data Siklus II

No. Uraian Pencapaian Hasil Belajar Ranah Kognitif Jumlah/Nilai 1 Siswa yang mendapat nilai > 80 12 siswa 2 Siswa yang mendapat nilai < 80 1 siswa

3 Rata-rata kelas 89,45

4 Persentase siswa tuntas 92 %

5 Persentase siswa tidak tuntas 8 %

(7)

51 Gambar 4.5

Diagram Kelulusan Siklus II

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Penerapan metode pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya pada saat proses pembelajaran Konstruksi Batu kelas XI SMK Negeri 1 Bireuen yaitu, rata-rata keaktifan siswa pada siklus I sebesar 16,7% dan siklus II sebesar 83%. Jadi peningkatan rata-rata keaktifan siswa sebesar 66,3%.

2. Ada peningkatan hasil belajar dalam penggunaan metode pembelajaran Direct Instruction pada mata pelajararan Konstruksi Batu siswa kelas XI SMK Negeri 1 Bireuen yaitu, rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 74,33 dan siklus II sebesar 87,89. Jadi peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 17. Ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 73% dan siklus II sebesar 92%, jadi peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 44,4%.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina, Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES Press. Arends, Richard, I. 2001. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Joni, T. Raka. 1992. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Melalui Strategi Pembelajaran Aktif (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Pembinaan Profesional Guru, Kepala Sekolah serta Pembina Lainnya. Jakarta : Rinehart and Wiston.

Keputusan Menteri. 2004. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan.

Peraturan Menteri. 2008. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun 2008 Tanggal 31 Juli 2008 Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

(8)

52

………. . 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

Peraturan Pemerintah. 1980. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1980 Tentang Pokok – Pokok Organisasi Universitas/ Institut Negeri.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,Teknik,Taktik,dan Modelpembelajaran. Bandung. Tersedia di

http//akhmadSudrajat.wordpress.com /2008/09/12/pengertian-pendekatan strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/. (18 Agustus

2014).

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas X Program Keahlian Konstruksi Batu Dan Beton Di

Penerapan Metode Pembelajaran Pelatihan Industri (Training Within Industry) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Praktek Kerja Batu Pada Siswa Kelas XI Program Keahlian

Self Efficacy dengan Hasil Belajar Konstruksi Beton Bertulang Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton Siswa SMK Negeri 1 Mempura Kab. Penelitian ini bertujuan

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA materi rotasi dan revolusi bumi melalui penerapan model pembelajaran Direct Instruction dengan macromedia flash kelas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-2..

Disarankan kepada guru jika menggunakan model pembelajaran direct instruction disertai power point interaktif agar lebih memperhatikan langkah- langkahnya sebagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Direct Instruction terhadap persepsi dan hasil belajar psikomotor dalam pembelajaran IPA Fisika siswa

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction