KOMUNIKASI KESEHATAN
Dosen Pengampu : Fatma Indriani, M.Psi, Psikolog
DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:
Dwi Syahputri Purba 0801222287
Jihan Mawaddah Pane 0801222286
Juhri Panjaitan 0801221073
Muhammad Shofwan Rusdy 0801221070
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat serta salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Sebagai suri tauladan umat Islam dan semoga kita mendapatkan syafaatnya kelak pada hari akhir.
Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran pemakalah terhadap referensi- referensi yang pemakalah dapatkan. Tujuan penulisan makalah ini, agar dapat memahami tentang “Komunikasi Kesehatan” Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan.
Dalam penyusunan, penulisan dan semua proses yang menyangkut terselesaikan makalah ini, pemakalah tidak bekerja sendiri.
Banyak pihak yang mendukung kesuksesan makalah ini. Untuk itu, pemakalah ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fatma Indraini, M.Psi, Psikolog sebagai dosen mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan yang telah memberikan banyak bantuan arahan dan petunjuk yang sangat jelas sehingga mempermudahkan pemakalah dalam menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah meluangkan waktunya untuk dapat berdiskusi hingga selesailah makalah ini.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik cara penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran sehat demi perbaikan makalah selanjutnya Akhir kata pemakalah berharap agar makalah ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi kita semua. Aamin.
Medan, 09 November 2023
Kelompok 6
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penulisan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Pengertian Komunikasi Kesehatan ... 3
B. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan ... 5
C. Komponen dan Bentuk Komunikasi Kesehatan ... 7
D. Komunikasi Terapeutik ... 12
BAB III PENUTUP ... 18
A. Kesimpulan ... 18
B. Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan yang terus berkembang, komunikasi bukan hanya alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga fondasi untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien. Proses terapeutik yang efektif membutuhkan lebih dari sekadar transfer informasi medis; melibatkan empati, mendengarkan aktif, dan memberikan dukungan psikososial.
Komunikasi kesehatan membawa kompleksitas tersendiri. Pasien sering dihadapkan pada informasi medis yang kompleks dan berbagai emosi terkait dengan kondisi kesehatan mereka. Oleh karena itu, memahami bagaimana menyampaikan informasi dengan jelas, mendengarkan dengan empati, dan memberikan dukungan psikososial menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.
Komunikasi kesehatan yang efektif tidak hanya meningkatkan pemahaman pasien terhadap kondisi kesehatan mereka tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pemulihan. Ketika pasien merasa didengar, dimengerti, dan didukung secara holistik, proses terapeutik memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan psikologis dan fisik mereka.
Dalam merinci latar belakang tema, perlu diperhatikan juga bahwa komunikasi kesehatan bukan tanpa tantangan. Perbedaan budaya, tingkat literasi kesehatan, dan kebutuhan individu yang beragam menjadi faktor-faktor yang memperumit proses komunikasi. Namun, melalui pemahaman yang mendalam dan penerapan keterampilan komunikasi yang sesuai, tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
2 B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Komunikasi Kesehatan?
2. Bagaimana Ruang lingkup Komunikasi Kesehatan?
3. Apa saja Komponen dan Bentuk Komunikasi Kesehatan?
4. Seperti apa Komunikasi Terapeutik itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengenal pengertian dari Komunikasi Kesehatan.
2. Untuk mempelajari ruang lingkup Komunikasi Kesehatan.
3. Mengetahui komponen dan bentuk Komunikasi Kesehatan.
4. Mempelajari Komunikasi Terapeutik.
3 BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Kesehatan 1. Konsep Dasar Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan adalah suatu proses saling bertukar informasi dan makna antara individu atau kelompok dalam konteks pelayanan kesehatan.
Konsep dasar ini mencakup berbagai aspek yang penting untuk pemahaman dan pelaksanaan komunikasi efektif di dalam sistem kesehatan. Pertama-tama, tujuan utama dari komunikasi kesehatan adalah menciptakan pemahaman yang jelas dan saling menguntungkan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Hal ini melibatkan penyampaian informasi medis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien, serta memastikan bahwa pasien dapat menyampaikan kekhawatiran, pertanyaan, atau kebutuhan mereka dengan nyaman. Selain itu, aspek kepercayaan dan keamanan sangat penting dalam komunikasi kesehatan.
Pasien harus merasa aman untuk berbagi informasi pribadi dan mengungkapkan kekhawatiran mereka tanpa takut dicemooh atau diabaikan. Ini menciptakan dasar yang kuat untuk hubungan yang saling percaya antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.1
Selanjutnya, konteks budaya juga memainkan peran penting. Komunikasi kesehatan harus mempertimbangkan nilai-nilai, norma, dan keyakinan budaya pasien untuk menghindari kesalahpahaman dan memastikan informasi disampaikan dengan cara yang sesuai dengan konteks sosial mereka.
Keterlibatan pasien juga merupakan aspek penting dari konsep dasar komunikasi kesehatan. Pasien bukan hanya objek informasi, tetapi subjek yang aktif dalam pengambilan keputusan terkait kesehatan mereka. Oleh karena itu, komunikasi kesehatan yang efektif harus mendorong partisipasi pasien dalam
1 F. Junaedi & F. G. Sukmono, "Komunikasi Kesehatan: Sebuah Pengantar Komprehensif,"
(Penerbit PRENADAMEDIA GROUP, 2018) Hal. 13.
4
proses pengambilan keputusan tentang perawatan dan pengelolaan kesehatan mereka.
2. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif antara penyedia layanan kesehatan dan pasien memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pemahaman kondisi kesehatan, kepatuhan terhadap perawatan, dan hasil kesehatan secara keseluruhan.2
a. Penggunaan Bahasa yang Mudah Dipahami
Penyedia layanan kesehatan harus menghindari penggunaan istilah medis yang rumit dan memberikan penjelasan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien. Ini membantu pasien memahami diagnosis, perawatan, dan instruksi dengan lebih baik.
b. Mendengarkan Aktif
Mendengarkan dengan penuh perhatian adalah kunci komunikasi efektif. Penyedia layanan kesehatan harus memberikan waktu untuk mendengarkan kekhawatiran dan pertanyaan pasien, menunjukkan empati, dan memastikan pasien merasa didengar.
c. Berfokus pada Aspek Psikososial
Komunikasi efektif tidak hanya berkaitan dengan informasi medis, tetapi juga memperhatikan aspek psikososial. Memberikan dukungan emosional, mengakui kekhawatiran pasien, dan membantu mereka mengatasi stres dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
d. Keterlibatan Pasien dalam Pengambilan Keputusan
Pasien yang merasa terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perawatan mereka cenderung lebih patuh. Penyedia layanan kesehatan
2 D. D. W. Suryandartiwi, "Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan," (PENERBIT MITRA CENDEKIA MEDIA, 2021) Hal. 27.
5
dapat memberikan informasi yang cukup, menjelaskan opsi perawatan, dan mendiskusikan keputusan bersama dengan pasien.
e. Pemahaman Konteks Budaya
Memahami nilai-nilai budaya pasien membantu penyedia layanan kesehatan berkomunikasi dengan cara yang menghormati dan sesuai dengan latar belakang pasien. Ini dapat menghindari kesalahpahaman dan meningkatkan kepercayaan.
f. Penggunaan Media Komunikasi yang Tepat
Memanfaatkan teknologi, seperti brosur, video edukatif, atau aplikasi kesehatan digital, dapat membantu menyampaikan informasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
g. Menggali Pertanyaan dan Pemahaman Pasien
Mendorong pasien untuk bertanya dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan pemahaman mereka tentang kondisi kesehatan dapat membantu menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif.
B. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan
Ruang lingkup komunikasi kesehatan sangat melibatkan berbagai aspek yang mencakup seluruh sistem pelayanan kesehatan. Komunikasi kesehatan adalah bidang yang memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, baik secara fisik, mental, maupun sosial.3 Tujuan utama dari komunikasi kesehatan adalah untuk menghasilkan perubahan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat terkait dengan kesehatan. Ini dicapai melalui penerapan berbagai prinsip
3 Masta Haro, Aliyah Fahmi, Lea Ingne Reffita, dkk. “KOMUNIKASI KESEHATAN.” (Bandung, CV.
Media Sains Indonesia, 2020) Hal. 6-10.
6
dan metode komunikasi, termasuk komunikasi interpersonal dan komunikasi massa, yang mencakup pencegahan penyakit, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, dan pemilihan fasilitas kesehatan yang tersedia.4
1. Pencegahan Penyakit (Preventif)
Aspek ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi dalam mencegah terjadinya penyakit. Melalui pendekatan seperti penyuluhan dan kampanye informasi, tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara-cara menghindari berbagai penyakit dan menjaga kesehatan. Fokusnya pada pencegahan penyakit sebelum terjadi dan pada saat sakit, termasuk penyediaan makanan bergizi, perbaikan kebersihan diri dan lingkungan, pendidikan kesehatan komunitas, perlindungan khusus terhadap penyakit, vaksinasi, dan tindakan pencegahan kecelakaan.5
2. Promosi Kesehatan (Promotif)
Fokus ini bertujuan mengedukasi dan meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya mengajarkan tentang menghindari penyakit, tetapi juga tentang menjalankan gaya hidup sehat secara keseluruhan, seperti nutrisi yang baik dan aktivitas fisik. Ini tidak hanya bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengetahuan dalam meningkatkan tingkat kesehatan, tetapi juga berfungsi sebagai jembatan dalam perubahan perilaku. Promosi kesehatan diharapkan dapat mencakup perubahan lingkungan yang mencakup aspek fisik, non-fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.6 3. Upaya Rehabilitatif
4P. A. Adjunct & Dr. Marniati, "Komunikasi Kesehatan Berbasis Terapeutik," (PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2021) Hal. 35.
5 Dr. Kinkin Yuliaty, Dr. Neneng & Dr. Andy Hadiyanto. “Komunikasi Kesehatan.” (Depok, PT.
Rajagrafindo Persada, 2021) Hal. 76.
6 R. A. Harahap & F. E. Putra, "Buku Ajar Komunikasi Kesehatan," (Penerbit PRENADAMEDIA GROUP, 2019) Hal. 110.
7
Ini adalah salah satu dari empat kelompok utama usaha kesehatan, bersama dengan usaha pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan promosi (promotif). Rehabilitasi kesehatan mencakup berbagai tindakan yang dirancang untuk membantu individu pulih dari penyakit atau cedera, serta meningkatkan kemampuan mereka untuk mengelola kondisi kesehatan kronis atau jangka panjang.
Komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan dan pasien sangat penting dalam proses rehabilitasi. Ini melibatkan tidak hanya penyampaian informasi medis dan petunjuk tentang perawatan, tetapi juga mendukung pasien secara emosional dan psikologis. Hal ini dapat mencakup pendidikan pasien dan keluarganya tentang kondisi kesehatan, strategi pengelolaan penyakit, dan dukungan untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan penyakit atau cedera.
Dengan demikian, aspek rehabilitatif dalam komunikasi kesehatan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa individu tidak hanya pulih dari kondisi kesehatan tertentu, tetapi juga diberdayakan untuk mengelola kesehatan mereka secara efektif di masa depan.7
C. Komponen dan Bentuk Komunikasi Kesehatan 1. Komponen Komunikasi Kesehatan
Komponen utama dalam komunikasi kesehatan terdiri dari:
a. Komunikator (Sumber)
Dalam konteks kesehatan, komunikator bisa jadi tenaga kesehatan profesional, seperti dokter, perawat, atau ahli kesehatan masyarakat.
Mereka adalah pihak yang memulai proses komunikasi dengan
7 P. S. Apriadi, "Komunikasi Kesehatan: Teori & Aplikasi," (CV. Merdeka Kreasi Group, 2022) Hal.
17.
8
menyampaikan pesan kepada komunikan. Keahlian dan kepercayaan komunikator sangat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi. .8 b. Pesan
Pesan dalam komunikasi kesehatan bisa berupa ilmu pengetahuan, informasi, nasihat, atau bahkan propaganda. Pesan ini bisa disampaikan secara langsung (tatap muka) atau melalui media komunikasi. Isi pesan harus jelas, akurat, dan mudah dipahami agar dapat memengaruhi perilaku dan keputusan kesehatan penerima.9
c. Media
Media adalah saluran yang digunakan untuk mengirimkan pesan dari komunikator ke penerima. Media bisa beragam, mulai dari komunikasi antarpribadi (misalnya, percakapan langsung atau telepon), media cetak (seperti brosur atau majalah), hingga media massa (seperti radio dan televisi). Pemilihan media yang tepat sangat penting untuk menjangkau audiens yang diinginkan secara efektif.
d. Penerima (Komunikan)
Penerima adalah individu atau kelompok yang menjadi sasaran pesan. Dalam konteks kesehatan, penerima bisa berupa pasien, keluarga pasien, atau masyarakat umum. Penerima harus mampu memahami dan memproses informasi yang diberikan untuk mengubah sikap atau perilaku mereka terkait dengan kesehatan.
e. Efek atau Akibat
Efek dari komunikasi kesehatan adalah perubahan dalam pengetahuan, sikap, atau perilaku penerima setelah menerima dan
8 R. A. Harahap & F. E. Putra, "Buku Ajar Komunikasi Kesehatan," (Penerbit PRENADAMEDIA GROUP, 2019) Hal. 21.
9 Mayasari Rachmalia, P. Mariana, I. Mariana, & Fithria, "Komunikasi Terapeutik Keperawatan,"
(Syah Kuala University Press, 2021) Hal. 15.
9
memproses pesan. Efek ini dapat berupa peningkatan kesadaran tentang masalah kesehatan tertentu, perubahan sikap terhadap perilaku kesehatan, atau adopsi praktik kesehatan yang lebih baik.10
Dalam komunikasi kesehatan, komponen-komponen ini saling berinteraksi untuk menciptakan proses komunikasi yang efektif.
Keberhasilan komunikasi kesehatan sangat tergantung pada seberapa baik setiap komponen ini berfungsi dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah bentuk komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Ini mencakup proses internal seperti sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Misalnya, ketika seseorang menerima diagnosis kesehatan yang serius, proses intrapersonal dapat terlibat saat individu berbicara pada dirinya sendiri untuk mencari motivasi atau ketenangan pikiran. Ini bisa melibatkan evaluasi diri, refleksi, dan upaya untuk mengelola emosi.
b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan antara dua individu atau dalam kelompok kecil. Ini melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan secara langsung. Dalam konteks kesehatan, komunikasi interpersonal dapat terjadi antara dokter dan pasien. Dokter menyampaikan informasi tentang diagnosis dan rencana perawatan, sementara pasien memberikan umpan balik, bertanya pertanyaan, atau menyampaikan kekhawatiran mereka. Diskusi keluarga juga bisa menjadi contoh
10 Masta Haro, Aliyah Fahmi, Lea Ingne Reffita, dkk. “KOMUNIKASI KESEHATAN.” (Bandung, CV.
Media Sains Indonesia, 2020) Hal. 18.
10
komunikasi interpersonal, di mana anggota keluarga mendiskusikan dan merencanakan perawatan atau keputusan kesehatan bersama.
c. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terjadi dalam konteks kelompok yang terdiri dari minimal tiga orang atau lebih. Pesan atau informasi yang disampaikan dalam komunikasi kelompok menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok dan tidak bersifat pribadi. Dalam tim medis, komunikasi kelompok dapat terjadi dalam rapat di mana anggota tim saling berbagi informasi, mengevaluasi rencana perawatan, dan membuat keputusan bersama. Sesi edukasi kesehatan untuk komunitas juga merupakan bentuk komunikasi kelompok di mana informasi kesehatan disampaikan kepada sekelompok orang dengan kepentingan bersama.
d. Komunikasi Massa
Komunikasi massa melibatkan pengiriman pesan melalui media massa kepada sejumlah besar orang. Media yang digunakan termasuk radio, televisi, surat kabar, majalah, dan film. Dalam konteks kesehatan, kampanye edukasi publik atau iklan layanan masyarakat dapat menjadi contoh komunikasi massa. Melalui media massa, informasi kesehatan dapat disampaikan kepada masyarakat luas, termasuk promosi gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, atau kebijakan kesehatan masyarakat. Komunikasi massa memungkinkan informasi kesehatan mencapai audiens yang lebih besar secara efisien.
3. Metode-Metode Komunikasi
Dalam menyampaikan informasi kesehatan, berbagai metode komunikasi digunakan untuk memastikan pesan disampaikan secara efektif dan dapat dimengerti oleh berbagai kelompok. Metode-metode ini mencakup komunikasi verbal, nonverbal, tulisan, dan pemanfaatan teknologi informasi kesehatan.
a. Komunikasi Verbal
11
Komunikasi verbal melibatkan penggunaan kata-kata dan suara untuk menyampaikan informasi. Dalam konteks kesehatan, ini mencakup keterampilan penyampaian informasi medis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien. Dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya menggunakan komunikasi verbal untuk menjelaskan diagnosis, prosedur, dan instruksi perawatan kepada pasien.
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal melibatkan penggunaan ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak mata, dan bahasa tubuh untuk menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Dalam konteks kesehatan, bahasa tubuh yang mendukung dan kontak mata dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan menciptakan lingkungan komunikatif yang lebih empatik.
c. Komunikasi Tulisan
Penyampaian informasi kesehatan melalui tulisan mencakup penggunaan materi tertulis seperti brosur, pamflet, dan informasi leaflet.
Materi tertulis dapat memberikan informasi yang rinci dan dapat dijadikan referensi bagi pasien. Ini juga memungkinkan pasien untuk kembali membaca dan memahami informasi secara mendalam.
d. Teknologi Informasi Kesehatan (TIK)
Pemanfaatan teknologi informasi kesehatan (TIK) telah mengubah cara informasi kesehatan disampaikan dan diakses. Rekam medis elektronik memungkinkan penyimpanan dan pertukaran informasi medis secara efisien antar penyedia layanan kesehatan. Aplikasi kesehatan digital dan situs web memberikan sumber daya yang mudah diakses untuk edukasi kesehatan dan pemantauan kondisi kesehatan.
e. Telemedicine
Telemedicine menggunakan teknologi komunikasi untuk memberikan layanan kesehatan jarak jauh. Ini mencakup konsultasi dokter melalui video
12
call, diagnosis jarak jauh, dan pemantauan pasien melalui perangkat kesehatan digital. Telemedicine memungkinkan akses ke layanan kesehatan tanpa harus secara fisik berada di lokasi kesehatan.
f. Media Sosial
Pemanfaatan media sosial dalam menyampaikan informasi kesehatan telah menjadi semakin penting. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram digunakan untuk menyebarkan informasi kesehatan, kampanye promosi, dan edukasi masyarakat. Media sosial memungkinkan interaksi dua arah antara penyedia layanan kesehatan dan masyarakat.
g. Aplikasi Kesehatan
Aplikasi kesehatan menyediakan sumber daya yang dapat diakses secara pribadi untuk manajemen kesehatan. Aplikasi ini mencakup perekaman data pribadi, pelacakan aktivitas fisik, pengingat pengobatan, dan penyediaan informasi kesehatan secara real-time. Ini memberikan kontrol yang lebih besar kepada individu terhadap perawatan dan pemantauan kesehatan pribadi.
D. Komunikasi Terapeutik
1. Deskripsi Komunikasi Teraputik (Membangun Hubungan Kepercayaan)
Komunikasi terapeutik adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan antara profesional kesehatan dan pasien. Fokus utamanya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung pertukaran informasi, empati, dan kolaborasi. Dalam konteks ini, membangun hubungan kepercayaan menjadi elemen kunci dalam mencapai tujuan terapeutik.
13
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan pasien dari perspektif mereka.11 Profesional kesehatan yang dapat menunjukkan empati menciptakan hubungan yang lebih dekat dan membuat pasien merasa didengar. Penerimaan tanpa hambatan juga penting, memastikan bahwa pasien merasa bebas untuk menyampaikan informasi tanpa takut dihakimi. Ketulusan dan keterbukaan adalah unsur kunci dalam komunikasi terapeutik. Pasien merasa lebih percaya ketika profesional kesehatan dapat berbicara dengan jujur tentang kondisi kesehatan, prosedur, dan perkiraan hasil. Keterbukaan menciptakan lingkungan di mana pasien merasa terlibat secara aktif dalam perawatan mereka. Komunikasi terapeutik menuntut kejelasan dalam penyampaian informasi. Profesional kesehatan perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, menghindari istilah medis yang rumit.
Kesederhanaan dalam komunikasi membantu pasien untuk memahami kondisi mereka, rencana perawatan, dan langkah-langkah yang diperlukan.
Mengajukan pertanyaan terbuka membuka ruang untuk pasien untuk berbicara lebih banyak tentang pengalaman mereka. Pendengaran aktif, yaitu memberikan perhatian penuh kepada pasien selama percakapan, menunjukkan rasa hormat dan kepentingan terhadap kebutuhan dan kekhawatiran mereka.
Dalam upaya membangun hubungan kepercayaan, mengatasi hambatan komunikasi menjadi penting. Ini bisa mencakup berbagai faktor, seperti perbedaan budaya, ketidakmengertian istilah medis, atau kekhawatiran pasien.
Profesional kesehatan perlu bersedia untuk menjelaskan dan merespons secara memadai untuk mengatasi hambatan-hambatan ini.
Komunikasi terapeutik melibatkan pasien sebagai mitra dalam pengambilan keputusan terkait perawatan. Profesional kesehatan perlu melibatkan pasien dalam diskusi tentang opsi perawatan, risiko, dan manfaat. Kolaborasi ini memberikan pasien rasa kontrol dan keterlibatan yang lebih besar dalam perawatan mereka. Pendekatan holistik dalam komunikasi terapeutik mencakup memahami pasien sebagai individu yang kompleks dengan kebutuhan fisik,
11 G. Yubiliana, "Komunikasi Terapeutik," (UNPAD Press, 2017) Hal. 11.
14
emosional, sosial, dan spiritual. Menggali lebih dalam ke dalam pengalaman hidup pasien dan mempertimbangkan aspek-aspek ini membantu dalam menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan unik pasien.
Penting untuk secara teratur mengevaluasi efektivitas komunikasi terapeutik melalui umpan balik dari pasien. Hal ini memungkinkan untuk penyesuaian dan perbaikan berkelanjutan dalam interaksi komunikatif, memastikan bahwa hubungan kepercayaan terus berkembang dan terjaga.
Komunikasi terapeutik memainkan peran krusial dalam meningkatkan hubungan antara profesional kesehatan dan pasien. Dengan memfokuskan pada aspek-aspek seperti empati, keterbukaan, dan kolaborasi, praktisi kesehatan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, memotivasi, dan memberdayakan pasien dalam perjalanan menuju pemulihan dan kesehatan optimal.
2. Keterampilan Komunikasi Khusus dalam Proses Terapeutik
Dalam konteks proses terapeutik, keterampilan komunikasi khusus memegang peran sentral dalam membentuk hubungan yang mendukung dan membantu pemulihan pasien. Beberapa keterampilan khusus tersebut meliputi empati, mendengarkan aktif, dan memberikan dukungan psikososial.12
a. Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan dan pengalaman pasien dari perspektif mereka sendiri. Dalam komunikasi terapeutik, menunjukkan empati menciptakan hubungan yang kuat dan saling pengertian antara profesional kesehatan dan pasien. Ini melibatkan kemampuan untuk merespons secara sensitif terhadap kebutuhan emosional pasien dan memberikan dukungan yang sesuai.
12 D. D. W. Suryandartiwi, "Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan," (PENERBIT MITRA CENDEKIA MEDIA, 2021) Hal. 27.
15
Contoh Penerapan: "Dengar, saya bisa membayangkan bahwa ini mungkin merupakan waktu yang sulit bagi Anda. Apakah Anda ingin berbicara lebih banyak tentang perasaan Anda?"
b. Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif adalah keterampilan mendengarkan yang penuh perhatian, menghargai, dan merespons pada apa yang dikatakan pasien. Ini melibatkan fokus penuh pada pasien tanpa distraksi, membuat kontak mata, dan menunjukkan bahwa profesional kesehatan benar-benar hadir dalam interaksi. Mendengarkan aktif memastikan bahwa pasien merasa didengar dan dihargai.
Contoh Penerapan: "Terima kasih telah berbagi pengalaman Anda. Saya benar-benar mendengarkan dengan penuh perhatian. Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan?"
c. Memberikan Dukungan Psikososial
Memberikan dukungan psikososial melibatkan menyediakan dukungan emosional dan sosial kepada pasien. Ini mencakup menciptakan lingkungan yang aman untuk berbicara tentang perasaan, memberikan dorongan positif, dan menawarkan bantuan praktis jika diperlukan. Memberikan dukungan psikososial membantu pasien merasa didukung dalam perjalanan mereka.
Contoh Penerapan: "Saya memahami bahwa ini adalah waktu yang sulit, dan saya di sini untuk mendukung Anda. Jangan ragu untuk berbicara jika Anda merasa perlu."
d. Menyampaikan Empati dengan Bahasa Tubuh
Selain menggunakan kata-kata, ekspresi bahasa tubuh juga memainkan peran penting dalam menyampaikan empati. Kontak mata, senyum yang ramah, dan bahasa tubuh yang terbuka dapat mengkomunikasikan dukungan dan pemahaman tanpa perlu kata-kata. Ini menciptakan hubungan yang lebih intim dan berempati.
16
Contoh Penerapan: "Saya melihat bahwa ini mungkin membuat Anda merasa cemas. Saya di sini untuk mendukung Anda, dan kita dapat bekerja bersama untuk mengatasi hal ini."
e. Menggunakan Bahasa yang Memotivasi
Pilihan kata yang positif dan memotivasi dapat meningkatkan semangat pasien dan memberikan dukungan psikologis. Menggunakan bahasa yang memberdayakan dan memberikan harapan dapat membantu pasien melihat potensi pemulihan dan pertumbuhan.
Contoh Penerapan: "Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan dukungan yang tepat, Anda dapat mengatasi tantangan ini. Mari kita bekerja bersama untuk mencapai tujuan kesehatan Anda."
f. Refleksi dan Clarifikasi
Keterampilan refleksi dan clarifikasi memungkinkan profesional kesehatan untuk memahami dengan lebih baik apa yang disampaikan oleh pasien. Ini melibatkan merangkum atau mengulangi secara singkat apa yang telah dikatakan pasien untuk memastikan pemahaman yang benar. Hal ini juga membantu pasien untuk lebih jelas menyampaikan pikiran dan perasaan mereka.
Contoh Penerapan: "Jadi, jika saya mengerti dengan benar, Anda merasa cemas tentang proses ini, dan itu membuat Anda merasa khawatir. Apakah itu benar?"
g. Menjaga Batas Profesional
Menjaga batas profesional adalah keterampilan penting untuk memastikan bahwa hubungan antara profesional kesehatan dan pasien tetap sehat dan etis. Ini melibatkan pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab, serta menjaga kejelasan tentang batas-batas yang ada dalam hubungan terapeutik.
17
Contoh Penerapan: "Saya menghargai kepercayaan dan terbuka untuk membantu Anda dalam kapasitas profesional saya. Apakah ada hal lain yang ingin Anda bahas atau tanyakan?"13
13 N. I. Vita, "KOMUNIKASI TERAPEUTIK DIALOGIS," (Scopindo Media Pustaka, 2021) Hal. 30.
18 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dalam penutup makalah ini, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan memegang peran sentral dalam membentuk hubungan terapeutik antara profesional kesehatan dan pasien. Dari pengertian komunikasi kesehatan hingga keterampilan khusus dalam proses terapeutik, setiap aspek memiliki kontribusi signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.Pengertian komunikasi kesehatan memberikan fondasi yang kokoh untuk memahami kompleksitas interaksi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
B. Saran
1. Peningkatan Pelatihan Keterampilan Komunikasi
Peningkatan pelatihan keterampilan komunikasi, khususnya dalam hal empati, mendengarkan aktif, dan memberikan dukungan psikososial, dapat membantu profesional kesehatan untuk menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dengan pasien.
2. Pengintegrasian Teknologi Informasi Kesehatan
Pengintegrasian teknologi informasi kesehatan harus dipertimbangkan dengan cermat untuk memastikan bahwa penggunaannya mendukung komunikasi yang efektif dan tidak menambahkan hambatan baru.
3. Pengembangan Alat Evaluasi Dampak Komunikasi
Pengembangan alat evaluasi yang lebih canggih dan relevan dapat membantu praktisi kesehatan untuk lebih baik memahami dampak komunikasi kesehatan dan membuat penyesuaian berkelanjutan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adjunct, P. A., & Marniati, Dr. Marniati, M. K. (2021). Komunikasi Kesehatan Berbasis Terapeutik. PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Apriadi, P. S. (2022). Komunikasi Kesehatan: Teori & Aplikasi. CV. Merdeka Kreasi Group.
Harahap, R. A., & Putra, F. E. (2019). Buku Ajar Komunikasi Kesehatan. Penerbit PRENADAMEDIA GROUP.
Junaedi, F., & Sukmono, F. G. (2018). Komunikasi Kesehatan: Sebuah Pengantar Komprehensif. Penerbit PRENADAMEDIA GROUP.
Rachmalia, Mayasari, P., Mariana, I., & Fithria. (2021). Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Syah Kuala University Press.
Suryandartiwi, D. D. W. (2021). Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. PENERBIT MITRA CENDEKIA MEDIA.
Vita, N. I. (2021). KOMUNIKASI TERAPEUTIK DIALOGIS. Scopindo Media Pustaka.
Yubiliana, G. (2017). Komunikasi Terapeutik. UNPAD Press.