PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III
NANANG FATRIADIN NIT. 05.17.018.1.41 AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020
i
PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III
NANANG FATRIADIN NIT. 05.17.018.1.41 AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020
ii
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : NANANG FATRIADIN
NIT : 05.17.018.1.41/N
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :
PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA
Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
Surabaya,07 Oktober 2020 Materai 6000
NANANG FATRIADIN NIT. 05.17.018.1.41/N
iii
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN
Judul : PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI
JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA
Nama Taruna : NANANG FATRIADIN
NIT : 05.17.018.1.41/N
Jurusan : Nautika
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya, 02 Oktober 2020
Menyetujui:
Pembimbing I
DAVIQ WIRATNO, S.Si.T., M.T., M.Mar Penata Tk. I (III/d)
NIP. 197901072002121002
Pembimbing II
CORNELIUS RUMAMBI, S.E.MM Pembina (IV/a)
NIP. 19571010980031003
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
DAVIQ WIRATNO, S.Si.T., M.T., M.Mar Penata Tk. I (III/d)
NIP. 197901072002121002
iv
Menyetujui
Penguji II
PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI
JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA
Disusun dan diajukan Oleh:
NANANG FATRIADIN NIT : 05.17.018.1.41/N AHLI NAUTIKA TINGKAT III
Telah dipresentasikan di depan Panitia seminar Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal, 07 Oktober 2020
Penguji I Penguji III
Semuel D. Parerungan,S.H.,M.H.
Penata Tk.1 (III/b) NIP. 197404261998081001
Daviq Wiratno, S.Si.T., M.T, M.Mar Penata Tk. I (III/d)
NIP. 197512241998081001
Cornelius Rumambi, S.E.MM Pembina (IV/a) NIP. 19571010980031003
Menyetujui
Ketua Jurusan Nautika
Bapak Daviq Wiratno, S.Si.T., M.T, M.Mar Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19730919 201012 1 001
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas segala kuasa, berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt. Dian Wahdiana, M.M.
2. Ketua Jurusan Nautika dan Pembimbing I Bapak Daviq Wiratno, S.Si.T., M.T, M.Mar.
3. Pembimbing II Bapak Cornelius Rumambi, S.E., M.M.
4. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.
5. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.
6. Perusahaan PT. KUTAI TIMBER INDONESIA dan Kru Kapal MV. KUTAI RAYA DUA yang telah memberi kesempatan pada taruna untuk dapat melaksanakan praktek laut.
7. Serta rekan – rekan kelas Nautika A Diploma III yang telah membantu dalam proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.
vi
Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan pengetahuan taruna – taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.
Surabaya, 07 Oktober 2020
Penulis
NANANG FATRIADIN
vii
ABSTRAK
Nanang Fatriadin,05.17.018.1.41 “PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA.”, Pembimbing I : Daviq Wiratno Pembimbing II : Cornelius Rumambi
Transportasi laut memiliki berbagai permasalahan yang disebabkan oleh banyak faktor, antara lain faktor alam seperti jarak pandang terbatas. Perwira perlu mengatasi jarak pandang terbatas dengan tindakan yang efektif. Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan yaitu bagaimana peran perwira jaga pada situasi jarak pandang terbatas?
Oleh karena itu penulis memiliki tujuan untuk mengetahui peran perwira jaga pada situasi jarak pandang terbatas secara tepat guna mencegah terjadinya resiko tubrukan atau kecelakaan di laut.
Adapun metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif . Tujuan dari metode penelitian ini adalah mengungkapkan fakta, fenomena, variabel, dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan memberikan data apa adanya. Penelitian ini menafsirkan dan menunjukkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara,observasi,dan dokumentasi.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh perwira jaga dengan sepengetahuan nakhoda demi terwujudnya keselamatan pelayaran.
Kata kunci : Peranan Perwira, Situasi Jarak Pandang Terbatas.
viii
ABSTRACT
Nanang Fatriadin, 05.17.018.1.41 "THE ROLE OF PERSONNEL AT A LIMITED VIEW SITUATION ON MV. KUTAI RAYA DUA.", Advisor I: Daviq Wiratno Advisor II: Cornelius Rumambi
Sea transportation has various problems caused by many factors, including natural factors such as limited visibility. Officers to overcome limited visibility with effective action. In this study, the authors formulated the problem, namely, how is the role of duty officers in limited visibility situations?
Therefore, the writer has the aim to know the role of duty officers in limited visibility situations precisely to prevent the risk of collisions or accidents at sea.
The research method in this research uses qualitative research methods.
The purpose of this research method is to reveal facts, phenomena, variables, and circumstances that occur when the research is running and provide data as is.
This study interprets and shows data related to the current situation. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation.
Based on the data analysis carried out, it was concluded that there were several actions that had to be taken by the duty officer with the knowledge of the skipper in order to realize shipping safety.
Keywords : Role Of Officers On Duty, Restricted Visibility Situation
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN ... iii
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5
A. Review Penelitian ... 5
B. Landasan Teori ... 6
C. Kerangka Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Jenis Penelitian... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 24
D. Teknik Analisa Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 33
C. Pembahasan ... 41
BAB V PENUTUP ... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 49
x
DAFTAR PUSTAKA ... viii
LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 2. 1. Kabut Asap ... 11
Gambar 2. 2. Durasi Waktu Untuk Isyarat Bunyi ... 13
Gambar 2. 3. Genta Atau Lonceng Kapal ... 14
Gambar 2. 4. Kerangka Penelitian ... 21
Gambar 4. 1. Kapal MV. KUTAI RAYA DUA ... 32
Gambar 4. 2. RADAR FURUNO RCU 014/MU -190 ... 34
Gambar 4. 3. Kapal Memasuki Alur Pelayaran Sungai Samarinda ... 35
Gambar 4. 4. Posisi Berlabuh Kapal MV. KUTAI RAYA DUA ... 36
Lampiran 1. MV. KUTAI RAYA DUA kandas di perairan P. Buru ...x
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1. Review Penelitian Sebelumnya ... 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Transportasi laut merupakan suatu kebutuhan dan menjadi alternatif terbaik dalam rantai perdagangan dunia, karena biaya pengoperasianya yang lebih rendah dibandingkan dengan transportasi udara. Oleh sebab itu pelayaran yang aman dan nyaman sangat dibutuhkan, keselamatan pelayaran merupakan salah satu faktor yang mutlak yang harus dipenuhi agar kapal dapat beroperasi dengan baik dan tiba ditujuan dengan aman tanpa ada masalah yang berarti.
Namun kapal laut sebagai bangunan terapung yang banyak bergerak dengan daya dorong pada kecepatan bervariasi, dan melintasi berbagai wilayah pelayaran dalam kurun waktu tertentu akan mengalami berbagai permasalahan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti alam, manusia, teknis, keadaan alur pelayaran dan faktor lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran kapal.
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar, antara lain karena kurang mampunya awak kapal dalam menguasai berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam operasional kapal.
Faktor teknis biasanya terkait dengan kurang cermatnya di dalam desain kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami kecelakaan, seperti kasus kandasnya Kapal Motor Penyeberangan
2
(KMP) Lestari Maju kandas di Perairan Selayar, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 2018.
Faktor alam seperti cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim, arus yang kuat, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas. Diantaranya Kecelakaan Kapal cepat Ferry MV VOC yang menabrak Kapal Tangker MT PASIFIC CROWN di perairan Anambas pada tahun 2018.
Untuk itu perlunya tindakan yang tepat dalam mengatasi faktor-faktor tersebut. Untuk faktor yang diakibatkan manusia (Human Error) dapat diatasi dengan pelatihan dan penyuluhan. Dan penanggulangan untuk faktor teknis dengan diadakannya pemeriksaan dan perawatan bangunan kapal secara berkala. Sedangkan untuk faktor Alam perlu dengan tindakan yang sangat tepat, seperti situasi jarak pandang terbatas yang diakibatkan kabut yang merupakan faktor alam, perwira jaga perlu menggunakan alat navigasi untuk mendeteksi keberadaan kapal lain dan melakukan tindakan isyarat yang dapat memberitahu kapal lain tentang informasi keberadaan kapalnya pula.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, yang menyatakan setiap kecelakaan kapal bisa dipastikan terdapat faktor penyebab. Agar terhindar dari resiko kecelakaan perlu tindakan tepat oleh perwira jaga untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat dan meneliti masalah tersebut dan berusaha untuk memaparkannya serta menuangkannya dalam suatu karya tulis ilmiah.
Berdasarkan pada latar belakang maka penulis tertarik meneliti terkait
3
tindakan yang akan dilakukan pewira jaga dalam situasi yang dapat menyebabkan resiko kecelakaan .Untuk itu penulis mengusul judul penelitian ini sebagai berikut “PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas adalah tentang bagaimana peran perwira jaga pada situasi jarak pandang terbatas di MV. KUTAI RAYA DUA?
C. Tujuan Penelitian
Dari judul penelitian tersebut, yaitu peranan perwira jaga pada situasi jarak pandang terbatas, maka tujuan penulis yang diharakan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui peran perwira jaga pada situasi jarak pandang terbatas secara tepat guna mencegah terjadinya resiko tubrukan ataupun kecelakaan dilaut.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti berharap beberapa manfaat yang akan dicapai diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan informasi kepada pembaca khususnya sebagai pemahaman tentang peran perwira jaga pada situasi keadaan jarak pandang terbatas. Dan untuk wawasan adik kelas atau yunior, tentang betapa pentingnya mengetahui tugas dan kewajiban yang harus dilakukan perwira jaga pada saat melasanakan tugas jaga.
4
2. Manfaat Praktisi
Untuk memberikan suatu pemikiran kepada pembaca akan pentingnya dari tindakan perwira jaga yang tepat pada saat keadaan jarak pandang terbatas dan pemahaman akan isyarat bunyi guna menghindari resiko tubrukan dilaut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian
Tabel 2. 1. Review Penelitian Sebelumnya NO NAMA
PENELITI
JUDUL PENELITIAN KESIMPULAN
1. PRADINA AMALEZZY
Mengoptimalkan Tugas Dan Tanggung Jawab Perwira Jaga Untuk Mencegah Terjadinya Kapal Kandas Di KM.
Sabuk Nusantara 41.
Dalam melaksanakaan tugas dan tanggung jawab saat kapal berlayar, berlabuh maupun sandar, seorang perwira harus mengetahui apa saja yang harus dilaksanakan.
Pada saat berlayar, perwira hendaknya melakukan pengamatan keliling guna menghindari bahaya navigasi.
Pada saat kapal berlabuh perwira sebaiknya mengeplot posisi secara berkala serta melihat keadaan sekeliling kapal untuk menghindari bahaya berbenturan dengan kapal lain, larat dan pencurian. Saat kapal sandar seorang perwira juga harus melakukan penjagaan terhadap sekeliling kapal untuk mencegah terjadinya pencurian, serta mencatat setiap kegiatan di atas kapal.
2. BRIAN ANKY WIDJAYA
Upaya Meningkatkan Pengawasan Dinas Jaga Laut Di KM RIK no.3 Yang Sesuai Dengan prosedur Terhadap Keselamatan Pelayaran
Penyimpangan prosedur dinas jaga laut yang dilakukan oleh Nakhoda KM RIK NO.3 akan berdampak buruk terhadap keselamatan awak kapal KM RIK NO.3.
Dampak buruk penyimpangan tersebut yaitu dapat
mengakibatkan beberapa kejadian yang merugikan kapal dan awak kapal.
6
B. Landasan Teori
Landasan teori lebih diperlukan untuk menemukan teori yang akan diajukan sebagai acuan didalam penelitian. Penulis menyusun karya ilmiah terapan ini berdasarkan buku refrensi dan pendapat dari ahli yang terpercaya.
Dalam bab ini penulis membuat landasan teori dengan tujuan untuk mendukung pembahasan mengenai penerapan isyarat bunyi di atas kapal oleh perwira jaga dalam keadaan jarak pandang terbatas untuk mencegah resiko tubrukan di laut. Untuk lebih menyempurnakan penulisan karya ilmiah terapan ini, maka perlu diketahui dan dijelaskan beberapa sumber pustaka yang berkaitan dengan pembahasan karya ilmiah terapan ini.
1. Definisi Peranan Perwira Jaga
Arti kata Peranan secara tersendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Dan Menurut KBBI “ Perwira ialah anggota tentara yg berpangkat di atas bintara (yaitu dr letnan ke atas); opsir (dalam ketentaraan)”. Sedangkan arti dari perwira jaga di kapal menurut KUHD BAB III, Bag.1, “Perwira-perwira kapal adalah mereka yang oleh daftar anak kapal itu diberikan tingkat sebagai perwira”. Sedangkan “Anak kapal adalah mereka yang namanya tercantum dalam daftar anak kapal”.
Perwira kapal mempunyai tugas dan wewenang yang wajib dilaksanakan. Pengaturan tugas jaga di atas kapal baik dek maupun mesin diatur berdasarkan ketentuan STCW 1978 Amandemen 1995 Bab VII yang perlu dilakukan oleh awak kapal selama melaksanakan tugasnya baik di pelabuhan maupun laut (saat berlayar). Pengaturan tugas jaga, termasuk
7
keperluan/persyaratan pengawasan (look-out), setiap saat harus memadai dan mengenal keadaan sekelilingnya. Pergantian jaga dilakukan dengan menyerah terimakan jaga dari perwira jaga lama kepada penggantinya, perwira jaga baru yang akan dibangunkan 30 menit sebelum jam jaga.
Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti haru mendapatkan kepastian tentang :
a. Perintah-perintah harian dan petunjuk khusus dari Nahkoda yang berkaitan dengan navigasi.
b. Posisi, haluan, kecepatan dan sarat kapal.
c. Gelombang laut, arus laut cuaca, jarak tampak dan pengaruhnya terhadap haluan dan kecepatan saat itu.
d. Prosedur penggunaan mesin induk untuk olah gerak, jika mesin induk berada dibawah kendali anjungan.
e. Situasi navigasi, termasuk :
1) Kondisi operasional seluruh peralatan navigasi
2) Kesalahan-kesalahan gyro comppass dan kompas magnetik
3) Adanya atau terlihatnya kapal-kapal lain yang posisinya tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
4) Kemungkinan adanya efek kemiringan, trim, berat jenis air dan sarat terhadap dasar laut
Perwira jaga bertuga jaga navigasi merupakan wakil Nahkoda, dan terutama selalu bertanggung jawab atas navigasi yang aman, dan mematuhi Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut Tahun 1972.
8
Menurut Amrinul (2017: 2) Pengaturan jaga dilaut di atas kapal : a. Jaga larut malam (dog watch)
Dari pukul 00.00-04.00, untuk Mualim 2 b. Jaga dini hari (morning watch)
Dari pukul 04.00-08.00, untuk Mualim 1 c. Jaga pagi hari (forenoon watch)
Dari pukul 08.00-12.00, untuk Mualim 3 d. Jaga siang hari (afternoon watch)
Dari pukul 12.00-16.00, untuk Mualim 2 e. Jaga sore hari (afternoon watch)
Dari pukul 16.00-20.00, untuk Mualim 1 f. Jaga malam hari (night watch)
Dari pukul 20.00-00.00, untuk Mualim 3
Tugas jaga dek dalam kondisi dan daerah yang berbeda-beda : a. Cuaca baik/ terang
1) Perwira tugas jaga harus sering melakukan baringan-baringan terhadap kapal-kapal yang mendekat secara tepat, untuk dijadikan petunjuk pendeteksian adanya resiko tubrukan secara dini, dan harus selalu ingat bahwa resiko tubrukan masih tetap ada meskipun ada perubahan baringan yang cukup besar, khususnya jika sedang mendekati sebuah kapal yang sangat dekat dengan sebuah kapal lain. Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif sesuai dengan Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan Di
9
Laut – 1972, dan kemudian memastikan bahwa tindakannya telah memberikan hasil yang diinginkan.
2) Dalam cuaca baik dan setiap saat dapat dilakukan, perwira tugas jaga navigasi harus melaksanakan pengoperasian radar.
b. Jarak tampak terbatas
1) Jika jarak tampak berkurang atau diperkirakan akan berkurang tanggung jawab pertama tugas jaga navigasi adalah menganut pada peraturan-peraturan sesuai dengan Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan Di Laut – 1972, dengan perhatian khusus pada isyarat, melaju dengan kecepatan aman dan menyiapkan mesin untuk melakukan olah gerak setiap saat. Selai n itu perwira tugas jaga navigasi juga harus :
2) Memberitahu Nahoda
3) Menempatkan seorang pengamat yang baik 4) Mengoperasikan dan menggunakan radar c. Pada waktu gelap
1) Jika menyusun tugas pengamatan, Nahkoda dan perwira tugas jaga navigasi harus mempertimbangkan peralatan yang ada di anjungan dan peralatan bantu navigasi yang siap digunakan beserta keterbatasan-keterbatasannya, prosedur-prosedur dan kecermatan yang harus diilakukan.
2) Perairan pantai dan perairan pada lalu lintas
3) Harus menggunakan peta yang memiliki skala terbesar dan sesuai dengan daerah yang bersangkutan dan harus dikoreksi sesuai
10
dengan informasi yang diperoleh paling akhir. Penentuan posisi harus sering dilakukan dengan berbagai macam cara.
4) Perwira tugas jaga navigasi harus mengidentifikasi seluruh rambu- rambu navigasi yang relevan secara benar.
d. Navigasi ketika ada Pandu di atas kapal
1) Meskipun adanya tugas dan kewajiban seorang Pandu, tetapi keberadaan Pandu di atas kapal tidak mengganti tugas dan tanggung jawab Nahkoda dan perwira tugas jaga atau keselamatan kapal.
2) Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan maksud-maksud Pandu, maka perwira tugas jaga navigasi harus minta penjelasan dari Pandu, dan jika keraguan tetap berlanjut, harus memberitahu Nahkoda secepatnya dan mengambil tindakan apa saja yang perlu, sebelum nahkoda datang.
e. Kapal yang berlabuh jangkar
Jika Nahkoda mempertimbangkan perlu suatu tugas jaga navigasi harus terus dilakukan ketika sedang berlabuh jangkar, makaperwira jaga harus :
1) Menentukan dan menggambar posisi pada peta, sedini mungkin.
2) Jika situasi mengijinkan, melakukan pemeriksaan secara berkala dengan waktu yang memeadai untuk memastikan bahwa kapal tetap pada posisi labuh jangkar yang aman, dengan memeriksa baringan rambu-rambu navigasi permanen yang ada atau obyek- obyek pantai yang ada.
11
3) Menjamin bahwa pengamatan yang baik terus dilaksanakan.
4) Memastikan bahwa pemeriksaan kapal secara berkala
5) Mengamati keadaan gelombang dan cuaca serta keaadaan laut 6) Memberitahukan Nahkoda dan mengambil langkah-langkah yang
perlu jika jangkar menggaruk atau hanyut
7) Memastikan bahwa kesiapan mesin induk dan mesin-mesin lain telah sesuai dengan petunjuk Nahkoda.
8) Jika jarak tampak berkurang, Nahkoda harus diberitahu.
9) Memastikan bahwa kapal menuju lampu-lampu dan tanda-tanda siang hari yang cukup, dan bahwa isyarat-isyarat bunyi dilakukan sesuai dengan semua peraturan yang ada.
10) Mengambil langkah-langkah untuk melindungi lingkungan dari pencemaran oleh kapal, dan mematuhi peraturan yang berlaku.
2. Jarak pandang terbatas
Berdasarkan Peratuan Internasional Pencegahan Tubrukan Di Laut 1972, istilah “penglihatan terbatas” berarti keadaan yang dalam keadaan itu penglihatan terbatasi oleh asap, kabut, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau penyebab lain apapun yang serupa dengannya.
Gambar 2. 1 Kabut Asap
Sumber : Liputan6.com : 2015
12
Berdasarkan peraturan pencegahan tuburukan di atas laut tahun 1972, situasi tampak terbatas dibahas pada:
a. Seksi III-Perilaku Kapal Dalam Penglihatan Terbatas Aturan 19. Perilaku kapal dalam penglihatan terbatas
1) Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak saling melihat jika sedang bernavigasi di atau dekat suatu daerah dengan penglihatan terbatas.
2) Setiap kapal harus bergerak dengan kecepatan aman disesuaikan dengan keadaan dan suasana penglihatan terbatas. Kapal tenaga mesinnya harus siap untuk segera mengolah gerak.
3) Setiap kapal harus memperhatikan dengan seksama keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada, dalam memenuhi aturan dari seksi I dari bagian ini.
4) Sebuah kapal yang mendeteksi adanya kapal lain hanya dengan radar harus resiko tubrukan. Jika demikian dia harus melakukan tindakan yang demikian itu terdiri dari suatu perubahan haluan, maka sejauh mungkin yang berikut ini harus dihindari:
a) Suatu perubahan haluan ke kiri untuk kapal yang berada dimuka arah melintang selain daripada kapal yang sedang disusul.
b) Suatu perubahan haluan ke arah kapal tepat melintang atau dibelakang arah melintang.
5) Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan, setiap kapal yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut
13
pertimbangannya berada di depan arah melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat hingga kapal yang ada di depan arah melintangnya, harus mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat mempertahankan haluannya.
Jika dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga bahaya tubrukan telah berlalu.
b. Pasal 32. Definisi-definisi
1) Kata "suling" berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan tiupsn yang ditentukan dan yang memenuhi perincian dalam Lampiran III peraturan- peraturan ini.
2) Istilah "tiup pendek" berarti tiupan yang lamanya kurang lebih satu detik.
3) Istilah "tiup panjang" berarti tiupan yang lamanya empat sampai enam detik.
Gambar 2. 2 Durasi Waktu Untuk Isyarat Bunyi
Sumber : Amrinul : 2017
14
c. Pasal 33. Perlengkapan untuk isyarat-isyarat bunyi
1) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan sebuah suling dan genta serta kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih sebagai tambahan harus dilengkapi dengan gong, yang nada dan bunyi yang tidak mungkin terkelirukan dengan nada bunyi genta tersebut diatas. Suling, genta dan gong itu harus memenuhi perincian dalam Lampiran III dari peraturan- peraturan ini. Genta atau gong itu keduanya boleh diganti dengan alat lain yang ciri-ciri bunyinya sama dengn ketentuan bahwa dengan alat- alat isyarat yang ditentukan itu harus selalu mungkin dibunyikan dengan tangan.
Gambar 2. 3 Genta Atau Lonceng Kapal
Sumber : Google.com : 2014
2) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak diwajibkan memasang alat isyarat bunyi yang diisyaratkan dalam ayat (a) aturan ini tetapi jika tidak, ia wajib dilengkapi dengan alat lain yang mengjhasilkan isyarat bunyi yang efisien.
15
d. Pasal 34. Isyarat olah gerak dan isyarat peringatan
1) Jika kapal-kapal dalam penglihatan satu sama lain, jika mengolah gerak sebagaimana yang diperbolehkan atau diharuskan oleh aturan-aturan ini, harus menunjukkan olah gerak itu dengan isyarat-isyarat suling sebagai berikut.
a) Satu tiup pendek berarti “Saya sedang mengubah haluan ke kanan”.
b) Dua tiup pendek berarti “Saya sedang mengubah haluan ke kiri”.
c) Tiga tiup pendek berarti “Saya sedang bergerak mundur”.
2) Setiap kapal boleh menambahi isyarat-isyarat suling yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini, dengan isyarat cahaya di ulang-ulang seperlunya , sementara olah gerak sedang di lakukan :
a) Isyarat-siyarat cahaya ini harus mempunyai arti berikut :
(1) Satu kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan"
(2) Dua kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kiri".
(3) Tiga kedipan berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak".
b) Lamanya masing-masing kedipan harus kira-kira satu detik , selang waktu antara kedip-kedip itu harus kira-kira satu detik ,
16
serta selang waktu antara isyarat-isyarat berurutan tidak boleh kurang dari 10 detik.
c) Lampu yang digunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus lampu putih keliling, dapat kelihatan dari jarak minimal 5 mil dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lampiran I peraturan ini.
3) Bila dalam keadaan saling melihat dalam alur pelayaran sempit : a) Kapal yang sedang bermaksud menyusul kapal lain, sesuai
dengan aturan 9 (e)(i), harus menyatakan maksudnya itu dengan isyarat berikut dengan sulingnya :
(1) Dua tiup panjang di ikuti dengan satu tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud menyusul anda di sisi kanan anda ".
(2) Dua tiup panjang di ikuti dua tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud menyusul anda di sisi kiri anda ".
b) Kapal yang sedang disusul itu bilamana sedang melakukan tindakan sesuai dengan aturan 9(e)(i), harus menyatakan persetujuannya dengan isyarat-isyarat dengan sulingnya sebagai berikut.
(1) Satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang, dan satu tiup pendek.
4) Bilamana kapal-kapal yang dalam keadaan saling melihat sedang saling mendekat dan karena suatu sebab, apakah salah satu dari
17
kapal-kapal itu atau keduanya tidak berhasil memahami maksud- maksud atau tindakan-tindakan kapal yang lain, atau dalam keadaan ragu-ragu apakah kapal yang lain sedang melakukan tindakan yang memadai untuk menghindari tubrukan, kapal yang dalam keadaan ragu-ragu itu harus segera menyatakan keragu- raguannya dengan memperdengarkan sekurang-kurangnya 5 tiup pendek dan cepat dengan suling. Isyarat demikian boleh ditambahkan dengan isyarat cahaya yang sekurang-kurangnya terdiri dari 5 kedip pendek dan cepat.
5) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran yang ditempat itu kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus memperdengarkan satu tiup panjang. Isyarat demikian itu harus di sambut dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang mendekat yang sekiranya ada di dalam jarak dengar di sekitar tikungan atau di balik alingan itu.
6) Jika suling-suling dipasang di kapal secara terpisah dengan jarak lebih dari 100 meter, hanya satu suling saja yang harus di gunakan untuk memberikan isyarat olah gerak dan isyarat peringatan.
e. Pasal 35. Isyarat bunyi dalam penglihatan terbatas
Di dalam atau di dekat daerah yang penglihatan terbatas baik pada siang hari atau malam hari, isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini harus digunakan sebagai berikut :
1) Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup panjang dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
18
2) Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju di air harus memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik.
3) Kapal yang tidak terkendali, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kapal yang terkendala oleh saratnya, kapal layar, kapal yang sedang menangkap ikan, dan kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal lain, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini harus memperdengarkan tiga tiup beruntun, yakni satu tiup panjang di ikuti oleh dua tiup pendek dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
4) Kapal yang sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar sebagai pengganti isyarat-isyarat yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini, harus memperdengarkan isyarat yang ditentukan didalam paragraf (c) aturan ini.
5) Kapal yang ditunda atau jika kapal ditunda itu lebih dari satu, maka kapal yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki harus memperdengarkan 4 tiup beruntun, yakni satu tiup panjang di ikuti tiga tiup pendek, dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
Bilamana mungkin isyarat ini harus diperdengarkan segera setelah isyarat yang di perdengarkan oleh kapal yang menunda.
19
6) Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju di ikuti etar-erat dalam kesatuan gabungan, kapal- kapal itu harus memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini.
7) Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan cepat selama kira-kira 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit . Dikapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu harus dibunyikan di bagian depan kapal dan segera setelah pembunyian genta , gong harus dibunyikan cepat-cepat selama kira-kira 5 detik di bagian belakang kapal. Kapal yang berlabuh jangkar sebagai tambahan boleh memperdengarkan 3 tiup beruntun, yakni satu tiup pendek untuk mengingatkan kapal lain yang mendekat mengenai kedudukannya dan adanya kemungkinan tubrukan.
8) Kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika dipersyaratkan isyarat gong yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini dengan jelas, dengan genta sesaat sebelum dan segera setelah pembunyian genta yang cepat itu. Kapal yang kandas sebagai tambahan boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai.
9) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter, tidak wajib memperdengarkan isyarat-isyarat genta sebagaimana yang dirincikan pada paragraf (g) dan (h) dari aturan ini, tetapi jika tidak memperdengarkannya, kapal itu harus
20
memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
10) Kapal yang panjang nya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan isyarat sebagaimana yang disebutkan diatas, tetapi jika tidak memperdengarkannya kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
11) Kapal Pandu yang sedang bertugas memandu kapal pandu bilamana sedang bertugas memandu sebagai tambahan atas isyarat- isyarat yang ditentukan di dalam paragraf (a), (b) dan (g) aturan ini boleh memperdengarkan isyarat pengenal yang terdiri dari 4 tiup pendek.
f. Aturan 36. Isyarat untuk menarik perhatian
Jika untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan di dalam aturan ini, atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu sorotnya kejurusan manapun. Sembarang cahaya yang digunakanuntuk menarik perhatian kapal lain harus sedmikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan dengan alat bantu navigasi apapun.
Untuk memenuhi maksud aturan ini penggunaan lampu berselang- selang atau lampu berputar dengan intensitas tinggi, misalnya lampu Stroba, harus dihindarkan.
21
pandang terbatas.
2. Tindakan perwira jaga harus sesuai dengan aturan Collusion Regulation (P2TL).
harus yang jarak tepat pada situasi
melaksanakan tindakan jaga 1. Perwira
Kondisi seharusnya
Hasil yang diharapkan
Mengetahui peran perwira jaga pada situasi jarak pandang terbatas secara tepat guna mencegah terjadinya resiko tubrukan ataupun kecelakaan dilaut.
Solusi
1. Memahami dan melakukan tindakan sesuai Collusion Regulation (P2TL) pada situasi jarak pandang terbatas demi keselamatan pelayaran.
2. Mengambil tindakan juga berdasarkan pengalaman dalam mengatasi situasi jarak pandang terbatas.
Permasalahan utama
1. Perwira jaga belum melaksanakan tindakan yang tepat pada situasi jarak pandang terbatas.
2. Tindakan perwira jaga belum sesuai dengan aturan Collusion Regulation (P2TL).
Situasi Jarak Pandang Terbatas
PERANAN PERWIRA JAGA PADA SITUASI JARAK PANDANG TERBATAS DI MV. KUTAI RAYA DUA C. Kerangka Penelitian
Untuk mempermudah penulis dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan kerangka penelitian secara sistematis berupa diagram atau tabel:
Gambar 2. 4 Kerangka Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan kata penelitian diartikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Sehingga yang dimaksud dengan metode penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas- asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan.
Menurut Sugiyono (2015:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014:5) metodologi penelitian adalah cara ilmiah (rasional, empiris, dan sistematis) yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu untuk melakukan penelitian. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010:52) metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.
22
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah dengan cara sistematis yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Metodologi penelitian sangat berperan penting dalam memberikan keterangan-keterangan dan bagaimana penelitian dilakukan oleh seorang peneliti.
Dari uraian diatas dapat diketahui peran penting metodologi penelitian untuk memberikan keterangan tentang apa dan bagaimana penelitian dilakukan bagi seorang peneliti. Dari uraian diatas, peneliti dapat mengambil beberapa metode guna menunjang sesuai yang terdapat pada rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya independen tanpa membuat hubungan maupun perbandingan dengan variabel yang lain. Variabel tersebut dapat menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai populasi atau megenai bidang tertentu. V.
Wiratna Sujarweni (2014:11)
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran
23
kondisi bisa individual atau kelompok dan menggunakan angka-angka.
Penelitian deskriptif dapat juga ditujukan untuk mengadakan kajian yang bersifat kualitatif. Apakah suatu penelitian deskriptif bersifat kuantitatif dan kualitatif perlu ditegaskan sejak awal, di dalam tujuan dan desainnya. Baik yang diarahkan pada kajian kuantitatif maupun kualitatif penelitian deskriptif memiliki kesamaan, keduanya ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya. Nana Syaodih (2010:54)
2. Metode Kualitatif
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi. Sugiyono (2015:9)
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Nana Syaodih Sukmadinata (2010:60)
Oleh karena itu di dalam pembahasan nanti peneliti berusaha memaparkan hasil dari semua studi dan penelitian mengenai suatu objek yang diperoleh, baik hal-hal yang bersifat teori juga memuat hal-hal yang
24
bersifat praktis, dalam artian bahwa selain ditulis dari beberapa literatur buku, juga bersumber dari objek-objek penelitian yang juga terdapat dalam buku kemaritiman.
Penggunaan aspek observasi atau pengamatan sangat berperan dalam penelitian ini. Yang nantinya hasil observasi atau pengamatan di atas kapal yang dilakukan oleh penulis akan digabungkan dengan sumber data yang lain seperti, hasil wawancara diatas kapal selama penulis melakukan penelitian sehingga mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang penulis harapkan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis mengadakan penelitian di kapal MV. Kutai Raya Dua pada saat peneliti melakukan praktek laut selama 1 tahun.
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) data merupakan keterangan yang benar dan nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian dalam suatu analisis atau kesimpulan. Selama melaksanakan penelitian, Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai aspek penunjang dalam pembahasan masalah. Data yang disajikan harus lengkap dan obyektif. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh Penulis melalui pengamatan langsung.
25
Berdasarkan cara memperolehnya, data yang diperoleh selama penelitian sebagai pendukung tersusunnya penulisan skripsi ini diantaranya:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sujarweni (2014:73). Sumber penelitian primer diperoleh para peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data ini dapat berupa opini subyek (orang) secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer umumnya bersifat lebih terperinci dari pada data sekunder. Istilah-istilah dan unit pengukuran yang digunakan dalam data primer selalu dirumuskan secara lebih sempurna.
Sehingga data primer dalam penelitian ini merupakan data yang langsung di peroleh dari sumber data, dengan cara melakukan observasi dan atau pengamatan kejadian-kejadian yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti. Pada sumber data primer ini penulis akan menggunakan metode wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data
26
yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data. (Sujarweni 2014 : 74).
Data sekunder dalam penyusunan skripsi ini adalah data yang memiliki sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Sumber-sumber sekunder dapat diperoleh dari surat-surat, buku harian dan lain sebagainya. Bahan-bahan ini dapat mengungkapkan pengalaman orang lain serta pengembangan kelakuannya atas pengaruh lingkungan sosial budaya. Biasanya bahan-bahan ini tidak mudah diperoleh kecuali berkat hubungan pribadi.
Selain sumber diperoleh dari surat-surat dan buku harian, penyusun dapat memperoleh sumber dari buku-buku yang penyusun baca dan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yang berkaitan langsung dengan obyek penulisan skripsi serta suatu informasi yang telah disampaikan pada saat penulis menjalani perkuliahan di kampus.
Selain itu sumber data sekunder juga dapat diperoleh dari checklist kapal, data-data pelayaran kapal dan buku-buku referensi yang terkait dengan penelitian ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014:224) teknik atau metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
27
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan menempatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Teknik pengumpulan data berperan penting pada suatu penelitian, karena berhasil atau tidaknya suatu penelitian antara lain tergantung juga dari cara penelitian di dalam pengumpulan data. Dalam pelaksanaanya, seorang peneliti harus menggunakan metode-metode tertentu untuk mengumpulkan data yang tersusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain:
a. Teknik Wawancara
Menurut Nana Syaodih (2010:216) wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara dengan satu keluarga, pengurus yayasan, Pembina pramuka dll. Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individu.
Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Menurut Sugiyono (2015:233)
28
wawancara tidak tersturktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Bedasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut maka peneliti dapat mengajukan berbagai petanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
b. Teknik Observasi
Menurut Nana Syaodih (2010:220) observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
c. Teknik Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015:240), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi diperoleh
29
oleh penulis secara langsung dari objek-objek penelitian. Sehingga data primer dalam penelitian ini merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber data oleh penulis dari melakukan observasi atau pengamatan kejadian-kejadian yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti.
D. Teknik Analisa Data
Menurut Sugiyono (2014:147), analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang teliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Dari uraian diatas, penulis dapat mengambil beberapa teknik analisis data guna menunjang sesuai yang terdapat pada rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Dalam proses pengumppulan data, penulis akan mengumpulakan semua sumber data yang ada yang berhubungan dengan obyek penelitian.
2. Reduksi Data
Dalam proses reduksi data panulis akan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang data yang tidak
30
diperlukan.Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai permasalahan penelitian ini.
3. Penyajian Data
Penyajian data yang berupa sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
4. Penarikan Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan merupakan kemampuan seorang peneliti dalam menyimpulkan berbagai data yang diperoleh selama proses penelitian berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Amrinul (2017).Dinas Jaga. Jakarta. Buku Maritim Djangkar.
Collusion Regulation 1972.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.(2010). Perbendaharaan Kata-Kata.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung. Remaja Rosdakarya
P2TL & Dinas Jaga. Surabaya. Politeknik Pelayaran Surabaya.
Sugiyono(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods).
Bandung. Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami. Yogyakarta. Pustaka Baru Press
http ://kapalku.blogspot.com/2009/09/ bernavigasi-dalam-cuaca-buruk.html https://dosenbahasa.com/penulisan-angka-dan-bilangan
https://obatrindu.com/cara-penulisan-nama-gelar-sarjana-yang-benar-amd-msi- mm-dokter-d3-phd-dan-lainnya-lengkap/
https ://regional.kompas.com/read/2018/10/12/07000001/fakta-kecelakaan-kapal- feri-vs-tanker-penumpang-terlempar-ke-laut-hingga
https ://tirto.id/hasil-investigasi-kmp-lestari-maju-yang-kandas-di-perairan- selayar-c9pE