GAMBARAN UMUM
Kondisi Geografis dan Administrasi
Kota Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar di provinsi ini. Surabaya terletak di pesisir utara Pulau Jawa bagian timur dan berhadapan dengan Selat Madura dan Laut Jawa. Kota Surabaya terletak di pesisir utara Pulau Jawa bagian timur dan berhadapan dengan Selat Madura dan Laut Jawa.
Daerahnya merupakan dataran dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut, kecuali di bagian selatan, ketinggian 25-50 meter di atas permukaan laut. Kota Surabaya terletak di kawasan yang strategis sehingga Surabaya mudah dijangkau melalui jalur darat, udara, dan laut.
Kependudukan
Dari grafik piramida di atas, komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 145.046 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 147.368 jiwa. Sedangkan komposisi penduduk terendah adalah kelompok umur 70-74 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 20.109 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 21.331 jiwa. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya pada tahun 2020, terdapat 957.188 KK (KK) di Kota Surabaya, dengan jumlah KK terbanyak berada di Kecamatan Tambaksari yaitu 74.283 KK. .
Sebagai kota metropolitan terbesar di provinsi Jawa Timur, kota Surabaya menjadi tujuan utama para pencari kerja dan pemukiman baru. Pada tahun 2020, kepadatan penduduk Kota Surabaya mencapai 8.888,19 jiwa/km2 yang berarti setiap 1 km2 dihuni oleh 8.888 jiwa, dengan kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Simokerto yang kepadatan penduduknya mencapai 36.967,57 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pakal dengan kepadatan penduduk sebesar 2440,78 jiwa/km2.
Artinya, 100 warga Kota Surabaya yang produktif, selain menghidupi dirinya sendiri, juga menghidupi 36 warga tidak produktif (Lampiran Profil Kesehatan, Tabel 2). Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, rasio gender di Kota Surabaya sebesar 97,66% yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki (Lampiran Tabel 2 Data Profil Kesehatan).
Pendidikan
SARANA KESEHATAN
SARANA KESEHATAN
- Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola
- Persentase RS dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif, yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. . Bab ini akan membahas tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari FKTP/Instansi Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas, Klinik Pratama, Praktek Dokter/Dokter Gigi Perorangan), FKTRL/Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus) dan bab ini juga menjelaskan data bidang kefarmasian. fasilitas dan alat kesehatan. Puskesmas dan jaringannya merupakan sarana penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar yang berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Jumlah puskesmas memperhitungkan jumlah penduduk di wilayah tersebut, sehingga dapat menjamin masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan. Sedangkan puskesmas/klinik, praktek kedokteran/gigi, praktek kebidanan, dan apotek serta apotik merupakan fasilitas kesehatan swasta yang juga memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Berikut dapat dilihat pada tabel fasilitas kesehatan di Kota Surabaya atau lebih lengkapnya pada Data Profil Kesehatan Lampiran Tabel 4.
Rujukan kasus mendesak apabila rumah sakit tidak mampu memberikan pelayanan lanjutan/definitif. Unit gawat darurat rumah sakit harus dikelola dan diintegrasikan dengan instalasi/unit lain di rumah sakit.
AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
- Cakupan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana
- Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan 14
- Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
- Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Indikator kinerja pelayanan rumah sakit merupakan variabel/kriteria/ukuran kinerja yang dapat menunjukkan tanda-tanda perubahan tertentu. Dapat dikatakan bahwa indikator kinerja pelayanan rumah sakit sama dengan indikator penilaian tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator kinerja pelayanan rumah yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit antara lain, namun tidak terbatas pada.
Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan persentase tempat tidur dalam satuan waktu yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterpakaian tempat tidur rumah sakit. Net Death Rate (NDR), yaitu angka kematian bersih yaitu angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk setiap 1.000 pasien yang keluar, digunakan untuk menentukan mutu pelayanan/pelayanan rumah sakit. Angka Kematian Bruto (GDR) adalah angka kematian bruto, yaitu angka kematian keseluruhan dari setiap 1.000 pasien yang keluar, yang digunakan untuk menentukan mutu pelayanan/layanan rumah sakit.
Pasalnya, di tengah pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang enggan berobat ke rumah sakit. Pasalnya, pihak rumah sakit saat ini menerapkan prosedur tetap (protap) penanganan Covid-19 sesuai aturan pemerintah dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 1591/2020.
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
- Cakupan Posyandu menurut Strata
- Rasio Posyandu per 100 Balita
- Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular)
TENAGA KESEHATAN
Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (Dokter Umum, Spesialis, Dokter
Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (Bidan dan Perawat) di
Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
Jumlah dan Rasio Tenaga Teknik Biomedika, Keterapian Fisik, dan
Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian (Tenaga Teknis
Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Desa yang Memanfaatkan Dana Desa untuk Kesehatan
Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kota
Anggaran Kesehatan per Kapita
KESEHATAN KELUARGA
KESEHATAN IBU
- Jumlah dan Angka Kematian Ibu (AKI)
- Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil (Cakupan Kunjungan K-1
- Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
- Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
- Cakupan Pelayanan Nifas
- Persentase Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
- Persentase Cakupan Imunisasi Td Ibu Hamil Dan Wanita Usia
- Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah
- Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
- Persentase Peserta KB Aktif
- Persentase Peserta KB Pasca Persalinan
- Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil dan Program
Indikator ini menunjukkan akses terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Data dan informasi lebih lengkap menurut Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 dapat dilihat pada Data Profil Kesehatan Lampiran Tabel 23. Sebagai upaya pengendalian infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu. dan kematian ibu, program vaksinasi tetanus difteri (Td) dilaksanakan terhadap wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil.
Cakupan ibu hamil yang mendapat suplemen darah minimal 90 hari (Fe3) di Surabaya pada tahun 2020 sebesar 99,04% (Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 23). Menurunnya angka kematian ibu dan anak tidak lepas dari peran pemberdayaan masyarakat yang salah satunya dilakukan melalui penyelenggaraan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Kementerian Kesehatan menetapkan indikator persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil dan persentase puskesmas yang melaksanakan program Keluarga Berencana dan Pencegahan Komplikasi (P4K) sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Puskesmas yang seharusnya menyelenggarakan kelas ibu hamil apabila telah menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal 4 kali. Pada tahun 2019 seluruh puskesmas di kota surabaya menyelenggarakan kelas ibu hamil, namun pada tahun 2020 hanya 36 puskesmas dari 63 puskesmas di kota surabaya yang menyelenggarakan kelas ibu hamil.
KESEHATAN ANAK
- Jumlah dan Angka Kematian Neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup . 54
- Penanganan Komplikasi pada Neonatal
- Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah
- Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) dan KN Lengkap
- Persentase Bayi Diberi ASI Eksklusif
- Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
- Persentase Desa/Kelurahan UCI
- Cakupan Imunisasi Campak/MR pada Bayi
- Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
- Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita
- Persentase Balita Ditimbang
- Persentase Balita Gizi Kurang (BB/U), Pendek (TB/U), dan Kurus
- Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI, 7
- Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar
Indikator ini mengukur kapasitas manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam memberikan pelayanan kesehatan profesional kepada bayi baru lahir dengan komplikasi. Indikator cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) dan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap) di Kota Surabaya dapat dilihat pada gambar berikut. 19 Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) dan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap) di Kota Surabaya Tahun 2015-2020.
Seiring dengan menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi, persentase pemberian ASI eksklusif di Surabaya semakin meningkat. Cakupan vaksinasi Campak/MR di Surabaya mencapai 94,76% pada tahun 2020 (Lampiran Tabel 39 Data Profil Kesehatan). Cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan balita di Kota Surabaya pada tahun 2020 sebesar 90,95% dan 91,63% (Lampiran Tabel 41 Data Profil Kesehatan).
Cakupan pelayanan anak balita di Kota Surabaya pada tahun 2020 mencapai 72,51%, meningkat dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 91,59%. Berdasarkan data pada data Profil Kesehatan Lampiran Tabel 43, capaian D/S di Kota Surabaya sebanyak 19 Puskesmas (30,16%) yang capaiannya kurang dari 81,60%. Kota Surabaya merupakan daerah yang banyak penduduknya bekerja sehingga para orang tua sibuk mencari nafkah dan kurang memberikan perhatian terhadap anaknya, termasuk saat menimbang anaknya di Posyandu.
Status gizi anak di Kota Surabaya tahun 2020 berdasarkan indeks BB/U dengan Berat Badan Kurang 8,21%, Anak Pendek (TB/U) 7,18% dan Anak Lemah (BB/TB) 3,44% (Lampiran Tabel Data Profil Kesehatan 44). Sedangkan siswa Kelas 1 SD/MI/SDLB yang menerima pemeriksaan kesehatan sebanyak 62.133 orang dari 42.123 perkiraan jumlah siswa Kelas 1 SD/MI/SDLB atau anak usia 7 tahun di Kota Surabaya (147,50%). Pelayanan kesehatan di sekolah merupakan upaya perbaikan (promosi), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (remedial) yang dilaksanakan secara harmonis dan terpadu terhadap siswa pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya, di bawah koordinasi. guru UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Ananto, 2006).
Pelayanan kesehatan bagi anak sekolah meliputi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di sekolah. Pada tahun ajaran 2020, 97,51% SD/MI menerima pelayanan kesehatan gigi di sekolah (UKGS) dari 842 SD/MI di Surabaya (Data Terlampir pada Profil Kesehatan, Tabel 47). Cakupan pelayanan kesehatan usia sekolah dasar di Kota Surabaya pada tahun 2020 sebesar 89,61% (Data Profil Kesehatan Terlampir Tabel 45).
KESEHATAN USIA PRODUKTIF DAN USIA LANJUT
- Persentase Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
- Persentase Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (60+ Tahun)
PENGENDALIAN PENYAKIT
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
- Tuberkulosis (TBC)
- Pneumonia
- HIV dan AIDS
- Diare
- Kusta
- Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
PENGENDALIAN PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
- Acute Flaccid Paralysis (AFP) Non Polio Per 100.000 Penduduk
- Jumlah Dan CFR Difteri
- Jumlah Pertusis Dan Hepatitis B
- Jumlah Dan CFR Tetanus Neonatorum
- Jumlah Suspek Campak
- Insiden Rate Suspek Campak Per 100.000 Penduduk
- Persentase KLB Ditangani < 24 Jam
PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK
- DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
- MALARIA
- FILARIASIS
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
- Persentase Penderita Hipertensi Yang Mendapatkan Pelayanan
- Persentase Penderita DM Yang Mendapatkan Pelayanan
- Persentase Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker
- Persentase IVA Positif Pada Perempuan Usia 30-50 Tahun
- Persentase Tumor/Benjolan Payudara Pada Perempuan 30-50
- Persentase Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa
KEADAAN LINGKUNGAN
PERSENTASE SARANA AIR MINUM DENGAN RISIKO RENDAH+
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Mutu Air Minum, air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan, memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Peraturan Menteri Kesehatan juga menyebutkan bahwa penyedia air minum wajib memastikan bahwa air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa pemantauan internal dilakukan oleh operator air minum komersial dan pemantauan eksternal dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pada tahun 2020, terdapat sejumlah sarana air minum risiko rendah dan menengah dari 12.343 sarana air minum yang menjalani pemeriksaan kesehatan lingkungan (IKL) di Kota Surabaya (Lampiran Data Profil Kesehatan, tabel 72).
PERSENTASE SARANA AIR MINUM MEMENUHI SYARAT
Secara mikrobiologis, air minum yang sehat harus bebas bakteri E.Coli dan bakteri total coliform. Secara kimiawi, kandungan kimia dalam air minum seperti besi, alumunium, kaporit, arsen dan lain-lain harus berada dibawah ambang batas yang ditentukan. Akses terhadap air minum yang cukup dan bersih diperoleh dari sumber air minum yang dilindungi, antara lain air keran (keran), hidran kebakaran umum, keran umum, terminal air, tempat penampungan air hujan atau mata air dan sumur terlindung, sumur/pompa artesis dengan jarak minimal 10 meter. meter dari fasilitas pembuangan limbah, penyimpanan limbah, dan lokasi penyimpanan atau pembuangan limbah.
Air kemasan, air yang diperoleh dari pedagang kaki lima dan air dari sumur atau sumber yang tidak terlindungi tidak termasuk dalam kriteria akses terhadap air minum yang cukup dan bersih. Pada tahun 2019, terdapat beberapa sarana air minum di Kota Surabaya dengan risiko rendah + sedang dan sebanyak 2.827 diantaranya dijadikan sampel dan diperiksa dengan hasil bahwa sarana air minum tersebut memenuhi syarat (Lampiran data profil kesehatan, tabel 72 ).
PERSENTASE PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI
PERSENTASE DESA STBM
Hingga tahun 2020, terdapat 72 kecamatan yang Berhenti Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF). Open Defecation Free (ODF) merupakan kondisi dimana setiap individu dalam masyarakat tidak melakukan buang air besar sembarangan. Sedangkan desa/kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah desa/kelurahan yang 100% penduduknya buang air besar di jamban sehat.
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN BARU PASIEN Rawat Jalan, Rawat Inap, DAN GANGGUAN JIWA DI FASILITAS KESEHATAN KOTA SURABAYA. Keterangan: a) Jumlah sudah termasuk S3; b) Tenaga kesehatan yang bekerja di lebih dari satu tempat hanya dihitung satu kali saja. Catatan: a) Tenaga kesehatan yang bekerja di lebih dari satu tempat hanya dihitung satu kali*), termasuk tenaga kesehatan tradisional.