• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil KH. Hasyim Hasyim Asyári

N/A
N/A
Kris Tina

Academic year: 2024

Membagikan "Profil KH. Hasyim Hasyim Asyári"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KH. HASYIM HASYIM ASYÁRI

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Hadits di Indonesia Dosen Pengampu: Iffaty Zamimah, S.Th.I., M.Ag.

Disusun oleh:

Fismy Faturrahmy Firmansyah 21211658

Hilwatussalwa 21211844

Luluk Sekar Wangi 21211695

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA 2022

(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberikan waktu untuk menyelesaikan makalah tentang “KH. Hasyim Hasyim Asyári”. Kemudian makalah ini ditulis untuk memenuhi mata kuliah Studi Hadits di Indonesia.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada rekan kelompok 7 yang telah mendukung serta membantu penulisan selama proses penyelesaian tugas makalah ini. Ucapan terima kasih dari penulis disampaikan pada Dosen Pengampu: Ibu Iffaty Zamimah, S.Th.I., M.Ag. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ciputat, 13 Maret 2023

Pemakalah

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... iii

A. Latar Belakang ... iii

B. Rumusan Masalah ... iii

C. Tujuan Penulisan ... iii

BAB II PEMBAHASAN ... 1

A. Biografi KH. Hasyim Hasyim Asyári ... 1

B. Peran KH. Hasyim Hasyim Asyári dalam Bidang Hadits ... 9

C. Telaah Karya KH. Hasyim Asy'ari (Risalah Ahlu Sunnnah wal jamaah) ... 12

BAB III PENUTUP ... 18

Kesimpulan ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(4)

iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

K. H. Hasyim Asy'ari adalah tokoh Ulama yang sudah sangat akrab dengan umat Islam, terutama di Indonesia, karena ia adalah pendiri NU (Nahdlatul Ulama), salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Karakter dan ketenaran namanya tidak hanya karena kegiatan pengabarannya sebagai pendiri NU, tetapi ia juga salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan Islam. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dibidang pendidikan lebih ditekankan pada aspek akhlak. Akhlak dalam pendidikan banyak kemukakan oleh Imam AlGhazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pada pembahasan adab kesopanan pelajar dan pengajar. Dunia pendidikan saat ini, banyak membahas tentang persetujuan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan. K.H. Hasyim Asy’ari sendiri dalam pemikirannya di bidang pendidikan diwarnai dengan keahlian di bidang hadis, dan pemikirannya di bidang tasawuf dan fiqh. Serta mendorong pula oleh pendidikan pada saat itu, yang mulai mengubah dan mengembangkan yang meningkat, dari tradisional yang sudah mapan ke dalam bentuk modern, mempengaruhi sistem pendidikan Imperialis Belanda yang diterapkan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi KH. Hasyim Hasyim Asyári?

2. Bagaiman peran KH. Hasyim Hasyim Asyári dalam bidang hadits?

3. Bagaimana Telaah karya KH. Hasyim Hasyim Asyári?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Biografi KH. Hasyim Hasyim Asyári.

2. Untuk mengetahui KH. Hasyim Hasyim Asyári dalam bidang hadits.

3. Untuk mengetahui karya KH. Hasyim Hasyim Asyári.

(5)

1 BAB II PEMBAHASAN A. Biografi KH. Hasyim Hasyim Asyári

1. Nama, Nasab dan Keturunan

Hasyim Asy’ari sebenarnya bukanlah nama aslinya, melainkan nama panggilan.

Kata Asy’ari dinisbatkan kepada nama ayahnya. KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid ibn ‘Abd Halim (Pangeran Benawa) ibn Abd Ar-Rahman (Jaka Tingkir, Sultan Hadiwijaya) ibn Abdullah ibn Abdul Aziz ibn Abd Al-Fatih ibn Maulana IIshaq dari raden Ainul Yaqin (Sunan Giri).1 Sedangkan ibunya bernama Halimah. Ibunya merupakan bangsawan yang masih mempunyai keturunan dari Jaka Tingkir. Silsilah dri ibunya yaitu Halimah bint Layyinah bint Sihah bin Abdul Jabbar, bin Ahmad Putra Pengeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir.2

KH. Hasyim Asy’ari lahir di Pesantren yang terdapat di desa Gedang, sekitar dua kilometer sebelah timur jombang pada Selasa Kliwon, tanggal 14 Februari 1871 M atau bertepatan dengan 24 Dzulqa’dah 1287 H.3 Jika dianalisis dari waktu kelahirannya dapat dipandang sebagai bagian dari generasi Muslim paruh akhir abad ke-19. KH.

Hasyim Asy’ari adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara, yaitu Nafiah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi, dan Adnan.

Beliau dilahirkan di lingkungan santri yang kental dengan budaya religius.

Ayahnya merupakan pendiri dan pengasuh pesantren keras Jombang. Sedangkan kakek dari pihak ibunya, Kyai Usman merupakan pendiri dan pengasuh Pesantren Gedang. Sementara kakek ibunya, Kyai Sihah dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Tambak Beras Jombang.

Semasa hidupnya, Kyai Hasyim menikah 7 kali.4 Semua istrinya adalah putri Kyai sehingga beliau sangat dekat dengan para Kyai. Di antara mereka adalah Khadijah yaitu putri Kyai Ya’qub dari pesantren Siwalan, Nafisah putri Kyai Romli dari

1 Rizem Aizid, Biografi Ulama Nusantara (Yogyakarta: Diva Press, 2016), 263.

2 Sunanto, Tokoh Pembaharuan Islam Indonesia (Pekalongan: Nasya Expanding Management, 2021), 90.

3 Abdul Hadi, KH. Hasyim Asy’ari (Yogyakarta: Diva Press, 2018), 17–18.

4 Sunanto, Tokoh Pembaharuan Islam Indonesia, 90.

(6)

2

Pesantren Kemuring Kediri, Nafiqoh putri Kyai Ilyas dari pesantren Sewulan Madiun, Masruroh putri dari saudara Kyai Ilyas, yaitu pimpinan Pesantren Kapurejo Kediri, dan Nyai Priangan di Mekkah.

KH. Hasyim Asy’ari memiliki 15 anak. Anak-anak perempuan beliau adalah Hannah, Khairiyah, Aisyah, Ummu Abdul jabbar, Ummu Abdul Haq, Masrurah, Khadijah dan fatimah. Sedangkan anak Laki-lakinya adalah Abdullah, Abdul Wahid Hasyim, Abdul Kadir dan Ya’qub.5

Menurut berbagai sumber, Kyai Hasyim meninggal dunia pada tanggal 7 Ramadhan 1366 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1947 M karena terkena tekanan darah tinggi. Di masa hidupnya beliau mempunyai peran yang besar dalam dunia pendidikan khususnya di lingkungan pesantren baik dari segi ilmu maupun garis keturunan. Sedangkan dalam rangka merebut kemerdekaan melawan Belanda, beliau gigih dan punya semangat pantang menyerah serta jasa-jasanya kepada bangsa dan Negara sehingga beliau diakui sebagai seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional.6 2. Kepribadian dan Madzhab

Agam Islam sangat memperhatikan sifat kesederhanaan, karena dengan sifat tersebut seseorang dapat terhindar dari sifat tercela seperti sombong serta merendahkan orang lain. Dulu para ulama menjadikan sifat sederhana merupakan bagian dari proses dalam berdakwah. KH Hasyim Asy’ari merupakan seorang yang tidak pernah puas dalam menuntut ilmu, sehingga segala perbuatan beliau sering kali dijadikan inspirasi bagi setiap orang.

KH. Hasyim Asy'ari saat itu sempat mendapat amanah sebagai pemimpin dalam menyongsong kemerdekaan republik Indonesia. KH. Hasyim Asy'ari serta para pengikutnya mendesak pemerintahan Jepang agar secepat mungkin memberikan kemerdekaan terhadap bangsa Indonesia. Dari peristiwa ini menunjukkan bahwa KH.

Hasyim Asy'ari berupaya untuk memenuhi janji dan harapan, sebagai mana beliau saat itu ingin mewujudkan cita-cita bersama.7

Salah satu kisah dari KH. Hasyim Asy'ari adalah pernah memiliki riwayat sakit pada tahun 1943, tepatnya pada waktu shalat zuhur beliau memaksakan diri untuk shalat

5 Sunanto, 92.

6 Sunanto, 93.

7 Muhammad Haidar, “Karakter Kepemimpinan KH Hasyim Asy’ari,” Kompasiana, 3 April 2022, https://www.kompasiana.com/muhammad67734/6248907abb448646b367fd93/karakter-kepemimpinan-kh- hasym-asy-ari.

(7)

3

di masjid. Dan ketika itu ada salah satu dari anggota keluarganya menegur beliau agar beliau shalat di rumah saja, lalu beliau menjawab “Kamu tau anak-anakku, api neraka lebih panas dari pada penyakit ini”. Pada saat beliau pulang dari masjid, beliau beristirahat sejenak dan mulai melanjutkan nasehatnya “Aku menangis bukan karena penyakit ini dan bukan pula aku berpisah dengan keluargaku. namun aku merasa bahwa aku masih kurang berbuat kebaikan. Padahal Tuhan telah banyak memerintahkan, sedangkan saya tidak bisa melakukannya”. Hal ini membuktikan bahwa bliau sangat sabar menerima cobaan dari Allah Swt.8

Selain itu, KH. Hasyim Asy'ari di waktu kecil sudah dibiasakan untuk menjaga kesucian diri, beliau hidup di lingkungan pondok pesantren yang mana sangat berperan dalam pembentukan watak yang haus akan pendidikan dan ilmu pengetahuan agama.

KH. Hasyim Asyári dalam hal ini beliau menganut aliran madzhab empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Menurut K.H. Hasyim, sebenarnya bukan Cuma empat mazhab itu saja yang boleh diikuti oleh umat Islam. Mazhab lain, seperti Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Ishaq bin Ruhawaih, dan Daud al-Zhahiri, juga boleh diikuti. Tetapi leteratur yang memuat pikiran-pikiran mereka tidak banyak, dan tidak terkodifikasi dengan baik, sehingga dengan demikian mata rantai pemikiran mereka terputus. Itulah sebabnya sehingga mazhab yang dibolehkan untuk diikuti adalah mazhab Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi. Alasannya dikhawatirkan menyimpan dari pendapat pendirinya karena tidak adanya pelestarian kodifikasi karya-karya mereka.9

3. Rihlah Ilmiah, Guru dan Murid

Pendidikan awal KH. Hasyim Asy’ari diterima dari orang tuanya sendiri, yakni ayah dan kakeknya. Ia belajar kepada ayahnya dalam bidang ilmu Al-Quran, kemudian melanjutkan pendidikannya di berbagai pesantren di nusantara khususnya di Jawa.

Pengembaraan intelektualnya ke berbagai pesantren di Nusantara ini dimulai sejak usia 15 tahun. Adapun pesantren-pesantren yang pernah menjadi tempatnya menimba ilmu antara lain:10

a. Pesantren Wonokoyo di Probolinggo b. Pesantren Langitan di Tuban

8 Muhammad Haidar.

9 Nashiruddin Pilo, “Pemikiran Pendidikan KH. Muhammad HAsyim Asy’ari,” Junal Ilmiah Islamic Resources FAI-UMI Makassar 16, no. 2 (2019): 207.

10 Rizem Aizid, Biografi Ulama Nusantara, 268.

(8)

4 c. Pesantren Trenggilis di Semarang

d. Pesantren Kademangan di Bangkalan, belajar kepada kyai Kholil Bangkalan, e. Pesantren Siwalan di Sidoarjo

Tradisi pesantren dalam mencari ilmu ini memberi kesempatan pada KH.

Hasyim Ay’sri untuk belajar tata bahasa dan sastra Arab, fiqih, dan sufisme dari Kyai Khalil di Bangkalan selama 3 tahun, sebelum memfokuskan diri dlaam bidang fiqh selama dua tahun di bawah bimbingan Kyai Ya’qub di Pesantren Siwalan Panji.11

Kemudian Kyai Hasyim Asy’ari pergi ke Hijaz guna melanjutkan perjalanan intelektualnya disana. Semula beliau belajar di bawah bimbingan Syekh Mahfudz At- Tarmasi. Beliau merupakan ahli Hadits dan merupakan orang Indonesia pertama yang mengajar Shahih Bukhari di Makkah. Dari beliaulah KH. Hasyim Asy’ari mendapat ijazah untuk mengajar Shahih Bukhari. Di bawah bimbingannya, KH. Hasyim Asy’ari juga belajar tarekat Qadariyah dan Naqsabandiyah.

Setelah rihlah ilmiah di Pesantren Jawa dan Madura, Hasyim melanjutkan perjalanan keilmuannya berlanjut menuju Mekkah, di kota suci ini ia menghabiskan waktu selama beberapa tahun untuk berguru kepada ulama-ulama Mekkah, salah satunya ialah Syeikh Akhmad Khatib Minangkabawi yang di Mekkah dikenal sebagai seorang ahli Hadis dan ulama terkemuka di Mekkah. Ia menjadi salah satu seorang imam Masjidil Haram untuk penganut madzhab Imam Syafi’i, guru yang lain ketika itu ialah Syekh Mahfudz At-Tarmasi, Syekh Syu’aib bin Abdurrohman, Syekh Ahmad Amin Al-Athar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmatullah, Syekh Sholeh Bafadhol, Sayyid Abbas Al-Maliki (Kakek Abuya Sayyid Muhammad al- Maliki), Sayyid Sulthan Hasyim Ad-Daqrustani, Sayyid Abdullah At-Zawawi, Sayyid Ahmad bin Hasan Al- Attas, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqaf, Sayyid Abu Bakr As- Syatha’ Ad-Dimyathi, Sayyid Husain Al-Habsyi (Su’aidi, 2008: 36-37). Sedangkan guru-guru beliau yang termasuk terkenal ialah Syekh Nawawi Al-Bantani dan guru- guru “non jawi” (bukan dari nusantara), Seperti Syekh Syatha’ dan Syekh Daqistani yang merupakan ulama-ulama terkenal di masa itu.12

Ketika belajar di Mekkah, Hasyim sempat ditemani isterinya dari Jawa yang datang untuk menunaikan Ibadah haji sekaligus menemani Hasyim Asy’ari. Akan

11 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH. Hasyim Asy’ari (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2007), 28–29.

12 Luthfi Maulana, “Melacak Dakwah Keilmuan Ulama Nusantara: Geliat Pergerakan KH. Hasyim Asy’ari,” Jurnal Iqtida 1, no. 2 (Desember 2021): 129–33.

(9)

5

tetapi, setelah selang waktu berjalan tujuh bulan istri yang disayanginya meninggal dunia setelah melahirkan putera pertamanya Abdullah, dan tidak lama kemudian putra sulungnya tersebut mengikuti kepergian Ibunya. Melihat kenyataan tersebut, akhirnya Hasyim memutuskan untuk sementara waktu kembali ke tanah air.13

Kepulangannya ke tanah air tidak berlangsung lama, hingga pada tahun 1893, Hasyimkembali melanjutkan pendidikannya di Mekkah selama 7 tahun di bawah bimbingan Syekh Mahfudz dari Termas untuk belajar Hadis, Syaikh Mahfudz sendiri merupakan ulama Indonesia pertama yang mengajar Shahih Bukhari di Mekkah.

Syeikh Mahfudz at-Tirmizi (w. 1919/1920 M) tercatat sebagai ulama dari Indonesia yang memiliki perhatian besar terhadap bidang Hadis. Syekh Mahfudz menetap di Mekkah dan menjadi guru besar di sana menggantikan wibawa gurunya, Syekh Nawawi al-Bantani.14

Selain di Mekkah belajar kepada pakar-pakar Hadis, Hasyim juga mendapatkan pengaruh perkembangan politik lokal seperti sentimen terhadap anti kolonial penjajah, nasionalisme dan Pan-Islamisme sebagai reaksi terhadap aksi Barat pada abad ke-19 oleh Kristen Eropa. Anjuran Pan-Islamisme adalah agar umat Islam bersatu dalam menghadapi ekspansi Eropa. Seruan persatuan ini tampaknya sangat berpengaruh pada Hasyim dan mengilhaminya untuk mewujudkan persatuan umat Islam dengan membebaskan tanah air dari kolonialisme.15

Sehingga sepulang dari Mekkah, tepatnya pada tanggal 26 Rabi’ul Awwal 1317 H/ 1899 M. Hasyim mendirikan pondok pesantren Tebuireng dan Madrasah Salafiyyah Syafi’iyyah yang saat itu proses pendidikan dan pengajarannya beliau ditangani secara langsung. Pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah/31 Januari 1926, bersama KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, dan beberapa ulama berpengaruh lainya, beliau mendirikan organisasi Nahdhatul Ulama’ (Kebangkitan Para Ulama). Tujuan utama didirikan organisasi tersebut ialah mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali kepada ajaran al-Quran dan Hadis dalam setiap aspek kehidupan mereka serta untuk mempersatukan umat Islam untuk berjuang terhadap agama Islam (Asy’ari, 2007: xii).

Sehingga semenjak organisasi tersebut berdiri, Hasyim menyerukan persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai cara menghadapi kolonial Belanda.16

13 Luthfi Maulana.

14 Luthfi Maulana.

15 Luthfi Maulana.

16 Luthfi Maulana.

(10)

6 4. Karya-karya

a. Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim;

Adab al-'Alim wa al-Muta'alim adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1936. Karya ini membahas tentang etika atau adab bagi seorang alim (ulama) dan murid yang belajar dari seorang alim. Karya ini menjelaskan bagaimana seorang alim seharusnya bersikap, bertutur kata, dan memberikan pengajaran kepada murid-muridnya.

b. Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah fi Bayani al-Masamah bi Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah;

Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jama'ah fi Bayani al-Masamah bi Ahli as- Sunnah wa al-Jama'ah adalah karya tulis yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1939. Karya ini membahas tentang pemahaman Ahli Sunnah wal Jama'ah mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan aqidah, fiqih, dan tazkiyah (spiritualitas). Karya ini juga membahas tentang pengertian Ahli Sunnah wal Jama'ah itu sendiri serta bagaimana mereka membedakan antara kebenaran dan kesesatan dalam berbagai masalah agama.

c. At-Tibyan fi an-Nahyi ‘an Muqotho’ati al-Arham wa al-Ikhwan;

At-Tibyan fi an-Nahyi 'an Muqotho'ati al-Arham wa al-Ikhwan adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1935. Karya ini membahas tentang larangan dalam hubungan kekerabatan dan persaudaraan sesama muslim, seperti larangan menzalimi, berbuat zalim, dan memutuskan silaturahim.

d. Muqodimah al-Qonun al-Asasi li Jam’iyyah Nahdloti al-‘Ulama;

Muqodimah al-Qonun al-Asasi li Jam'iyyah Nahdloti al-'Ulama adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1926. Karya ini merupakan pengantar atau muqaddimah bagi konstitusi organisasi Nahdlatul Ulama yang dibuat pada tahun yang sama. Karya ini membahas tentang prinsip- prinsip dasar yang menjadi pijakan dalam menjalankan organisasi Nahdlatul Ulama.

e. Risalah fi Ta’kidi al-Akhdzi bi Madzahib al-Aimmah al-Arba’ah;

Risalah fi Ta'kidi al-Akhdzi bi Madzahib al-Aimmah al-Arba'ah adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1936. Karya ini membahas tentang pentingnya memahami dan menetapkan taqdis (menempatkan) pada empat madzhab imam (Hanafi, Maliki, Shafi'i, dan Hanbali)

(11)

7

serta menolak pendapat-pendapat yang bertentangan dengan empat madzhab tersebut. Karya ini ditujukan sebagai upaya untuk menghindari perpecahan dan perselisihan di kalangan umat Islam.

f. Mafatih al-Falah fi Ahadits an-Nikah;

Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1928. Karya ini membahas mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan pernikahan dan menjadi salah satu kitab rujukan dalam bidang pernikahan di kalangan masyarakat muslim.

g. Risalah Tusamma bi al-Mawa’idz;

Risalah Tusamma bi al-Mawa'idz adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1919 M. Karya ini berisi kumpulan nasihat dan pelajaran moral yang disampaikan melalui cerita-cerita pendek yang diambil dari kehidupan sehari-hari.

h. Al-Arba’in Haditsan Nabawiyan Tata’allaqu bi Mabadi’i li Jam’iyyah Nahdlati al- Ulama;

Al-Arba'in Haditsan Nabawiyan Tata'allaqu bi Mabadi'i li Jam'iyyah Nahdlati al-Ulama adalah sebuah kumpulan hadis Nabi Muhammad SAW sebanyak empat puluh hadis yang dipilih oleh KH Hasyim Asy'ari. Karya ini diterbitkan pada tahun 1924 M dan ditujukan untuk digunakan oleh anggota Jam'iyyah Nahdlati al-Ulama dalam upaya meningkatkan pemahaman mereka terhadap ajaran Islam.

i. An-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin;

An-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin adalah sebuah karya yang ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1927 M. Karya ini berisi tentang cinta dan pengagungan terhadap Nabi Muhammad SAW serta keutamaan mengikuti ajaran-ajarannya.

j. Ziyadatu at-Ta’liqat ‘ala Mandhumati asy-Syaikh ‘Abdullah Yasin al- Fasyuruwani;

Ziyadatu at-Ta'liqat 'ala Mandhumati asy-Syaikh 'Abdullah Yasin al- Fasyuruwani adalah sebuah karya yang berisi komentar dan penjelasan terhadap syair-syair yang ditulis oleh seorang ulama terkemuka pada masanya, yaitu Syaikh Abdullah Yasin al-Fasyuruwani. Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1934 M.

k. Tambihat al-Wajibat liman Yashna’u al-Maulid bi al-Munkarot;

(12)

8

Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1930. Karya ini membahas mengenai larangan-larangan dalam merayakan maulid Nabi dan menjadi salah satu karya penting dalam membahas permasalahan tersebut.

l. Dhau al-Mishbah fi Bayani Ahkam an-Nikah;

Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1930. Karya ini membahas mengenai hukum-hukum dalam pernikahan dan menjadi salah satu kitab rujukan dalam bidang pernikahan di kalangan masyarakat muslim.

m. Audhah al-Bayan fi ma Yata’allaqu bi Wadzaifi Romadlon;

Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1930. Karya ini membahas mengenai masalah-masalah yang terkait dengan shalat Tarawih pada bulan Ramadhan.

n. Abyanu an-Nidham fi Bayani ma Yu’maru bihi au Yanha ‘anhu min anwa’i as- Shiyam;

Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1930. Karya ini membahas mengenai hukum-hukum dalam puasa dan menjadi salah satu kitab rujukan dalam bidang puasa di kalangan masyarakat muslim.

o. Ahsan al-Kalam fi ma Yata’allaqu bi sya’ni al-“Idi min al-Fadhoil wa al-Ahkam;

Karya ini ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1930. Karya ini membahas mengenai hukum-hukum dan keutamaan dalam merayakan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Karya ini juga menjadi salah satu kitab rujukan dalam bidang perayaan hari raya di kalangan masyarakat muslim.

5. Penilaian para Ulama

Abdullah Hakam bahwa KH. Hasyim Asyari merupakan salah satu tokoh tasawuf Indonesia yang memiliki amalan berupa beberapa riyadhah semisal sering berpuasa dan sedikit makan, selalu menjaga salat Tahajjud berjemaah serta beberapa riyadhah yang lain. Tujuan inti pelaksanaan riyadhah tersebut adalah dalam rangka mendekatkan diti kepada Allah serta pembinaan akhlak dan pensucian jiwa. Dari beberapa telaah pustaka tentang pemikiran KH. Hasyim Asyari, cukup jelas posisi penelitian ini dalam kajian tentang pemikiran KH. Hasyim Asyari yang terfokus pada pemikiran tentang persatuan beserta penelaahan kondisi sosio historis yang melatarbelakangi pemikiran tersebut.17

17 Muchammad Coirun Nizar, “Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Tentang Persatuan,” Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi 1, no. 1 (2017): 64.

(13)

9

B. Peran KH. Hasyim Hasyim Asyári dalam Bidang Hadits 1. Pengembangan Studi Hadis

KH Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama dan tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Salah satu kontribusi besar KH Hasyim Asy'ari dalam pengembangan studi hadis adalah dengan mendirikan sebuah pesantren yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, pada tahun 1926. Pondok Pesantren Tebuireng didirikan dengan tujuan untuk memperkuat tradisi keislaman di Indonesia dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ajaran Islam. KH Hasyim Asy'ari menyadari pentingnya pengajaran hadis dalam menyebarluaskan ajaran Islam yang sebenarnya, karena hadis adalah sumber utama dalam mengetahui ajaran dan praktik Nabi Muhammad.

Dalam pengembangan studi hadis, KH Hasyim Asy'ari mengajarkan para santrinya untuk mempelajari hadis dari sumber-sumber yang otentik dan memastikan keaslian hadis sebelum mengambil hukum atau pelajaran darinya. KH Hasyim Asy'ari juga menekankan pada pentingnya memahami konteks sosial dan sejarah di balik hadis agar dapat memahami makna hadis secara mendalam. Selain itu, KH Hasyim Asy'ari juga memberikan perhatian khusus pada metodologi pengajaran hadis. Ia mengajarkan santrinya untuk menggunakan metodologi ilmiah dalam mempelajari hadis, seperti memeriksa kredibilitas para perawi hadis, memeriksa saluran transmisi hadis, dan memeriksa konsistensi hadis dengan ajaran Al-Quran.

Melalui pengajaran dan metodologi yang diterapkan di Pondok Pesantren Tebuireng, KH Hasyim Asy'ari berhasil menciptakan generasi ulama-ulama Indonesia yang mampu memahami hadis dengan benar dan mendalam, serta menggunakannya sebagai sumber ajaran dan hukum dalam kehidupan sehari-hari.Dalam sumbangan lain, KH Hasyim Asy'ari juga merupakan salah satu pendiri organisasI. Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. NU sendiri telah melakukan banyak upaya dalam menyebarkan pemahaman yang benar tentang hadis dan mengembangkan studi hadis di Indonesia. Dengan demikian, peran KH Hasyim Asy'ari dalam pengembangan studi hadis adalah sangat penting, terutama dalam membentuk generasi ulama Indonesia yang memahami hadis secara benar dan mendalam, serta mengajarkan metodologi ilmiah dalam pengajaran hadis.

2. Menyebarkan Sunnah Nabi

(14)

10

Salah satu peran penting yang dimainkan oleh K.H. Hasyim Asy'ari adalah dalam menyebarkan Sunnah Nabi. Sebagai seorang ulama yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang Islam dan ajaran Nabi Muhammad SAW, K.H. Hasyim Asy'ari terus mendorong umat Islam untuk mengikuti ajaran Nabi dan mempraktikkan Sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari. Beliau juga berusaha untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang Sunnah Nabi dan menolak praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam.

K.H. Hasyim Asy'ari juga memainkan peran penting dalam mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. Beliau mendirikan pesantren-pesantren yang didedikasikan untuk pengajaran dan pengembangan ajaran Islam yang benar, termasuk pengajaran tentang Sunnah Nabi. Pesantren-pesantren ini menjadi pusat pembelajaran dan disiplin ilmu agama yang tidak hanya berfokus pada pembacaan Al-Qur'an, tetapi juga pada praktik-praktik yang sesuai dengan Sunnah Nabi.

Dalam kesehariannya, K.H. Hasyim Asy'ari juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Beliau menginspirasi banyak orang untuk mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam perilaku dan etika, seperti kejujuran, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap orang lain. Dengan demikian, K.H. Hasyim Asy'ari tidak hanya menyebarkan Sunnah Nabi secara langsung, tetapi juga melalui teladan dan contoh yang ia tunjukkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Secara keseluruhan, peran K.H. Hasyim Asy'ari dalam menyebarkan Sunnah Nabi sangatlah penting dan berpengaruh dalam pengembangan Islam di Indonesia. Melalui pendidikan, praktik, dan contoh yang ia tunjukkan, beliau membantu memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang benar, termasuk praktik-praktik yang sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

3. Menegakkan Hadis Sebagai Sumber Ajaran

K.H Hasyim Asy'ari, juga dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU), memainkan peran penting dalam menegakkan hadis sebagai sumber ajaran Islam.

Sebagai seorang ulama yang terkenal di Indonesia, ia memiliki pengaruh yang kuat dalam dunia Islam, terutama dalam masyarakat Jawa. K.H Hasyim Asy'ari memegang teguh prinsip bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang setara dengan Al- Qur'an. Dalam pandangannya, hadis adalah cara utama untuk memahami ajaran Islam yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam mengajarkan agama, K.H Hasyim Asy'ari mengutamakan pengajaran dan pemahaman hadis kepada umat Islam,

(15)

11

sekaligus memperkuat keberadaannya sebagai sumber ajaran Islam yang sahih dan terpercaya.

K.H Hasyim Asy'ari juga menekankan pentingnya mempelajari hadis dengan metode yang benar, yaitu dengan cara memeriksa sanad (rantai perawi) hadis tersebut.

Ia mengajarkan bahwa dalam memeriksa sanad hadis, harus diperhatikan kredibilitas para perawi dan sejarah kehidupan mereka, sehingga dapat menjamin keabsahan hadis yang dipelajari. Selain itu, K.H Hasyim Asy'ari juga mempromosikan penggunaan hadis sebagai sumber ajaran Islam yang tidak hanya pada level personal, tetapi juga pada level masyarakat dan negara. Ia menekankan bahwa hadis harus digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam pembentukan hukum dan kebijakan negara, sehingga dapat memastikan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Dengan prinsip dan pandangan yang dipegang teguh oleh K.H Hasyim Asy'ari, ia menjadi pemimpin spiritual yang memainkan peran penting dalam memperkuat posisi hadis sebagai sumber ajaran Islam yang sahih dan terpercaya. Ia memastikan bahwa umat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia memiliki pemahaman yang benar tentang hadis dan menjadikannya sebagai pedoman hidup yang sahih dan terpercaya. Oleh karena itu, peran K.H Hasyim Asy'ari dalam menegakkan hadis sebagai sumber ajaran Islam tidak dapat diragukan lagi.

4. Menerbitkan Kitab Hadis

Kitab hadis adalah kumpulan hadis atau perkataan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman oleh umat Islam. Kitab-kitab hadis menjadi salah satu sumber utama bagi para ulama dalam menafsirkan dan memahami ajaran Islam. K.H Hasyim Asy'ari dikenal sebagai salah satu ulama yang sangat memperhatikan masalah hadis dan berusaha untuk memperkuat keilmuan hadis di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, banyak kitab-kitab hadis yang sulit ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu, K.H Hasyim Asy'ari berinisiatif untuk menerbitkan kitab-kitab hadis agar dapat diakses oleh masyarakat Muslim Indonesia.

Beliau menerbitkan beberapa kitab hadis, di antaranya adalah "Bulughul Maram" dan

"Mukhtashar Shahih Muslim". Kitab-kita ini kemudian menjadi acuan penting bagi para ulama dan masyarakat Muslim Indonesia dalam mempelajari dan memahami ajaran Islam.

Selain menerbitkan kitab-kitab hadis, K.H Hasyim Asy'ari juga aktif dalam mengajarkan ilmu hadis kepada para santri di pesantren-pesantren yang didirikannya.

(16)

12

Beliau sangat memperhatikan kualitas pengajaran hadis di pesantren dan berusaha untuk meningkatkannya agar para santri dapat memahami hadis dengan baik dan benar.

Dalam hal ini, K.H Hasyim Asy'ari dapat dikatakan sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam memperkuat keilmuan hadis di Indonesia. Peran beliau dalam menerbitkan kitab hadis dan mengajarkan ilmu hadis kepada para santri telah memberikan kontribusi besar dalam menjaga keaslian ajaran Islam di Indonesia dan memperkokoh iman umat Muslim Indonesia.

C. Telaah Karya KH. Hasyim Asy'ari (Risalah Ahlu Sunnnah wal jamaah)

Setiap tulisan tangan para penulis, pasti memiliki latar belakang atau inspirasi.

Begitu juga dengan kitab Risalah Ahl al-Sunnah Wa alJama’ah karya KH. Hasyim Asy’ari ini, salah satu yang melatarbelakangi penyusunan kitab risalah aswaja adalah sebuah perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis. Permasalahan yang diangkat oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab tersebut berkisar pada argument-argumen tentang keyakinan (dimensi iman), amalan (dimensi islam) hingga kepribadian (dimensi ihsan) yang selama ini dipegang oleh Muslim kultural.18

Pada bab pertama dalam kitab Risalah Aswaja, Kh. Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang Sunnah dan Bid’ah. Sebagai ilustrasi kubu A mengkalim suatu aktivitas sebagai sunnah, sedangkan kubu B menuduh aktivitas tersebut sebagai bid’ah. Pada bagian ini KH.

Hasyim Asy’ari menjelaskan secara detail tentang sunnah dan bid’ah dengan disertai dalil dari al-Qur’an, hadis dan argumen dari para tokoh Islam. KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan secara detail mulai dari pengertian sunnah dan bid’ah, pembagiannya, dan bagaimana cara meneladani sunnah dan bid’ah. Semuanya dijelaskan dengan menggunakan dalil baik dari hadis maupun al-Qur’an dan untuk menguatkan dimasukkan juga argumen-argumen dari para ulama. Dalam masalah sunnah, dari beberapa pengertian KH. Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa sunnah adalah segala sesuatu yang sumbernya dari Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat fisik ataupun akhlak beliau, sejarah kehidupan dan keinginan beliau yang belum sempat di laksanakan, yang pantas dijadikan dalil untuk hukum-hukum dalam syariat Islam. Dan sunnah Nabi tersebut wajib diteladani oleh umat Islam dalam persoalan agama maupun dunia.19

18 Siti Nurjanah, “Nilai-Nilai Aqidah Dalam Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA) Karangan KH. Hasyim Asy’ari” (Lampung, UIN Raden Intan Lampung, 2018).

19 Siti Nurjanah.

(17)

13

Kemudian pada bab kedua ataupun pasal selanjutnya pada kitab Risalah Aswaja KH. Hayim Asyári membahas tentang penduduk jawa bermadzhab Ahlussunnah wal jamaah dan pada zaman itulah banyak macam-macam ahli bid’ah.20 Dalam kitab Risalah Ahlussunnah wa al-Jama'ah, Pendiri NU Hadiratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari menjelaskan bahwa Madzhab Asy'ari adalah representasi golongan Ahlussunnah Wal-Jamaah yang selamat (al-firqah al-najiyah). Beliau memulai penjelasannya dengan menuturkan sebuah hadits tentang perpecahan umat Islam menjadi tujuh puluh tiga aliran.

Kemudian beliau membagi tujuh puluh tiga aliran tersebut menjadi dua; yaitu aliran sesat dan aliran yang selamat. Dalam hal ini KH. M. Hasyim Asy'ari berkata:

َلا َعَت ُللها ُه َمِح َر ُّي ِجاَفَخْ

لا ُبا َه َّشلا َ لاقَ وُبَ

أ ْم ُه ِةَعاَمَجْلاَو ِةَّن ُّسلا ُل ْهَ

أ ْم ُه ُةَي ِجاَّنلا ُةَق ْرِفْ

لا َو ِضاَي ِرلا ِمي ِسَ ن يِف ى ة َّج ُح ْم ُهَ

ل َع َج ىَ لا َعَت َ َّ

للها نََّ أِل ، ِءاَمَ

ل ُعْ لا ُة َّمِئَ

أ َو ِةَّن ُّسلا ُ ل ْهَ

أ ُهُت َعا َمَج َو ُّي ِرَع ْشَأْلا ِن َسَحْ ْم ِهْيَ لا

لِإ َو ِه ِقْ ل َخ ىَ

لَع ُعَزفَتْ

.)ةعامجلاو ةنسلا لهأ ةلاسر ،يرعشأ مشاه دمحم خيشلا ةرضح( .ْم ِهِنيِد يِف ُةَّما َعْلا

"Syihabuddin al-Khafaji rahimahullah berkata dalam kitab Nasim al-Riyadh:

'Golongan yang selamat adalah Ahlussunnah Wal-Jama'ah Mereka adalah Abu al-Hasan al-Asy'ari dan jamaahnya, golongan Ahlussunnah dan panutan para ulama, karena Allah telah menjadikan mereka sebagai hujjah bagi makhluk-Nya, dan mereka menjadi rujukan orang-orang awam dalam urusan agama mereka."

KH. M. Hasyim Asy'ari juga menjelaskan tentang aliran-aliran sesat, yang banyaknya tujuh puluh dua aliran. Dalam hal ini beliau berkata :

َق ْدَق َو ،ُةَّيِربَجْلاَو ُة َضِفا َّرلاَو ُةَّن ِج ْرُمْ

لا َو ُةَّيِم ْهَجلاَو ُةَّيِرَدَقلاَو ُةَّيِرْوُرَخْ

لا ِق َر ِفلا ُ لو ُصُ ُم ُه َمِح َر ِمْ أ َو

ل ِعْ لا ِلْهَ

أ ُض ْعَب َ لا

َُّ

للها ةَ

ق ْر ِف َة َر ْشَع يَتَنْثا اَهْنِم ٍةَق ْرِف ُّلُك ْتَم َسَقْنا ْدَقَو ، َت ّسلا ِه ِذ َه ِةَّ

لا َّضلا ِق َر ِفلا ُ ل ْو ُصُ

أ :ىَ لا َعَت ىَ

لِإ ْت َرا َصَف

ُر ْش ِع ا َهَ

لْي ِصفَت ْ َّ

نِإ :َ لْي ِق :ىَ

لا َعَت ُللها ُه َم ِح َر نا َ

ل ُس ُر ُنْبا َ لاق ،ٌةَ َ

ق ْر ِف َني ِعْب َس َو ِنْيَتَنْثا َ

ن ْو ُر ْش ِع َو ، ُض ِفا َو َر ْم ُهْن ِم ن ْوَ

20 Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bekasi: Al-Muqsith Pustaka, 2021), 38.

(18)

14 ٍة َر ِف ُتا َ

لَ

ث َو ٌةَّيِم ْه َج ةَ

ق ْر ِف َو ِةَّيِراَج َن ةَق ْرِفَو ةَئ ِج ْرُم ة َعْب َسَو ،ٌةَب ِرَدَق َنْو ُر ْش ِعَو ، ُجِراَو َخ ْمُهْنِم ِه ِذ َهَ

ف ، ةَّيِما َرَ ك

ةَ ق ْر ِف َ

ن ْو ُعْب َس َو ِناَتَ نْ

ثا

"Pokok-pokok aliran adalah Haruriyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murjiah, Rafidhah dan Jabariyah. Sebagian ahli ilmu berkata: "Pokok-pokok aliran sesat adalah enam aliran ini. Masing-masing aliran terpecah belah menjadi dua belas aliran, sehingga semuanya menjadi tujuh puluh dua aliran Ibnu Ruslan rahimahullah berkata: "Konon menunt pendapat lain, rincian tujuh puluh dua aliran tersebut adalah, Rafidhah (Syiah) dua puluh aliran, Khawarij dua puluh aliran, Qadariyah dua puluh aliran, Murji'ah tujuh aliran, Najjariyah satu aliran, Jahmiyah satu aliran dan Karramiyah tiga aliran. Semuanya tujuh puluh dua aliran.".21

Pada bagian ketiga beliau membahas mengenai khittah ajaran salafussaleh yang menjelaskan tentang “assawaadul A’zham” pada saat zaman itu, kemudian mengenai pentingnya berpegangan teguh pada salah satu madzhab. Beliau mengutip hadits ini:

َي َو ، ٍةَ لا َ

ل َض ىَ لَع ي ِت َّمُ

أ ُع َم ْج َ ي اَ

ل ىَ

لا َعَت َللها َّ

نِإ : َمَّ

ل َس َو ِهْيَ

لَع ُللها ىَّ

ل َص ِللها ُ ل ْو ُس َر َ

لاق ْدَ ق َوَ ،ِةَعاَمَجْلا ىَلَع ِ َّللها ُد

َجا َم ُنْبا َدا َز ُّي ِذ ِم ْرِّتلا ُهاَو َر) ْه

(

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menghimpun umatku di atas kesesatan. Dan tangan Allah di atas al-jama'ah." (HR.

Tirmidzi) Ibn Majah menambahkan (riwayat)

Kemudian tentang sawaadul a’zham yaitu “al-haq dan ahlul haq” dan dijealsakan dalam kitab al jami’ashshogier “sesungguhnya Allah menyelamatkan umatku dari bersepakat atas perbuatan sesat”. Mayorits dari mereka adalah pengikut al-madzahib al- arba’ah, termasuk imam bukhari bermadzhab imam syafií, beliau mengambil dari imam humaidi. Al-za’farani dan karabi’isi, demikian juga imam ibnu khuzaimah dan imam nasa’i.22

21 Abdurrahman Navis, Muhammad Idrus Ramli, dan Faris Khoirul Anam, Risalah Ahlussunnah Wal- Jama’ah Dari Pembiasaan Menuju Pemahaman dan Pembelaan Akidah Amaliah NU (Surabaya: Khalista, 2012), 163.

22 Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah, 59.

(19)

15

Pada bagian keempat dalam kitab Risalah Aswaja, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang kewajiban taqlid bagi orang yang tidak memiliki keahlian ijtihad. Menurut jumhur ulama muhaqqiqin, setiap orang yang tidak memiliki keahlian ijtihad mutlak, meskipun dia menguasai sebagian ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam ijtihad, wajib untuk mengikuti pendapat para mujtahid dan memegangi fatwa mereka, agar keluar dari ikatan taklif, dengan bertaqlid kepada siapapun yang ia kehendaki di antara para mujtahid mutlak tersebut, berdasarkan firman Allah Swt dalam QS An-Nahl ayat 43:

ـ ْسَ ف ْم ِهْيَ

ل ِا ٓ ْي ِح ْوُّن الا َج ِر اَّ

ل ِا َكِلْبَق ْنِم اَنْل َس ْرَا ٓاَمَو َۙن ْو ُمَ َ

ل ْعَت اَ ل ْمُتْنُ

ك ْ ن ِا ِرْ

ك ِّ ذلا َ

ل ْهَ ا آ ْوُ

ل

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan

Dengan demikian taqlid adalah suatu perkara wajib bagi setiap Muslim, setidaknya ketika dia memulai untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam, seperti meletakkan tangan di dada ketika shalat, mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram. Sesungguhnya taqlid merupakan sunnatullah yang mustahil dihindari.23

Pada bagian kelima dalam kitab Risalah Aswaja, KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang berhati-hati dalam belajar agama dan belajar ilmu serta peringatan terhadap fitrah para ahli bid’ah, orang-orang munafik, dan para pemimpin yang sesat. Taqlid yang diagungkan dalam Islam bukan taqlid buta, melainkan taqlid yang didasari oleh sikap hati- hati dalam memilih figur yang pantas untuk dijadikan sebagai panutan dalam bertaqlid, oleh sebab itu setiap Muslim perlu menyeleksi figur ulama atau mujtahid yang dapat dia percaya sebagai narasumber dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar. Kita wajib berhati-hati dalam belajar ilmu, jangan sampai kita belajar ilmu kepada orang yang bukan ahlinya.

Pada bagian keenam dalam kitab Risalah Aswaja, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan dua hal. Pertama, hadis-hadis dan atsar-atsar tentang hilangnya ilmu agama dan merebaknya kebodohan. Kedua, peringatan dan pemberitahuan Nabi Saw bahwa (zaman/perkara) yang akhir itu buruk, bahwa sesungguhnya umat beliau akan mengikuti orang-orang yang membuat-buat perkara-perkara baru (dalam agama), bid’ah-bid’ah, dan hawa nafsu, dan

23 Siti Nurjanah, “Nilai-Nilai Aqidah Dalam Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA) Karangan KH. Hasyim Asy’ari.”

(20)

16

bahwa Islam hanya dipegang dikalangan tertentu saja. Amaliah ajaran-ajaran Islam makin hari semakin terlihat pudar. Dari segi internal penyebabnya adalah menipisnya kuantitas ulama terpercaya dikarenakan wafat dan juga kualitas ulama yang dapat dijadikan sebagai Uswah hasanah (role model). Dari segi eksternal adalah arus budaya dari luar Islam

‘khususnya budaya Yahudi dan Nasrani’.

Pada bagian ketujuh dalam kitab Risalah Aswaja, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang dosa orang-orang yang mengajak kepada kesesatan atau membuat-buat kebiasaan jelek. Allah berfirman dalam QS An-Nahl ayat 25:

ةَ ل ِماَ

ك ْم ُه َرا َز ْوَ ا آ ْوُ

ل ِم ْحَيِل

َن ْو ُر ِزَي ا َم َءۤا َس اَ لَ

ا ۗ ٍمْ

ل ِع ِرْيَغِب ْم ُهَنْوُّ

ل ِضُي َنْي ِذَّ

لا ِراَزْوَا ْنِمَوَۙ ِةَمٰيِقْ لا َم ْوَّي

Artinya :“(Ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa- dosanya sendiri secara utuh dan sebagian dosa orang-orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul.”

Pada bagian kedelapan dalam kitab Risalah Aswaja, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang pecahnya umat Islam menjadi 73 golongan (firqah) dan pokok-pokok golongan yang sesat serta golongan yang selamat. Hal ini selaras dengan sabda Nabi Saw, Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:

ى َد ْحِإ ىَ لَع ُدو ُهَيْ

لا ِتَ قَرَتْ ْي ِت َمُ فا

أ ِتَ ق َرَ

فَت َو ، ةَ

ق ْر ِف َني ِعْب َس َو ِنْيَتَنْثا ىَلَع ى َرا َصَّنلا ِتَق َّرَفَتَو ، ةَق ْرِف َني ِعْب َسَو ُه : َ

لاَ

ق ؟ِللها َ

ل ْو ُس َر اَي ْم ُه ْن َم َو :اوُ لاَ

ق ،ٌة َد ِحا َو اَّ

لِإ ِراَّنلا يِف اَهُّ

لُ ك ، ةَ

ق ْر ِف َني ِعْب َس َو ٍثا َ لَ

ث ىَ

َ لَع لَع اَنَ

أ ي ِذَّ

لا ْم ِهْي

يِبا َح ْصَ أ َو

"Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan, dan kaum Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 72 golongan, semua golongan tersebut masuk neraka kecuali hanya satu golongan saja. Para sahabat bertanya: "Siapa (satu) golongan yang selamat itu) Yaa Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Golongan yang selamat itu adalah kelompok komitmen dalam mengikutiku dan para sahabatku"

(21)

17

Sayangnya, banyak tokoh kelompok-kelompok tersebut, khususnya melalui karya- karya ilmiah, mengklaim bahwa hanya kelompoknya yang benar dan selamat, sedangkan selain mereka sesat dan celaka.24

Pada bagian kesembilan, Kh Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat. Tanda-tanda dekatnya hari kiamat sangat banyak, seperti yang dijelaskan dalam kitab Risalah Aswaja sebagai berikut :

1. Tidak ada orang yang membantu dan menolong agama Islam

2. Para ahli ibadah yang bodoh-bodoh dan para ahli al-Qur’an yang fasik-fasik

3. Hari kiamat tidak akan terjadi sampai manusia saling berbangga-bangga terkait masjid-masjid.

4. Terputusnya silaturahmi, penghianatan orang yang dapat dipercaya, dan dipercayanya orang yang berkhianat.

5. Naiknnya bulan dan bulan sabit bisa dilihat pada suatu waktu dan tidak terlihat pada waktu yang lain

6. Wafatnya orang-orang soleh

7. Zuhud hanya menjadi riwayat dan sikap wira’i hanya dibuat-buat 8. Banyak anak yang durhaka pada orang tua

9. Banyak pemimpin yang munafik dan fasik

10. Dihiasinya mihrab masjid, namun banyak orang yang hatinya lali akan Allah 11. Banyaknya tulisan-tulisan, namun minim ulama

12. Tidak amanah, enggan mengeluarkan zakat, dan mencari ilmu demi kekayaan dan jabatan

13. Suami patuh pada istrinya, namun mendurhakai ibunya, dekat dengan temannya namun jauh dari ayahnya

14. Maraknya penyanyi, alat musik, peminum khamr, dan mengutuk generasi awal.

15. Tahun-tahun penipuan

16. Banyak kejadian yang menghebohkan 17. Menyerahkan masalah bukan kepada ahlinya

Dan masih banyak lagi tanda-tanda kiamat yang dijelaskan oleh Kh Hasyim Asy’ari dalam kitab Risalah Aswaja tersebut. Pada bagian kesepuluh dalam kitab Risalah aswaja, Kh Hasyim Asy’ari membahas tentang kematias, pendengaran dan

24 Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah, 100.

(22)

18

perkataan orang-orang yang sudah meninggal dunia, pengetahuan si jenazah tentang orang yang memandikan, memikul, mengkafani dan memasukkannya ke dalam liang kubur, pengetahuan, kehidupan, dan kembalinya ruh kepada jasad.25

25 Siti Nurjanah, “Nilai-Nilai Aqidah Dalam Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA) Karangan KH. Hasyim Asy’ari,” 64–66.

(23)

19 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

K. H. Hasyim Asy'ari adalah tokoh Ulama yang sudah sangat akrab dengan umat Islam, terutama di Indonesia, karena ia adalah pendiri NU (Nahdlatul Ulama), salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Hasyim Asy’ari sebenarnya bukanlah nama aslinya, melainkan nama panggilan. Kata Asy’ari dinisbatkan kepada nama ayahnya. KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid ibn

‘Abd Halim (Pangeran Benawa) ibn Abd Ar-Rahman (Jaka Tingkir, Sultan Hadiwijaya) ibn Abdullah ibn Abdul Aziz ibn Abd Al-Fatih ibn Maulana IIshaq dari raden Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Pendidikan awal KH. Hasyim Asy’ari diterima dari orang tuanya sendiri, yakni ayah dan kakeknya. Ia belajar kepada ayahnya dalam bidang ilmu Al-Quran dan beliau memiliki banyak karya salah satunya kitab Risalah Ahlu Sunnnah wal jamaah. Kemudian peran beliau dalam bidang hadits yakni mengembangkan studi hadits, menyebarkan sunnah nabi, Menegakkan Hadis Sebagai Sumber Ajaran dan menerbitkan kitab hadits.

Kitab Risalah Ahl al-Sunnah Wa alJama’ah karya KH. Hasyim Asy’ari ini, salah satu yang melatarbelakangi adalah sebuah perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis. Pada bab pertama dalam kitab Risalah Aswaja, Kh. Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang Sunnah dan Bid’ah. Pada bab kedua KH. Hayim Asyári membahas tentang penduduk jawa bermadzhab Ahlussunnah wal jamaah dan pada zaman itulah banyak macam-macam ahli bidáh. Pada bagian ketiga beliau membahas mengenai khittah ajaran salafussaleh yang menjelaskan tentang “assawaadul A’zhamPada bagian keempat dalam kitab Risalah Aswaja, Kh Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang kewajiban taqlid bagi orang yang tidak memiliki keahlian ijtihad.

Pada bagian kelima dalam kitab Risalah Aswaja, KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang berhati-hati dalam belajar agama dan belajar ilmu serta peringatan terhadap fitrah para ahli bid’ah Pada bagian keenam beliau menjelaskan dua hal, yakni hadis-hadis dan atsar-atsar peringatan pemberitahuan Nabi Muhammad Saw bahwa (zaman/perkara) yang akhir itu buruk Pada bagian ketujuh beliau menjelaskan tentang dosa orang-orang yang mengajak kepada kesesatan atau membuat-buat kebiasaan jelek.

Pada bagian kedelapan dalam kitab Risalah Aswaja, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan

(24)

20

tentang pecahnya umat Islam menjadi 73 golongan (firqah) dan pokok-pokok golongan yang sesat serta golongan yang selamat.

(25)

21

DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadi. KH. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: Diva Press, 2018.

Abdurrahman Navis, Muhammad Idrus Ramli, dan Faris Khoirul Anam. Risalah

Ahlussunnah Wal-Jama’ah Dari Pembiasaan Menuju Pemahaman dan Pembelaan Akidah Amaliah NU. Surabaya: Khalista, 2012.

Hasyim Asy’ari. Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Bekasi: Al-Muqsith Pustaka, 2021.

Lathiful Khuluq. Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2007.

Luthfi Maulana. “Melacak Dakwah Keilmuan Ulama Nusantara: Geliat Pergerakan KH.

Hasyim Asy’ari.” Jurnal Iqtida 1, no. 2 (Desember 2021): 129–33.

Muchammad Coirun Nizar. “Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Tentang Persatuan.” Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi 1, no. 1 (2017): 64.

Muhammad Haidar. “Karakter Kepemimpinan KH Hasyim Asy’ari.” Kompasiana, 3 April 2022.

https://www.kompasiana.com/muhammad67734/6248907abb448646b367fd93/karakt er-kepemimpinan-kh-hasym-asy-ari.

Nashiruddin Pilo. “Pemikiran Pendidikan KH. Muhammad HAsyim Asy’ari.” Junal Ilmiah Islamic Resources FAI-UMI Makassar 16, no. 2 (2019): 207.

Rizem Aizid. Biografi Ulama Nusantara. Yogyakarta: Diva Press, 2016.

Siti Nurjanah. “Nilai-Nilai Aqidah Dalam Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA) Karangan KH. Hasyim Asy’ari.” UIN Raden Intan Lampung, 2018.

Sunanto. Tokoh Pembaharuan Islam Indonesia. Pekalongan: Nasya Expanding Management, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “KH MA’SHUM ALI 1887-1933 (Studi tentang Peran dalam Pondok Salafiyah Syafiiyah Khairiyah.. Hasyim Seblak

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan. Disusun

untuk yang ukhrawi atau yang berjangkauan jauh ke depan, dia akan memperolehnya ( Likullimri’in maa nawaa ). Pandangan KH Wahid Hasyim tentang Pendidikan Orang, pada

Berdasarkan keterangan KH Hasyim Asy’ari diatas, dengan gamblang terdapat pesan tersirat dari Hasyim Asy'ari bahwa guru memiliki tugas untuk memotivasi

Ini adalah makalah mata kuliah Ulumul Hadits dengan judul "Hadits Shohih" yang disusun oleh mahasiswa semester 2 prodi PAI FITK UIN Raden Fatah

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Qawaid Tafsir

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Sosial dan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosiologi