Nama : A. KASIM RAHANYAMTEL Prodi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Unpatti
PROBLEMATIKA HUKUM MASYARAKAT KEPULAUAN
Pengertian Hukum menurut para pakar mempunyai berbagai arti:
1. HUKUM dalam arti ilmu (pengetahuan) hukum;
2. Hukum dalam arti disiplin atau ajaran tentang kenyataan; dan 3. hukum dalam arti kaidah atau norma.
Diantara tipe hukum tersebut, manakah yang lebih relevan dengan konteks masyarakat kepulauan seperti Indonesia terkhusus di Maluku?
Karakteristik daerah kepulauan dimana laut lebih besar dari daratan seperti di Maluku khususnya mempunyai tingkat kesulitan dan tantangan yang besar, sehingga dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat mengalami keterlambatan. Oleh karena itu, dalam pengaturan hukum hendaknya mendapat perhatian dalam kesatuan wilayah lautan dan daratan yang berbeda dengan daerah dengan kepulauan.
Dalam hubungannya dengan pengertian hukum sebagaimana disebutkan di atas, maka terhadap pemberlakuan tujuan hukum bagi Masyarakat kepulauan menurut hemat kami lebih tepatnya dikaitkan dengan Hukum dalam arti Disiplin Hukum mengingat Disiplin merupakan suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala gejala yang dihadapi. Disiplin Hukum mencakup: Ajaran yang menentukan apakah yang seyogyanya atau seharusnya dilakukan (preskriptif); Ajaran yang senyatanya dilakukan (deskriptif) di dalam hidup.
Secara umum disiplin dapat dibedakan antara disiplin analitis dan disiplin preskriptif. Disiplin analitis adalah suatu sistem ajaran yang titik beratnya menganalisis, memahami serta menjelaskan gejala-gejala yang dihadapi.
Contohnya antara lain adalah sosiologi, psikhologi, ekonomi dan seterusnya. Disiplin preskiptif adalah sistem ajaran yang menentukan apakah yang seyogyanya atau yang seharusnya dilakukan di dalam menghadapi kenyataan tertentu. Disiplin preskriptif mengandung adanya
nilai-nilai tertentu yang akan dikejar dan bersifat normatif (memberi pedoman patokan).
Dengan demikian maka pemberlakuan hukum terhadap Masyarakat kepulauan tentunya tidak akan efektik apabila diberlakukan aturan hukum yang berlaku pada suatu daerah daratan dan daerah yang berciki khas kepulauan.
PROBLEMATIKA HUKUM MASYARAKAT KEPULAUAN
Nama : JANI A. J. JAMLEAN
Prodi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Unpatti
Penerapan Hukum seperti apa yang sesuai dengan karakteristik Masyarakat kepulauan seperti di Indonesia khususnya di Maluku?
Pengertian Hukum menurut para pakar mempunyai berbagai arti:
1. HUKUM dalam arti ilmu (pengetahuan) hukum;
2. Hukum dalam arti disiplin atau ajaran tentang kenyataan; dan 3. hukum dalam arti kaidah atau norma.
Sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, Indonesia secara umum dan khusus Maluku sebagai salah satu provinsi yang berkarakteristik kepulauan tentu saja memiliki banyak permasalahan sehubungan dengan wilayah lautnya, menghadapi berbagai kejahatan transnasional yang biasa terjadi dilaut seperti, Illegal fishing, Penyelundupan barang, Penyelundupan narkoba, Trafficking/
Penyelundupan manusia ditambah dengan problematika dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang cukup kompleks.
Sebagai daerah yang berkarakteristik kepulauan sudah seharusnya ditak dapat disamakan dengan daerah yang berkarakteristik daratan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah sehingga diperlukan adanya suatu pengakuan dan perlakuan khusus bagi daerah-daerah (provinsi) yang memiliki karakteristik kepulauan. Dalam hal ini, ada hal yang harus berbeda perlakuan pada daerah-daerah yang wilayahnya lebih luas dari daratan, seperti kabupaten/kota dan provinsi kepulauan yang sala satunya adalah Provinsi Maluku.
Dalam kaitannya dengan pengetian hukum secara Filosofis, Teoritis dan Dokmatis merupakan suatu kesatuan yang harus dipertimbangkan dalam pembentukan hukum (peraturan perundang-undangan) sehingga kekuatan atau daya berlakunya aturan hukum tersebut dapat dirasakan langsung oleh Masyarakat kepulaun.
Pengaturan hukum terhadap daerah kepulauan hendaknya dilakukan dalam konteks karakteristik peraturan perundang-undangan yang berbasis hukum responsif.
untuk itu terhadap problematikan hukum Masyarakat kepulauan diperlukan Konsep pembangunan hukum yang responsif dirumuskan oleh Nonet dan Selznick dimana Produk hukum responsif adalah karakter produk hukum yang mencerminkan pemenuhan atas aspirasi masyarakat, baik individu maupun berbagai kelompok sosial, sehingga secara relatif lebih mampu mencerminkan rasa keadilan di dalam masyarakat. Proses normatifikasinya mengundang secara terbuka partisipasi dan aspirasi Masyarakat (pembentukan peraturan yang partisipatif).
Dengan demikian diharapkan bahwa hukum yang berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian serta ketrentaman di dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu masyarakat bukan saja dapat mempengaruhi tetapi sangat menentukan penegakan supremasi hukum.