Konvensi tersebut antara lain mengatur ketentuan mengenai upaya identifikasi, deteksi dan pembekuan, serta penyitaan hasil dan alat tindak pidana. Ada beberapa tindak pidana atau pelanggaran hukum yang tidak dapat dituntut dengan menggunakan ketentuan pidana.
Identifikasi Masalah
Apa pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan hukum yang mendasari rumusan RUU Perampasan Aset Pidana? Apa tujuan yang ingin diwujudkan, ruang lingkup pengaturannya, ruang lingkup dan arah pengaturan RUU Perampasan Harta Pidana.
Tujuan dan Kegunaan
Apa urgensinya RUU Perampasan Aset Pidana agar menjadi solusi permasalahan pengembalian kerugian negara dari hasil tindak pidana? Sedangkan kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai rujukan atau rujukan dalam penyusunan dan pembahasan RUU Perampasan Aset.
Metode
Perampasan Aset Menurut UNCAC
Salah satu upaya untuk mencegah keterpurukan Indonesia akibat praktik korupsi adalah melalui upaya pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi. Berdasarkan UNCAC 2003, penyitaan aset pelaku tindak pidana korupsi dapat dilakukan melalui jalur pidana dan perdata.
Konsep Perampasan Aset Secara In Rem
Hal ini berlaku di yurisdiksi di mana penyitaan properti nyata diterapkan pada standar pembuktian yang lebih rendah daripada standar pembuktian yang ditetapkan dalam kejahatan tersebut. Penyitaan harta benda sangat efektif untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan dan mengembalikan dana hasil tindak pidana kepada negara atau pihak yang berhak.
Acuan Konsep Dalam Tindak Perampasan Aset In Rem Dalam membangun sebuah sistem perampasan, sebagai
Penyitaan di Rem (yang tidak didasarkan pada hukuman pidana) tidak boleh menjadi pengganti penuntutan pidana; In rem aset perampasan harus digunakan untuk mengembalikan harta benda kepada korban (NCB aset perampasan harus digunakan untuk mengembalikan harta benda kepada korban);
Mekanisme Gugatan Terhadap Aset (In Rem)
Artinya, BKK hanya menangani aset yang diduga berasal, digunakan, atau berkaitan dengan tindak pidana. Selain itu, ada kalanya suatu harta benda yang berkaitan dengan suatu kejahatan tidak diketahui oleh pemiliknya atau.
NCB di Negara yang Menganut Sistem Common Law atau Civil Law
Misalnya, pengadilan di Swiss menegaskan bahwa peradilan pidana di Swiss dapat menjalin kerja sama internasional dengan Amerika Serikat dalam kasus penyitaan aset, tanpa adanya niat untuk memulai proses pidana.90. Untuk lebih jelasnya, dua tabel berikut menggambarkan perbedaan dan persamaan antara pidana perampasan dan perampasan perdata (NCB), serta penerapan NCB dalam yurisdiksi common law dan civil law.
Konsep Barang Temuan
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa benda yang dapat disita adalah benda yang mempunyai hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan dilakukannya tindak pidana. Perkara itu ditutup demi hukum, kecuali barang itu diperoleh dari hasil tindak pidana atau digunakan untuk melakukan tindak pidana.
Gugatan Pihak Ketiga (Derden Verzet)
3089 K/Pdt/1991 yang menjelaskan bahwa sita jaminan (CB) yang ditempatkan pada barang milik pihak ketiga memberikan hak kepada pemiliknya untuk mengajukan keberatan kepada pihak ketiga.104. Penentangan pihak ketiga terhadap barang jaminan yang disita tidak diatur secara khusus dalam HIR, R.Bg atau RV, namun dalam prakteknya menurut hukum perkara putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 31 Oktober 1962 No.
Sita Revindikasi (Revindikatoir)
Pencabutan sita hanya dapat dimintakan berdasarkan sengketa hak milik, dan sebab-sebab pokok sengketa hak milik juga terbatas pada: (1) benda itu dikuasai secara melawan hukum oleh terdakwa (dicuri atau digelapkan); (2) benda tersebut dikuasai secara melawan hukum, misalnya dengan tipu muslihat atau hasil penipuan. Apabila terhadap benda sitaan itu ada penguasaan atas dasar hukum yang sah, maka pencabutan sita tidak dapat dilakukan.
Jaksa Pengacara Negara
Penuntut Umum adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk menjadi penuntut umum dan melaksanakan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap serta kewenangan undang-undang lainnya. Istilah Jaksa Penuntut Umum (JPN) tidak disebutkan secara tegas dalam Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia dan undang-undang sebelumnya yaitu UU No. 5 Tahun 1991, serta dalam Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia. kantor kejaksaan.
Konsep Asset Sharing (sharing asset forfeited)
Dengan demikian, cara paling mudah untuk melakukan proses pengembalian aset yang berada di luar wilayah hukum negara korban adalah melalui bantuan hukum timbal balik. Indonesia memiliki ketentuan mengenai hal ini dalam Pasal 57 UU No. 1 Tahun 2006 tentang Gotong Royong dalam Masalah Pidana.
Kajian Terhadap Asas/Prinsip Penusunan Norma
Asas/Prinsip In Rem Asset Forfeiture
Dalam penyitaan yang ditujukan terhadap harta itu sendiri, tidak adanya subjek pidana seperti dalam kasus ini menjadikan pihak-pihak yang mempermasalahkan harta itu, atau bahkan pemilik harta itu, menjadi pihak ketiga. Jadi dalam hal ini pihak pertama adalah negara melalui aparaturnya, pihak kedua adalah aset, dan pihak ketiga adalah pemilik atau berhubungan dengan aset tersebut.
Asas/Prinsip Non-Conviction Based Asset Forfeiture (NCB) NCB Asset forfeiture (NCB) adalah penyitaan dan
Dengan asas in rem maka penyitaan harta kekayaan yang akan diatur adalah mekanisme penyitaan harta benda terhadap barang-barang yang berkaitan atau dipergunakan sebagai alat atau media dalam melakukan tindak pidana. Perampasan harta kekayaan tidak berkaitan dengan pelaku tindak pidana dan menggunakan harta kekayaan sebagai salah satu pihak dalam gugatan.
Asas/Prinsip Unjust Enrichment/Crime Does Not Pay Unjust Enrichment merupakan asas yang mengandung
Asas/Prinsip Pembuktian Terbalik
Dalam pidana perampasan, penuntut umum harus membuktikan bahwa unsur-unsur tindak pidana seperti kesalahan pribadi dan mens rea terdakwa telah terpenuhi sebelum ia dapat menyita harta kekayaan terdakwa. mengharuskan penuntut untuk membuktikannya dengan standar yang tidak diragukan lagi. Sebaliknya, karena sifatnya yang perdata, NCB tidak mengharuskan jaksa untuk membuktikan unsur-unsur dan kesalahan orang yang melakukan tindak pidana (kesalahan pribadi).129 Jaksa hanya perlu membuktikan adanya untuk membuktikan kemungkinannya. sebab atau dugaan bahwa harta benda yang digugat ada kaitannya dengan tindak pidana. 130 Di sini penuntut cukup membuktikan dengan standar bukti yang lebih banyak (bukti formal) bahwa telah terjadi tindak pidana dan 'suatu harta benda telah diproduksi, digunakan atau terlibat. dalam tindak pidana tersebut.131 Pemilik aset kemudian harus membuktikan dengan standar yang sama bahwa aset yang digugat bukanlah hasil, penggunaan, atau berkaitan dengan tindak pidana yang didakwakan.132 .
Asas/Prinsip Bona Fide/Presumption of Good Faith
Asas Hak Atas Kebendaan
Jus in rem secara sederhana dapat diartikan sebagai hak atas suatu benda.135 Perbedaan yang paling mendasar dari kedua hak tersebut adalah bahwa hak individu merupakan hak yang relatif, yaitu hak yang hanya dapat dituntut oleh orang-orang tertentu,136 sedangkan hak substantif adalah hak milik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bersifat mutlak (dapat ditujukan kepada siapa saja secara umum) dan anak sulung mempunyai kedudukan yang lebih tinggi serta melekat pada suatu benda tertentu.137 Oleh karena itu, hak kebendaan adalah hak yang dapat dituntut setiap manusia. yang berkaitan dengan suatu benda yang dimiliki oleh seseorang, karena hak milik itu sendiri adalah hak yang mengikuti dimanapun benda itu berada (droit de suite). Prinsip ini berupaya untuk menghormati hak setiap orang untuk melindungi aset yang dikuasainya sampai ada keputusan hukum mengenai aset yang dimilikinya.
Asas-Asas Umum Hukum Acara Perdata
Berkenaan dengan asas hukum acara perdata, Setiawan mengemukakan 7 (tujuh) asas hukum acara perdata, yaitu: 139 asas kesederhanaan, persamaan kedudukan para pihak, keaktifan hakim memimpin persidangan, persidangan adalah dilakukan dalam bentuk tanya jawab lisan, terbuka untuk umum, pengambilan keputusan didasarkan pada pertimbangan dan penyelesaian yang memadai dalam jangka waktu yang wajar. Sedangkan menurut Sudikno Mertokusumo,140 beberapa asas penting dalam hukum acara perdata adalah hakim menunggu, hakim bersifat pasif, sifat sidang terbuka, mengadili kedua belah pihak, putusan harus disertai alasan, dikenakan biaya untuk beracara dan tidak ada kewajiban untuk mewakili.
Asas Legalitas
Fungsi protektif lebih pada hukum pidana substantif (hukum pidana) yang merujuk pada hukuman pertama (nulla poena sine lege) dan hukuman kedua (nulla poena sine crimine), sedangkan fungsi instrumental lebih pada hukum pidana formil (pidana). hukum acara), yang merujuk pada frasa ketiga (nulum crimen sine poena legali). Asas ini menunjukkan bahwa kebijakan hukum pidana yang menjadi dasar persiapan reformasi hukum pidana adalah kebijakan hukum pidana dalam arti kebijakan pemilihan atau pelaksanaan pemidanaan atau dekriminalisasi suatu perbuatan.146 Sementara itu, penyitaan harta benda tidak mengarah pada proses kriminalisasi terhadap orang tersebut.
Asas Transparansi atau Keterbukaan
Pemerintah berkewajiban menyediakan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Keterbukaan informasi diharapkan dapat melahirkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan yang dibuat berdasarkan preferensi publik.149 Oleh karena itu, kemudahan akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap kebijakan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung (seperti peraturan perundang-undangan dan kebijakan) harus dilakukan. dibuat. tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat.
Asas Akuntabilitas
Dengan mempublikasikan informasi, negara membuka ruang bagi warga negara untuk melakukan koreksi atau menyetujui tindakan negara, terutama dalam hal penyitaan aset. Peraturan mengenai perlunya pelaporan dan transparansi untuk memungkinkan pengawasan yang lebih baik terhadap proses penyitaan.150.
Asas Resiprokal
Saat ini di Indonesia terdapat dua mekanisme perampasan aset yang digunakan dalam pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi. UNCAC memberikan jalan keluar yang sangat mudah bagi negara-negara korban dalam melakukan proses pemulihan aset.
Penerapan NCB di Beberapa Negara
- Amerika Serikat
- Australia
- Filipina
Criminal Forfeiture dan NCB telah lama digunakan di Amerika Serikat untuk mengembalikan aset hasil tindak pidana. Namun kemudian pada tahun 2001, Undang-Undang Patriot Amerika disahkan, di mana 18 USC § 981 (a)(1)(b) dan §1956 (c)(7)(B) dengan ketentuan bahwa tuntutan hukum perdata setidaknya dapat diajukan untuk korupsi untuk diatasi oleh pemerintah. aset, kejahatan dengan kekerasan (violence), penipuan bank, dan kejahatan berat lainnya yang dilakukan di luar negeri yang melanggar hukum negara lain, apabila aset hasil kejahatan tersebut berlokasi di Amerika Serikat.183.
Praktek Internasional Secara Umum
Pada tahun 2002, pemerintah Inggris mengesahkan Procedure of Crime Act (POCA) yang antara lain mengatur tentang penyitaan dan penyitaan hasil dan instrumen tindak pidana. Ketentuan baru ini membuka peluang seluas-luasnya bagi aparat penegak hukum untuk melakukan penyitaan dan penyitaan aset yang berasal dari tindak pidana.
Konsep Perampasan Aset yang Diharapkan
- Tahapan Penelusuran
- Pemblokiran atau Penyitaan Aset
- Penilaian Pengadilan
- Penyitaan dan Pengelolaan Aset
- Kerjasama Internasional Pengembalian Aset
Gugatan ditolak. Apabila ternyata beberapa tunjangan berupa uang berada di luar wilayah hukumnya, maka putusan ketua pengadilan beserta berkas tuntutan penyitaan tunjangan berupa uang diteruskan kepada Jaksa Agung negara. Jaksa penuntut umum mengajukan bukti asal usul dan letak barang yang diperoleh melalui tindak pidana yang mendukung alasan penyitaan barang tersebut.
Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Perampasan Aset Secara umum, rezim NCB bisa lebih efektif dalam Secara umum, rezim NCB bisa lebih efektif dalam
Kriminalisasi dan Penegakan Hukum (Criminalization and law enforcement)
Beberapa metode lain yang digunakan dalam proses penyidikan adalah penyidikan transaksi komersial di pasar modal, penyidikan terhadap nama-nama perusahaan yang memfasilitasi tindak pidana korupsi, dan penyembunyian hasil korupsi. Selain itu, Kejaksaan RI sebagai lembaga yang berwenang melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi telah memberikan kontribusi nyata antara lain sejak tahun 2020 hingga saat ini dengan melakukan penindakan terhadap para pelaku tindak pidana korupsi. hanya memegang hak hukum individu. subjek yang bertanggung jawab tetapi juga untuk subjek hukum perusahaan.
Kerjasama International dan Pemulihan Aset (International cooperation & Asset Recovery)
Asset Recovery Center juga menggunakan kerjasama informal (ARIN-AP) untuk memulihkan aset terkait tindak pidana korupsi di Indonesia untuk aset yang berlokasi di Selandia Baru dalam bentuk properti. Selain itu juga tersedia mekanisme gugatan perdata dalam upaya pengembalian aset yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, seperti yang dilakukan pada kasus Yayasan Supersemar, dimana Yayasan divonis membayar sejumlah ± untuk membayar kepada pemerintah Indonesia. Rp.
Bantuan Teknis dan Pertukaran Informasi (Technical
Misalnya, upaya Jiwasraya untuk memulihkan aset hasil tindak pidana korupsi di Singapura dan Selandia Baru dilakukan melalui berbagai mekanisme, baik dalam bentuk MLA maupun dalam bentuk pemberian dukungan terhadap proses hukum nasional yang sedang dilakukan. 1 Tahun 2013 oleh Pengadilan Negeri Bireun Aceh yang meskipun tidak berkaitan dengan tindak pidana korupsi, membuktikan bahwa di Indonesia terdapat upaya pengembalian harta kekayaan selain melalui proses yang umum melalui jalur pemidanaan yaitu dengan memberikan hukuman kepada pelakunya.
Pencapaian Pusat Pemulihan Aset (Asset Recovery Center Acomplishment)
Untuk meningkatkan efektivitas proses pertukaran informasi dan komunikasi, perlu digunakan platform komunikasi yang terintegrasi dengan jaringan regional yang saat ini telah memiliki fasilitas online yang dapat diakses dari contact point tertentu sebagai sarana pertukaran informasi. pengetahuan, praktik yang baik dan juga untuk membangun kepercayaan serta mengintegrasikan dan memfasilitasi komunikasi antara praktisi pemulihan aset dan penegak hukum pada umumnya. Di Pusat Pemulihan Aset Kejaksaan Agung, terdapat aset hasil kasus korupsi dan pencucian uang PT.
Dampak Keuangan Negara
Penyelenggaraan kegiatan pemulihan aset nasional dan internasional yang menjadi kewenangan Kejaksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Penyelenggaraan penguasaan dan pengelolaan pengembalian aset yang menjadi kewenangan Kejaksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pengaturan Perampasan Aset Tindak Pidana Melalui Mekanisme Perdata di Indonesia
Pengaturan mekanisme perampasan aset, kecuali mekanisme pidana, diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diatur (Pasal 34(3)), namun UU No. 31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
Yang melakukan pemblokiran adalah 261 PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan meminta atau memerintahkan PJK atau instansi yang berwenang untuk melakukan pemblokiran. PJK atau instansi yang berwenang wajib melakukan pemblokiran segera setelah menerima surat permintaan atau perintah pemblokiran dari PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim.265.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against
Pada tanggal 3 Maret 2006, Presiden Republik Indonesia mengesahkan dan mengundangkan Undang-undang No. 1 Tahun 2006 tentang Kesepakatan Bersama dalam Masalah Pidana. Tujuan Undang-undang ini adalah untuk memberikan dasar hukum kepada Pemerintah Indonesia untuk meminta dan/atau memberikan bantuan timbal balik dalam perkara pidana dan.
Pengaturan Perampasan dalam Undang-Undang di Indonesia
- UUD NRI Tahun 1945 Terkait Hak Asasi Manusia
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
- Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) - Pasal 39 mengatur tentang jenis barang-barang yang
- Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tipikor; Sebelum berlakunya undang-undang no. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU 31 Tahun 1999), dasar hukum yang digunakan penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk memblokir rekening milik tersangka atau terdakwa yang diduga merupakan hasil tindak pidana korupsi adalah ketentuan pasal 7. ayat (1) huruf j atau pasal 24 huruf KUHAP.