• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANG KECAMATAN KINDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANG KECAMATAN KINDANG "

Copied!
83
0
0

Teks penuh

Penulis memahami bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang penuh keikhlasan telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk atau nasihat serta arahan hingga selesainya skripsi ini. Teman-teman saya yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

Latar Belakang

Hutan lindung pada umumnya adalah kawasan hutan karena sifat alaminya dimaksudkan untuk mengatur pengelolaan air, mencegah bencana banjir dan erosi, serta menjaga kesuburan tanah. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang fungsi utamanya melindungi sistem penyangga kehidupan untuk mengatur pengelolaan air. Pola agroforestri pada hutan lindung di Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba menjadi bahan penelitian kami karena ingin mengetahui lebih jauh mengenai pola agroforestri di kawasan tersebut.

Penelitian pola agroforestri pada hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba sangat diperlukan untuk mempelajari pola agroforestri yang ada di kawasan tersebut.

Rumusan Masalah

Banyak hutan lindung di Bulukumba yang mendapat perhatian khusus dari masyarakat dengan dukungan pemerintah. Agroforestri merupakan hal yang tepat untuk dilakukan pada kawasan hutan, sehingga pemanfaatan kawasan hutan dengan menerapkan sistem agroforestri dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga kelestariannya. Masyarakat bersedia mengelola kawasan lindung berbasis agroforestri karena masyarakat telah mengetahui manfaat agroforestri yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat tanpa merusak fungsi kawasan hutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertanian agroforestri pada hutan lindung di Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba.

Manfaat Penelitian

Pengertian Agroforestry

Nair (1989) menyatakan bahwa agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dan teknologi di mana tanaman keras berkayu (pohon, semak, spesies palem, bambu, dan lain-lain) ditanam bersama dengan tanaman pertanian atau hewan untuk tujuan tertentu dalam bentuk tanaman. pengaturan atau urutan waktu tertentu dan di dalamnya terdapat interaksi ekologis dan ekonomi antara masing-masing perekonomian. Hudges (2000) dan Kopelman dkk. (1996) mendefinisikan agroforestri sebagai suatu bentuk penanaman dan pengelolaan pepohonan secara sengaja bersama dengan tanaman pertanian dan pakan ternak dalam sistem yang bertujuan untuk berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. King dan Chandler, (1978) dalam Andayana, (2005) mendefinisikan agroforestri sebagai suatu sistem pengelolaan lahan berkelanjutan untuk meningkatkan hasil dengan menggabungkan produksi tanaman pangan (termasuk pepohonan) dengan tanaman hutan atau peternakan.

8 Dilakukan pada suatu satuan lahan dengan cara menggabungkan tanaman berkayu, tanaman pertanian atau hewan yang dilakukan secara bersamaan atau bergantian, sehingga terbentuk interaksi ekologis antar komponen yang ada.

Pola Agroforestry

Tanaman tahunan (tahap I): Merupakan tanaman rotasi pendek yang ditanam di antara tanaman utama dengan jarak minimal 30 cm dari batang tanaman utama. Tanaman tahunan (Tahap II): Pilih tanaman rotasi pendek yang dapat ditanam dengan atau tanpa naungan. Ditanam setelah panen tanaman tahunan (Kacang Tanah) tahap pertama sampai tanaman utama berumur dua tahun, jenis tanaman pilihan adalah jahe gajah.

Sistem Agroforestry

Jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, dengan bias bernilai ekonomi tinggi, seperti kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), sukun, dan melon. Jenis tanaman tahunan biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, singkong, sayur-sayuran dan rumput-rumputan atau jenis tanaman lainnya. Sistem agroforestri yang kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang mencakup banyak spesies tanaman pohon, baik yang ditanam secara sengaja maupun yang tumbuh secara alami di lahan dan dikelola oleh petani menurut pola tanam dan ekosistem mirip hutan.

Dalam sistem ini, terdapat sejumlah besar berbagai jenis semak, tanaman merambat (liana), tanaman semusim, dan rerumputan.

Peranan Agroforestry

Ciri utama dari agroforestri kompleks adalah penampakan fisik dan dinamikanya yang mirip dengan ekosistem hutan alam, baik hutan primer maupun sekunder, oleh karena itu sistem ini juga dapat disebut dengan sistem agroforestri. Hal ini dilakukan melalui bisnis Agroforestri, yaitu sistem pertanian berbasis pohon yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kelestarian alam. Selain memberikan pendapatan bagi petani, agroforestri juga memanfaatkan sumber daya alam yang berbeda dengan hutan, sehingga sering dianggap mampu melestarikan keanekaragaman hayati.

Pengertian Hutan Lindung

11 Hidrologi menyangkut pengelolaan air dan aliran air pada suatu daerah, misalnya hujan, penguapan, sungai, penyimpanan air tanah. 12 Hutan lindung adalah kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi agar fungsi ekologisnya, khususnya dalam pengelolaan air dan kesuburan tanah, tetap berfungsi dan dapat dinikmati manfaatnya bagi masyarakat di sekitarnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok melindungi sistem vital untuk mengatur pengelolaan air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan menjaga kesuburan tanah.

Hutan lindung adalah kawasan hutan kerana sifat semula jadinya bertujuan untuk mengawal pengurusan air, mencegah banjir dan bencana hakisan, dan memelihara kesuburan tanah. Pemahaman dan definisi hutan lindung selaras dengan Akta no. pencerobohan air laut.

Kerangka Pikir

14 Pola Agroforestri merupakan alternatif terhadap perladangan berpindah, sebagai pendekatan sistematis untuk mengintegrasikan kembali unsur-unsur dasarnya ke dalam bentuk penggunaan lahan yang produktif dan berkelanjutan.

Waktu dan Tempat

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan

Analisis Data

Legenda dan Sejarah Pembangunan Desa

Wilayah Kerajaan Kindang sampai masa pemerintahan Raja III (Karaeng Alomoa) adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Anyorang (sekarang di Desa Sapo Bonto Kecamatan Bulukumpa), sebelah Timur berbatasan dengan Batuan Desa Bonto Lohe Kecamatan . Warewa) terjadi antara Karaeng Tanete dan Karaeng Kindang yang terkenal dengan perang bebas (Karaeng Tanete dan Karaeng Kindang adalah sepupu One Kali) namun karena kesalahpahaman mengenai persawahan menjadi dilema sekarang hulo Desa Sapo Bonto dan akibat dari hal tersebut perang pasukan Karaeng Kindang dipukul mundur hingga dibuat kampaga. Benteng pertahanan (Benteng Campaga) sekarang menjadi Desa Tamaona setelah ribuan korban menderita (makam di Galung Lohe Desa Tamaona), kemudian perang mulai mereda sehingga pasukan berpencar ke Passimungan. Desa Anrihua sekarang (Passimungan = Tersebar ) Karaeng Kindang berlindung di Cobbu (Cobbu = Bersembunyi) dan akhirnya menetap ke arah barat di Gunung Senggang (Senggang = Sangga = Perbatasan) dan tinggal di Na'na (Na'na = mendengar beritanya ) setelah beberapa lama menyeberang ke Batu Massoong (sekarang Desa Pattaneteang Kab. 20 belum ada bibit yang akan ditanam, akhirnya Karaeng Kindang meminta bibit, makanya Karaeng Bantaeng berkata "Sudahlah bibitnya untuk dimakan, akan saya siapkan" akhirnya Karaeng Kindang 7 ekor kuda ke Bantaeng dibawa untuk mengangkut gabah , setelah panen Karaeng Bantaeng datang mengukur sawah agar pajak bumu masuk di kabupaten tersebut.

29 Tahun 1959 tentang penggabungan daerah Tingkat II dari Kindang menjadi Desa Kindang yang berada di bawah kekuasaan pemerintahan DI/TIII atau KDTI. 1966-1982 Setelah Desa Kindang menjadi final, yang terpilih menjadi Kepala Desa Kindang dan Kepala Desa Kindang yang pertama adalah A. Pada masa pemerintahannya, Desa Kindang terpilih sebagai juara pertama Lomba Kelompok Tani “KTP Lestari” di Tingkat Provinsi di Sulawesi Selatan.

Tabel 1. Tahun dan Peristiwa Terbentukya Desa Kindang
Tabel 1. Tahun dan Peristiwa Terbentukya Desa Kindang

Letak dan Luas

Desa Kindang merupakan bagian besar dari beberapa desa yang ada di Kabupaten Bulukumba, dan Desa Kindang mempunyai iklim tropis yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan ke 7 hingga ke 9, dan di antaranya adalah musim kemarau yaitu bulan ke 10 hingga ke 6.

Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa

Keadaan Sosisial Ekonomi Penduduk

Berdasarkan tabel 3 di atas, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.169 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.355 jiwa, sehingga jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 4.524 jiwa. Berdasarkan Tabel 3 di atas, perbandingan jumlah keluarga prasejahtera di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba adalah sebanyak 564 keluarga prasejahtera dan 371 keluarga sejahtera, sehingga total jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera sebanyak 935 keluarga.

Hasil

  • Komposisi Jenis Tumbuhan
  • Kompoisi Jenis Tumbuhan
  • Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
  • Struktur Jenis-Jenis Penting
  • Struktur Vegetasi

Struktur populasi spesies penting ditampilkan dalam bentuk histogram berdasarkan laju pertumbuhan pola agroforestri di bawah ini. Histogram struktur populasi spesies utama berdasarkan tingkat pertumbuhan pola agroforestri di Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan analisis Indeks Nilai Penting (INP) yang diperoleh dari penjumlahan Dominasi Relatif (DR), Frekuensi Relatif (FR) dan Kepadatan Relatif (KR) dapat dijelaskan jenis mana yang mendominasi setiap plot pada pola agroforestri. dibandingkan.

Berdasarkan jenis yang terdapat pada pola budidaya agroforestri-pertanian pada tingkat pohon ditemukan 18 jenis yang didominasi oleh Suren dengan INP 53,07. Pada tingkat semai ditemukan 13 spesies yang didominasi oleh kopi dengan INP 76,59. Sedangkan pada tingkat semai (semak belukar), jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 19 jenis, yang juga didominasi oleh kopi dengan INP. dari 47,65. INP yang tinggi menunjukkan seberapa besar suatu jenis beradaptasi dan berkompetisi dalam memanfaatkan sumber daya lingkungan disekitarnya.Tabel 5 juga menunjukkan INP jenis yang paling rendah, karena pada tingkat pohon, jenis pette' hanya mempunyai INP sebesar 5,62; di tingkat kutub tipe pette' masih paling rendah, hanya INP sebesar 9,69; Pada tingkat pancang terdapat 7 jenis yang mempunyai INP rendah sebesar 3,52 yaitu: Ka'ne, Kemiri, Durian Borong, Lamtoro, Ambas, Jeruk; sedangkan pada tingkat semai (bagian bawah bodi) INP terendah dimiliki oleh jenis Kemiri sebesar 1,95.

32 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa komposisi jenis tumbuhan yang ditemukan dominan di seluruh petak pengamatan mulai dari tingkat pohon hingga anakan pada umumnya merupakan jenis yang mempunyai nilai ekonomi, yaitu tanaman yang ditanam oleh warga yang diharapkan dapat memberikan tambahan manfaat ekonomi bagi masyarakat. keluarga mereka dan mungkin memiliki nilai ekologis bagi lingkungan. Berdasarkan Tabel 5 terlihat ada 5 jenis yang tersebar merata yaitu langsat, Souren, Dili, Mangga dan Rambutan. Berdasarkan Tabel 6 juga ditampilkan nilai rata-rata indeks jenis tanaman yang terdapat pada pola agroforestri-pertanian-bangunan.

Jenis dengan lapisan tertinggi adalah jenis ka'na, sengon dan mahoni yang mempunyai tinggi 13 meter, lapisan tengah adalah jenis bayam jawa dengan tinggi 9 meter, sedangkan lapisan terbawah adalah langsat dan pette'. jenis. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa pola agroforestri yang ada memberikan dampak yang sangat baik terhadap lingkungan dan keanekaragaman itu sendiri.

Tabel 6. Indeks Keanekaragaman Shannon Winner Pada Setiap Tingkat  Pertumbuhan di Lokasi Penelitian
Tabel 6. Indeks Keanekaragaman Shannon Winner Pada Setiap Tingkat Pertumbuhan di Lokasi Penelitian

Kesimpulan

Pengelolaan yang bersifat insentif diperlukan agar spesies yang ada di Kawasan Hutan Lindung Desa Kindang dapat tetap terjaga demi kelestarian lingkungan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan terhadap keanekaragaman jenis di Kawasan Hutan Lindung Desa Kindang.

Tabel 7. Tali Sheet Pengamatan Pada Plot 1
Tabel 7. Tali Sheet Pengamatan Pada Plot 1

Gambar

Tabel 1. Tahun dan Peristiwa Terbentukya Desa Kindang
Tabel 2. Nama Dusun dan Jumlah RT di Desa Kindang  Nama Dusun  Jumlah RT
Tabel 6. Indeks Keanekaragaman Shannon Winner Pada Setiap Tingkat  Pertumbuhan di Lokasi Penelitian
Gambar 2. Histogram Struktur Populasi Jenis-Jenis Penting Berdasarkan Tingkat  Pertumbuhan  Pada  Pola  Agroforestry  di  Desa  Kindang  Kecamatan  Kindang Kabupaten Bulukumba
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Perilaku Konsumsi Remaja Terhadap Keputusan Pembelian Kopi Janji Jiwa Studi Kasus Pada