• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Prioritas Mutu Puskesmas 2022 Cetingan Sigizi

N/A
N/A
Saiful Bahri

Academic year: 2025

Membagikan "Program Prioritas Mutu Puskesmas 2022 Cetingan Sigizi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PRIORITAS MUTU PUSKESMAS 2022 CENTINGAN SIGIZI

NURMALASARI, A.Md.Gz NIP. 199411232022032016

PUSKESMAS BATUMARTA II DINAS KESEHATAN

KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

2022

(2)

JUDUL :

“ CENTINGAN SIGIZI”

TEMA:

Cegah Stunting Dengan Konsultasi Gizi

PUSKESMAS BATUMARTA II

DINAS KESEHATAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

(3)

DAFTAR ISI

COVER ... 1

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 4

A. LATAR BELAKANG... 4

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... 8

BAB II PEMBAHASAN ... 9

A. DATA PERMASALAHAN ... 9

B. KARYA INOVASI ...10

1. Tujuan dan Manfaat Proyek Inovasi ...10

2. Proses Pembuatan Proyek ...11

3. Kegiatan pokok ...11

C. Hasil Inovasi ...13

BAB III KESIMPULAN ...15

BAB IV PENUTUP ...16

LAMPIRAN DOKUMENTASI DATA PENDUKUNG ...17

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kecamatan Lubuk Raja Merupakan wilayah OKU Induk yang terdiri dari 7 (tujuh) Desa yaitu Batumarta I, Battu Winangun, Batu Raden, Batumarta II, Marta Jaya, Lekis Rejo, dan Lubuk Banjar, sehingga Kecamatan Lubuk Raja pada tahun 2013 terdiri atas 7 desa.

Peningkatan Pelayanan publik merupakan sebuah keharusan bagi pemerintah daerah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat, namun upaya yang dilakukan pemerintah daerah masih belum sesuai dengan harapan masyarakat. Menghadapi kondisi yang demikian, masih diperlukan upaya untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat dengan model pelayanan yang inovatif yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat dan mudah. Tumbuhnya model pelayanan publik yang inovatif memerlukan kondisi yang kondusif, baik dalam pengelolaan pelayanannya, maupun dari kepemimpinan yang telah mengembangakan inovasi tersebut.

Inovasi dalam pemerintah daerah pada hakikatnya ditujukan untuk memperbaiki dan mendukung peningkatan kinerja dari pemerintah daerah dan perbaikan pelayanan publik. Inovasi daerah sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah didefiniskan sebagai semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Inovasi daerah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk , baik dalam inovasi tata kelola pemerintah daerah, inovasi pelayanan publik, dan inovasi lainnya sesuai dengan urusan pemerintah yang menajadi kewenangan daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemeritah Republik Indonesia No 38 tahun 2017 tentang Inovasi daerah pada dasarnya diharapkan untuk mendukung peningkatan kinerja pemerintah daerah dan pelayanan publik secara optimal dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.Adapun sasaran dari pada inovasi daerah ini diarahkan

(5)

untuk melakukan percepatan sehingga terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan peningkatan daya saing daerah.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga pertambahan tinggi anak tidak sesuai dengan umurnya. Kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Menurut WHO- MGRS dan Kementerian Kesehatan (2016), stunting adalah anak balita dengan nilai z- score kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted). Stunting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan 3G yaitu gagal tumbuh, gagal kembang, dan gangguan metabolisme pada anak balita terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu faktor ibu, faktor genetik, asupan makanan, pemberian ASI ekslusif, dan penyakit infeksi.

Menurut Sulastri (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan gizi dapat menghambat usaha perbaikan gizi yang baik pada keluarga maupun masyarakat.

Ketersediaan sarana kebersihan dan sanitasi lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga dengan fasilitas air dan sanitasi yang tidak baik berisiko mengalami stunting (Putri dan Sukandar, 2012).

Stunting merupakan masalah kesehatan di dunia yang belum teratasi hingga saat ini. Diperkirakan 22,2 % atau 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting (UNICEF, WHO, World Bank .2018). prevalensi di kawasan Asia berjumlah 55 % dan di kawasan Afrika 39 %, sementara sisanya tersebar di Amerika Utara, Amerika Latin dan Oceania. Di kawasan Asia Tenggara prevalensi stunting hingga tahun 2017 mencapai 25,7 %. Laporan UNICEF, WHO, & World Bank (2018) menunjukkan prevalensi stunting pada tahun 2000 mencapai 32,6% dan telah berkurang menjadi 22,2 % pada tahun 2017. Di Indonesia, prevalensi stunting menurut Riskesdas (2013) mencapai 37,2

% dan telah terjadi penurunan hingga 30,8 % Riskesdas (2018). Namun angka tersebut jika dibandingkan dengan ambang batas prevalensi stunting menurut WHO, masih berada pada kategori tinggi.

(6)

Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kesehatan dan Gizi yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024 berupa intervensi gizi spesifik, dengan sasaran prioritas anak balita 0–23 bulan dengan kategori status gizi stunting. Intervensi dilakukan dengan pemberian konseling gizi pada ibu balita serta pemeriksaan secara rutin terhadap balita stunting dan pemberian makanan tambahan. Selain itu, juga dilakukan intervensi gizi sensitif, berupa: (1) peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi, (2) peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, (3) peningkatan kesadaran, komitmen dan praktek pengasuhan dan gizi ibu dan anak, dan (4) peningkatan akses pangan bergizi. Semua intervensi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat sebagai upaya pencegahan stunting.

Inovasi “Centingan Sigizi” adalah sebuah program konseling gizi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dalam rangka pencegahan stunting.

Sehingga ibu bisa melakukan usaha perbaikan gizi anak balita dimulai dari tingkat rumah tangga. Bentuk dari inovasi ini adalah pemberian konsultasi gizi pada ibu bayi (0- 6 bulan) dan balita (usia 23-59 bulan) dengan kategori status gizi BB/U : Kurang dan Sangat Kurang, PB/U dan TB/U : Pendek dan sangat Pendek (Stunted), dan BB/TB : Gizi Kurang dan Gizi Sangat Kurang. Program inovasi ini bekerja sama dengan bidan desa yang ada di setiap desa maupun lintas sektoral seperti perangkat desa dan keluarga balita. “Centingan Sigizi” merupakan hasil karya Tim Poli Gizi di puskesmas Batumarta II.

1. Tujuan dari inovasi Centingan Sigizi adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan gizi ibu bayi dan balita, sehingga ibu dapat menerapkan pola asuh dan pemberian asupan gizi yang sesuai dengan anjuran untuk pencegahan stunting.

b. Pengukuran status gizi secara rutin, sehingga melalui pemantauan berkala bisa mengidentifikasi resiko masalah gizi pada bayi dan balita.

2. Inovatif : dengan adanya inovatif Centingan Sigizi Ibu bayi dan balita bisa langsung berkonsultasi secara rutin dengan tim poli gizi puskesmas Batumarta II.

3. Sumber Daya : Pembiayaan konsultasi Gizi diberikan melalui dana BOK.

(7)

4. Strategi Keberlanjutan : Puskesmas terutama poli gizi selalu menggandeng Bidan Desa dan Ibu Kader dari setiap desa di Wilayah kerja Puskesmas Batumarta II. Data pemantauan status gizi didapatkan melalui posyandu bulanan dan akan dilakukan penjaringan terhadap bayi dan balita yang memiliki resiko status gizi dibawah normal.

Apabila ada bayi dan balita beresiko, maka akan dirujuk oleh bidan desa untuk melakukan konsultasi gizi dengan tim Poli Gizi secara rutin di Puskesmas Batumarta II.

5. Evaluasi : Program ini secara internal telah dievaluasi, dilakukan secara rutin.

6. Metode yang digunakan : Wawancara dan Diskusi.

7. Kegiatan inovasi pada bulan Juni tahun 2021 dan secara rutin dilakukan sesuai dengan rujukan dari bidan desa.

8. Faktor penentu penentu keberhasilan inovasi : a. Kerjasama dengan Bidan Desa

b. Keperdulian perangkat desa terhadap warganya terutama bayi dan balita yang memiliki resiko status gizi dibawah normal.

9. Kendala yang dihadapi adalah

a. Medan yang sulit dilewati dan jarak antar desa yang berjauhan b. Tingkat pendidikan masyarakat

B. Pokok Permasalahan

Pada tahun 2021 Puskesmas Batumarta II baru saja diperkenalkan dengan kegiatan inovasi Centingan SIgizi, inovasi ini dibentuk karena jumlah masih terdapat balita dengan status gizi stunting serta adanya balita yang memiliki resiko stunting.

Sehingga, diharapkan dapat menurunkan prevalensi bayi dan balita stunting di Puskesmas Batumarta II.

Berdasarkan Uraian diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagaiberikut :

1. Bagaimanakah Pelaksanaan Centingan Sigizi di Kecamatan Lubuk Raja Kab.

Ogan Komering Ulu ?

2. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Tantangan dari Pelaksanaan Centingan Sigizi di Kecamatan Lubuk Raja Kab. Ogan Komering Ulu ?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, peran puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya dan juga dalam rangka memenuhi tujuan program Centingan Sigizi.

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Inovasi Centingan Sigizi di Kecamatan Lubuk Raja Kab. Ogan Komering Ulu.

2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Tantangan Pelaksanaan Centingan Sigizi di Kecamatan Lubuk Raja Kab. Ogan Komering Ulu.

(9)

BAB II PEMBAHASAN A. DATA PERMASALAHAN

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, maka diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi dengan baik.Upaya kesehatan esensial yang harus diselenggarakan Puskesmas meliputi, pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.Selain daripada itu, puskesmas juga melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yaitu upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di Puskesmas Batumarta II telah menjadi harapan dan tujuan utama dari masyarakat, pasien, petugas kesehatan dan pengelola Puskesmas Batumarta II, serta pengambil kebijakan di daerah. Menurut data Riskesdas (2018), prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8 %, masih jauh jika dibandingkan dengan target RPJMN 2024 yaitu 14%.

Stunting dapat terjadi karena asupan zat gizi yang rendah. Asupan protein, kalsium dan fosfor mempengaruhi terjadinya stunting pada anak. Semakin rendah asupan zat gizi (protein, kalsium dan fosfor) akan meningkatkan risiko lebih besar terjadinya stunting, (Grantham, et.al 1991 dan Sari et.al 2016). Selain faktor langsung, stunting juga disebabkan oleh fakor tidak langsung yaitu sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan ibu, dan faktor lingkungan. Menurut Nasikah dkk. (2012), status ekonomi keluarga mempengaruhi pemilihan makanan yang dikonsumsi meliputi kurang bervariasinya bahan makanan yang digunakan dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini menyebabkan konsumsi anak tidak mencukupi terutama pada bahan pangan sumber protein, vitamin, dan mineral, sehingga meningkatkan risiko kurang gizi.

(10)

B. KARYA INOVASI

Inovasi merupakan hasil pencarian suatu kesempatan yang dilakukan dengan sepenuh hati. Proses ini dimulai dengan analisis sumber daya yang menjadi objek.

Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, dapat dipahami dan dilihat dari inovator harus melihat, bertanya dan mendengar orang lain dalam mencari inovasi. Kami berfikir dengan segenap kemampuan serta melakukan perhitungan dengan cermat dan mendengarkan pendapat dan masukandari pihak lain, serta memperhatikan potensi sasaran dari inovasi yang dicarinya untuk memenuhi harapan dan nilai kebutuhan.

Inovasi adalah aktivitas konseptualisasi serta ide menyelesaikan masalah dengan membawa nilai ekonomis bagi instansi dan nilai sosial bagi masyarakat. Inovasi adalah suatu yang sudah ada sebelumnya, kemudian diberi nilai tambah.Inovasi bermula dari hal yang tampak sepele dengan membuka mata dan telingamendengarkan aspirasi atau keluhan karyawan, lingkungan dan masyarakat.

Seiring berjalannya waktu masih ditemukannya kasus stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Batumarta II, mendorong poli gizi untuk melakukan inovasi pergerakan dengan cara pendekatan secara personal melalui program Centingan Sigizi, dimana ibu bayi dan balita mampu berdiskusi secara langsung melalui konseling gizi anak. Sehingga, diharapkan ada upaya perbaikan gizi bagi bayi dan balita beresiko maupun yang sudah mengalami gizi stunting.

Dengan demikian Puskesmas Batumarta II khususnya Poli Gizi mengadakan Inovasi

CENTINGAN SIGIZI dengan arti Cegah Stunting dengan Konsultasi Gizi.”

1. Tujuan dan Manfaat ProyekInovasi a. Tujuan

1) Meningkatkan pengetahuan gizi ibu bayi dan balita

2) Meningkatkan kemampuan perbaikan gizi di tingkat rumah tangga.

3) Menurunkan angka prevalensi bayi dan balita stunting

(11)

b. Manfaat

1) Ibu bayi dan balita dapat lebih mudah dan lebih mengerti tentang pengetahuan gizi anak dan balita.

2) Ibu bayi dan balita memiliki kemampuan untuk melakukan perbaikan gizi pada tingkat rumah tangga.

3) Status gizi bayi dan balita dapat diperbaiki, sehingga mencegah resiko dan dampak yang dapat ditimbulkan mendatang.

2. Proses Pembuatan Proyek a. Lintas sektor terkait

1) Kepala desa/sekdes 2) Kadus/RT

3) Kader Kesehatan b. Lintas program

1) Bidan Desa 2) KIA-KB 3) Kesling 4) Gizi 5) Imunisasi 6) Promkes 7) Kestrat 8) Perkesmas 3. Kegiatan pokok

1) Kegiatan Pokok

Melakukan pendataan dan pemantauan status gizi bayi dan balita melalui posyandu yang diadakan setiap bulan di desa setempat. Apabila ditemukan bayi dan balita beresiko, segera di rujuk oleh bidan desa untuk konsultasi lebih lanjut dengan ahli gizi di poli gizi Puskesmas Batumarta II.

2) Rincian Kegiatan

a) Melakukan sosialisasi kepada staf Puskesmas Batumarta II b) Mensosialisasikan Program Centingan Sigizi pada lintas sektor c) Melakukan advokasi ke tingkat kecamatan dan desa

(12)

d) Melakukan sosialisasi kepada Bidan Desa, Ibu PKK Desa, dan ibu Kader

e) Melakukan konsultasi gizi kepada ibu bayi dan balita yang dirujuk dari bidan desa.

3) Kegiatan Cegah Stunting dengan Konsultasi Gizi

Fokus kegiatan Cegah Stunting dengan Konsultasi Gizi ditekankan pada kegiatan promotif dan preventif terhadap bayi dan balita yang beresiko malnutrisi dan dengan status gizi stunting.

4) Alur Kegiatan Proyek Inovasi Centingan Sigizi Ditemukan kasus bayi dan balita

beresiko malnutrisi dan stunting melalui posyandu di desa.

Bidan Desa merujuk untuk berkonsultasi ke Poli Gizi di

Puskesmas Batumarta II

1. Ibu bayi dan balita berkonsultasi secara langsung dengan ahli gizi.

2. Bayi dan balita dilakukan pengukuran BB, TB dan Lingkar Kepala secara berkala pada setiap kunjungan.

(13)

C. Hasil Inovasi

Grafik 1 : Jumlah balita stunting di tahun 2021

Grafik 2 : Jumlah balita stunting di tahun 2022

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat penurunan jumlah bayi dan balita stunting di Puskesmas Batumarta II dari tahun 2021 sampai 2022. Centingan Sigizi selalu berupaya terus menerus untuk menurunkan angka stunting di wilayah kerja Puskesmas Batumarta II dengan cara meningkatkan pengetahuan ibu sehingga

0 5 10 15 20 25 30 35 40

5 10 15 20 25 30 35

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Column1 Column2 Column3 Column4 Column5 Column6 Column7

(14)

diharapkan dapat dilakukan perbaikan gizi pada bayi dan balita stunting melalui konultasi gizi.

(15)

BAB III KESIMPULAN

Dari hasil inovasi Centingan Sigizi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa inovasi yang dilakukan telah mampu menurunkan jumlah bayi dan balita stunting di Puskesmas Batumarta II, akan tetapi tidak dipungkiri bahwa dengan masih adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu seperti mencakup keterbatasan dana dan tenaga maka belum bisa mencapai hasil yang sempurna. Oleh karena itu pada tahun 2022 Puskesmas Batumarta II akan tetap menjalankan inovasi Centingan Sigizi dengan lebih menyempurnakan rencana kegiatan, penyusunan anggaran dan SDM agar lebih maksimal dan lebih sempurna.

(16)

BAB IV PENUTUP

Dari hasil inovasi Centingan Sigizi ini kami dari Puskesmas Batumarta II mengharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan evaluasi lapangan langsung terhadap kegiatan Inovasi yang Puskesmas Batumarta II lakukan. Diharapkan dengan adanya evaluasi lapangan langsung oleh Dinas Kesehatan akan lebih memacu semangat dan etos kerja dari Tim Poli Gizi yang ada di Puskesmas Batumarta II.

Semoga kegiatan inovasi telah diusahakan dapat bermanfaat dan diaplikasikan bagi masyarakat Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan masyarakat di wilayah kerja Puskemsas Batumarta II Kabupaten Ogan Komering Ulu pada khususnya.

Petugas Gizi

UPTD Puskesmas Batumarta II

NURMALASARI, A.Md.Gz NIP. 199411232022032016

(17)

LAMPIRAN

DOKUMENTASI DATA PENDUKUNG A. DOKUMENTASI TAHUN 2021-2022

Gambar 1 : Pengukuran anak dan balita

Gambar 2: Konsultasi gizi yang di lakukan di poli gizi

(18)

Gambar 3: Konsultasi gizi yang di lakukan di posyandu desa setempat

Referensi

Dokumen terkait

Program mutu dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib direncanakan, dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan ditindak lanjuti diseluruh jajaran yang ada di Puskesmas

Paparan dari tim mutu tentang butir-butir penting untuk perencanaan program mutu berdasar hasil evaluasi 6.. Penyusunan draft Kerangka Acuan Program Mutu untuk RUK tahun depan

Memberlakukan Pedoman Mutu, Program Peningkatan Mutu dan SOP yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Manajemen Mutu di Puskesmas Tapalang; Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu

Tahap awal dalam menjalankan program mutu adalah komitmen dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota untuk mewujudkan tujuan dan prioritas peningkatan mutu secara nasional dengan

Dokumen ini menjelaskan tentang definisi mutu dan strategi bisnis yang diterapkan di Puskesmas Sukanegara untuk memberikan pelayanan

Program peningkatan mutu puskesmas yang wajib direncanakan, dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan ditindak

Laporan tahunan kegiatan program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga di Puskesmas Gantar tahun 2022, menggambarkan kondisi kesehatan wilayah

Laporan analisis pencapaian kinerja pelayanan Promosi Kesehatan Tahun 2022 di Puskesmas Gantar, Indramayu, termasuk identifikasi masalah dan prioritas