UJI ANTIOKSIDAN MASKER WAJAH SEDIAAN CLAY EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L) DENGAN PERBEDAAN
KONSENTRASI BENTONITE
USULAN PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa
Oleh:
ADHITYA WIDHI UTAMA 41204720115003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR 2021
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NUSA BANGSA
Kami menyatakan bahwa usulan penelitian yang ditulis oleh :
Nama : Adhitya Widhi Utama
NPM : 41204720115003
Program Studi : Kimia
Judul : Uji Antioksidan Masker Wajah Sediaan Clay Ekstrak Etanol buah Pare (Momordica Charantia L) Dengan Perbandingan Konsentrasi Bentonite
Diterima sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa.
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Agus Taufik, M. Si Gladys Ayu Paramita,S.Si., M.Si
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
Dian Arrisujaya, S.Pd., M.Si
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan pada penulis dalam menjalankan kehidupannya, sehingga penulis dapat menyusun usulan penelitian yang berjudul
“Uji Antioksidan Masker Wajah Sediaan Clay Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia)” Dengan Perbedaan Konsetrasi Bentonite. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa ekstra etanol buah pare dapat digunakan sebagai masker wajah sediaan clay.
Pada kesempatan ini, izinkanlah, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, kepada :
1. Dr. Lany Nurhayati S.Si., M.Si. selaku dekan FMIPA Universitas Nusa Bangsa.
2. Bapak Dian Arrisujaya, S. Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Kimia FMIPA Universitas Nusa Bangsa.
3. Bapak Drs. Agus Taufik, M. Si., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Gladys Ayu Paramita, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal pengajuan penelitian tugas akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan moril serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pembuatan proposal, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya dan membalas segala amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar laporan ini, mencapai kesempurnaan. Semoga karya tulis ini, bermanfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca dan semoga proposal pengajuan penelitian ini dapat dilaksanakan dan berjalan dengan baik.
Bogor, May 2021
Adhitya Widhi Utama
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...i
DAFTAR TABEL...iii
DAFTAR GAMBAR...iv
DAFTAR LAMPIRAN...v
I. PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi Masalah...2
C. Tujuan...2
D. Manfaat...2
E. Ruang Lingkup...2
F. Kerangka Pemikiran...3
G. Hipotesis...4
H. Waktu dan Tempat Penelitian...4
II. TINJAUAN PUSTAKA...5
A. Pare (Momordica charantia L)...5
B. Kulit...7
C. Masker...9
D. Antioksidan...10
E. Spektrofotometer Uv-Vis...11
III. BAHAN DAN METODE...13
A. Waktu dan Tempat Penelitian...13
B. Bahan dan Alat...13
C. Metode Penelitian...13
D. Prosedur Penelitian...13
1. Pengambilan Sampel...13
2. Determinasi Tanaman...14
3. Pembuatan Serbuk Simplisia...14
4. Penetuan Kadar Air Pada Simplisia...14
5. Pembuatan Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L)...14
6. Uji Antioksidan Ekstrak Masker Clay Buah Pare...15
DAFTAR PUSTAKA...22 LAMPIRAN...25
ii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rencana dan jadwal penelitian...4 Tabel 2. Kandungan kimia tiap 100 gram pare...5 Tabel 3. Formula masker clay standar yang digunakan (Harry, 2000)...17 Tabel 4. Formulasi masker clay yang dimodifikasi dengan penambahan ekstrak buah pare dengan perbandingan konsentrasi bentonite...17
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Pare (Momordica charantia L)...6 Gambar 2. Struktur kulit...8
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian……….…25
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan yang tidak sehat akibat polusi udara seperti asap rokok, pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor, bahan pencemar, dan radiasi matahari menyebabkan timbulnya radikal bebas. Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan melapisi organ tubuh yang berkontak langsung dengan lingkungan luar (Lam dan Sulindro, 2001). Kulit wajah merupakan salah satu bagian yang paling sering terkena paparan sinar UV, oleh karena itu, dibutuhkan antioksidan yang dapat membantu meredam dampak negatif dari radikal bebas tersebut. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat radikal bebas adalah meningkatkan konsumsi buah-buahan atau sayur- sayuran yang mengandung antioksidan. Antioksidan didefenisikan sebagai zat yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi atau menetralisir radikal bebas. Antioksidan memiliki manfaat dalam bidang kesehatan ataupun kecantikan, dalam kecantikan contohnya adalah untuk mencegah penuaan dini. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat banyak tanaman yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Salah satu tanaman itu adalah pare (Momordica charantia L.).
Penggunaan buah pare sebagai antioksidan di masyarakat belum maksimal.
Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi ke masyarakat tentang manfaat buah pare. Masyarakat kebanyakan menggunakan buah pare sebagai sayuran, namun sudah banyak juga yang menggunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai sumber antioksidan dalam sediaan kosmetika, dimana kosmetika merupakan bahan atau campuran bahan yang digunakan pada permukaan kulit manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik dan mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.
Salah satu contoh kosmetik yang sedang trend saat ini adalah masker. Masker wajah menjadi daya tarik tersendiri karena masker merupakan salah satu kosmetika perawatan kulit yang ringan dan mudah didapatkan juga memiliki banyak kelebihan tergantung pada bahan formulasinya sebagai membersihkan, melembutkan, mengecilkan pori-pori, melembabkan dan menutrisi kulit.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Uji Antioksidan Masker Wajah Sediaan Clay Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica Charantia L) Dengan Perbedaan Konsentrasi Bentonite.
B. Identifikasi Masalah
Buah pare (Momordica charantia L) mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid sebagai sumber antioksidan alami yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan masker clay, tetapi tidak banyak dimanfaatkan dibidang industri kosmetika, terutama masker wajah.
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
Mendapatkan formulasi masker wajah sediaan clay ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dengan perbedaan konsentrasi bentonite yang maksimal dan mengetahui kadar antioksidan ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia) dalam sediaan masker clay.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan daya guna dari buah pare (Momordica charantia L) sebagai masker clay.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis dan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan buah pare (Momordica charantia) sebagai bahan alami (senyawa aktif) masker clay yang aman dan baik digunakan untuk masyarakat.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengambilan sampel buah pare, pembuatan simplisia, ekstraksi buah pare (Momordica charantia L) dengan etanol 96%, uji antioksidan pada ekstrak buah pare (Momordica charantia L) sediaan clay, pembuatan formula masker wajah buah pare sediaan clay dan evaluasi sediaan masker clay ekstrak pare.
F. Kerangka Pemikiran
Senyawa yang dapat menangkal radikal bebas adalah antioksidan. Sebagai bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi sehingga dapat mencegah kerusakan kulit (Masaki, 2010). Senyawa antioksidan tersebut meliputi alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid/triterpenoid (Rifka, 2012). Menurut Leelaprakash, dkk. (2011) menyebutkan bahwa buah, kulit dan biji buah pare memiliki kandungan antioksidan tersebut. Tanaman pare yang biasa digunakan untuk sayuran atau tanaman obat, kini dapat dikembangan melalui kosmetik. Salah satu contoh kosmetiknya masker. Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membrane pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013).
Terdapat jenis beberapa jenis masker yang ada di pasaran seperti masker gel, masker peel off dan masker clay. Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana clay jenis pasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah kulit yang tampak cerah dan bersih (Harry, 2000). Menurut Rani (2017) hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat tanpa penambahan ekstrak etanol buah pare (blanko) memiliki pH berkisar 7,0, untuk konsentrasi 1% didapatkan pH 6,9 dan untuk konsentrasi 3% didapatkan pH 6,8 dan untuk konsentrasi 5% didapatkan pH 6,7 serta masker gel aloe vera (pembanding) didapatkan pH 7,0. Semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak etanol buah pare, pH yang dihasilkan sediaan masker semakin rendah. Nilai pH dari setiap konsentrasi masih memenuhi persyaratan pH untuk sediaan topical yaitu 4 - 8 dengan demikian ekstrak etanol buah pare dapat digunakan untuk sediaan masker gel dan tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan juga tidak boleh terlalu basa karena dapat menyebabkan kulit bersisik.
3
Pembuatan masker wajah sediaan clay ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dengan perbedaan konsentrasi bentonite yang maksimal dan mengetahui kadar antioksidan ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dalam sediaan masker clay.
G. Hipotesis
Masker wajah ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dapat digunakan sebagai zat aktif masker clay dan sebagai antioksidan.
H. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Nusa Bangsa dan Laboratorium PT. L’ESSENTIAL. Penelitian akan dilakukan dari bulan Mei sampai Juli 2021. Rencana dan jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Rencana dan jadwal penelitian
No Kegiatan Bulan
April Mei Juni Juli
1 Studi Pustaka 3 Preparasi sampel dan
ekstraksi sampel
4 Uji fitokimia, uji aktivitas antioksidan pada ekstrak sampel
5 Formulasi masker clay 6 Uji kualitas, analisis
aktivitas antioksidan pada masker clay
7 Membuat laporan akhir .
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pare (Momordica
charantia L) 1. Klasifikasi
Pare (Momordica
charantia L) atau disebut bitter ground merupakan sayuran budidaya dengan nilai ekonomi yang penting di negara-negara seperti Indonesia, India, China, Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Pare (Momordica charantia L) merupakan salah satu jenis buah yang telah lama dikenal khususnya untuk masyarakat Indonesia dengan penyebaran tanaman yang luas, pare memiliki rasa yang pahit pada daun dan buahnya disebabkan karna pare memiliki kandungan zat glikosida yang disebut momordicin dan charantin. Kandungan gizi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Kandungan kimia tiap 100 gram pare
Komponen Jumlah
Air 91,2 g
Kalori 29 g
Protein 1,1 g
Lemak 1,1 g
Karbohidrat 0,5 g
Kalsium 45 mg
Zat Besi 1,4 mg
Fosfor 64 mg
Vitamin A 18 mg
Vitamin B 0,08mg
Vitamin C 52 mg
Sumber : (Kristiawan, 2011)
Dibandingkan dengan sayuran jenis cucurbits yang lain, buah pare memiliki nilai nutrisi yang tinggi diantaranya seperti protein, karbohidrat, berbagai vitamin dan mineral dan kandungan obat. Walaupun buah dan daunnya memiliki rasa yang pahit, secara tradisional cukup banyak dikonsumsi ataupun digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti luka, demam, campak, hepatitis anemia, malaria, kolera dan diabetes (Saxena et. al 2015).
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L)
Menurut (Subahar, 2004), sistematika (Taksonomi) pare diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta Sub-Devisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Ordo : Cucurbitales Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica Charantia L.
2. Morfologi
Pare merupakan tanaman semak semusim yang dapat tumbuh di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, ataupun dapat ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Pare tumbuh menjalar atau merambat dengan sulur yang berbentuk spiral, batang berusuk lima panjang 2-5 meter dan yang muda berambut rapat, daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuk bulat panjang, berbagi 5-7, pangkal berbentuk jantung dengan panjang 3,5–8,5 cm, lebar 2,5–6 cm, berwarna hijau tua. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang dan berwarna kuning. Buah bulat menyerupai bulat telur memanjang dengan 8-10 rusuk, berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit, berwarna hijau menjadi jingga yang pecah dengan tiga katup jika masak. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuk pipih memanjang keras (Suwarto, 2010).
Secara alami beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai sumber antioksidan alami, hal ini dapat ditemukan dalam beberapa jenis sayuran dan buah-buahan segar. Salah satu buah yang dapat dijadikan antioksidan adalah buah pare (Momordica charnatia L), pare banyak ditemui serta memiliki banyak antioksidan yang didapatkan dari vitamin C yang terdapat pada buah pare, kandungan kimia yang terdapat di buah pare (Momordica charantia L) yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami yaitu flavonoid, saponin dan alkaloid yang tersebar pada bagian bagian tanaman (Cahyadi, 2009). Antioksidan merupakan zat nutrisi yang berguna untuk melindungi sel-sel dari dampak radikal bebas yang dapat merusak kulit. Adanya antioksidan bisa menghambat kulit kusam dan keriput, mengurangi jerawat dan memperbaiki kerusakan sel akibat sinar UV matahari (Hanum, 2017). Penggunaan buah pare (Momordica charantia L) sebagai antioksidan masih sangat kurang dikalangan masyarakat karena kurangnya infomasi tentang manfaat buah pare sebagai antioksidaan, sebagian masyarakat menggunakan buah pare (Momordica charantia L) hanya dikonsumsi sebagai sayuran dan buah buahan.
B. Kulit
Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh manusia. Organ ini merupakan organ yang akan bersentuhan langsung dengan lingkungan, perannya adalah sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk. Kulit memiliki peran penting dalam memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar, baik secara fisik atau mekanis, kimiawi, sinar matahari (ultra violet) dan mikroba (Darmawan A, 2013).
7
Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan).
Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit bagian luar. Lapisan epidermis terdiriatas lima lapisan (Archoni, 2012) yaitu:
- Stratum korneum (lapisan tanduk) : Lapisan paling luar di permukaan kulit - Stratum lusidum : Terdapatlangsung di bawah lapisan stratum korneum - Stratum granulosum : Terdiri atas sel-sel bergranula yang lama-kelamaan akan mati, kemudian terdorong keatas menjadi bagian lapisan tanduk
- Stratum spinosum : Menahan gesekan dari luar
- Stratum basalis (stratum germinativum) : Lapisan yang mengandung sel-sel yang aktif membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel mati
Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis, lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat. Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang parallel membentuk struktur penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan system pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak, pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona (Betley, 2006). Lapisan hiypodermis atau jaringan subkutis mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan serabut saraf, fungsi dari jaringan subkutis atau lapisan hiypodermis adalah sebagai penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.
Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sanga tpenting bagi tubuh yaitu fungsi perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi, bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan. Dapat membantu
Gambar 2. Struktur kulit
kembali. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat yaitu mencapai empat kali beratnya, sehingga mampu mempertahankan tekstur atau bentuknya sendiri. Kulit juga memiliki system sistem saraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar oleh Karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada peringatan awal dari system saraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan (Syahfitria, 2015).
C. Masker
Perawatan kulit wajah sangat perlu dilakukan agar kulit wajah menjadi sehat dan selalu terawat. Perawatan kulit wajah juga merupakan cara terbaik yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kecantikan seseorang (Firli, 2016). Perawatan kulit wajah bisa dengan menggunakan produk dengan sediaan cream, cairan dan masker. Masker wajah adalah kosmetik yang digunakan pada tahapan terahir dalam tindakan perawatan kulit wajah. Masker juga termasuk kosmetik yang bekerja secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel kulit mati (Ni Wayan, 2014). Masker kulit wajah merupakan salah satu jenis kosmetika tradisional yang dapat digunakan sebagai alternative untuk perawatan wajah upaya mempertahankan dan menjaga kesehatan kulit wajah. Masker wajah juga akan maksimal fungsinya untuk meningkatkan kebersihan kulit, kesehatan kulit, kecantikan kulit, memperbaiki dan merangsang kembali sel-sel kulit (Fitriana S, 2014). Masker wajah memiliki kharakteristik yaitu dapat di aplikasikan pada kulit wajah dan dapat memberikan efek kencang pada kulit dan untuk memaksimalkan kinerja dari masker wajah tersebut di butuhkan bahan aktif yang sesuai dengan kebutuhan wajah (Ni Wayan, 2014).
Berbagai jenis masker digunakan dalam melakukan perawatan. Jenis-jenis masker wajah seperti masker clay, mask peel off, sheet mask dan gel mask.
Masing –masing dari sediaan masker memiliki khasiat yang berbeda. Jenis- jenis masker yang umum di pasaran :
1. Masker Clay : sangat baik untuk kulit wajah tipe berminyak dan rentan berjerawat karena mampu membersihkan kulit secara mendalam atau deep cleansing. Masker clay akan menyerap kelebihan minyak dari wajah sekaligus menarik kotoran dari dalam pori-pori.
Saat memakai masker clay, usahakan jangan sampai keras dan kering
9
total untuk menghindari iritasi dan dehidrasi pada kulit. Saat masker mulai mongering mengering dan retak, segera basuh wajah dengan air hangat hingga bersih.
2. Masker Peel Off : tidak hanya menggangkat komedo maupun kotoran, peel of mask juga efektif dalam melembapkan kuli t karena masker diaplikasikan secara menyeluruh dan didiamkan selama beberapa saat.
Jika sudah kering, masker ini biasanya bentuknya tipis dan mudah dikelupas. Tapi bagi pemilik kulit sensitif yang reaktif, sebaiknya cek terlebih dahulu seberapa sensitive sensitif kulit agar tidak terjadi iritasi atau kulit memerah dan mengelupas.
3. Sheet Mask : masker yang identik dengan lembaran kertas yang praktis dipakai. Masker berbentuk lembaran ini terbuat dari kertas khusus masker yang terendam dalam essence dengan berbagai macam kandungan. Sayangnya, masker wajah ini hanya bias digunakan sekali pakai dengan kemasan yang higienis dan mudah digunakan.
4. Gel Mask : masker ini digunakan untuk kulit berminyak karena kandungan minyaknya lebih sedikit. Masker gel juga bias membantu mendinginkan kulit wajah yang panas dan iritasi ringan.
Penggunaan masker clay menjadi daya tarik tersendiri untuk digunakaan karena memiliki banyak manfaat dan juga memiliki keunggulan yang mudah di dapat karena harga yang ekonomis di pasaran, tergantung dari yang klaim dari brand masker clay tersebut.
D. Antioksidan
Antioksidan adalah suatu zat yang dapat menetralisir dan menghancurkan radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron, senyawa antioksidan merupakan suatu inhibitor yang dapat digunakan untuk menghambat antioksidasi. Antioksidan merupakan unsur senyawa kimia yang dapat melindungi komponen komponen senyawa biologi
reaktif dan perubahan warna yang dikarenakan terjadinya oksidasi (Suryanto, 2012). Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antiosidan sebagai inhibitor (Penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif sebagai salah satu pencetus penyakit diatas (Winarsih, 2007).
Metode yang sering digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah dengan metode DPPH, metode DPPH dapat memberikan informasi suatu reaktivitas senyawa sampel yang diuji dengan suatu radikal bebas yang stabil. Senyawa antioksidan yang bereaksi dengan radikal DPPH menyebabkan absorbsi DPPH akan berkurang yang ditandai dengan adanya perubahan warna radikal bebas DPPH yang berwarna ungu menjadi kuning pucat (Haeria, dkk., 2016). Tujuan metode ini untuk mengetahui nilai konsentrasi ekuivalen yang mampu menghambat 50% oksidasi atau aktivitas radikal bebas (Haeria, dkk., 2016).
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, murah, cepat dan sensitif untuk pengujian aktivitas senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Evitadevi, 2019).
E. Spektrofotometer Uv-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer digunakan untuk menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat untuk pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar, 1990).
Spektrofotomer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi sampel (Sastrohamidjojo, 2007), prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukkan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau % transmitansi dapat dibaca pada skala pembacaan.
Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik.
Setelah melewati pengaturan panjang gelombang hanya sinar yang monokromatis dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh fotodetektor (Hendayana, 1994). Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tesebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari persamaan berikut :
11
1. Hukum Lambert :
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi.
2. Hukum Beer :
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Maka dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day &
Underwood, 1989).
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari 2021 di Laboratorium Universitas Nusa Bangsa di Jl. K.H. Sholeh Iskandar Km. 4, Cibadak, Kec. Tanah Sereal, Bogor.
B. Bahan dan Alat 1. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel buah pare (Momordica charantia L), aquadest, asam klorida, bentonit, DPPH (2.2–difenil–
1–pikrilhidrazil), etanol 96%, FeCL3, gliserin, H2SO4, kaolin, metanol, nipagin, natrium metabilsulfit, parfum, sodium lauril sulfat, titanium dioksida, TiO2, kuersetin, xanthan gum.
2. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitan ini yaitu blender, kaca arloji, kertas saring, magnetic stirer, neraca analitik, peralatan gelas, pH meter, spatula, spektrofotometer UV-Vis, viskometer Brookfield.,
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan metode experimental terdiri dari beberapa tahapan yaitu proses pengambilan sampel buah pare, pembuatan simplisia, ekstraksi buah pare (Momordica charantia L) dengan etanol 96%, uji antioksidan pada ekstrak buah pare (Momordica charantia L) sediaan clay dengan perbandingan konsentrasi bentonite, pembuatan formula masker wajah buah pare sediaan clay dan tahap pengujian sediaan masker clay ekstrak pare meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji viskositas, uji pengukuran pH, uji waktu mengering, uji iritasi, uji kesukaan, uji stabilitas dan uji skrining fitokimia.
D. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan Sampel
Sampel buah pare (Momordica charantia L) akan diperoleh dari pedagang yang berlokasi di pasar raya Parung, Kabupaten Bogor.
2. Determinasi Tanaman
Buah pare (Momordica charantia L) dideterminasi di Herbarium Herbarium Bogoriensis, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jalan Raya Bogor - Jakarta Km 46, Cibinong 16911.
3. Pembuatan Serbuk Simplisia Buah Pare
Buah pare yang sudah dilakukan pemilihan dicuci dengan air mengalir., buah pare kemudian di cacah hingga berbentuk kecil-kecil lalu dikeringkan di bawah sinar matahari,. B buah pare yang sudah kering dihaluskan hingga menjadi serbuk.
4. Penetuan Kadar Air Pada Simplisia
Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105ºC selama 30 menit.
Setelah itu didinginkan dalam deksikator. Buah pare ditimbang sebanyak 2 g lalu dimasukkan ke dalam cawan dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC selama 3 jam. Kemudian cawan diangkat dan didinginkan dalam deksikator selama 30 menit. Setelah itu, cawan dengan buah pare ditimbang hingga simplisia menjadi konstan.
5. Pembuatan Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L)
Proses ekstaksi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode maserasi. Maserasi dilakukan dengan merendam simplisia buah pare dengan menggunakan pelarut etanol 96%, perendaman dilakukan selama 5 hari sambil dilakukan pengadukan hingga diperoleh ekstrak cair hasil maserasi 5 hari, hasil maserasi tersebut kemudian disaring dengan kertas saring dan dikumpulkan untuk dilakukan evaporasi menggunakan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh maserat murni. Selanjutnya diuapkan di atas hotplate pada suhu 75 ºC, setelah
ditimbang (Thomas, dkk., 2019). Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.
Rendemen = Bobot ekstrak
Bobot simplisiax100 %
6. Uji Antioksidan Ekstrak Masker Clay Buah Pare a. Pembuatan larutan DPPH 1 Mm
DPPH ditimbang sebanyak 19,716 mg dan dilarutkan dengan methanol metanol sampai 50 ml dalam labu ukur (Septiningsih et.al., 2017).
b. Penentuan panjang gelombang maksimum
1 mL larutan DPPH 1 Mm ditambahkan methanol metanol dalam labu ukur 5 ml kemudian dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37ºC. Serapannya diukur pada panjang gelombang 480 nm sampai dengan 560 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS (Septiningsih et.al., 2017).
c. Pengukuran sampel dengan spektrofotometer UV-VIS
Sampel dari setiap konsentrasi dilarutkan dengan metanol p.a sampai volume 50 mL (konsentrasi 0; 5; 10; 20; 30 mg/L), ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 Mm, dikocok dengan vortex hingga homogen, kemudian didiamkan selama 30 menit dalam ruang gelap. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 514 nm. Perlakuan yang sama dilakukan untuk standar kuersetin yang sudah dilarutkan dengan metanol p.a.
(Konsentrasi 0; 3; 6; 9; 12 mg/L) (Septiningsih et.al., 2017).
Nilai aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus :
%Inhibisi Radikal DPPH=Abs blanko – Abs Sampel
Abs blanko X 100%
d. Penentuan Nilai IC50
Konsentrasi sampel dan persen inhibisinya diplot masing- masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear.
15
Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari masing-masing sampel dan dinyatakan dengan nilai y sebesar 50 dan nilai X yang akan diperoleh sebagai IC50 (Septiningsih et.al., 2017).
Nilai IC50 dapat ditentukan dari grafik menggunakan persamaan y = a + bx dengan rumus :
y = a + bx 50 = a + bx X x (IC50) = 50−a
b Keterangan:
a = Intercept (Perpotongan garis disumbu Y) b = Slope (Kemiringan)
x = Konsentrasi sampel (mg/L) y = Persen inhibisi (50)
X
Y
% Inhibi si
Konsentrasi (mg/L)
7. Formulasi Sediaan Masker Clay
Sediaan masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian di modifikasi, formula standar dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3. :
Tabel 3. Formula masker clay standar yang digunakan (Harry, 2000)
R/ Bentonite 1 to 8%
Xanthan Gum 0,1 to 1,0%
Kaolin 5 to 40%
Gliserin 2 to 10%
Sodium Lauril Sulfat 2 to 20%
TiO2 < 1%
Nipagin < 1%
Parfum q.s
Aquadest 100 %
Tabel 4. Formulasi masker clay yang dimodifikasi dengan penambahan ekstrak buah pare dengan perbandingan konsentrasi bentonite
No Bahan
Jumlah (%)
F1 F2 F3
1 Ekstrak buah pare 10 10 10
2 R/ Bentonite 4 6 8
3 Xanthan Gum 0.8 0.8 0.8
4 Kaolin 34 34 34
5 Gliserin 2 2 2
6 Sodium Lauril Sulfat 1 1 1
7 TiO2 0.5 0.5 0.5
8 Nipagin 0.1 0.1 0.1
9 Parfum q.s q.s q.s
10 Aquadest 100 100 100
17
a. Prosedur pPembuatan sediaan basis masker clay
Cara pembuatan untuk sediaan basis masker clay yaitu aquadesr dituangkan dalam lumpang kemudian ditambahkan Bentonite.
Bentonite dibiarkan beberapa menit agar terbasahi dengan aquadest lalu ditambahkan Xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh gum melarut. Kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang sambil digerus dan ditambahkan TiO2 dan Gliserin dalam lumpang (Fase 1). Disamping itu dilarutkan Na metabisulfite dengan nipagin dalam 20 ml air panas (Larutan A) dan juga Sodium lauril sulfat dilarutkan dalam aquadest (Larutan B). Larutan A dituangkan kemudian digerus pelan pelan setelah ituu dituangkan perlahan lahan larutan B sampai terbentuk pasta homogen (Fase 2). Fase 1 dan 2 digabungkan, lalu digerus homogen hingga terbentuk pasta basis masker clay.
e. Pengujian Sediaan Masker Clay a. Uji Organoleptik
Masker wajah sediaan clay pada pengujian organoleptik dilakukan pengamatan terhadap aroma, warna dan tekstur yang diamati secara visual (Djajadisastra, 2004).
b. Uji Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan masker wajah sediaan clay dioleskan pada kaca objek yang bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan tipis. Kaca objek kemudian ditutup dengan kaca preparat, apabila tidak terlihat adanya butiran halus, tekstur tampak rata menunjukan sediaan masker clay sudah homogen ( Ansel, et al., 1989).
c. Uji Viskositas
Sampel masker wajah sediaan clay sebanyak 50 gram dimasukan ke dalam gelas piala, kemudian diukur viskositasnya
kecepatan 6 rpm, kemudian diamati hasil viskositas tersebut (Septiani, dkk., 2011).
d. Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar dengan pH 7,00 kemudian dilanjutkan dengan menggunakan asam pH 4,00 hingga alat menunjukan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan menggunakan aquadest, lalu dikeringkan dengan tissue.
Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan ke dalam aquadest sebanyak 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan pH meter dibiarkan beberapa menit hingga alat menunjukkan nilai yang harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pada pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
e. Uji Waktu Mengering
Masker clay ditimbang sebanyak 1 gram, dioleskan pada kulit punggung lengan secara merata, kemudian dihitung kecepatan mengering masker wajah sediaan clay dengan menggunakan stopwatch (Djajadisastra, 2004).
f. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan masker wajah sediaan clay di belakang kulit telinga, kemudian didiamkan selama beberapa jam dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi positif ditandai dengan adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada daerah yang diberi perlakuan (Ditjen POM RI, 1985).
g. Uji Kesukaan
Pengujian dilakukan kepada sukarelawan sebanyak 20 orang, pengujian yang dilakukan meliputi penampilan, aroma, tekstur serta kecepatan mengering.
19
h. Uji stabilitas
Pengujian stabilitas dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu penyimpanan yang berbeda yaitu dengan suhu 4ºC (Kulkas), 25ºC (Room temperatur) dan 40ºC (Oven) selama 28 hari dan dilakukan pengamatan setiap 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari dengan dilakukan pengujian organoleptik (aroma dan warna), viskositas dan uji pH (Akhtar, dkk., 2011).
8. Uji Skrining Fitokimia Pare (Momordica charantia L)
Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif pada ekstrak kental buah pare untuk mengetahui adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid / triterpenoid dalam ekstrak yang kemungkinan berperan sebagai antioksidan.
a. Identifikasi Senyawa Alkaloid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare ditambahkan 0,2 ml asam klorida 2 N. Larutan dibagi dalam dua tabung reaksi, pada tabung pertama ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, tabung kedua ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, alkaloid positif jika terjadi endapan putih pada tabung satu dan endapan jingga pada tabung dua (Khunaifi, 2010).
f. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahakan etanol secukupnya.
Ditetesi dengan HCl sebanyak 5 tetes dan ditambahkan Serbuk Mg secukupnya. Selanjutnya divortex, dan apabila terdapat perubahan warna menjadi merah, kuning, atau jingga maka positif mengandung senyawa flavonoid (Harborne, 1987).
g. Identifikasi Senyawa Saponin
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol secukupnya.
Ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan sebelumnya, lalu
h. Identifikasi Senyawa Tanin
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare diencerkan dengan etanol kemudian larutan tersebut ditambahkan pereaksi FeCl3.
Terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya golongan tanin (Septiningsih, dkk., 2017).
i. Identifikasi Senyawa Steroid / Triterpenoid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare ditambahkan 1 mL etanol, kemudian ditambahkan 1 mL kloroform, 1 mL H2SO4 pekat dan 1 mL asam asetat glasial (Uji Lieberman-Bouchard). Senyawa golongan steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau biru dan senyawa golongan triterpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau warna ungu (Harborne, 1987).
21
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, N., Mehmood, A., Khan, B. A., Mahmood, T., Muhammad, H., Khan, S.,
& Saeed, T. (2011). Exploring cucumber extract for skin rejuvenation. African Journal of Biotechnology, 10(7), 1206-1216.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Terjemahan Ibrahim dan Farida. Jakarta : Universitas Indonesia Press.Bandung:
UNPAD.
Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (Bst) (Doctoral dissertation, Medical faculty).Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Djajadisastra, J. 2004. Seminar Setengah Hari HIKI: Cosmetic Stability. Depok:
Departemen Farmassi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia.
Evitadevi, A. 2019. Pemanfaatan Ekstrak Beras Merah dan Beras Ketan Hitam Sebagai Serum Wajah. Skripsi. Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Nusa Bangsa. Bogor.
Haeria, H., & Andi, T. U. 2016. Penentuan kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus spina-christi L.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Science (1), 57-61.
Harborne, J. B. 1987. Metode fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB, 78.
Harry, R. G. 2000. Harry’s Cosmeticology. Edisi VIII. New york: Chemical Publishing Co.Inc. Halaman 471-483. Menganalisa Tumbuhan.
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung : ITB.
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A. A., & Supriatna, A. 1994. Kimia analitik instrumen. Edisi IKIP Semarang Press, Semarang.
Khunaifi, M. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Kisuma, P. 2012. Penetapan kadar flavonoid total dan daya antioksidan dari ekstrak etanol buah pare (momordica charantia l) (Doctoral dissertation, UIN Alauddin Makassar).
Kristiawan, B. 2011. Budidaya Tanaman Pare Putih (Momordica charantia L) di Aspakusa makmur UPT usaha pertanian teras Boyolali.
Lee, C. K. 2013. Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin Care (Doctoral dissertation, Thesis, Department of Cosmetic Science, Chia-Nan University of Pharmacy and Science, 2013, 10-19).
Lu, J.B. 2010. The Development of Fomula and Quality Control Method for Tranexamic Acid Hydrogel Mask. Thesis. Department of Applied Chemistry. Chaoyang University of Technology. Taiwan. Hal. 12-15.
Oktaviana, R., Subakir, S., & Himawan, A. B. (2012). Uji Banding Efektivitas Ekstrak Buah Pare Belut (Trichosanthes Anguina Linn) Dengan Zinc Pyrithione 1% Terhadap pertumbuhan Pityrosporum Ovale Pada Penderita Berketombe (Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).
Rastuti, U., & Purwati, P. 2012. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun kalba (Albizia falcataria) dengan metode dpph (1, 1-Difenil-2-pikrilhidrazil) dan identifikasi senyawa metabolit sekundernya Undri Rastuti* dan Purwati. Molekul, 7(1), 33-42.
Rawlins, E., A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London : Bailierre Tindall. Halaman 355.
Saxena, S., Singh, A., Archak, S., Behera, T. K., John, J. K., Meshram, S. U., &
Gaikwad, A. B. 2015. Development of novel simple sequence repeat markers in bitter gourd (Momordica charantia L.) through enriched genomic libraries and their utilization in analysis of genetic diversity and cross-species transferability. Applied biochemistry and biotechnology, 175(1), 93-118.
Septiani, S. 2012. Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetun gnemon Linn.). Students e-Journal, 1(1), 39.
23
Septiningsih, R., Sutanto, S., & Indriani, D. 2017. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun, buah dan biji pare (Momordica charantina L). FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(1), 4-12.
Subahar, T. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare, si Pahit Pembasmi Penyakit:
Agromedia Pustaka.
Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Thomas, Nur Ain. Widyasusanti Abdulkadir., Mega Agustiwi Mohi. 2019.
Formulasi dan Uji Efektivitas Gel Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L) Terhadap Bakteri Staphylococcusepidermidis dan Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat Vol.2 No.1 . Universitas Negeri Gorontalo.
Pengambilan sampel Buah Pare
Determinasi Buah Pare
Pembuatan serbuk simplisia Penentuan kadar air simplisia
Ekstraksi dengan etanol 96%
Ekstrak
Uji fitokomiaUji antioksidan ekstrak masker clay buah pareFormulasi sediaan masker clay
Pengujian sediaan masker clay
Uji Organoleptik, Uji Homogenitas, Uji Viskositas, Pengukuran Ph, Uji Waktu Mengering, Uji Iritasi, Uji Kesukaan dan Uji Stabilitas LAMPIRAN
Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian
25