PIUTANG USAHA
RICE SURYADI
Email : [email protected]
Fakultas Ekonomi, Program Studi S1 Akuntansi UNIVERSITAS TERBUKA
ABSTRAK
Dalam istilah akuntansi piutang kerap disebut dengan AR. Istilah ini berasal dari kata “Account Receiveable”, terjemahan kata piutang dalam bahasa inggris. Pengertian piutang sendiri bisa diterjemahkan sebagai salah satu jenis dari transaksi akuntansi yang memiliki pengertian penagihan kepada konsumen yang telah berutang. Jadi, bisa disimpulkan bahwa piutang adalah hak milik kita yang masih ada di tangan orang atau pihak lain, baik berupa uang atau penjualan yang belum dibayar lunas.
Piutang usaha adalah suatu jumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30-60 hari.
Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki perusahaan.
Kata kunci : Account Receiveable (AR), Piutang usaha, laporan keuangan piutang usaha
PENDAHULUAN
Dalam Perusahaan besar persaingan antar perusahaan semakin ketat sehingga banyak perusahaan menghadapi masalah-masalah dalam bersaing, diantaranya bersaing dalam memasarkan barang dagangan atau bersaing untuk merebut harga pasar itu melalui berbagai kebijaksanaan. Setiap perusahaan ingin meningkatkan volume penjualan serta lancarnya kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan penjualan secara tunai maupun secara kredit. Penjualan secara tunai akan langsung menambah kas perusahaan, sedangkan penjualan yang dilakukan secara kredit akan menimbulkan perkiraan piutang usaha bagi perusahaan tersebut. Perkiraan piutang ini terjadi karena adanya transaksi antara pihak perusahaan yang menjual dan pembeli secara credit
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan
setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan harta perusahaan yang sangat penting, maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik demi kemajuan perusahaan
.
Untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan harus dilakukan usaha yang efektif dan efisien guna mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat piutang usaha yang tidak tertagih.Oleh karena itu, dengan pengendalian dan pengawasan piutang yang baik dalam suatu perusahaan diharapkan piutang dapat terealisasikan tepat pada waktunya. Namun perlu diketahui bahwa tidak satupun sistem akuntansi yang baik dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan faktor manusia dan peralatan yang canggih yang dapat bekerja dengan tidak menyimpang dari ketentuan, ditetapkan.Sesuai dengan penjelasan di atas, pentingnya penanganan piutang usaha bagi perusahaan mendorong penulis untuk membuat karya ilmiah dengan judul ”Piutang Usaha”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka masalah yang ditemukan dalam pembahasan piutang usaha adalah: Penyajian Piutang Usaha dalam Laporan Keuangan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
Luas dan Tujuan Penelitian
Mengingat keterbatasan waktu,, tenaga, biaya, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka luasnya penulisan karya ilmiah ini hanya dibatasi pada penanganan piutang usaha.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyajian piutang usaha yang benar dalam laporan keuangan.
TINJAUAN TEORITIS Pengertian Piutang
Piutang merupakan bagian dari tagihan kepada perorangan,individu atau organisasi yang terjadi dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit tanpa disertai janji tertulis secara formal (Periode Jatuh Tempo) dimana pelunasannya kurang dari 1 (satu) tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar (current asset).
Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995:PSAK No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4) yaitu menyatakan bahwa piutang usaha meliputi piutang yang
timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan.
Untuk membuat pelaporan keuangan yang benar, perusahaan hendaknya menggolongkan piutang menurut lamanya tanggal jatuh tempo. Penggolongan semacam ini akan menghasilkan piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang diperkirakan dapat ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Sedangkan piutang tidak lancar diperkirakan penagihannya dilakukan lebih dari satu tahun dalam suatu siklus operasi normal perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995: PSAK No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4), penggolongan piutang melipurti menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan menurut Baridwan (1993:124) mengemukakan bahwa piutang terdiri atas tiga golongan yaitu piutang dagang (usaha), piutang bukan dagang, dan piutang penghasilan.
Piutang dagang merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual yang penagihannya tidak lebih dari satu periode akuntansi dan pada umumnya penjualan secara kredit biasanya dengan syarat pembayaran (2/10, n/30), seperti piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit.
Sedangkan piutang di luar dagang merupakan adanya transaksi di luar dagang yang mengakibatkan timbulnya tagihan pada masa yang akan datang kepada konsumen, seperti: piutang dividen, piutang bunga, piutang sewa, d.l.l.
Pengakuan Piutang
Dalam transaksi yang terjadi jumlah piutang yang akan diakui oleh penjual dan pembeli tergantung dari harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran tersebut adalah besarnya hutang dari yang berhutang (pelanggan atau peminjam) dan hal ini akan didukung oleh bukti atau faktur atas transaski tersebut. Faktur sering digunakan sebagai alat pengukuran namun hal tersebut sering menjadi kendala dalam penentuan harga pertukaran.
Dalam pengakuan piutang dagang terdapat dua metode yang digunakan : a. Metode Kotor (Gross Method)
Dicatat total penjualan meski ada syarat potongan penjualan atau diskon jika membayar tidak melebihi waktu yang ditetapkan.
1. Metode Bersih (Net Method)
Dicatat penjualan bersih setelah dikurangi potongan penjualan nantinya.
Nilai piutang yang dapat ditagih = Jumlah piutang - Cadangan kerugian piutang
Adjustment Journal:
Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) xxx -
Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) - xxx Kalau di neraca dapat kita lihat sebagai berikut:
PT. ZZZ Neraca
Per 31 Desember 2010
Kas AAA
Piutang AAA
Cad. Kerugian Piutang (aaa)
Piutang bersih AAA
Persediaan
Penghapusan Piutang
AAA
Piutang dagang yang dimiliki merupakan tagihan-tagihan yang tidak disertai dengan janji tertulis, sehingga kemungkinan terdapat beberapa piutang yang tidak dapat ditagih.
Piutang tidak tertagih terjadi karena adanya usaha untuk memperoleh pendapatan dikelompokkan sebagai Biaya Usaha dimana dalam akuntansi disebut Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense). Berikut ini beberapa alasan yang mengakibatkan tidak tertagihnya piutang, yaitu:
1 Terhentinya usaha pelanggan (debitur) sehingga ia tidak mampu melunasi kewajibannya kepada kreditur;
2 Debitur melarikan diri;
3 Perusahaan gagal memaksa pembayaran secara sah dari debitur;
4 Belum adanya kesepakatan antara kreditur dengan debitur mengenai jumlah piutang yang masih akan diselesaikan;
5 Debitur meninggal dunia.
Menurut Skousen (2001:307), terdapat dua cara untuk menghitung kerugian dari piutang yang tidak tertagih, yaitu: metode penghapusan langsung dan metode penyisihan.
Metode Penghapusan Langsung
Metode ini digunakan pada perusahaan kecil yang tidak dapat menaksir kerugian piutang secara tepat. kerugian piutang baru diakui pada waktu diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih. Bila diketahui adanya piutang tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada rekening Beban Kerugian Piutang.
Kerugian piutang dicatat pada saat dinyatakan bahwa pelangganan tidak sanggup untuk membayar (pailit).
Kelemahan metode penghapusan langsung adalah tidak mencocokkan biaya yang dikorbankan dengan pendapatn yang diperoleh pada periode yang bersangkutan. Dalam metode ini, piutang yang disajikan di neraca hanya sebesar nilai bruto piutang tanpa adanya pengurangan terhadap piutang yang diakui tidak dapat ditagih kembali.
Penggunaan metode penghapusan langsung tidak dapat menunjukkan dalam neraca jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih karena neraca hanya menunjukkan jumlah bruto piutang.
Kelebihan dari metode penghapusan langsung ini adalah sederhana dan mudah digunakan khususnya dalam penentuan besarnya kerugian piutang karena metode ini bersifat objektif dimana piutang akan dihapuskan pada waktu terbukti tidak tertagih lagi.
Metode Cadangan (Penyisihan)
Dalam metode cadangan (penyisihan), setiap akhir periode dilakukan penaksiran jumlah kerugian piutang yang akan dibebankan pada periode yang bersangkutan.
Berdasarkan metode ini juga jika langganan dinyatakan failit atau tidak dapat membayar maka hal ini tetap akan dilakukan penghapusan piutang. Tujuannya adalah untuk mengurangi nilai piutang usaha sampai sejumlah yang dapat direalisasi dan untuk mengalokasikan biaya kerugian piutang pada periode berjalan.
Untuk menentukan besarnya taksiran piutang tak tertagih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Penjualan Kredit (Pendekatan Laba Rugi)
Pada metode ini, jumlah piutang tak tertagih berbanding akan berbanding lurus sesuai dengan persentase dengan penjualan kredit pada tahun berjalan. Kerugian piutang
dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut. Hasil perkalian ini merupakan beban kerugian piutang perusahaan pada periode berjalan yang dicatat dengan mendebet rekening beban kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
b. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Saldo Piutang (Pendekatan Neraca)
Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase saldo piutang yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan menimbulkan adanya cadangan kerugian piutang sebagai pengurang dari nilai bruto piutang yang dilaporkan dalam neraca. Dengan adanya cadangan kerugian piutang tak tertagih, maka jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca adalah sebesar nilai netto dari piutang tersebut.
Kelebihan dari metode cadangan ini adalah:
Metode cadangan perhitungannya lebih memuaskan dalam segi penandingan karena metode ini akan menghitung piutang yang tidak tertagih untuk periode yang sama dengan terjadinya penjualan kredit sehingga dapat dilakukan penghitungan terhadap piutang yang diestimasi (diperkirakan) tidak dapat ditagih kembali.
Penggunaan estimasi (taksiran) terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan dalam metode ini akan dapat menentukan persentase jumlah taksiran piutang tak tertagih. Persentase ini diramalkan berdasarkan pengalaman masa lalu, kondisi pasar sekarang, dan analisis atas saldo piutang yang benar.
Sedangkan kelemahan dari metode cadangan ini adalah bila etimasi tidak dilakukan secara cermat, maka akan memberikan gambaran biaya kerugian piutang yang tidak tepat sehingga metode ini akan gagal untuk mempertemukan antara biaya penghapusan dengan jumlah penjualan yang menyebabkan penghapusan tersebut.
Penilaian Umur Piutang
Karakteristik utama yang perlu diperhatikan dari piutang adalah dapat ditentukannya tanggal jatuh tempo dan jumlah uang yang dapat ditagih atas piutang dari para debitur. Jika perusahaan tidak melakukan penilaian terhadap piutang usaha yang telah jatuh tempo, maka penagihan yang dilakukan oleh bagian pemasaran kurang dapat memperhatikan tanggal jatuh trmpo piutang perusahaan tersebut.
Penentuan tanggal jatuh tempo piutang yang dilakukan perusahaan merupakan hal penting dalam rangka pelaksanaan operasional perusahaan dan diperlakukan sebagai dasar untuk melakukan penagihan yang berkesinambungan kepada para debiturnya.
Penentuan tanggal jatuh tempo piutang dapat juga diperlakukan sebagai dasar dalam menentukan besarnya jumlah piutang tak tertagih pada setiap periode akuntansi.
Adapun penentuan umur jatuh tempo yang dilakukan perusahaan bisa ditetapkan mulai dari piutang yang belum jatuh tempo, piutang yang telah jatuh tempo 1-3 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 4-6 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 7-9 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 10-12 bulan hingga piuatng yang telah jatuh tempo lebih dari 12 bulan.
Pengungkapan Piutang
Pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan perubahan modal. Pada neraca, umumnya perincian-perincian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu perkiraan aktiva, perkiraan utang, dan perkiraan modal. Perkiraan harta terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud.
Menurut Baridwan (1993:138) ada dua cara dalam menggunakan piutang usaha yang dapat dikonversi untuk memenuhi kebutuhan uang segera, yaitu: piutang dipakai sebagai jaminan dan menjual piutang (anjak piutang).
1. Piutang Dipakai sebagai Jaminan
Piiutang yang dipakai sebagai jaminan merupakan bentuk dari pengalihan piutang terjadi diakibatkan karena perusahaan membutuhkan dana (Uang tunai) yang cepat pada waktu sekarang padahal piutang dagang yang dimilikinya baru akan jatuh tempo pada waktu yang akan datang atau tidak lebih dari 60 hari, sehingga untuk memenuhi dana tersebut terpaksa perusahaan mengagunkan piutang dagang yang dimilikinya demi memperoleh dana.
Jenis Penjaminan (Assigment) a. General Assigment
Perkiraan jurnal khusus atas piutang yang dijaminkan tidak ada, maka piutang yang dijaminkan tersebut akan dituangkan/dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan yang hanya dicatat hanya terbentuknya surat utang.
b. Spesific Assigment
Dalam pengagunan piutang ini ada hal-hal khusus yang harus disepakati oleh kedua belah pihak baik pemberi pinjaman dan yang meminjam (yang mengagunkan piutang).
2. Menjual Piutang
Pada cara ini, seluruh hak yang melekat pada piutang, pengelolaan, dan administrasi serta seluruh risiko yang kemungkinan timbul dari piutang dagang tersebut dipindah tangankan kepada pembeli. Oleh karena itu, pemberitahuan kepada debitur dibuat agar yang bersangkutan melaksanakan pembayaran langsung kepada pembeli.
Penjualan piutang dagang drmikian, menyangkut tingkat diskonto yang tinggi sehingga pada umumnya perusahaan akan berusaha menghindarkannya.
ANALISA DAN EVALUASI
Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha
Dalam mengelola piutang dagangnya, suatu perusahaan sering mengalami kesulitan dalam menagih piutang-piutangnya dari para debitur sehingga perusahaan melakukan penghapusan langsung terhadap piutang yang diakui tidak dapat ditagih lagi karena para debiturnya mengalami kebangkrutan. Metode penghapusan langsung yang dilakukan perusahaan adalah dengan menghapus piutang para debitur setelah perusahaan mengetahui secara pasti bahwa piutang dari para debiturnya benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Metode penghapusan langsung yang dibuat oleh perusahaan akan mengungkapkan saldo piutang yang terlalu besar di neraca dan hanya menampilkan jumlah bruto dari piutang tersebut. Jika tidak dilakukan cadangan kerugian piutang terhadap piutang tak tertagih, maka biaya kerugian piutang pada periode berjalan akan dibebankan ke periode berikutnya. Akibatnya, biaya kerugian piutang pada periode berjalan dicatat terlalu rendah sedangkan biaya kerugian piutang pada periode berikutnya dicatat terlalu tinggi, tidak mengakui penghapusan piutang yang dilakukan oleh perusahaan tidak mengakui adanya kerugian piutang tak tertagih pada periode berjalan.
Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa metode penghapusan langsung yang dianut suatu perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan bahwa piutang yang diungkapkan di neraca harus diikuti dengan cadangan kerugian piutang yang tidak dapat ditagih lagi.
Analisa Piutang yang Dijaminkan Perusahaan
Dalam rangka mengembangkan usahanya, perusahaan akan melakukan peminjaman dana ke bank untuk modal kerjanya. Misalnya suatu perusahaan menjaminkan jumlah piutang usaha yang dimilikinya sebesar Rp 1000.000.000,- untuk mendapat pinjaman dari bank sebesar Rp 800.000.000,-. Secara manajerial, keputusan perusahaan dalam pengadaan dana modal kerja melalui peminjaman piutang usaha adalah sangat tepat karena aktivitas perusahaan dapat beroperasi secara lebih luas dan dana yang tertanam dalam piutang usaha dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menambah modal kerja perusahaan tersebut.
Namun dalam perlakuan akuntansi, banyak perusahaan yang tidak membuat catatan di neraca bahwa perusahaan telah menjaminkan piutang usahanya sebesar Rp 1000.000.000,- untuk memperoleh pinjaman modal kerja sebesar Rp 800.000.000,- dari bank. Dengan tidak dibuatnya pengungkapan atas catatatan di neraca atas piutang usaha yang dijaminkan perusahaan, maka neraca yang disajikan perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Hal ini akan memberi informasi yang menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan perusahaan karena para pengguna laporan keuangan beranggapan bahwa pos piutang yang diungkapkan di neraca merupakan aktiva secara penuh yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Akuntansi piutang mempunyai hubungan yang erat dalam pengendalian piutang khususnya dalam menagih piutang tersebut dari para debitur dan juga risiko yang dihadapi apabila piutang tersebut tidak dapat ditagih lagi
Dalam melakukan penghapusan piutang yang tak tertagih, perusahaan yang menggunakan metode penghapusan langsung mengakibatkan perusahaan tidak dapat memperhitungkan cadangan kerugian piutang yang seharusnya dibebankan sebagai biaya pada periode berjalan. Metode penghapusan langsung yang dilakukan perusahaan mengakibatkan pengungkapan piutang dalam neraca adalah sebesar jumlah bruto piutang tersebut. Pengungkapan piutang di neraca atas penghapusan langsung terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan karena tidak mengungkapkan jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapat diterima.
Saran
Dengan adanya kesimpulan di atas, setelah melakukan analisis dan evaluasi, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan hendaknya diadakan perbaikan- perbaikan yang membutuhkan pertimbangan untuk melaksanakannya. Untuk itu, penulis mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam mengatasi masalah penanganan piutang perusahaan. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengungkapan piutang di neraca dicatat sebesar nilai netto piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih yaitu dengan mengurangkan jumlah bruto piutang pada cadangan kerugian piutang tak tertagih tersebut.
2. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode cadangan dalam menghapus piutang yang diakui tidak dapat ditagih kembali yaitu dengan memperkirakan cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan sebagai biaya pada periode tahun yang bersangkutan sehingga pengungkapan piutang di neraca dapat dipertanggungjawabkan dalam segi kewajaran laporan keuangan.
3. Sebaiknya daftar umur piutang yang dibuat perusahaan lebih memprioritaskan penagihan terhadap piutang yang telah jatuh tempo dan mengadakan cadangan kerugian piutang terhadap piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dengan membuat persentase kerugian piutang terhadap piutang yang belum jatuh tempo hingga piutang yang telah jatuh tempo.
4. Piutang yang dijaminkan perusahaan untuk memperoleh kredit modal kerja harus diungkapkan dalam neraca dengan membuat catatan pendukung laporan keuangan atas piutang yang dijaminkan oleh perusahaan tersebut.
5. Pengungkapan piutang di neraca yang memperkirakan adanya cadangan kerugian piutang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan piutang yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah bruto piutang dikurang cadangan kerugian piutang.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riahi, 1993. Accounting Theory, Second Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Herman Wibowo, Jilid Satu, Edisi Kedua: Erlangga, Jakarta.
Simangunsong, A.O., 1995. Akuntansi Keuangan Intermediate, Tingkat Dasar Dua, Cetakan Pertama: Dharma Karsa Utama, Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, 1995. Standar Akuntansi Keuangan. Buku Satu:
Salemba Empat, Jakarta.
Baridwan, Zaki, 1993. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Cetaka Kedua:
BPFE, Yogyakarta.
Jusup, Al. Haryono, 1994. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Satu, Edisi Keempat, Cetakan Kedua: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Thomson Learning Asia, Buku Satu, Edisi Ketujuh, Cetakan Kelima: Salemba Empat, Jakarata.
Hendriksen, Eldon S., 1991. Accounting Theory, Fourth Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Wim Liyono, Jilid Satu, Cetakan Kelima: Erlangga, Jakarta.
Skousen, K. Fred, et.al., 2001. Accounting: Concept and Application, Seventh Edition, Akuntansi Keuangan: Konsep dan Aplikasi, Alih Bahasa: