MANAGEMENT GUIDE OF QUAIL IN TROPICAL COUNTRY
Program Studi D3 – Budidaya Ternak
Universitas Sebelas Maret (UNS) – Surakarta
MANAJEMEN PAKAN
Saat melakukan pergantian pakan dari periode stater ke layer harus dilakukan secara bertahap agar ternak dapat beradaptasi dengan kualitas ransum yang baru.
Sebelum dan sesudah pergantian ransum berikan multivitamin atau obat anti stress.
Pemberian pakan jangan sampai terlambat karena akan berpengaruh terhadap produksi telur.
Air minum harus diberikan secara adlibitum (terus menerus).
Perhatikan juga kualitas air minum baik fisik, kimia maupun kandungan mikroorganismenya.
MANAJEMEN PAKAN
MANAJEMEN PAKAN
MANAJEMEN PAKAN
MANAJEMEN PAKAN
MANAJEMEN PAKAN
Umur (minggu)
Feed Intake (gram)
Bobot Badan (gram)
0-1 6,25 21,83
2-3 15,43 56,80
3-4 18,45 88,49
4-5 23,36 127,05
5-6 24,03 164,04
6 26,20 189,45
Tabel 1. standart pemberian pakan dan bobot badan puyuh minimal
MANAJEMEN PENCAHAYAAN
• Periode layer kebutuhan cahaya sangat penting untuk proses pembentukan ovum. Kecukupan cahaya akan mempengaruhi produksi hormon dan selanjutnya akan menentukan produksi ovum.
• Produksi ovum yang optimal akan menyebabkan produksi telur juga akan optimal. Fase grower cahaya sangat berpengaruh terhadap dewasa kelamin.
Intensitas cahaya baik yang berasal dari matahari maupun lampu penerangan diminimalkan. Intensitas dan lama penyinaran pada fase layer sangat berpengaruh terhadap produksi dan ukuran telur (Johari, 2005).
• Perhatikan juga program pencahayaan, pada masa grower tidak boleh menambah pencahayaan karena dapat menimbulkan dewasa kelamin dini akibatnya puyuh akan bertelur lebih awal tapi tidak bisa mencapai puncak produksi serta kualitas telurnya juga jelek (ukuran telur kecil-kecil)
MANAJEMEN PENCAHAYAAN
• Penambahan cahaya segera setelah ada puyuh yang bertelur (2-5%), dari semula 12 jam kemudian ditambah 4 jam secara bertahap, sehingga saat puncak produksi pencahayaan telah mencapai 16 jam
• Gunakan lampu dengan warna merah orange
• Intensitas cahaya yang diberikan 2-4 meter 1 lampu
• Sebaran lampu harus merata agar sebaran cahaya merata
MANAJEMEN LINGKUNGAN
Temperatur lingkungan yang tinggi akan menyebabkan ukuran telur serta produksi telur menurun hal ini sebagai hasil menurunnya konsumsi nutrisi pada ternak unggas, terutama energi dan protein (North dan Bell, 1990).
Temperatur atau suhu yang tinggi juga akan membuat ternak unggas menjadi stress. Energi yang seharusnya dapat digunakan untuk memproduksi telur malah digunakan untuk energi stress maupun panting.
• Menjaga kondisi peternakan agar nyaman untuk pemeliharaan ternak unggas, seperti cukup tersedia ventilasi udara agar
sirkulasi udara lancar agar kandang tidak terlalu panas.
• Hindari juga hal-hal yang akan menyebabkan ternak menjadi stress.
• Melakukan program kesehatan seperti vaksinasi dan
pemberian antibiotik untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh ternak dan mencegah adanya infeksi penyakit
• Masa pemeliharaan periode starter harus benar-benar optimal karena sangat menentukan periode pemeliharaan berikutnya, seperti kebutuhan pemanas
• Kualitas dan kuantitas ransum yang diberikan ke burung puyuh harus sesuai dengan kebutuhan puyuh, terutama kandungan energi metabolisme dan protein untuk setiap periodenya
MANAJEMEN LINGKUNGAN
• Lakukan kontrol berat badan (BB) secara rutin.
• Saat masa grower timbang BB puyuh seminggu sekali. Hal ini untuk
memastikan puyuh tidak terlalu kurus atau gemuk karena akan berpengaruh terhadap produksi telur.
• Segera lakukan treatment pada puyuh dengan BB kurang atau melebihi
standar. Sebagai patokan umum, BB dikatakan sesuai jika ±10% dari standar BB dari breeder.
• Jika ditemukan ayam dengan BB dibawah standar > 15% maka hendaknya puyuh tersebut di culling karena saat produksi nanti sulit mencapai optimal.
Sedangkan puyuh dengan BB dibawah standar sebesar 10-15% berikan treatment untuk menaikkan BB secara bertahap sehingga mencapai BB standar.
• Biasanya puyuh dengan BB kurang dari standar ini akan menyebabkan
produksi telur mundur. Misalnya puyuh memiliki BB dibawah standar sebesar 10-15% biasanya akan mengalami kemunduran produksi telur selama 10-15 hari. Sama halnya pada puyuh dengan BB melebihi standar, hendaknya
segera dilakukan treatment untuk menurunkan BB secara bertahap (pelan- pelan) jangan drastis. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengurangi jatah makannya sebesar 1-3 g/ekor/hari sampai diperoleh BB yang ideal
MANAJEMEN LINGKUNGAN
• Vaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan apabila diberikan kepada ternak tidak akan menimbulkan penyakit,
melainkan untuk merangsang pembentukan antibody (zat kebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan vaksinasi adalah
membuat ternak mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap satu peyakit tertentu. Dan hasil nyata yang akan diperoleh dari program vaksinasi adalah tingkat kesehatan dan produktivitas.
• Vaksin aktif (live vaccine) adalah vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan hidup, tetapi sudah dilemahkan, yang akan tumbuh dan berkembang baik dalam tubuh induk semang yang divaksin.
• Vaksin inaktif (killed vaccine) adalah vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati (dimatikan), biasanya di dalamnya dicampurkan atau ditambahkan oil
adjuvantLakukan monitoring titer antibodi terhadap ND, AI, EDS dan IB secara rutin minimal 1 bulan sekali untuk melihat
protektivitas titer antibodi. Monitoring titer ini juga akan
menentukan jadwal vaksinasi ulang (revaksinasi) ND, AI dan IB
MANAJEMEN KESEHATAN
Faktor yang dapat menyebabkan kualitas vaksin menurun : 1. Penyimpanan tidak sempurna (tidak pada suhu 2-8°C) 2. Terkena sinar ultraviolet (sinar matahari secara langsung)
3. Tercemar bahan-bahan kimia seperti desinfektan, kaporit, detergent dan lain sebagainya
4. Pengenceran yang berlebihan sewaktu digunakan
5. Tercemar logam-logam berat seperti Zn (seng), Pb (timbal), dan Hg (air raksa)
MANAJEMEN KESEHATAN
Sebelum pelaksanaan vaksinasi, perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program vaksinasi antara lain :
1. Vaksin harus dirawat dan sisimpan dalam keadaan sehat dan tidak dalam kondisi stress
2. puyuh yang akan divaksin harus dalam keadaan sehat dan tidak dalam kondisi stress
3. Keadaan nutrisi puyuh tercukupi
4. Keadaan sanitasi kandang dan lingkungan baik
5. Pelaksanaan vaksinasi dalam waktu dan umur yang tepat 6. Peralatan untuk vaksinasi dalam keadaan baik dan steril
MANAJEMEN KESEHATAN
MANAJEMEN KESEHATAN
•
Vaksinasi akhir sebelum bertelur maksimal umur 25 hari. Sebaiknya tidak melakukan vaksinasi saat masa kritis (masa awal produksi hingga puncak produksi), terutama jika BB tidak tercapai. Jika BB sesuai dan tantangan penyakit tinggi, maka bisa dilakukan vaksinasi (via air minum)
•
Lakukan monitoring titer antibodi terhadap ND, AI, EDS dan IB secara rutin minimal 1 bulan sekali untuk melihat protektivitas titer antibodi. Monitoring titer ini juga akan menentukan jadwal vaksinasi ulang
(revaksinasi) ND, AI dan IB
•
Lakukan sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin.
•