POLA KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QURAN (TPQ) ROUDLOTUL QUR’AN
SEDAH JENANGAN PONOROGO
SKRIPSI
Oleh :
Husnaya Amalina Ayyahin 302180089
Pembimbing:
Andhita Risko Faristiana, M. A.
NIP. 199008162019032021
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2022
ii ABSTRAK
Ayyahin, Husnaya Amalina. 2022. Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) Roudlotul Qur’an Sedah Jenangan Ponorogo. Pembimbing Andhita Risko Faristiana, M. A.
Kata kunci: Pola Komunikasi, Guru, Belajar Mengajar
Pola komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi, dimana proses komunikasi ini merupakan Serangkaian dari aktivitas yang menyampaikan pesan hingga diperolehnya timbal balik. Proses komunikasi akan menimbulkan pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi antara guru dengan anak didiknya. Melalui pola komunikasi yang baik, dapat memberikan respon yang sangat positif bagi perkembangan anak didik dan proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suatu komunikasi yang efektif bagi komunikator dan komunikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya. (2) Untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya. Metode pneelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan prosedur pengumpulan data observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data yang digunnakan dalam penelitian ini yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil yang diperoleh dari penelitiab ini adalah 1. Bentuk komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya yakni komunikasi kelompok. Namun terdapat beberapa guru yang sesekali menggunakan komunikasi interpersonal untuk menjalin kedekatan dengan siswa, mempermudah memahami karakteristik siswa, dan untuk merubah tingkah laku yang kurang baik. 2. Pola komunikasi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotl Qur’an Sedah Jenangan Ponorogo ini yakni pola komunikasi satu arah, pola komunikasi dua arah dan pola komunikasi multi arah. Namun dari ke tiga pola komunikasi tersebut, pola komunikasi satu arah lebih mendominasi. Hal tersebut disebabkan oleh masih adanya guru yang monoton dan tidak berinovasi sehingga siswa merasa bosan dan tidak melakukan umpan balik pada saat guru melakukan komunikasi.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi atas nama saudari:
Nama : Husnaya Amalina Ayyahin
NIM : 302180089
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) Roudlotul Qur’an Sedah Jenangan Ponorogo
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.
Ponorogo, 4 November 2022 Mengetahui,
Ketua Jurusan
Kayyis Fithri Ajhuri, M.A NIP. 198306072015031004
Menyetujui, Pembimbing
Andhita Risko Faristiana, M. A.
NIP. 199008162019032021
iv
PENGESAHAN
v
PERSETUJUAN PUBLIKASI
vi
KEASLIAN TULISAN
vii DAFTAR ISI
COVER ... ii
ABSTRAK ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
KEASLIAN TULISAN ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Telaah Pustaka ... 8
F. Metode Penelitian ... 10
G. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II: POLA KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN A. Pola Komunikasi ... 24
1. Pengertian Pola ... 24
2. Pengertian Komunikasi ... 25
3. Pengertian Pola Komunikasi ... 27
B. Bentuk Komunikasi ... 31
C. Guru ... 34
1. Pengertian Guru ... 34
2. Tugas Guru ... 35
D. Taman Pendidikan Al Qur’an ... 37
E. Belajar Pembelajaran ... 41
1. Belajar ... 41
2. Pembelajaran ... 43
3. Proses Belajar Mengajar ... 44
viii BAB III: PAPARAN DATA
A. Profil Lembaga (Identitas Lembaga) ... 45
B. Sejarah TPQ Roudllotul Qur’an ... 46
C. Visi, Misi dan Tujuan TPQ Roudlotul Qur’an ... 47
D. Struktur Organisasi TPQ Roudlotul Qur’an ... 48
E. Jumlah Ustadzah dan Santri TPQ Roudlotul Qur’an ... 51
F. Sarana Prasarana ... 57
G. Waktu Pembelajaran TPQ Roudlotul Qur’an ... 57
H. Materi Pembelajaran TPQ Roudlotul Qur’an ... 60
I. Teknik Evaluasi TPQ Roudlotul Qur’an ... 61
J. Keadaan wilayah Desa Sedah ... 61
BAB IV: PEMBAHASAN A. Analisis Bentuk Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Di TPQ Roudlotul Qur’an Dengan Anak Didiknya ... 70
1. Komunikasi Kelompok ... 79
2. Komunikasi Interpersonal ... 81
B. Analisis Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Di TPQ Roudlotul Qur’an Dengan Anak Didiknya ... 85
1. Pola Komunikasi Satu Arah ... 85
2. Pola Komunikasi dua Arah ... 90
3. Pola Komunikasi Multiarah ... 92
BAB V: PENUTUP A.Kesimpulan ... 95
ix
B.Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 102
LAMPIRAN ... 103
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dengan manusia lain dan keduanya saling membutuhkan. Hubungan diantara keduanya akan tercipta melalui komunikasi. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia menjadikan komunikasi sebagai kebutuhan hidupnya, bagaimana tidak, tanpa melakukan komunikasi dengan manusia lain seseorang tidak akan bisa menjalani aktifitasnya atau kehidupanya dengan baik dan normal. Selain itu tanpa berkomunikasi manusia tidak akan mungkin bisa menjalankan fungsinya untuk membawakan amanah Allah di muka bumi (khalifah).
Komunikasi merupakan hubungan kontak secara langsung ataupun tidak langsung antar manusia, baik secara individu ataupun kelompok.
Dalam kehidupan sehari-hari entah disadari ataupun tidak, komunikasi merupakan satu bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.1 Salah satu fungsi dilakukannya komunikasi yang paling umum yaitu memberi pesan atau informasi kepada orang lain.
1 Anto Susanto, “Pola Komunikasi Guru Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Al-Fajar Kasui Way Kanan” (Lampung, UIN Raden Intan Lampung, 2018), 8.
Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 13 manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan berbeda-beda oleh Allah agar saling mengenal satu sama lain. Didalam proses inilah kita melakukan dan tidak dapat menghindari komunikasi, dan tentunya komunikasi ini terjadi di seluruh aspek kehidupan kita, dimulai dari keluarga hingga masyarakat.2
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan merupakan komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen manusia yakni pengajar sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan.3 Faktor komunikasi sangat mempengaruhi dalam perkembangan proses belajar mengajar. Dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif maka timbul lah hal yang positif. Komunikasi yang terjalin baik antara guru dengan anak didiknya akan menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Semua pekataan dan tingkah laku seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.4
Dalam pola komunikasi pembelajaran, terkadang guru atau yang biasa disebut dengan komunikator tidak dapat menyampaikan pesannya dengan baik karena anak didiknya atau komunikannya tidak dapat memahami atau bahkan sulit memahami pesan-pesan yang disampaikan
2 Ibnu Mubaroq, “Pola Komuikasi di Pondok Pesantren Gintungan” (Salatiga, IAIN Salatiga, 2020), 1.
3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), 101.
4 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 33.
gurunya. Sulitnya anak didik dalam memahami pesan pesan yang disampaikan gurunya disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi dalam komunikasi, dan salah satunya adalah konteks situasional. Hal tersebut dapat diselesaikan jika seorang komunikator peka terhadap reaksi komunikan yang di ekspresikan melalui bahasa tubuhnya.5 Keberhasilan pendidikan ada hubunganya dengan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran.6 Pembelajaran merupakan perilaku inti dalam proses pendidikan yang memungkinkan anak didik dan pendidik berinteraksi.
Interaksi belajar mengajar sangat ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya adalah tujuan pendidikan, pendidikan, anak didik, alat dan fasilitas pendidikan, metode mengajar, materi pelajaran, dan lingkungan.
Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 menjelaskan pengertian guru sebagai berikut “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengajarkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kemudian, pada pasal 2 ayat 1 dijelaskan, guru memiliki kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan anak usia dini pada jalur pendidikan yang diangkat sesuai dengan perundang-undangan.7
5 Ibnu Mubaroq, “Pola Komuikasi di Pondok Pesantren Gintungan,” 11.
6 Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan (Malang: PT. Renika Cipta, 1990), 6.
7 UU. NO. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 2.
Untuk menjalankan tugas dan kewajiban yang telah dijelaskan dalam undang-undang komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi guru dalam proses pembelajaran yang dilakukanya. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan pesan atau materinya sangat tergantug pada kelancaran komunikasi guru dengan anak didiknya. Karena persoalan pokok dalam komunikasi hakikatnya adalah pesan, baik itu pesan verbal maupun nonverbal.
Pola komunikasi sangat identik dengan proses komunikasi karena pola komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi. Serangkaian dari aktivitas yang menyampaikan pesan hingga diperolehnya timbal balik disebut dengan proses komunikasi. Proses komunikasi akan menimbulkan pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi antara guru dengan anak didiknya sepeti komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi multi arah. Melalui pola komunikasi yang baik, dapat memberikan respon yang sangat positif bagi perkembangan anak didik dan proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suatu komunikasi yang efektif bagi komunikator dan komunikan. Dengan demikian, diperlukan konsep pola komunikasi antar guru dan anak didik agar menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.
Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) Roudlotul Qur’an merupakan satu di antara Taman Pendidikan Al Qur’an yang ada di lingkungan desa Sedah kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo. TPQ ini memilliki 11
guru dan 83 siswa aktif yang terbagi dalam 8 kelompok belajar.8 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi terkait dengan pola komunikasi guru dan murid, masih ada beberapa murid yang tidak memahami bahkan mendengarkan disaat guru sedang menjelaskan materi. Hal ini disebabkan karena kurang adanya umpan balik (interaksi) antara guru dan murid, dimana masih ada beberapa guru yang masih saja monoton pada saat penyampaian materi sehingga tidak ada timbal balik antara guru dan muridnya. Beberapa murid yang bermasalah mengakui bahwa mereka kurang tertarik dengan cara penyampaian gurunya yang dianggap monoton pada materi dan jarang melakukan interaksi ataupun umpan balik kepada muridnya.
Dengan ini peneliti tertarik untuk mengetahui pola komunikasi dan apa saja bentuk-bentuk pola komunikasi yang digunakan oleh guru di TPQ ini. Karena, pola komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar akan menentukan bagaimana kegiatan belajar mengajar itu berjalan. Dengan menggunakan pola komunikasi yang baik, maka sebuah lembaga atau instansi akan memiliki kekuatan, baik secara keanggotaan ataupun jaringan di luar lembaga atau instansi tersebut. Kurangnya atau tidak adanya komunikasi dalam sebuah organisasi maka dalam proses pengolahannya dan perjalanannya, organisasi tersebut akan macet dan berantakan.9
8 Chusnun Niamah, Wawancara Kepala TPQ Roudlotul qur’an, 16 Agustus 2022.
9 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 1.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui secara mendetail bagaimana pola komunikasi dan bentuk-bentuk pola komunikasi yang digunakan guru di TPQ Roudlotul Qur’an agar terjadi keselarasan keefektifan pembelajaran, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dibahas dalam sekripsi yang berjudul “POLA KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN (TPQ) ROUDLOTUL QUR’AN SEDAH JENANGAN PONOROGO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan-permasalahan yang digunakan sebagai pijakan penyusunan skripsi ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya?
2. Bagaimana pola komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya.
2. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an dengan anak didiknya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan harapan agar dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan suatu ilmu. Manfaat penelitian dari adanya penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu menambah variasi bahan kajian tentang pola komunikasi guru digunakan sebagai cara untuk melakukan penelitian, memberi kontribusi bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa dijadikan sumber informasi dan referensi yang berkenaan dengan pola komunikasi guru, serta dapat juga menjadi sumber informasi untuk memperluas pengetahuan untuk melakukan penelitian.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu bagi guru TPQ untuk mendapatkan pengetahuan tentang cara menyelesaikan sebuah permasalahan yang terjadi di TPQ dengan mengetahui dan menerapkan pola-pola komunikasi yang sesuai. Bagi murid, setelah dilakukannya penelitian inidiharapkan murid bisa mendapatkan dampak positif yakni meningkatnya komunikasi dengan guru. Bagi lembaga pendidikan, setelah selesainya penelitian ini diharapkan dapat menciptakan
hubungan yang lebih baik lagi antara guru dan murid di dalam ataupun di luar proses belajar mengajar.
E. Telah Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti juga meninjau hasil dari beberapa skripsi lainnya yang berkaitan dengan judul yang akan penulis teliti.
Dalam mencari referensi untuk membuat skripsi, adapun penelitian yang berhubungan dengan judul skripsi peneliti yaitu:
Pertama, skripsi Tri Wibowo mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014, dengan judul “Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Moderen Alfasanah Cisauk-Tangerang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola komunikasi pengasuh terhadap santri di yayasan pendidikan Islam pondok pesantren modern Alfasanah Cisauk Tangerang.
Persamaan penelitian ini yakni pada teori bentuk-bentuk pola komunikasi sama-sama menggunakan teori dari Joseph A Davito. Perbedaanya terletak pada teori macam-macam pola komunikasi yang digunakan, peneliti sebelumnya menggunakan teori dari Onong Uchjana Effendi, dan peneliti akan menggunakan teori dari Joseph A Davito.10
10 Tri Wibowo, “Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren” (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014).
Kedua, Skripsi Nadia Hikmaturramadan mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-qur’an Jakarta tahun 2021, dengan judul “Pola Komunikasi Guru Mengaji Dalam Pembinaan Membaca Al Qur’an Pada Anak Usia Dini Yayasan Sahabat Qur’an Depok” tujuan penelitian ini yaitu 1) untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan guru mengaji dalam pembinaan membaca al qur’an pada anak usia dini di yayasan sahabat Qur’an. 2) Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru mengaji dalam pembinaan membaca Al Qur’an pada anak usia dini di yayasan sahabat Qur’an. Skripsi ini berfokus pada pola komunikasi yang digunakan guru dalam pembinaan membaca Al Qur’an dan komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru daalam pembinaan membaca Al Qur’an anak usia dini. Persamaan pada penelitian sebelumnya yaitu sama sama membahas pola komunikasi guru al qur’an, sama-sama menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasisedangkan Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, dimana peneliti sebelumnya berfokus pada pola komunikasi di Yayasan Sahabat Qur’an Depok dan peneliti berfokus pada pola komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an.11
11 Nadia Hikmaturramadhan, “Pola Komunikasi Guru Mengaji Dalam Pembinaan Membaca Al Qur’an Pada Anak Usia Dini Yayasan Sahabat Qur’an Depok” (Depok, Institut Ilmu Al-qur’an, 2021).
Ketiga, Skripsi Ibnu Mubaroq mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2020, dengan judul
“Pola Komunikasi Di Pondok Pesantren Gintungan Dalam Meningkatkan Program Tahfidz Alqur’an” tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola komunikasi di pondok pesantren Gintungan dalam meningkatkan program tahfidzul Qur’an. persamaan pada penelitin sebelumnya yakni sama-sama membahas tentang pola komunikasi organisasi, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif berdasarkan teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, dimana peneliti sebelumnya berfokus pada pola komunikasi di pondok pesantren Gintungan dalam meningkatkan program tahfidzul Qur’an dan peneliti berfokus pada pola komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an.12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif yakni penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang bersifat verbal, kalimat, dan tidak berupa angka-angka. Jenis penelitian ini yakni riset lapangan (field research) yang berarti peneliti melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh data dan
12 Ibnu Mubaroq, “Pola Komuikasi di Pondok Pesantren Gintungan.”
informasi secara langsung dengan mendatangi lokasi yang diambil oleh peneliti yaitu TPQ Roudlotul Qur’an.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian yakni tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di TPQ Roudlotul Qur’an Sedah Jenangan Ponorogo, dan tempat lain yang digunakan untuk menggali informasi sesuai keberadaan narasumber.
3. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data kualitatif. Dimana data-data yang ada berupa kata, kalimat, paragraf yang memiliki makna dan juga berkaitan dengan penelitian. Data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.13 Bentuk dari jenis data ini berupa gambaran umum obyek penelitian yang meliputi sejarah singkat berdirinya, letak geografis obyek, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan murid, dan evektivitas kegiatan belajar mengajar.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata- kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
13 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), 2.
dokumen dan lain sebagainya.14 Makna dari sumber data ini merupakan subjek darimana data ini diperoleh.15 Pada bagian ini jenis data dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.
Data pada penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli.16 Dalam penelitian ini, data primer dikumpulkan dari hasil wawancara dengan guru TPQ Roudlotul Qur’an dan murid TPQ Roudlotul Qur’an.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).17 Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari struktur lembaga.
14 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 157.
15 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172.
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2015), 225.
17 Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik (Bandung:
Tarsito, 1990), 134.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti menentukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti, diantara teknik- teknik yang akan peneliti gunakan dalam pengumpulan data kali ini yakni:
a) Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis atas fenomena-fenomena yang terjadi yang akan diteliti. Observasi bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.18 Dengan teknik ini peneliti akan mengamati aktivitas- aktivitas sehari-hari dari obyek penelitian, karakteristik fisik, situasi sosial, dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.
Dalam penelitian ini, observasi awal yang dilakukan peneliti pada 15 Agustus 2022 di TPQ Roudlotul Qur’an dengan melakukan pengamatan tentang segala sesuatu yang mendukung permasalahan penelitian, seperti halnya lokasi penelitian, proses dari segala aktivitas kegiatan yang dilakukan, dan hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan serta hal-hal lain yang memang itu masih berkaitan dengan data-data tentang pola komunikasi yang ada di TPQ Roudlotul Qur’an Sedah Jenangan Ponorogo.
b) Wawancara
18 Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch (Jilid 2), (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 151.
Wawancara merupakan sebuah percakapan yang memiliki maksud tertentu oleh dua belah pihak atau lebih, yaitu pewawancara sebagai peninjau atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai seorang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan tersebut.19 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang ingin diteliti yaitu yang berhubungan dengan pola komunikasi guru TPQ Roudlotul Qur’an.
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti akan menggali informasi kepada beberapa narasumber. Diantaranya:
1) Chusnun Ni’amah selaku kepala TPQ roudlotul Qur’an untuk menggali informasi mengenai keadaan TPQ dan data-data terkait TPQ.
2) Siti Nur Kholifah selaku guru TPQ Roudlotul Qur’an untuk menggali informasi terkait pola komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
3) Athik Ashfihani selaku guru TPQ Roudlotul Qur’an untuk menggali informasi terkait pola komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
4) Agam selaku murid untuk menggali informasi terkait pola komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
19 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Renika Cipta, 2008), 127.
5) Zafran selaku murid untuk menggali informasi terkait pola komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
6) Chusna selaku murid untuk menggali informasi terkait pola komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.20 Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk menggali data mengenai struktur organisasi, keadaan guru dan murid, serta melihat bagaimana pola komunikas yang dilakukan di TPQ Roudlotul Qur’an dalam setiap kegiatannya.
5. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, peneliti melakukan beberapa tahap untuk mendapatkan sebuah data sehingga nantinya baru bisa diolah, tahaban tersebut diantaranya yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra lapangan ini peneliti harus menyusun sebuah rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, membuat instrumen penelitian, dan membuat surat izin untuk melakukan penelitian. Dimana surat izin ini diperlukan karena agar saat melakukan penelitian, peneliti bisa mendapatkan informasi dan
20 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 326.
sumberdata yang diperlukan dengan tenang dan detail tanpa ada pra duga yang tidak baik dari pihak lembaga atau organisasi yang ingin diteliti, serta menyiapkan hal-hal lain yang dibutuhkan didalam kegiatan penelitian.
b. Tahap Turlap (Turun Lapangan)
Pada tahap terjun lapangan ini peneliti membanginya atas tiga bagian yaitu memahami latas penelitian dan mempersiapkan diri, memasuki lapangan, dan berperan sambil mengumpulkan data.21 Dengan demikian peneliti mempersiapkan diri baiksecara fisik maupun mental dan juga memeprhatikan etika serta menempatkan diri ketika berada dilapangan untuk menggali informasi atau data. Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam tahapan ini terlebih dahulu melakukan komunikasi dan koordinasi kepada kepala TPQ Roudlotul Qur’an untuk meminta izin, lalu selanjutnya melakukan observasi untuk mencari data yang diperlukan pada TPQ Roudlotul Qur’an Sedah Jenangan Ponorogo.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data ini meliputi analisis data baik yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti, selanjutnya melakukan pengecekan
21 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, 289.
keabsahan data dengan cara mengecek dari sumber data yang telah diperoleh.
d. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap penulisan laporan ini peneliti menyusun data dan kemudian menyesuaikan data yang telah diperoleh dalam bentuk skripsi.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode analisis yang diperoleh dari tempat penelitian dengan pendekatan analisis kualitatif, yakni analisis data ini dalam penelitian kualitatif, dilakukan saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai dalam pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang telah diwawancarai. Bila jawaban yang telah di wawancarai setelah diananlisis terasa belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyan lagi sampai pada tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Milles and Huberman seperti yang sudah dikutip oleh Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaksi dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.22 Dalam penelitian ini peneliti mencari uraian yang menceluruh dan cermat tentang pola
22 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), 337.
komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di TPQ Roudlotul Qur’an. Karena strukturnya menggunakan penelitian kualitatif, dimana data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka harus dilakukan pengelompokan data. Analisis data dalam penelitian dilakukan berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman bahwa ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis, yakni:
1) Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal yang penting. Reduksi data bukan sekedar hanya membuang data yang tidak diperlukan, melainkan upaya yang dilakukan peneliti selama analisis dilakukan dan merupakan langkah yang tak terpisahkan dari analisis data yang dilakukan.
Dalam melakukan penelitian ini, tentu saja peneliti akan mendapat banyak data dan relative beragam atau bahkan bisa lebih rumit. Dengan melakukan reduksi data, peneliti melakukan sebuah cara memilih dan meringkas data dari catatan-catatan data yang telah diperoleh dari hasil observasi di lapangan, kemudian menggolongkanya dalam satu pola yang lebih luas. Setelah data ini selesai diperoleh, kemudian peneliti akan melakukan penyajian data.
2) Penyajian data
Setelah melakukan reduksi data, kemudian peneliti melakukan penyajian data. Dalam teknik penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti halnya tabel, grafik, dan sejenisnya. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Peneliti melakukan penyajian data-data yang telah dalam proses reduksi data sebelumnya dalam bentuk teks naratif.
Data-data yang sudah tersusun dengan benar dalam penyajian data memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan dengan benar.
3) Penarikan kesimpulan
Kemudian proses terakhir setelah melakukan reduksi data dan penyajian data yakni peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.
Dengan cara mendeskripsikan kesimpulan dalam bentuk bahasa verbal yang mudah dipahami. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara, penarikan kesimpulan sementara masih bias diuji kembali dengan data di lapangan dengan cara merefleksi kembali. Peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triagulasi sehingga kebenaran dari data dapat tercapai. Tetapi jika kesimpulan didukung oleh bukti-bukti yang valid maka kesimpulan dapat dikatakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti akan menjadi lebih jelas, dan dapat berupa hubungan kausal atau interaktif hipotesis atau teori.
Dalam hal ini peneliti mengolah data dan mengorganisasikan hasil temuan data serta dari pengamatan, wawancara, serta dokumentasi terkait pola komunikasi guru di TPQ Roudlotul Qur’an.
7. Uji Keabsahan Data
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data.
Ada empat bentuk dalam uji keabsahan data yaitu uji kredibilitas data, uji dependibilitas, uji transfibilitas, dan uji komfirmabilitas. Namun dari keempat bentuk itu, uji kredibilitas datalah yang utama. untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan tuju teknik, diantaranya yaitu perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data.23
Dalam penelitian ini untuk memperoleh keabsahan temuan peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
23 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, 172.
pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.24
Untuk mendapatkan data dan kredibel dalam penelitian diperlukan teknik keabsahan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data triangulasi dapat diartikan teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.25 Ada tiga macam triangulasi, yakni:
1. Triangulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data dari sumber data beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan penggunaan beragam teknik pengumpulan data dang dilakukan pada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
24 Lexy J. Moleong, 327.
25 Djaman Satori, Metode Penelitian Kuantiitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2012), 170–71.
3. Triangulasi Waktu
Peneliti dapat mengecek konsistensi suatu data dengan menggunakan triangulasi waktu yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber untuk menggali sumber informasi atau data terkait pola komunikasi guru TPQ Roudlotul Qur’an. Peneliti disini menggunakan nasumber yang berbeda-beda. Dimulai dari kepala TPQ, pengurus TPQ, dan guru TPQ.
Dari narasumber yang berbeda ini kemungkinan peneliti akan memperoleh presepsi atau anggapan yang berbeda-beda. dengan menggunakan triangulasi sumber tersebut peneliti berharap data yang akan didapatkan nantinya akan valid.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penelitian, dalam memahami skripsi ini peneliti membuat sistematika penelitian yang terdiri dari lima bab dengan uraian sebagai berikut:
BAB I Merupakan pendahuluan, didalamnya memuat latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, dan metode yang digunakan dalam penelitian.
BAB II Membahas tentang landasan teori terkait pola komunikasi guru TPQ Roudlotul Qur’an yang meliputi pengertian pola komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, guru, Taman Pendidikan Al Qur’an, dan pengertian belajar mengajar.
BAB III Peneliti mencoba menjelaskan mengenai kondisi objektif lokasi, sejarah TPQ Roudlotul Qur’an, Visi dan misi, struktur organisasi, jadwal pembelajaran, waktu teknik dan materi pembelajaran, jumlah murid dan guru, serta keadaan yang terjadi didalamnya.
BAB IV Berisi analisis dan pembahasan yang terdapat dalam rumusan masalah yakni berisi tentang bagaimana pola komunikasi guru TPQ Roudlotul Qur’an, dan menggunakan bentuk komunikasi apa dalam proses belajar mengajarnya.
BAB V Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Bab ini memiliki tujuan untuk menyimpulkan rangkaian pembahasan mulai dari jam I sampai dengan bab V sehingga mempermudah para pembaca untuk mengambil intisari dari hasil peneliti dan memberi saran. Kesimpulan ini berupa pernyataan singkat yang merupakan jawaban atas masalah yang telah dibahas pada masing-masing bab.
24 BAB II
POLA KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Bab ini memberikan pilihan konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis akan menjabarkan terkait pokok-pokok pikiran dilihat dari perspektif mana penelitian akan disorot. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan menjadi landasan berpikir bagi penulis menganalisis masalah dalam penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, penulis akan menjabarkan tentang beberapa teori yang akan membantu dalam menjawab rumusan masalah.
A. Pola Komunikasi 1. Pengertian Pola
Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Pola”
memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau struktur yang tetap. Dimana pola itu sendiri bisa dijadikan contoh ataupun cetakan. Sedangkan menurut Kamus Ilmiah Populer kata “Pola” memiliki arti model, contoh, atau pedoman.26 Pola dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses didalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.27
26 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 605.
27 Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik, 9.
Dari pengertian “Pola” di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, pengertian “Pola” adalah gambaran, bentuk, dan rancangan dari sebuah komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikasinya.
2. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi “komunikasi” berasal dari bahasa latin
“communication”. Istilah ini berasal dari kata “communis” yang memiliki arti sama.28 Yang dimaksud “sama” disini yakni sama makna dan sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna terkait suatu pesan yang disampaikan komunikator yang diterima oleh komunikan.
Secara terminologis pengertian komunikasi adalah “Komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seorang kepada orang lain.
Sedangkan secara pradigmatis arti komunikasi berarti pola yang mengikuti sejumlah komponen yang berkolerasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu.29
Harold Laswell berpendapat, komunikasi merupakan proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara apa, dengan siapa, dengan efek apa. Sedangkan menurut Frista Armanda komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan tersebut dapat dipahami.30 Dafid K. Berlo membuat formula komunikasi yang dikenal dengan “SMCR” yang
28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 9.
29 Drs. Tommy Suprapto,M. S, Pengantar Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: CAPS, 2011), 7.
30 Frista Armanda W, Kamus Lengkap Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2008), 596.
merupakan singkatan dari Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran media), dan Recaiver (penerima).31
1. Komunikator yakni orang yang menyampaikan pesan ke seseorang atau sejumlah orang.32 Komunikator bisa hanya satu orang atau lebih.
2. Komunikan merupakan orang yang menerima pesan dari komunikator.
Peran keduanya disini memiliki sifat dinamis, yakni saling bergantian dalam memberikan pesan.
3. Pesan memiliki sifat abstrak. Pesan bisa bersifat konkret jika pesan ini berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, ataupun bahasa tulisan.
4. Saluran komunikasi yakni alat yang digunakan untuk memindahhkan pesan dari komunikator ke komunikan. Saluran komunikasi ini memiliki dua cara yakni non mediated communication (face to face) atau disebut juga komunikasi langsung dan komunikasi dengan menggunakan media. Pada komunikasi langsung akan terjadi aktivitas komunikasi antara komunikan dan komunikator.
5. Efek komunikasi disini diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan dari pesan yang dibawa komunikator dalam diri komunikannya, dapat berupa efek kognitif (seseorang menjadi tahu sesuatu), afektif (sikap
31 Marheni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 136.
32 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 54–55.
seseorang terbentuk), ataupun konatif (tingkah laku, hal yang dapat membuat seseorang melakukan suatu tindakan).33
6. Umpan balik bisa diartikan sebagai sebuah jawaban dari komunikan atas apa yang telah disampaikan oleh komunikator. Pada komunikasi yang dinamis antara komunikator dan komunikan keduanya akan terus menerus salingbertukar pesan.
3. Pengertian Pola Komunikasi
Dalam sebuah komunikasi terdapat pola-pola tertentu yang yang dikenal untuk manifestasi prilaku manusia dalam berkomunikasi.34 Pola komunikasi bisa diartikan hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud komunikator dapat difahami komunikan dengan baik.35 Sedangkan menurut Effendy pola komunikasi merupakan proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautan unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsungannya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis.36
Agoes Soejanto disini juga mendefinisikan pola komunikasi merupakan suatu gambaran seerhana dari sebuah proses komunikasi yang memperlihatkan keterkaitan antara komponen komunikasi dan komponen-
33 Hasan Bahanan, Taksonomi Konsep Komunikasi (Surabaya: Patyrus, 2005), 212.
34 Nurdin, System Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 16.
35 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orangaa Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga (Jakarta: Renika Cipta, 2017), 1.
36 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, 30.
komponen lainnya.37 Pola komunikasi ini menekan adanya umpan balik dari sebuah pesan yang mengarah pada peran ataupun fungsi yang beralih kedudukan antara komunikan dengan komunikator.
Dari pengertian pola komunikasi yang telah dijelaskan diatas, dapat kita fahami bahwasanya pengertian pola komunikasi yakni bentuk dan model komunikasi yang menekan pada adanya timbal balik antara komunikan dan komunikator hingga diperolehnya pemahaman yang sama, sehingga pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik.
Mengutip dari Aristoteles, Bambang S. Maarif mengungkapkan bahwasannya karakteristik personal seorang komunikator sangat berpengaruh dalam keberhasilan komunikasi. Seorang komunikator memiliki tuntutan etos karena kepribadian seorang komunikator lebih penting dari apa yang dikatakannya. Baginya, etos atau bukti etis bergantung pada sejauh mana komunikator ini dipandang memiliki kemampuan baik (good will), pengetahuan (knowledge), dan karakter moral (moral character).38 Menurut Effendy, pola komunikasi terdiri atas 3 macam yaitu:39
1. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun
37 Agoes Soejanto, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 27.
38 Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 147.
39 Teguh Meinanda, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung: Armico, 2003) (Bandung:
Armico, 2003), 18.
tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja.
2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic aommunication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakikatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama mempunyai tujuan tertentu malalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung.
3. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis.
Adapun jenis-jenis pola komunikasi menurut Dedy Mulyana yaitu:40 1. Pola Komunikasi Primer
Pola ini merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu symbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi dua lambang yaitu verbal, yaitu lambang yang berupa bahasa keseharian manusia dan non verbal, yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi
40 Dedy Mulyana, Ilmu komunikasi, (Bandung: Remaja, 2005 (Bandung: Remaja, 2005), 143.
yang bukan bahasa, merupakan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata, kepala, bibir, tangan dan jari.
2. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi secara sekunder adalah proses pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses komunikasi secara sekunder ini menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa, seperti media surat, poster, atau papan pengumuman.
3. Pola Komunikasi Linear
Linear disini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
4. Pola Komunikasi Sirkular
Sirkular secara harfiah adalah bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi
B. Bentuk Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi memiliki beberapa bentuk, diantara bentuk- bentuk tersebut yakni komunikasi intapersonal atau biasa disebut komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang ada dalam diri sendiri. Komunikasi ini menyatakan bahwasannya apabila manusia dihadapkan dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima atau menolak ia akan terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri (proses berfikir). Dalam proses berpikir inilah seseorang akan menimbang antara untung dan rugi dari usul yang diajukan oleh komunikator.41 Komunikasi ini akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan menggunakan perasaan yang disadari, namun jika pada saat penyampaian pikiran tidak terkontrol, maka komunikasi itu akan gagal.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi ini biasa juga disebut dengan komunikasi antar pribdi, yang merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang yang diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik langsung.42 Secara umum,
41 Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 1992 (Bandung: Mandar Maju, 1992), 4.
42 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Adytia Bakti, 1991).
komunikasi ini dapat diartikan sebagai proses penukaran informasi antara komunikator dengan komunikan. Dimana komunikasi ini merupakan jenis komunikasi yang dianggap paling efektif untuk merubah sikap, pendapat, ataupun prilaku seseorang dikarnakan sifatnya yang berupa percakapan.
komunikasi ini dampaknya bisa langsung dirasakan pada saat itu juga oleh pihak yang terlibat.43
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang dilakukan antara seorang komunikator dengan sejumlah orang komunikan yang berkumpul dalam bentuk kelompok.44 Komunikasi ini memiliki beberapa karakteristik, diantara dari karakteristik komunikasi kelompok ini yakni:
1) Proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka
2) Komunikasi berlangsung secara continue dan bisa dibedakan mana komunikator dan mana komunikan.
3) Pesan yang disampaikan tercerna dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.45
43 Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktik (Jakarta: Grasindo, 2002), 88.
44 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, 5.
45 Nurdin, System Komunikasi Indonesia, 13.
Selain memiliki karakteristik tertentu, komunikasi kelompok ini juga dapat dibedakan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.
1) Komunikasi kelompok kecil yakni sejumlah orang yang yang terlibat antara satu dengan yang lainnya dalam suatu pertemuan tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan santara satu dengan yang lainnya.46 Situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan. Dalam komunikasi kelompok kecil ini, komunikator menunjukkan pesan yang ingin disampaikannya kepada benak ataupun pikiran komunikan.
Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa juga bertanya apabila tidak mengerti.
2) Komunikasi kelompok besar yakni apabila dalam komunikasi kelompok antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi interpersonal. Pada situasi ini komunikan menerima pesan yang disampaikan komunikator lebih bersifat emosional. Lebih-lebih apabila komunikan heterogen (berbebeda sifat), beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, pengalaman dan sebagainya.47
46 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi (Yogyakarta: PT. Al-Amin press, 1996), 59.
47 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, 9.
4. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada massa, atau komunikasi yang menggunakan media massa seperti pers, radio, film, dan televisi.48 Komunikasi ini merupakan komunikasi yang efisien dikarnakan jangkauanya luas, dan audiensi yang praktis tidak terbatas.
Komunikasi ini memiliki ciri khusus yang disebabkan oleh sifat komponenya. Diantara ciri-ciri tersebut yakni: komunikasi massa berlangsung secara satu arah, komunikator pada komunikasi massa melembaga, pesankomunikasinya bersifat umum, media komunikasinya menimbulkan keserempakan, komunikannya bersifat heterogen.
C. Guru
1. Pengertian Guru
Dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, bahwasannya pendidik (guru) merupakan tenaga professional yang memiliki tugan dalam hal perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat khususnya bagi pendidik dalam perguruan tinggi.49
48 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Penghantar Studi (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2002), 35.
49 sisdiknasb, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 (Bandung:
Citraumbara, 2003), 13.
Menurut Djamarah, yang dimaksud guru yakni orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat yakni orang yang melaksanakan pendidikan di beberapa tempat, tidak harus di dalam pendidikan formal saja, tapi mereka bisa melakukan pendidikan (kegiatan belajar mengajar) di masjid, musholla, rumah dan lain sebagainya.50
Sedangkan menurut Syaefullah guru merupakan tokoh paling utama dalam pembimbingan anak di sekolah dan pengembangan anak didik agar mencapai kedewasaan. Maka dari itu yang harus dilakukanguru pertama kali agar dapat menarik minat belajar anak didik yakni menjadi seorang yang berkesan dan berwibawa.51 Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwasannya guru merupakan figure manusia yang memiliki posisi pemegang peran penting dalam bidang pendidikan yang memiliki tanggung jawab penting dalam hal membimbing dan membina peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Tugas Guru
Tugas utama seorang guru yakni mengelola pengajaran agar lebik efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pengajaran, guru berperan sebagai penginisiatif awal, pengarah, dan pembimbing.
50 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT.
Renika Cipta, 2005), 31.
51 Syaefullah, Psikologi Perkembangan Pendidikan (Bandung: Setia, 2012), 152.
Sedangkan peserta didik sebagai seseorang yang menglami dan dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran.52
Menurut Hamzah, tugas ataupun fungsi dari seorang guru merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Namun, tugas dan fungsi ini sering disejajarkan sebagai peran. Menurut UU No. 14 Tahun 2005, peran guru yakni sebagai pendidik, pengajar, bembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pengevaluasi dari peserta didik.53
Sedangkan menurut Poerwanti, tugas dari seorang guru diantaranya yakni berinteraksi dengan anak menggunakan cara penciptaan kondisi dan menyusun bahan dengan memanipulasi situasi yang memungkinkan anak mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diinginkan.54 Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip dari buku yang berjudul “Menjadi Guru Inspiratif” seorang pendidik harus memperhatikan hal berikut:
a. Harus memberi kasih sayang kepada peserta didik, dan memperlakukan mereka sebagaimana dengan anak sendiri.
b. Tidak mengharapkan balasan dari jasanya meskipun hanya sekedar ucapan terimakasih.
c. Memberi nasihat agar anak didik memiliki akhlak yang mulia.
52 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2001), 1.
53 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru Dalam Pembelajaran (Aspek yang Mempengaruhi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 3.
54 Ending Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik (Malang: Umm Press, 2002), 7.
d. Turut mencegah anak didik melakukan akhlak yang tercela.
e. Berbicara sesuai dengan bahasa ataupunn kemampuan anak didik.
f. Tidak menimbulkan kebencian anak pada suatu cabang ilmu yang lain.
g. Untuk anak dibawah umur hendaknya diberikan penjelasan-penjelasan yang sesuai.
h. Pendidik harus memberikan ilmunya dan tidak boleh ber tolak belakang dengan perbuatannya.55
D. Taman Pendidikan Al Qur’an
Belajar baca tulis Al Qur’an merupakan kewajiban bagi umat Islam, karena kemampuan baca tulis Al Qur’an merupakan modal yang teramat penting dalam hidup keberagaman umat Islam. Kemampuan baca tulis al qu’an merupakan satu indikator kualitas kehidupan dalam beragama seorang muslim. Maka dari itu, gerakan baca dan tulis Al Qur’an merupakan langkah strategis dalam peningkatan kualitas keberagamaan dan keberhasilan umat Islam di bidang agama.56 Salah satu lembaga pendidikan yang mencakup terkait baca tulis Al Qur’an yakni Taman Pendidikan Al Qur’an.
55 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif. Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 16–17.
56 Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sekertaris Jurusan Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1994), 54.
Taman pendidikan Al Qur’an atau yang biasa disebut dengan TPQ merupakan pendidikan untuk baca tulis Al Qur’an di kalangan anak-anak.57 Bukan hanya sekedar pendidikan baca tulis Al Qur’an, taman pendidikan Al Qur’an ini merupakan lembaga pendidikan khusus dalam isi materi dan pola pendidikannya. Materi khusus yang simaksud disini bertumpu paada pengajaran baca tulis Al Qur’an dengan baik dan benar yang sesuai dengan kaidah bacaannya (tajwid), dibaca dengan tartil dalam sholat, do’a dan lain sebagainya.58 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, TPQ merupakan jenis pendidikan di luar sekolah untuk anak-anak muslim.59
Di zaman ini, orang tua banyak yang memilih TPQ untuk dijadikan wadah bagi anak-anak mereka untuk mempelajari Al Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam. Selain sebagai lembaga pendidikan keislaman yang ada di bidang baca tulis Al Qur’an anak usia dini, TPQ merupakan lembaga nonformal keagamaan yang mana dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ayat 2 pasal 30 yakni memiliki fungsi untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang
57 Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 134.
58 Korcab Qiraati Kebumen, Pembinaan Ta’limul Qur’an Asatidz Metode Qiraati Kabupaten Kebumen (kebumen: Korcab Qiraati Kebumen, 2000), 23.
59 Usman, “Implementasi Kebijakan Kementrian Agama Terhadap Penyelenggara Taman Pendidikan Al Qur’an di Kabupaten Pasuruan” 1 Nomor 1 (2016).
tidak hanya memahami, namun juga mengamalkan ajaran nilai-nilai agama dan menjadi ahli agama.60
Taman Pendidikan Al Qur’an ini berfungsi sebagai lembaga nonformal yang mendukung kemajuan agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi qur’ani.61 Pendidikan nonformal memiliki tujuan dan kegiatan yang terorganisasi, dilakukan dalam lingkup masyarakat dan lembaga, untuk melayani kebutuhan pendidikan khusus kepada peserta didik.62
E. Belajar Dan Pembelajaran 1. Belajar
Dalam pengertian luas, belajar bisa diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan bagian kegiatan agar terbentuk kepribadian seutuhnya.63
Ada banyak ahli yang mengemukakan pandangan mereka tentang belajar.64 Diantaranya yakni:
60 Moh Rasyid, Kebudayaan dan Pendidikan (Fondasi Generasi Bermartabat) (Yogyakarta: IDEA Press, 2009), 172.
61 Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, 135–36.
62 Sudjana dan Djudju, Pendidikan Nonformal (Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat dan Teori Pendukung, Serta Asas), (Bandung: Falah Production, 2004), (bandung: Falah Production, 2004), 23.
63 A. M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 22.
64 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), (Jakarta: Renika Cipta, 2022), 12–13.
a) James O. wittaker. Dia merumuskan, belajar merupakan proses melalui latihan atau pengalaman untuk menimbulkan atau mengubah tingkah laku.
b) Cronbach. Dia menjelaskan Learning is shown by change in behaulor as a result of experience yakni melajar merupakan suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman.
c) Howard L. Kingskey menjelaskan belajar adalah Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Yakni proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
d) Selameto merumuskan pengertian belajar merupakan suatu usaha atau proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebgai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya sendiri.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya maupun melalui pengetahuan yang diperolehnya. Dari paparan di atas,
pada intinya belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut yakni.65
1) Perubahan terjadi secara sadar ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau setidaknya ia menyadari akan adanya perubahan pada dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang ini berlangsung secara berkesinambungan, bukan statis. Satu perubhan yang terjadi akan berpengaruh pada perubahan berikutnya atau proses belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Pembelajaran
Banyak ahli yang telah mengemukakan mengenai definisi pembelajaran, salah satu diantaranya mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu persiapan yang disiapkan guru guna menarik dan memberi informasi kepada siswa sehingga dengan persiapan yang telah dirancang oleh guru bisa membantu siswa menggapai tujuannya.66 Ahli
65 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (PT. Renika Cipta, 2003), 3–4.
66 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2009), 7.
lain juga mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.67
Dijelaskan juga dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari definisi tersebut, pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan siswa dalam satu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran harus mendapat dukungan baik dari semua unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, siswa, dan juga lingkungan belajar.
3. Proses Belajar Mengajar
Diliha