POLA KOMUNIKASI ORANGTUA DALAM MENGAWASI ANAK MENGGUNAKAN GADGET PADA USIA DINI DI DESA SRUNI
KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar sarjana sosial (S.Sos) Fakultas Dakwah
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Oleh:
SITI NURFADILLAH NIM. D20171017
UNIVERSITAS ISLAM KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS DAKWAH
2022
Skripsi
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar sarj ana sosial (S.Sos) Fakultas Dakwah
Progr atrr Studi Komunikasi dan Penyi aran Islam
Oleh
Siti Nurfadillah NIM. D20l7l0L7
Disetujui Pembimbing
Dr.Imam Turmudi. SXd. M.M t{IP. 197 I 1 1 231997 03003
r*tfq*&m3*;
.S{"S{ *-pfr"S t}pmrx-{m,f, ussmrf
"Jff
"['ulolfT.f,{ sspr,,q1 uu;r1
"Jff
'{; ul*fifiuy
;
r*$rgss*stpu$t)$*s t .d[N
s$q#H
1fnffusg ffi$,-t-
ffi1;U rrsm{xuf F rle$ffus&
s$ulils :IIBII
ffiItrls1 ue.rerd{r#d uup fsffillurir,ll$X }pfi}S rrte;fi*:6
qu,l&rysff $ulF143S
{s*S "S} p}ss$ :'m1*S q*1or*dur#m uu}u:uCs-r*d tt1*$ r{Btes lqft$*r$#ffi ryBwn trfirrra}ff} uup lfnfp qu{*-l
rsdrxHlrs
UtrffiIgf
NtrJ.YdNtrYX HYNilYSSNff NYIYTTtVf,fl)t INNUS YSfl(I IO INI(I YISITY{Y{ IflEflYC
NYXYN{IS$Nf,I,{XYNY ISYA{YCNSNI ruYTYO
YNI
N\TUO ISYXINNruO)I YTOdd,s$rrtsrsrlr
g6st "drhlqmg umls
MOTTO
ْمِهِسُفْنَأ ِف ْمُهَل ْلُقَو ْمُهْظِعَو ْمُهْنَع ْضِرْعَأَف ْممِهِبىُلُق ِيف َبم ه ُاُللّ ُمَلْعَي َنْيِدَّلُا َكِئلْوَا بغْيِلَبَلا ْىَق
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas
pada jiwa mereka”
(Qs. An-Nisa’ ayat 63)1
1 Al-Qur’an dan Terjemah Untuk Wanita, Surat An-Nisa’ Ayat 63. (Jakarta: Jabal, 2010). h 88
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, tak lupa shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kami nantikan syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti, amin.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya yang amat saya cintai yaitu Bapak Ikhyak Hulumuddin dan Ibu Ing Anah, yang selalu memberi semangat, bimbingan, dukungan, kasih sayang, serta mendo’akan keberhasilanku menyelesaikan skripsi. Serangkaian kata pun tidak ada yang dapat menggantikan kasih sayang mereka.
2. Keluarga besarku yang telah memberikan semangat serta do’a terbaik untukku.
3. Kepada teman-teman seperjuanganku Komunikasi dan Penyiaran Islam o1 Angkatan 2017 yang tak dapat saya sebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk dukungan serta do’anya.
4. Almamaterku tercinta yang saya banggakan Universitas Islam KH Achmad Siddiq Jember
KATA PENGANTAR ِمْيِح َّرل ا ِنَمْح َّرل ا ِلله ا ِمْسِب
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di Yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pola Komunikasi Orang Tua Dalam Mengawasi Anak Menggunakan Gadget Pada Usia Dini di Desa Seruni Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember”. Penulis menyadari penuh bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara moril dan matril, proposal ini tidak akan selesai sebagaimana mestinya.
Skripsi penelitian ini mungkin tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Jember
2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Jember
3. Bapak Mochammad Dawud, S.Sos. M.Sos. Selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
4. Bapak Dr. Imam Turmudi, S.Pd, M.M. Selaku Dosen Pembimbing skripsi
5. Kedua orang tua saya, dan teman-teman yang sudah membantu dan mendukung saya.
Diharapkan, skripsi ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Dan tak lupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca agar skripsi ini bisa lebih baik lagi kedepannya.
Jember, 3 Agustus 2021
SITI NURFADILLAH NIM. D20171017
ABSTRAK
Siti Nurfadillah, 2021: Pola Komunikasi Orang Tua Dalam Mengawasi Anak Menggunakan Gadget Pada Usia Dini di Desa Sruni Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
Kata Kunci: Komunikasi, Gadget, orangtua dan Anak.
Komunikasi adalah proses menyampaikan informasi baik yang berupa pesan, ide, gagasan oleh seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Sedangkan pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Dengan demikian pola komunikasi merupakan hubungan antara satu orang dengan orang lain dalam berkomunikasi. Salah satunya pola komunikasi orangtua dengan anak di Desa Sruni.
Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana pola komunikasi orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget pada anak usia dini di Desa Seruni? 2) Apa hambatan orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget pada anak usia dini di Desa Seruni? 3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan pada anak usia dini yang menggunakan gadget di Desa Seruni?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola komunikasi dan hambatan orangtua terhadap anak usia dini dalam penggunaan gadget sekaligus memahami dampak yang terjadi pada anak dalam penggunaan gadget pada usia dini di Desa Sruni.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat deksriptif kualitatif. Adapun tekhnik pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penelitian ini memperoleh kesimpulan 1) pola komunikasi orang tua dalam mengawasi anak usia dini menggunakan gadget mengarah pada pola komunikasi permissive (membebaskan). 2) Hambatan yang dapat disimpulkan adalah kurangnya pemahaman bagi orang tua untuk mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan gadget pada usia dini. 3) Dampak yang ditimbulkan dalam menggunakan gadget bagi anak mengarah pada sisi negative seperti malas belajar, menjadi individual, perubahan sikap dan perilaku, serta ketergantungan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 10
2. Manfaat Praktis ... 11
E. Definisi Istilah ... 11
1. Pola Komunikasi ... 11
2. Anak Usia Dini ... 12
3. Media Gadget ... 13
F. Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 18
B. Kajian Teori ... 22
1. Komunikasi dan Pola Komunikasi ... 22
2. Pengertian Anak ... 40
3. Pengertian Gadget ... 42
4. Ketergantungan ... 58
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 64
B. Lokasi Penelitian ... 66
C. Subyek Penelitian ... 66
D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 69
E. Analisis Data ... 73
F. Keabsahan Data ... 75
G. Tahap-tahap Penelitian ... 76
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian ... 78
1. Gambaran Umum Desa Sruni Kecamatan Jenggawah... 78
2. Keadaan Lingkungan Desa Sruni ... 81
3. Perilaku Masyarakat Desa Sruni ... 81
B. Penyajian Data dan Analisis Data ... 81
1. Penyajian Data ... 81
2. Deskripsi Analisis Penelitian dan Pembahasan ... 82
C. Pembahasan Temuan ... 83
1. Pola Komunikasi Orangtua Dalam Mengawasi Anak Menggunakan Gadget Pada Usia Dini di Desa Sruni ... 83
2. Hambatan Orangtua Dalam Mengawasi Anak Menggunakan Gadget Pada Usia Dini di Desa Sruni ... 90
3. Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini di Desa Sruni ... 96
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105
B. Saran... .... ... 107
DAFTAR PUSTAKA... ... 109
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ... 112
LAMPIRAN-LAMPIRAN... ... 113 SURAT IZIN PENELITIAN... ... 116 BIODATA PENULIS... ... 117
DAFTAR TABEL
No Uraian Hal
1.1 Originalitas Penelitian ... 20
1.2 Profil Informan Orangtua ... 68
1.3 Profil Informat Kerabat ... 68
1.4 Profil Anak Usia Dini... 69
1.5 Jumlah Penduduk Per Dusun Tahun 2021 ... 79
1.6 Luas Wilayah Desa Sruni ... 80
1.7 Luas Fasilitas Umum Desa Sruni ... 80
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Hal
4.1 Gambaran Umum Desa Sruni Kecamatan Jenggawah...78
A. Konteks Penelitian
Komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain. Analisis pengertian komunikasi ada lima unsur menurut Laswell, yakni komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa?
dengan akibat atau hasil apa?.1 Komunikasi yang dilakukan bisa secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media sosial seperti Whatsapp, Facebook, dan lain sebagainya. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh manusia dari berbagai macam hal, sebab manusia disebut sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini manusia tidak bisa hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu komunikasi dijadikan sebagai alat untuk bersosialisasi dalam kehidupannya. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan komunikasi yang Islami ialah komunikasi yang memiliki akhlak baik atau etika yang baik dalam berbicara dengan orang lain. Seperti salah satu ayat yang berbunyi sebagai berikut:
“Dan takutlah (ditunjukkan kepada sang pencipta) kalian semua yang sekiranya meninggalkan anak cucu kalian yang lemah dibelakangmu, yang mengkhawatirkan kalian akan (ketenangan) nya. Oleh karena itu, biasakan
1 Harold D. Laswell, Dinamika Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Hlm 11 Dwiningtyas Haspari, Pengantar Ilmu Komunikasi John Fske(Jakarta:Rajawali Pers, 2012). Hlm.
49-50
kalian bertserah kepada Allah dan biasakan kalian untuk bicara dengan kata yang baik (benar) dan sopan (qulan sadida)”. (Q.S An-Nisa Ayat 9) 2
Komunikasi adalah hal paling dasar untuk berinteraksi satu sama lain, baik dalam bentuk kelompok maupun individu. Mengingat kemajuan tekhnologi di zaman sekarang membuat sebagian besar orang menggunakan via internet atau jejaring sosial seperti gadget untuk berkomunikasi dengan kerabat, sahabat, atau orang lain.3 Seperti yang dijelaskan terkait hak berkomunikasi dan mendapat informasi dalam Pasal 28F UUD 1945 yang berisi bahwa setiap orang memiliki hak masing-masing untuk berkomunikasi dan mendapat informasi. Mereka memiliki hak untuk mendapat informasi, menerima, mengolah, memilki, menyimpan, sekaligus membagi informasi kepada orang lain secara langsung atau melalui media sosial yang tersedia.4
Kemajuan tekhnologi saat ini bisa merubah dunia khususnya dalam kehidupan manusia. Manusia tidak lagi mengenal batas kapan mereka harus berhenti menggunakan tekhnologi. Benar saja, hanya dengan tekhnologi mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Berkomunikasi menggunakan gadget bisa mereka lakukan tanpa harus menghampiri menjadi hal mudah untuk mereka nikmati. Fenomena ini tidak hanya terjadi di perkotaan, melainkan hampir diseluruh penjuru kota ataupun desa sudah bisa melakukan hal tersebut melalui tekhnologi.
2 Al-Qur’an, surat An-nissa ayat 9, Hlm 78
3 Yunda catur bintaro. Upaya orangtua dalam mengatasi kecanduan gadget pada anak: fakultas ilmu pendidikan 2019
4 Htttps://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721614/makna-pasal-28-dalam-uud-1945-untuk-hak- asasi-manusia/amp
Effendy, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain untuk berbagi, merubah sikap dan pendapat, atau perilaku baik (langsung) atau tidak langsung (melalui media). 5 Untuk memahami arti dari sebuah pesan yang disampaikan oleh orang lain, setiap manusia diminta untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Tujuannya agar pesan yang disampaikan bisa memberikan arti yang sesuai dan benar, karena komunikasi yang kita temui menyimpan makna dan latar belakang yang berbeda-beda.6 Karena hal ini berkaitan dengan persepsi yang dimiliki oleh setiap orang.
Terlebih lagi komunikasi yang dilakukan dengan orangtua atau lansia.
Pasti menimbulkan pandangan yang berbeda dalam sebuah informasi yang disampaikan kepadanya. Jika informasi tidak disampaikan dengan benar, maka orang yang mendengarkan bisa mengartikan berbeda. Perlu adanya pengembangan dan pemahaman dalam berkomunikasi dengan orang tua.
Orang tua merupakan orang yang dianggap lebih tua usianya dari kita, atau orang tua kita sendiri yaitu Ibu dan Bapak. Orang tua disebut sebagai pusat kehidupan bagi anak-anaknya, sebab merekalah yang menjadi guru utama bagi anak yang berperan penting dalam keluarga. Orang tua juga merupakan pendidikan pertama yang memberikan kasih sayang, ajaran-ajaran, pengawasan, pembelajaran hidup, serta menentukan kebahagiaan anak. Orang tua di anggap orang yang segala tahu bagi anaknya. Orang tua merupakan
5 Onong Uchja na Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004). H.11
6 Mila fajarwati. Pola komunikasi orang tua dengan anak remaja dalam berinteraksi sehat, Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik, Surabaya: 2011
setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari yang disebut sebagai bapak dan ibu.
Menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Orangtua adalah serangkai dalam keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, yang memiliki ikatan pernikahan sah dalam sebuah keluarga. Pada umumnya setiap anak menginginkan kedekatan dengan orang tua mereka, dengan kedekatan inilah orangtua bisa membimbing anak-anaknya menjadi pribadi yang baik dari sejak usia dini hingga dewasa nanti. Dengan komunikasi dan kedekatan diantaranya mampu membuat orang tua memberikan pengarahan, serta pengawasan di setiap tingkah lakunya. Pengawasan inilah yang bisa meminimalisir penggunaan gadget pada anak-anak mereka. Tidak hanya pengawasan dan pengontrolan yang bisa dilakukan oleh orangtua, pengurangan dalam menggunakan gadget akan semakin mudah dilakukan.
Gadget adalah salah satu perangkat tekhnologi kecil yang memiliki fungsi khusus. Diantaranya Smartphone seperti Iphon dan Blacberry, serta notebook (perpaduan antara komputer portabel seperti notenook dan internet).7 Ukurannya yang tidak begitu besar membuat alat satu ini bisa digunakan dimana saja, dan kapan saja dengan menyambungnya ke jejaring internet.
Hampir seluruh umat manusia memiliki alat kecil ini, mulai dari kalangan orang tua seperti lansia, dewasa, remaja, hingga anak-anak sudah menggunakannya dalam berbagai macam hal. Ada yang menggunakan untuk
7 Widiawati, Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya Kembang Anak. (Jakarta: Universitas Budi Luhur,2014). Hlm.106
bekerja, belajar, bermain game, mengakses informasi, hingga menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. 8
Beberapa macam alat elektronik seperti gadget, komputer, dan lain- lain adalah sebuah perangkat yang isinya beraneka ragam fitur aplikasi yang bisa mmberikan segala bentuk informasi dari berbagai belahan dunia. Tidak heran jika seseorang menggunakan alat tekhnologi (gadget) untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena semakin tinggi kebutuhan hidup manusia dalam menggunakan gadget, maka semakin canggih pula tekhnologi memenuhi kebutuhan manusia. Majunya perkembangan tekhnologi saat ini menjadikan komunikasi semakin canggih dan membuat semua orang memilih menggunakan gadget dalam kehidupannya. Hal inilah yang mengakibatkan tuntutan kebutuhan informasi semakin tinggi.9
Berbicara gadget, tentu tidak akan lepas dari dampak yang ditumbulkan bagi penggunanya. Dampak gadget bisa berupa dampak baik (positif) dan dampak buruk (negatif), tergantung dari segi pemakaian. Dampak positif gadget berupa perkembangan sosial, bertambahnya wawasan, ide, informasi dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatif gadget berupa penurunan kesehatan, ketergantungan, dan lain sebagainya. Definisi gadget sebagai objek baru baik berupa sebuah barang ataupun alat baru sering
8 Iswidharmanjaya,D. 2016. Bila Si Kecil erman Gadget Panduan Bagi Orang tua Untuk Memamahami Faktor-Fktor Penyebab Anak Kecanduan Gadget. Bisakimia:Yogyakarta.
9 Aditiya pratama. Peran orangtua dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak usia dini:
fakultas dakwah dan ilmu komunukasi, 2020
menjadi ungkapan dalam menunjukkan barang atau lata baru untuk di ciptakan dan diluncurkan.10
Maraknya penggunaan gadget di zaman sekarang ini membuat semua orang tidak bisa terlepas dari gadget. Hal ini membuat anak usia dini ikut menggunakan gadget meski hanya sebatas bermain game saja. Jika pemakaian gadget digunakan pada anak usia dini tanpa adanya pengawasan dari orangtua, jelas dampak yang bisa terjadi kepada anak akan mengarah ke sisi negatif.
Dimana penggunaan tanpa adanya pengawasan dan bimbingan dari orangtua bisa menyebabkan kesehatan anak terganggu, bahkan perubahan perilaku pada anak bisa saja terjadi. Sering kali peneliti menjumpai peristiwa penggunaan gadget pada anak tanpa adanya pengawasan dari orang tua. Hampir seluruh orangtua yang peneliti jumpai beralasan agar tidak terg anggu pada saat membereskan rumah. Mereka justru memilih gadget sebagai teman bermain anak sementara hingga kegiatan orangtua selesai. Tidak ada rasa khawatir bagi orang tua membiarkan anak-anak mereka bermain menggunakan gadget, asalkan anak-anak mereka tidak keluar rumah. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya, para orangtua terus saja membiarkan anak dalam menggunakan gadget walaupun kegiatan mereka selesai.
Peristiwa seperti ini masih saja terjadi, dan terus-menerus dilakukan.
Jika tidak ada pengawasan atau arahan yang sesuai dengan penggunaan gadget, maka hal yang akan terjadi ialah anak-anak mudah terpengaruh dan terkena dampak negatif gadget. Untuk itu, perlu adanya pengawasan kepada
10 Rosady Ruslan, “Metode Penelitian Public Relatoins dan Komunikasi”. (Raja Grafindo:
Persada, Cet. II, Jakarta, 2004), h.24
anak dalam menggunakan gadget agar terhindar dari hal-hal negatif. Pola komunikasi yang tepat untuk dilakukan dalam mengawasi anak menggunakan gadget menjadi penting untuk diterapkan. Hal ini juga ditegaskan oleh seorang Dokter asal Amerika Serikat Cris A. Rowan mengatakan, “Harus ada larangan dan batas dalam penggunaan gadget pada anak usia dini, yatu anak dengan usia di bawah 12 tahun.” Selain itu, Indonesia memiliki UU tersendiri terkait masalah tersebut, yakni UU Nomor 23 Tahun 2002 yang telah dirubah menjadi UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang melindungi anak, yang mana salah satunya terkait perlunya aturan khusus untuk melindungi anak.11
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar bagi anak-anak mereka baik dalam pendidikan, kebahagiaan, dan pertumbuhan. Pengawasan dari orang tua terhadap anak menentukan proses pertumbuhan yang sesuai dengan usia anak.12 Untuk itu, orang tua harus menguasai dan mampu mengendalikan emosi anak, sehingga nantinya akan mudah bagi orang tua membentuk karakteristik yang bisa terkontrol dan baik bagi pertumbuhannya. Pola komunikasi menjadi hal penting untuk membentuk karakter anak sejak usia dini, supaya anak menjadi lebih baik dan kreatif.
Fenomena ini yang membuat peneliti ingin meneliti lebih jauh terkait
“Pola komunikasi orangtua kepada anak dalam mengawasi penggunaan gadget pada usia dini di Desa Seruni Kecamatan Jenggawah” dengan tujuan dari hasil penelitian ini nantinya bisa merubah pandangan orang tua agar bisa
11 Soemarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) H. 42-45
12 https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/133/press-release-menteri-pp-pa- klarifikasi-soal-permen-larangan-penggunaan-hp-pada-anak.
mengawasi anak dalam menggunakan gadget. Khususunya untuk mengurangi penggunaan gadget pada anak usia dini agar terhindar dari hal-hal yang buruk.
Secara umum yang dimaksud anak usia dini ialah anak yang berusia di bawah 6 tahun. Pemerintah menyatakan melalui UU Sidiknas bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 1 sampai 6 tahun. Sedangkan pendapat yang dinyatakan oleh Soemaarti Patmonodewo, yang dimaksud anak usia dini adalah anak yang belum sekolah atau pra sekolah dengan usia 3-6 tahun.13
Pola komunikasi yang dibentuk oleh orang tua agar menjadi anak dengan kepribadian baik yaitu, dengan memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perkembangannya. Dalam hal ini mengawasi dan mengurangi penggunaan gadget pada anak juga harus dilakukan, sehingga terbentuklah karakteristik baik pada anak. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak sering-sering menggunakan gadget untuk bermain. Penggunaan komunikasi yang tidak tepat bisa memicu stress, sehingga anak mudah marah dan bisa menuju kepada hal-hal negatif. 14
Peristiwa seperti ini terjadi di masyarakat, penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan mengakibatkan ketergantungan pada anak-anak baik itu di rumah, sekolah ataupun di lingkungan rumah akan mengakibatkan anak malas bermain dengan teman sebayanya. Bahkan saat in banyak anak yang memilih bermain game ketimbang mendengarkan perintah orangtua.
Selain itu, ada juga anak yang marah ketika diperintah oleh orangtua.
Fenomena ini menjadi salah satu bentuk ketergantungan anak dalam
13 Soemarti Patmonodewo, Pendidikan anak prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2000). Hal 42-45
14 Rika zulaika. Pola komunikasi interpersonal orang tua dalam membentuk kepribadian anak:
fakultas dakwah dan ilmu komunikasi, 2010
penggunaan gadget, lebih parahnya lagi jika sudah asik dengan gadget yang yang ada di tangannya anak-anak sering tidak menengok dan tidak memperhatikan orang-orang disekitarnya.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk menggali lebih lanjut tentang
“pola komunikasi orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget di usia dini”. Tidak sedikit anak-anak dengan usia di bawah 6 tahun yang sudah mengenal gadget. Hal tersebut banyak ditemukan di daerah perkotaan maupun pedesaan. Banyak anak-anak yang diberikan gadget sebagai teman bermain, bahkan ada pula yang sudah memiliki gadget sendiri. Hal tersebut tentu membuat anak semakin tidak terkontrol dan merasa nyaman dengan mainannya.
Fakta ini yang kini tengah terjadi di masyarakat Desa Sruni Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Kurangnya kesadaran orangtua untuk mengawasi dan mengontrol anak dalam menggunakan gadget menjadi pusat perhatian yang perlu untuk dirubah. Untuk itu, peneliti perlu memahami lebih dalam bagaimana pola komunikasi orangtua kepada anak yang seharusnya dilakukan. Minimnya pemahaman tentang berkomunikasi yang baik kepada anak membuat sebagian orang tua memilih bungkam dan membiarkan anak- anak mereka bermain dengan sesuka hati.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan oleh peneliti di atas, maka fokus penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola komunikasi orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget pada usia dini di Desa Sruni?
2. Apa hambatan orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget pada usia dini di Desa Sruni?
3. Bagaimana dampak penggunaan gadget pada anak usia dini di Desa Sruni?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola komunikasi orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget di usia dini di Desa Sruni
2. Untuk mengetahui hambatan orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget di usia dini di Desa Sruni
3. Untuk mengetahui dampak penggunaan gadget pada anak usia dini di Desa Sruni
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan ilmiah mengenai bagaimana pola komunikasi orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget pada usia dini di Desa Sruni Kecamatan Jenggawah. Penelitian ini juga dapat menjadi refrensi ilmiah baru untuk menguatkan teori komunikasi dalam eksitensi dan relevansinya dalam kehidupan saat ini.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Orangtua
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pengetahuan dan pemahaman agar orangtua lebih memperhatikan anak-anak mereka.
Sehingga kedepannya orangtua dapat memberikan kenyamanan dan kebahagiaan anak sesuai dengan perkembangannya tanpa harus khawatir dengan pengaruh gadget.
b. Bagi masyarakat
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pemahaman dan dasar pemikiran untuk mendidik anak sesuai usia belajarnya tanpa pengaruh gadget yang berlebihan. Terutama bagi masyarakat Desa Sruni Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember supaya lebih memahami dampak yang bisa ditimbulkan gadget pada anak, sekaligus meminimalisir penggunaan gadget.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pengetahun dan ilmu baru yang dapat menambah wawasan peneliti baik secara teoritis maupun praktis dalam pengalaman yang di dapat selama proses penelitian berlangsung.
d. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi akademis serta dapat memberikan pengembangan bagi jurusan agar penelitian ini bisa menjadi acuan sebagai bentuk dari kepedulian juga pemahaman
sebagai peran dari orangtua dalam mengawasi anak menggunakan gadget.
E. Definisi Istilah 1. Pola Komunikasi
Pola diartikan sebagai bentuk yang tetap, sedangkan dalam Kamus Ilmiah adalah model. Sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan car yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dengan benar.15
Pola komunikasi disebut sebagai bentuk penyampaian suatu informasi oleh pengirim pesan kepada penerima pesan baik secara langsung ataupun tidak langsung (melalui media sosial). Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautan unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsungan, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis.16
2. Anak Usia Dini
Seringkali orang salah mengartikan anak usia dini, beragamnya usia anak membuat sebagian orang mengira anak usia dini adalah anak balita yang masih belum mengenal apa-apa. Namun kenyataannya, anak
15 Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Renika Cipta 2004). H.51
16 Dr. Harjani Hefni, Komunikasi Islam Edisi Pertama. (Jakarta: Prenamamedia Group, 2017), h.
218
usia dini adalah anak yang belum bisa masuk sekolah atau pra sekolah dengan usia 1-6 tahun. Menurut Hermoyo, yang dimaksud anak usia dini adalah anak-anak yang baru lahir atau usia 0-5 tahun yang disebut sebagai usia emas. Maksudnya usia emas adalah masa-masa dimana anak di usia ini orangtua mulai membentuk sikap, perilaku, dan karakter bagi masa depan mereka.17 Usia ini dia anggap cukup mudah apabila orang tua bisa memberikan perhatiannya untuk anak dalam hal apapun. Seperti halnya ketika anak sudah mulai bisa berbicara, orang tua mengajarkan cara bicara yang baik untuk anak-anaknya.
Ada empat tingkat perkembangan anak di usia dini yaitu:
1. Tingkat pertama, dimulai pada usia 0-6 tahun, dimana anak mulai bisa bereaksi ketika melihat orang lain. Seperti tersenyum dan tertawa ketika mendengar suara orang lain.
2. Tingkat kedua, dimulai sejak usia 2 tahun, dimana biasanya diusia ini anak akan merasa senang dan gembira ketika diajak bermain oleh orang dewasa yang menganggapnya sebagai teman bermain.
3. Tingkat ketiga, usia ini dimulai dari 2 tahun lebih, dimana anak akan menyetujui jika orang lain mengajaknya bermain ataupun berbicara.
Usia ini bisa dikatakan mulainya perasaan, emosi yang bisa dirasakan oleh anak terhadap orang lain.
4. Tingkat keempat, dimulai ketika usia anak lebih dari 3 tahun. Di usia ini anak-anak mulai menyadari hubungannya dengan keluarga. Mereka
17 Yunda Catur Bintoro, Upaya Orang tua Dalam Mengatasi Kecanduan Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini di Desa Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. 2019
akan merasa penasaran dengan segala yang mereka lihat, serta pergerakan yang aktif akan mulai terlihat di usia ini.18
3. Media Gadget
Gadget adalah sebuah alat canggih yang dirancang untuk memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
Gadget sendiri sudah dikenal diselurh dunia, banyak yang menggunakan gadget. Menurut kamus gadget berarti perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus.19 Apalagi di zaman yang serba elektronik membuat sebagian orang memilih gadget untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya belanja, saat ini tidak perlu jauh-jauh belanja ke supermarket untuk memenuhi kebutuhan yang di inginkan. Cukup memanfaatkan gadget sebagai alat untuk berbelanja online dengan menghubungkan ke jaringa internet sudah bisa belanja tanpa keluar rumah.
Gadget diciptakan sesuai dengan kebutuhan manusia. Semakin tinggi kebutuhan manusia, maka semakin tinggi pula gadget memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan berbagai macam fitur aplikasi yang terdapat di dalamnya, membuat orang semakin terus ingin melakukan apa yang mereka inginkan.20 Namun pemanfaatan gadget juga dilakukan tidak seharusnya oleh beberapa orang. Seperti halnya orang tua yang memanfaat
18 Abu Ahmad dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, hlm 102-103.
19 Putri Hana Pebriana, Analisis Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Pada Anak Usia Dini, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, (Riau: PGSD FIP), No. 01 Vo.
1 2017, hlm.3.
20 Yunda Catur Bintoro, Upaya Orangtua Dalam Mengawasi Kaecanduan Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini di Desa Mandiraja, 2019
gadget sebagai teman bermain anak. Tentu hal ini akan menimbulkan efek buruk bagi anak, jika anak masih tergolong usia dini.
Gadget memang alat yang mudah digunakan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Dengan gadget kita bisa melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang-orang terdekat, sahabat, ataupun orang lain. Dengan gadget informasi apapun bisa kita dapatkan dengan cepat. Fungsi yang ada dalam gadget bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk mengakses internet, hal ini paling banyak dilakukan oleh sebagian orang. Dengan mengakes internet kita bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan baik pengetahuan baru ataupun pengetahuan yang lama. Internet bisa menyelesaikan persoalan yang kita alami, contonya tugas sekolah. Apabila kita kurang memahami arti atau maksud dari sebuah tugas yang di dapat dari sekolah, maka hal yang paling mudah untuk menyelesaikan hal tersebut adalah dengan mengakses internet.
Dengan begitu, tidak ada lagi persoalan yang sulit untuk dipecahkan. Sebagian besar orang menggunakan gadget untuk menyelesakan persoalan-persoalan yang rumit.
b. Untuk mengakses informasi, dalam hal ini bukan gadget namanya jika tidak bisa memberikan atau menyampaikan informasi dari berbagai macam bentuk. Tanpa adanya informasi maka komunikasi tidak akan sempurna, layaknya sebuah komponen yang selalu terhubung di antara keduanya.
Bertambahnya ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas bagi seseorang dalam mengakses informasi melalui gadget. Dengan alat canggih ini kita bisa mengakses informasi apapun dengan mudah, dan cepat.21
F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan disusun dengan langkah-langkah dalam penelitian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang di angkat, yang berupa gambaran umum dari masalah terkait dengan judul penelitian. Selan itu bab ini juga berisi fokus penelitian, tujuan penelitian dan manfaat dari penelitan, definisi isilah, serta sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
Dalam bab ini berisi penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan kajian teori yang terkait dengan judul penelitian “Peran Orangtua Mengawasi Anak Dalam Penggunaan Gadget di Desa Sruni Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember”.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan. Selan itu bab ini juga berisi lokasi penelitian, subyek
21 Ibid
penelitian, tekhnik pengumpulan data dan analisisnya, tekhnik keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini berisi tentang gambaran terkait obyek penelitian, penyajian data, analisis data dan hasil penemuan yang didapat sesuai dengan fakta saat proses lapangan berlangsung.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga menyajikan daftar pustaka yang djadikan sebagai sumber rujukan refrensi.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian Terdahulu
Untuk memudahkan pembaca memahami langkah dalam penelitian, maka peneliti mengambil beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian. Karena di dalam kajian pustaka peneliti sering menyebutnya dengan sebutan teoritis yang menjelaskan teori-teori relevan dengan masalah yang mirip dengan masalah yang akan diteliti.
Adapun beberapa kajian pustaka terdahulu yang memiliki tema pembahasan yang sama dengan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yakni:
1. Rika Zulaika, 2010 dengan judul “pola komunikasi interpersonal orangtua dalam membentuk kepribadian anak di Kelurahan Perawang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak Riau” dengan rumusan masalah bagaimana pola komunikasi interpersonal orangtua dalam membentuk kepribadian anak di Kelurahan Perawang ?. dalam penelitiannya peneliti menjelaskan bahwa pola komunikasi interpersonal perlu dilakukan untuk membentuk kepribadian dengan baik. Sebab keluarga merupakan orang pertama yang menjadi penopang bagi anak, untuk itu pola komunikasi juga perlu diperhatikan dalam membentuk kepribadian anak. Dengan menggunakan pola komunikasi yang tepat, maka kepribadian anak bisa dibentuk sesuai dengan usia serta membentuk karakteristik yang benar. Pola komunikasi merupakan bentuk dimana orangtua menggunakan cara berkomunikasi dengan anak, dengan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh orangtua
akan mengikuti kebiasaan anak dalam berbicara dan bahkan mempengaruhi kepribadian anak. Maka untuk itu, memilih dan menggunakan pola komunikasi yang benar dan tepat dapat mempengaruhi segala kegiatan dan aktivitas anak.
2. Ayu Rahayu Andirah, 2019. Dengan judul “pola komunikasi orangtua dengan anak remaja terhadap ketergantungan media internet di BTN Gowa Lestari Batangkaluku.” Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan dengan rumusan masalah bagaimana pola komunikasi orangtua terhadap anak remaja yang ketergantungan media internet di BTN Gowa Lestari Batangkaluku?. Dalam penelitianya peneliti mengemukakan bahwa pola komunikasi yang digunakan oleh orangtua kepada anak yang ketergantungan internet cenderung membiarkan. Sebab anak remaja yang ketergantungan internet akan lebih sulit untuk merubahnya, karena mereka memiliki pandangan yang menurutnya benar. Anak remaja akan semakin menjadi-jadi jika sudah ketergantungan internet. Melepaskan internet tidak lagi mudah baginya, hal itu dikarenakan anak remaja yang memiliki rasa bersenang-senang leboh tinggi dibanding dengan orang dewasa dan anak- anak.
3. Aditya Pratama, 2020 dengan judul “peran orangtua dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak usia dini di Perumahan Griya Abdi Negara Kelurahan Sukabumi andar Lampung”, dengan rumusan masalah bagaimana peranan orangtua dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak usia dini?. Dalam penelitiannya peneliti mengemukakan bahwa orang
tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengawasi dan mendidik anak-anaknya. Orangtua harus bisa memberikan yang terbaik bagi anak dalam segi apapun. Penggunaan gadget pada anak usia dini perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan anak-anak lain, sebab di usia yang masih terbilang dini anak-anak mudah menirukan gaya ataupun emosi yang dilihat dalam gadget. Untuk menghindari dari hal-hal negatif yang ditimbulkan gadget, orangtua harus andil dalam memankan ataupun pengawasan ketika anak-anak mereka sedang menggunakan gadget untuk bermain.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan di atas, penulis mengelompokkan persamaan dan perbedaan dari penelitan terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam tabel berikut ini:
Tabel 2:1
Originalitas Penelitian No Nama,
Tahun, Judul Penelitian
Persamaan Penelitian
Perbedaan Penelitian
Originalitas penelitian 1. Rika Zulaika,
2010. Pola Komunikasi Interpersonal Orangtua Dalam Membentuk Kepribadian
Anak di
Kelurahan Perawang Kecamatan Tualang Kabupaten
a. Peneliti ini sama-sama mengkaji tentang pola komunikasi orangtua dengan anak.
b. Dalam
penelitian ini, peneliti juga menggunaka n metode penelitian kualitatif
Fokus dalam peneliti ini bertujuan untuk membentuk
kepribadian anak,
dan untuk
mengetahui pola komunikasi yang diambil orangtua dalam membentuk kepribadian anak
Siak Riau 2. Ayu Rahayu
Andirah, 2018. Pola Komunikasi Orangtua Dengan Anak Remaja Terhadap Ketergantung an Media Internet di BTN Gowa Lestari
Batangkaluku
a. Peneliti ini sama-sama mengkaji pola
komunikasi orangtua dengan anak.
b. Dalam
penelitian ini, peneliti juga menggunaka n penelitian kualtitatif
Fokus dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan
orangtua kepada anak remaja dalam mengurangi
ketergantungan media internet
3. Aditya Pratama, 2020. Peran Orangtua Dalam Mengawasi Penggunaan Gadget Pada Anak Usia
Dini di
Perumahan Griya Abdi Negara Kelurahan Sukabumi Bandar Lampung
a. Penelitian ini sama-sama mengkaji orangtua dalam mengawasi anak dan memiliki objek yang sama.
b. Dalam
penelitian ini, peneliti juga menggunaka n metode penelitian kualitatif
Fokus penelitian yang terdapat di dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa penting peran orangtua dalam mendidik anak, serta menjauhkan anak dari penggunaan gadget yang berlebihan.
4. Siti
Nurfadillah, 2021. Pola Komunikasi Orangtua Dalam Mengawasi Anak
Menggunaka n Gadget Pada Usia Dini di Desa Sruni
Kecamatan
Penelitian ini mengkaji pola komunikasi orangtua kepada anak dalam menggunakan gadget pada usia dini. Fokus dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan
orangtua kepada
Jenggawah Kabupaten Jember
anak dalam mengawasi
penggunaan gadget pada anak usia dini di Desa Sruni, dan apa saja hambatan yang diterima orangtua, serta dampak dari penggunaan gadget pada anak usia dini. Jenis penelitian
deskriptif
kualitatif dengan analisi redukki data, penyajian
data dan
verifikasi data.
B. Kajian Teori
1. Komunikasi dan Pola Komunikasi a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan lisan (langsung) atau melalui media sosial (tidak langsung). Komunikasi pada umunya diartikan sebagai hubungan manusia baik individu maupun kelompok.22 Komunikasi merupakan hubungan interaksi satu orang atau lebih dengan berbicara mengenai sebuah informasi yang disampaikan. Menurut Sasa Djuarsa Sandjaja, komunikasi didefinisikan dari beberapa sudut pandang para
22 Aw, Wijaya, Komunikasi (Jakarta: Bina Aksara, 1992), hlm.1
ahli yang menyatakan tentang pengertian komunikasi. Diantara definisi yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan sebuah informasi kepada seorang penerima dengan maksud dan tujuan tertentu. Maksud yang dan tujuan tersebut tidak lan adalah sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan bisa menunjukkan arti yang benar, sehingga tidak ada salah pemahaman dalam komunikasi. Seorang komunikator harus bisa menyampaikan pesannya dengan jelas yang nantinya seorang komunikan tidak salah mengartikan maksud dari pesan tersebut.23
2. Komunikasi adalah penyampaian sebuah informasi melalui simbol. Maksudnya pesan yang disampaikan komunikator berbentuk informasi penting, gagasan, ide, wawasan dan pengetahuan dengan kata-kata yang jelas dengan disertai gerakan tubuh yang menjadi faktor pendukung dari proses penyampaian pesan. Misalnya, pesan yang disampaikan berupa pesan kebahagiaan maka gerakan tubuh yang bisa mendukung pesan tersubut ialah tertawa dan tersenyum. Hal itu menandakan bahwa pesan yang disampaikan benar-benar pesan bahagia bagi penerima pesan.
23 Sasa Djuarsa Sandjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT Raja Drafindo Persada, 2014), h. 66
3. Komunikasi juga diartikan sebagai hal mendasar dalam berhubungan dengan orang lain. Sudah jelas, bahwa komunikasi merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Jika tidak dengan komunikasi maka seseorang tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Hal ini juga ada kaitannya dengan simbol atau gerakan tubuh yang bisa mendukung suksesnya berkomunikasi. Maksudnya komunikasi bisa diterima dengan benar oleh penerima pesan, sehingga tidak ada lagi pertanyaan atau ketidakpastian seseorang dalam memahami pesan. 24
Selain definisi dan fungsi, komunikasi juga memiliki tujuan.
Tujuan yang terkandung di dalam komunikasi menurut Harold D. Laswell ada empat:
1. Perubahan sosial, yang artinya sebuah komunikasi disampaikan untuk perubahan sosial manusia. Seperti kehidupan seseorang yang dengan sengaja dirubah agar lebih baik kedepannya. 25 2. Perubahan sikap, yang artinya komunikasi disampaikan dengan
tujuan merubah sikap seseorang.
3. Perubahan pendapat, yang artinya komunikasi disampaikan untuk merubah pendapat seseorang tentang sebuah pesan atau informasi yang diterima. Pendapat yang berbeda dari sudut pandang orang lain bisa dirubah melalui komunikasi.
24 Ibid
25 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakte k. (PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 15
4. Perubahan perilaku, yang artinya komunikasi bisa merubah perilaku seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Dengan menggunakan kata-kata yang lembut dan sopan perilaku yang buruk bisa terat asi.26
b. Komunikasi Orangtua dan Anak Dalam Al-Quran
Sebagai orangtua kita perlu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Dengan komunikasi hubungan keluarga akan lebih terasa harmonis, apalagi keakraban seorang anak dengan orangtuanya akan menjadi poin utama kebahagiaan orangtua.
Komunikasi yang dilakukan oleh orangtua kepada anak dapat dilihat dari pesan-pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan orangtua kepada anak. Dengan pesan-pesan tersebut diharapakan dampak positif terhadap pembentukan kepribadian anak, sehingga mudah dalam membentuk karakter baik sekaligus tumbuh kembang anak sesuai dengan usia mereka.
Komunikasi orangtua terjadi dengan mempertimbangkan karakter, keseharian dan lingkungan sekitar anak. Sebagaimana yang disebut dalam Q.S Al-Luqman ayat 16 yang berbunyi:
يَىُبَي ٍة َر ْخَص ِيف هُكَتَف ٍل َد ْرَخ ْهِم ٍت بَح َل َاقْثِم ُكَت ْنِا َاهَوِا
ِيف ْوَا ُ اللََّاهِب ِثْءَاي ِضْرَلأْا ِيفْوَا ِث َىَم سلا
- َ اللَّ نِإ
ٌرْيِبَخ ٌفْيِطَل
26 Ibid
Artinya:
Luqman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.27
Menurut tafsir al-misbah bahwa ayat ini melanjutkan wasiat luqman kepada anaknya. Dengan menguraikan kedalaman ilmu, yang diisyaratkan oleh penutup ayat tersebut dengan pernyataan-Nya: “maka ku-berikan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Luqman berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perubahan baik burk walau sebiji sawi, dan berada pada tempat yang paling tersembunyi, misalnya dalam batu karang kecil, sesempit dan sekokoh apapun batu itu, atau di langit yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian dalam di mana pun keberadaanya niscaya Allah akan mendatangkannya lalu memperhitungkan.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa menjangkau segala sesuatu lagi sehingga tidak satupun luput darinya.28
c. Pola komunikasi
Pola sering diartikan sebagai bentuk atau struktur yang ditetapkan dalam suatu hal. Sedangkan komunikasi adalah menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain. Menurut Djamarah, pola komunikasi adalah bentuk menyampaikan sebuah
27 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2011) h. 560
28 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misahbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). h. 113-134
pesan kepada penerima pesan sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami.29 Dengan ini pola komunikasi yang digunakan oleh seorang penyampai pesan dapat mentransfer pesan dengan maksud yang benar. Pola komunikasi juga dikaitkan dengan adanya proses penyampaian pesan antara orang memberi informasi dan orang yang meneremia informasi, yang nantinya pesan yang dimaksud tersampaikan dengan jelas dan mudah diterima. 30
Pola komunikasi sengaja dibuat guna memudahkan satu orang dengan orang lain dalam berkomunikasi. Hal ini dirancang sebagaimana kebutuhan manusia agar komunikasi yang mereka lakukan tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda. Karena manusia memiliki sifat dan pemikiran yang berbeda-beda, untuk itu pola komunikasi ini dibuat agar komunikasi lebih mudah diterima oleh orang terutama masyaratakat. Devito mengatkan pola komunikasi terbagi atas beberapa macam yaitu:31
1. Pola komunikasi primer
Dalam pola komunikasi ini, yang dimaksud adalah proses dimana seseorang yang menyampaikan pesan menggunakan simbol sebagai media untuk menyalurkan pesan tersebut. Simbol yang digunakan terba gi dua macam, yakni simbol dalam bentuk verbal dan
29 Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Renika Cipta 2004). Hlm 51
30 Ayu Rahayu Andirah, pola komunikais orang tua dengan anak remaja terhadap ketergantungan media internet, 2018.
31 Joseph, A Devito, Komunikasi. (Jakarta: Profesional Book,1997), h. 12
simbol dalam bentuk nonverbal. Simbol verbal adalah simbol yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan pesan berupa kata- kata dan bahasa. Sedangkan simbol nonverbal adalah simbol yang digunakan dalam menyampaikan pesan dengan bentuk isyarat. Simbol ini menggunakan isyarat dalam gerakan tubuh seperti, kedipan mata, anggukan kepala, dan lain sebagainya. 32
2. Pola komunikasi sekunder
Dalam pola komunikasi ini, yang dimaksud adalah seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan dengan menggunakan media sosial sebagai alat berkomunikasi. Biasanya pola komunikasi ini dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan dengan jarak yang jauh. Untuk itu, komunikator memilih saluran media sosial untuk membantunya dalam meminimalisir kebutuhan tersebut. Pesan yang disampaikan oleh komunikator menggunakan media akan lebih cepat sampai, efektif, dan mudah untuk dilakukan karena kecanggihan tekhnologi yang bisa memenuhi segala persoalan bisa teratasi dengan mudah. Media sosial yang digunakan dalam pola komunikasi ini ialah media cetak, smartphone, radio, televisi, dan lain-lain. 33
3. Pola komunikasi linier
Dalam pola komunikasi ini, yang dimaksud adalah proses dalam menyampaikan sebuah informasi hendaknya dilakukan penyusuna.
32 Onong U. Efendy, ilmu komunikais teori dan praktik. Op .Cipt.. hlm 15
33 Phil Astrid S.Susanto, komunikasi dalam teori dan praktik. Bandung: hlm 1
Dimana pesan yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan tidak akan menyeleweng atau salah pemahaman.
Proses dalam pola komunikasi ini memiliki tujuan yang kuat agar si penerima pesan tidak berbelok arah dari pesan yang disampaikan. Pesan-pesan yang akan disampaikan hanya akan berjalan dengan titik yang ditentukan oleh seorang komunikator.
Biasanya pesan yang disampaikan oleh komunikator dilakukan secara langsung atau tatap muka dengan komunikan. Hal ini dilakukan agar pesan yang disampaikan sesuai dengan arti dan maksud dari orang yang menyampaikan pesan.
4. Pola komunikasi sirkuler
Dalam pola komunikasi ini, yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan bisa diterima dengan tujuan adanya umpan balik.
Jika pesan yang disampaikan tidak terjadi umpan balik maka pesan tersebut dikatakan tidak terselesaikan atau tidak tersampaikan dengan baik. Sejatinya umpan balik menjadi hal penting dalam pola komunikasi.34
Dr. Haim G. Ginoot (Sobur) mengatakan bahwa cara baru dalam berkomunikasi dengan anak harus berdarsarkan sikap dan keterampilan.
Pola atau bentuk komunikasi dengan anak usia dini dalam keluarga
34 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989), hlm.37-42
melalui model stimulus-respon dan model interaksi. Sebagaimana kedua model tersebut dijelaskan seperti berikut:35
1. Model S-R
Model ini menunjukkan pertukaran gagasan atau yang disampaikan. Umumnya pertukaran ini menimbulkan aksi-reaksi yang dilakukan oleh orangtua kepada anak. Di dalam model ini mengasumsikan bahasa dan kata-kata sebagai alat mentransformasi pesan yang akan disampaikan oleh orangtua kepada anak. Dengan kata-kata yang digunakan orangtua untuk berkomunikasi dengan anak, maka proses pertukaran pesan bisa memberikan timbal balik pada anak. Anak akan memahami pesan yang disampaikan oleh orangtuanya. Selain kata-kata, orangtua biasa menggunakan isyarat sebagai pendukung dalam berkomunikasi dengan anak. Penggunaan isyarat bisa merangsang respon anak dalam memahami tindakan yang dilakukan oleh orangtuanya.36
2. Model Interaksi
Model ini sedikit memiliki perbedaan dengan model sebelumnya. jika model S-R menunjukkan aksi-reaksi kepada anak, maka dalam model ini memiliki macam-macam bentuk interaksi.
Bentuk interaksi yang ada pada model ini tidak hanya terjadi pada orangtua kepada anak saja, justru interaksi yang terjadi pada anak
35 Rika Zulaika, Pola Komunikasi Interpersonal Orangtua Dalam Membentuk Kepribadian Anak di Kelurahan Perawan. 2010
36 Ibid
menjadi perhatian orangtua bahwa anak mereka memahami tindakan yang dilakukannya.37
d. Pola komunikasi Orangtua Kepada Anak
pola komunikasi orangtua dan anak menjadi hal penting dalam berkomunikasi di antara keduanya. Sebab anak yang berusia sangat dini atau di bawah umur, akan lebih peka dengan orangtuanya.
Anak akan lebih percaya jika orangtua mereka yang berbicara kepadanya. Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djamarah, adapun macam-macam pola komunikasi orangtua kepada anak dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1. Permissive
Pola atau bentuk komunikasi ini biasa disebut pola membebaskan, yang artinya orangtua membiarkan dan menuruti semua keinginan anak. Orangtua cenderung memberikan peluang bagi anak-anak untuk berbuat semau mereka, sehingga orangtua bertindak membiarkan anak untuk memilih permainan yang mereka inginkan. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka semua yang diinginkan anak akan diturti oleh orangtuanya. Untuk itu, sebagai orangtua, kita harus bisa memilih permainan untuk perkembangan ank dan mengontrol anak dalam kegiatan apapun.38
37 Rika Zulaika, Pola Komunikasi Interpersonal Orangtua Dalam Membentuk Kepribadian Anak di Kelurahan Perawan. 2010
38 Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Renika Cipta 2004). Hlm 51
2. Otoriter
Pola atau bentuk dalam komunikasi ini cenderung perfikir kaku, yang artinya orangtua melarang dan tidak memberikan ruang untuk anak dalam bermain. Larangan dan aturan yang dibuat oleh orangtua untuk anaknya membuat mereka merasa tidak mendapat peluang untuk memilih kegiatan yang mereka inginkan. Pola ini bersifat kaku, dan banyak aturan. Orangtua tidak mebiarkan anak untuk melakukan keinginan mereka, yang orangtua lakukan disini mengkomando anak agar tidak melakukan yang tidak disukai oleh orangtua. Sifat-sifat seperti menghukum, memarahi anak, dan memaksa anak untuk tidak melakukan hal yang tidak diinginkan orangtua.
3. Demokratis
Pola atau bentuk dalam komunikasi ini bersifat adanya kesepakatan di antara keduanya, yang artinya orangtua dan anak sama-sama menyepakati aturan yang telah mereka buat bersama.
Hal ini justru akan memudahkan keduanya dalam melakukan kegiatan yang mereka inginkan. Pasalnya mereka sudah memiliki kesepakatan bersama tanpa adanya percekcokan ataupun pemberontakan dari anak. 39
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa yang dimaksud dengan bentuk komunikasi memiliki hubungan di antara keduanya. Dimana
39 Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Renika Cipta 2004). Hlm 51
orangtua dan anak mempunyai ikatan khusus, baik dalam keluarga maupun proses pertumbuhan anak. Karean pada dasarnya anak membutuhkan orangtua dalam melakukan kegiatan yang mereka inginkan, sedangkan orangtua bertugas untuk membimbing, mengawasi, mengontrol, dan memberikan pertumbuhan yang baik untuk anak-anaknya.
Komunikasi yang dilakukan kepada anak usia dini berbeda dengan anak yang sudah bisa membedakan mana yang baik dan benar untuknya. Sebab anak di usia dini terbilang sangat rentan terhadap suatu hal yang bisa merubah pola fikirnya. Untuk itu, komunikasi dengan anak pada usia 1-6 tahun harus didasarkan dengan cara yang berbeda, yakni dengan sikap yang benar dan keterampilan dalam berbicara kepada mereka. orangtua harus ekstra hati-hati dalam berkomunikasi dengan anak, karena pola fikir yang masih dini bisa memberikan pemahaman lain untuk anak. Oleh karenanya, sebagai orangtua harus bisa memberikan keterampilan bahasa yang baik dan benar untuk anak-anaknya.
Dari pola komunikasi diatas dijelaskan bahwa komunikasi yang dilakukan dalam keluarga memiliki ikatan dan respon yang kuat sehingga menimbulkan umpan balik seperti yang diharapkan dalam proses komunikasi. Berdasarkan ikatan dalam sebuah keluarga, komunikasi diartikan sebagai bentuk dalam mempererat hubungan diantara orangtua kepada anak, suami kepada istri, dan komunikasi dengan tetangga. Bentuk dalam komunikasi menunjukkan bahwa berinteraksi dengan orang lain
akan memberikan dampak dan umpan balik yang bersifat impersonal (tidak pribadi) atau intim (pribadi). 40
Keberlangsungan komunikasi dalam sebuah keluarga merupakan tanggungg jawab dari orangtua. Mulai dari mendidik, memberikan pertumbuhan sesuai usia, membentuk sikap dan prilaku yang baik, hingga membentuk akhlak dan masa depan yang diinginkan orangtua untuk anaknya. Djamarah mengatakan adapun beragam bentuk komunikasi orangtua dan anak dijelaskan sebagai berikut:
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah dimana orangtua menggunakan kata dan bahsa yang bisa dipahami oleh anak. Dimana komunikasi ini memberikan peluang bagi anak untuk mengasah kemampuan pemahamannya dalam berinteraksi dengan orangtua mereka. orangtua akan lebih sering berinteraksi dengan anak untuk mengasah pertumbuhannya, mulai dari berbincang, bercanda, tertawa, dan melakukan hal-hal yang bisa merespon perkembangan anak dalam berinteraksi dengan orangtua. 41
2. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah dimana orangtua tidak hanya menggunkaan komunikasi verbal sebagai bentuk interaksi mereka.
komunikasi nonverbal juga dilakukan untuk melatih dan
40 Dr. Harjani Hefni, Komunikasi Islam Edisi Pertama. (Jakarta: Prenamamedia Group 2017) hlm 218
41 Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Renika Cipta 2004). Hlm 51
mengembangkan pertumbuhan anak untuk mengenal dan memahami segala macam bentuk tindakan. Seprti yang dicontohkan orangtua kepada anak, tindakan sholat yang dikerjakan oleh orangtua. Hal tersebut bisa ditiru oleh anak apabila ia memahami tindakan yang dilakukan oleh orangtuanya tersebut.
3. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal biasa terjadi dalam keluarga, dimana anggota keluarga saling berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi ini dilakukan agar hubungan orangtua dan juga anak bisa terjalin dengan baik. Hal ini menunjukkan supaya orangtua bisa lebih memperhatikan anak merka dan memberikan peluang waktu untuk berbincang.
Perbincangan yang bisa dijadikan sebagai alat untuk lebih mengenal seperti apa karakter yang dmiliki oleh anak.42
4. Komunikasi keluarga
Komunikasi keluarga juga disebut komunikasi kelompok, dimana dalam sebuah keluarga orangtua akan membimbing naka merak untuk berbuat baik. Dan memberitahu hal-hal yang di anggap buruk. Sebuha keluarga mempunya kesempatan untuk memperhatikan anak-anak mereka lebih leluasa, orangtua harus bisa memberikan pertumbuhan yang baik untuk anaknya. Dalam hal ini orangtua
42 Ibid
dituntut untuk lebih aktif me mperhatikan dan mengawasi anak dalam semua hal.43
e. Hambatan Dalam Komunikasi
Komunikasi tentu memiliki hambatan pada saja terjadi masalah saat proses berlangsung, diamaan dalam sebuah komunikasi tidak lupa dari perbedaan pendapat atau persepsi masing-masing orang. Masalah dalam komunikasi beragam bentuknya, mulai dari berubahnya pendapat, penerimaan pesan yang berbeda arti, dan lain-lain. Adanya masalah dalam komunikasi menimbulkan sesuatu yang terjadi, dan perlu untuk diperbaiki. Hal ini biasa terjadi kepada orang yang membawa pesan dan bisa terjadi pada orang yang menerima pesan.44
Komunikasi menjadi sesuatu yang sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Manusia adalah makhluk soosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya, seperti halnya komunikasi.
Komunikasi lebih sering dilakukan apabila satu orang dengan orang lain bertemu. Hal ini memang terdengar mudah, namun apa jadinya jika komunikasi yang dilakukan oleh orang yang sama-sama kurang memahami pesan atau berbeda pendapat, tentu komunikasi tidak akan sampai dengan benar dan akan menimbulkan persepsi yang berbeda.
Untuk itu, sebagai manusia kita perlu belajar dan memahami arti dari sebuah komunikasi secara lebih dalam. Hal ini ada kaitannya dengan masalah dalam komunikasi, sehingga pesan tidak sampai dengan
43 Ibid
44 H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2, h.
1003
sempurna. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Onong Uchjana Effendy yang menyebutkan dalam satu karya ilmiahnya yakni, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam komunikasi. Faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut. 45
1. Faktor sosiologis, antropologis, dan psikologis. Yang dimaksud dari ketiga faktor tersebut adalah bertitik kepada situasi yang terjadi pada saat proses komunikasi berlangsung. Situasi yang tidak tepat bisa mengakibatkan komunikasi tidak sampai dengan sempurna. Faktor-fator tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Sosiologis, situasi ini mengarah kepada kedudukan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jika kedudukan dan tingkat pemaham