i SKRIPSI
TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DI INDONESIA
SANNA O. SIMANGUNSONG NRP. 09111740000031
DOSEN PEMBIMBING
NUGROHO PRIYO NEGORO, S.T., S.E., M.T.
DOSEN KO-PEMBIMBING
NINDITYA NARESWARI, S.M., M.Sc.
DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS
FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2021
ii
(Halaman sengaja dikosongkan)
20
iii SKRIPSI
TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DI INDONESIA
SANNA O. SIMANGUNSONG NRP. 09111740000031
DOSEN PEMBIMBING
NUGROHO PRIYO NEGORO, S.T., S.E., M.T.
DOSEN KO-PEMBIMBING
NINDITYA NARESWARI, S.M., M.Sc.
DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS
FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2021
iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
v UNDERGRADUATE THESIS
CHALLENGES IN IMPLEMENTING PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) IN INDONESIA
SANNA O. SIMANGUNSONG NRP. 09111740000031
SUPERVISOR:
NUGROHO PRIYO NEGORO, S.T., S.E., M.T.
CO-SUPERVISOR:
NINDITYA NARESWARI, S.M., M.Sc.
BUSINESS MANAGEMENT DEPARTMENT
FACULTY OF CREATIVE DESIGN AND DIGITAL BUSINESS INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2021
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
i
LEMBAR PENGESAHAN
TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DI INDONESIA
Oleh :
Sanna O. Simangunsong NRP 09111740000031
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Manajemen
Pada
Program Studi Sarjana Manajemen Bisnis Departemen Manajemen Bisnis Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Tanggal Ujian : 26 Februari 2021
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing
Ko-Pembimbing
Ninditya Nareswari, S.M., M.Sc.
NIP. 1993202012018 Nugroho Priyo Negoro, S.T., S.E., M.T.
NIP. 197607012003121002
ii
Seluruh tulisan yang tercantum pada Skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri, dimana isi dan konten sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Penulis bersedia menanggung segala tuntutan dan konsekuensi jika di kemudian hari terdapat pihak yang merasa dirugikan, baik secara pribadi maupun hukum.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi Skripsi ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi Skripsi dalam bentuk apa pun tanpa izin penulis.
iii
TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DI INDONESIA
ABSTRAK
Public Private Partnership (PPP) adalah suatu kerjasama antara pihak publik yaitu pemerintah dengan pihak privat yaitu swasta untuk menyediakan infrastruktur atau fasilitas umum keperluan masyarakat. Di Indonesia istilah yang digunakan adalah Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) karena tidak hanya melibatkan swasta sebagai pihak privat, tetapi juga badan usaha lainnya seperti BUMN maupun BUMD. Salah satu keuntungan penggunaan skema KPBU adalah dapat dilakukannya pembagian risiko antara sektor pemerintah dan badan usaha serta untuk memanfaatkan keahlian dan efisiensi yang dimiliki oleh badan usaha. Namun dalam implementasinya, masih ada tantangan yang menghalangi proses implementasi KPBU dapat berjalan dengan lancar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi tantangan yang paling berpengaruh dalam implementasi KPBU di Indonesia. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan identifikasi tantangan yang dihadapi dalam implementasi PPP melalui studi literature. Tantangan yang sudah diidentifikasi tersebut kemudian diolah menjadi variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Variabel tersebut kemudian dikonfirmasikan kepada responden yang memenuhi kriteria melalui penyebaran kuesioner secara online. Temuan didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui survei terhadap 55 pemerintah atau badan usaha yang terlibat dalam implementasi proyek KPBU di Indonesia. Data tersebut diolah dengan menggunakan analisis t-test independen untuk mengetahui perbedaan perspektif antara pemerintah dengan badan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompleksitas atau tingkat kesulitan proyek merupakan tantangan yang paling berpengaruh signifikan dalam implementasi proyek yang menggunakan skema KPBU di Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan tingkat kepentingan pemerintah dengan badan usaha atas mayoritas variabel yang digunakan dalam penelitian. Temuan penelitian ini mempunyai implikasi bagi pemerintah, badan usaha, dan pihak terkait lainnya, sehingga dapat mengetahui tingkat kepentingan pihak yang terlibat dan dapat mengantisipasi tantangan dalam implementasi proyek KPBU.
Kata Kunci : PPP, Indonesia, Tantangan, Independen T-test, Kompleksitas
iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
v
CHALLENGES IN IMPLEMENTING PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) IN INDONESIA
ABSTRACT
Public Private Partnership (PPP) is a collaboration between the public, namely the government and the private sector, namely the private company to provide infrastructure or public facilities for the needs of the community. In Indonesia the term used is Government Cooperation with Business Entities (GCBE - KPBU) because it does not only involve the private company as a private party, but also other business entities such as BUMN and BUMD. One of the advantages of using the PPP scheme is that it allows risk sharing between the government sector and business entities and to take advantage of the expertise and efficiency of the business entity. However, in its implementation, there are still challenges that prevent the PPP implementation process from running smoothly. The aim of this study is to confirm the most influential challenges in KPBU implementation in Indonesia. Therefore, this study identifies the challenges faced in KPBU implementation through literature studies. The identified challenges are then processed into variables used in this study. These variables are then confirmed to respondents who meet the criteria through online questionnaires. The findings are based on data collected through a survey of 55 governments or business entities involved in KPBU project implementation in Indonesia. The data is processed using independent t-test analysis to determine differences in perspectives between the government and business entities. The results show that the complexity or level of difficulty of the project is the most significant challenge in implementing projects using the KPBU scheme in Indonesia. The results also show that there are differences in the level of interest between the government and business entities on the majority of the variables used in the study. The findings of this study have implications for the government, business entities, and other related parties, so that they can find out the level of interest of the parties involved and can anticipate challenges in KPBU project implementation.
Keywords : PPP, Indonesia, Challenges, Independent T-test, Complexity
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Tantangan dalam Implementasi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia” sebagai syarat mengikuti seminar proposal untuk dapat melanjutkan skripsi dan menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S1) Departemen Manajemen Bisnis ITS. Pengerjaan proposal ini dimulai pada akhir bulan September sampai dengan bulan November 2020. Penelitian ini diawali masih sedikitnya proyek di Indonesia yang menggunakan skema KPBU, jika dibandingkan dengan negara lainnya.
Selama proses penulisan proposal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai macam pihak baik berupa bantuan dukungan, bimbingan serta doa. Sehingga, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih atas segala bentuk bantuan yang diberikan baik berupa fisik maupun moril. Adapun berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, yaitu:
1. Ibu Dr oec.HSG. Syarifa Hanoum, S.T., M.T., CSEP selaku Kepala Departemen Manajemen Bisnis ITS
2. Bapak Satria Fadil Persada, S.Kom, M.B.A., Ph. D selaku Sekretaris Departemen Manajemen Bisnis ITS
3. Bapak Nugroho Priyo Negoro, S.T., S.E., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan, kritik maupun saran yang membangun serta arahan kepada penulis sehingga pengerjaan skripsi ini dapat berjalan dengan baik
4. Ibu Ninditya Nareswari, S.M., M.Sc. selaku Dosen Ko-Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta masukan dan motivasi yang sangat membantu sehingga pengerjaan skripsi ini dapat berjalan lancar
5. Bapak Ir. Arman Hakim Nasution, M.Eng., Sc. Selaku dosen wali penulis yang telah memberikan arahan
6. Dosen pengajar, staff, serta seluruh karyawan Departemen Manajemen Bisnis ITS yang memberikan banyak pembelajaran, bantuan, dan berbagai pengalaman berharga kepada penulis
viii
7. Orang tua penulis Papa T. Simangunsong, Mama L. br. Pasaribu, serta adik- adik penulis Hadianta Simangunsong dan Rezeki B. Simangunsong yang memberikan dukungan doa, nasihat, dan motivasi kepada penulis dalam menjalani masa perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini
8. Jein Samuel Prialdi Purba yang memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
9. Bang Dody Kurnia Lumbangaol yang memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dari awal penemuan ide sampai penyelesaian skripsi ini
10. Bapak/Ibu Saudara/i responden yang berkenan meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penulis serta memberikan tanggapan dan saran yang membangun
11. Argentium ITS Elizabeth Gokmauli Marbun, Angelica C. Tarigan, Simon Peres Pakpahan, Jhonstone J. Tambunan, dan Ando S. Pane serta Like D.
Siagian, Yana Panjaitan, dan Kristin Aruan sebagai teman seperjuangan dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa untuk dapat meraih cita-cita
12. Imro Atul Mufidah, Bella Septhalya dan teman-teman di Laboratorium BAS, KSM, dan Sentana yang memberikan semangat dan dukungan selama menjalani masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini
Besar harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam pemahaman keilmuan dan kontribusi kepada pemerintah dan badan usaha yang menggunakan skema KPBU dalam implementasi proyeknya.
Balige, Februari 2021
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Manfaat untuk Penulis ... 5
Manfaat penelitian ini untuk penulis sendiri adalah sebagai berikut: ... 5
1.4.2 Manfaat untuk Badan Usaha ... 6
1.4.3 Manfaat untuk Pemerintah ... 6
1.4.4 Manfaat untuk Pembaca ... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
1.5.1 Batasan Penelitian... 7
1.5.2 Asumsi Penelitian ... 7
1.6 Sistematika Penulisan ... 8
x
BAB II ... 9
LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) ... 9
2.1.1 Tahap Pelaksanaan KPBU ... 10
2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan KPBU ... 15
2.1.3 Infrastruktur yang Sudah Melaksanakan KPBU ... 18
2.1.4 Kondisi KPBU di Indonesia ... 20
2.1.5 Kondisi KPBU di Indonesia Tahun 2020 ... 21
2.2 Penelitian Terdahulu ... 22
2.3 Research Gap ... 33
2.4 Identifikasi Tantangan... 33
BAB III ... 37
METODOLOGI PENELITIAN ... 37
3.1 Flowchart Penelitian ... 37
3.2 Objek dan Subjek Penelitian ... 38
3.3 Variabel dan Indikator Penelitian ... 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.4.1 Prosedur survey ... 46
3.4.2 Skala Kuesioner ... 46
3.4.3 Desain Kuesioner ... 47
3.5 Pengukuran Variabel Penelitian ... 47
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48
3.6.1 Data Screening... 48
3.6.2 Analisis Deskriptif ... 49
3.6.3 Uji Normalitas ... 50
3.6.4 Analisis T-test Independen ... 50
xi
BAB IV ... 51
ANALISIS DAN DISKUSI ... 51
4.1 Pengumpulan Data ... 51
4.2 Data Screening ... 51
4.2.1 Missing Values ... 52
4.2.2 Uji Outliers ... 52
4.3 Analisis Deskriptif ... 52
4.4 Uji Normalitas ... 60
4.5 Analisis T-Test Independen ... 60
4.6 Diskusi ... 63
4.6.1 Tantangan Paling Berpengaruh ... 63
4.6.2 Tingkat Kepentingan Variabel serta Perspektif Pemerintah dan Badan Usaha atas Indikator ... 64
4.7 Implikasi ... 84
BAB V ... 89
KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1 Kesimpulan... 89
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90
5.3 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
LAMPIRAN ... 99
xii
(Halaman sengaja dikosongkan)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 37
xiv
(Halaman sengaja dikosongkan)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan PPP ... 15
Tabel 2.2 Rangkuman Buku PPP Tahun 2009 sampai Tahun 2015 ... 20
Tabel 2.3 Rangkuman Buku PPP Tahun 2017 sampai Tahun 2019 ... 20
Tabel 2.4 Daftar Rencana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tahun 2020... 22
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu ... 29
Tabel 2.6 Identifikasi Tantangan ... 33
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Penjelasannya ... 40
Tabel 3.2 Indikator Variabel Penelitian ... 43
Tabel 3.3 Skala Likert Kuesioner ... 46
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Usia Responden... 53
Tabel 4.2 Analisis Crosstab Instansi dengan Jenis Kelamin ... 53
Tabel 4.3 Analisis Crosstab Instansi dengan Tingkat Pendidikan ... 54
Tabel 4.4 Analisis Crosstab Jenis Kelamin dengan Tingkat Pendidikan ... 55
Tabel 4.5 Analisis Crosstab Instansi dengan Lama Bekerja di Proyek ... 56
Tabel 4.6 Analisis Crosstab Instansi dengan Lama Bekerja di Proyek dengan Skema KPBU... 57
Tabel 4.7 Analisis Crosstab Instansi dengan Jumlah Proyek dengan Skema KPBU yang Pernah atau Sedang Dikerjakan ... 58
Tabel 4.8 Analisis Chi Square Crosstab ... 59
Tabel 4.9 Hasil Analisis Indikator Menggunakan T-test Independen ... 61
Tabel 4.10 Urutan Tantangan yang Paling Berpengaruh ... 64
Tabel 4.11 Rata-rata dan Tingkat Kepentingan Menurut Pemerintah dan Badan Usaha ... 83
Tabel 4.12 Implikasi ... 85
xvi
(Halaman sengaja dikosongkan)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Online………...99 Lampiran 2 Hasil Rekap Kuesioner……….109 Lampiran 3 Analisis Missing Value……….115 Lampiran 4 Nilai Z-Score……….……125 Lampiran 5 Analisis Z-Score………..……..135 Lampiran 6 Analisis Deskriptif………136 Lampiran 7 Nilai Skewness………..…………141 Lampiran 8 Analisis T-Test Independen………..…142 Lampiran 9 Dokumentasi………..………...149
xviii
(Halaman sengaja dikosongkan)
1
BAB I
1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi beberapa hal terkait penelitian penulis diantaranya yaitu latar belakang yang melandasi dilakukannya penelitian, perumusan masalah berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, tujuan dilaksanakannya penelitiandan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan untuk menjelaskan keseluruhan isi laporan penelitian secara singkat.
1.1 Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dua pengertian tantangan adalah 1 hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah, rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya) dan 2 hal atau objek yang perlu ditanggulangi. Menurut Prayetno (2015), tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan yang dapat berasal dari dalam (internal) maupun luar (eksternal). Menurut Sholeh (2019), tantangan adalah kondisi atau situasi eksternal yang harus dikelola sehingga dapat menjadi sumber daya atau nilai lebih. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan adalah hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah yang dapat berasal dari internal maupun eksternal, yang perlu ditanggulangi dan jika dikelola dapat menjadi sumber daya atau nilai lebih. Menurut Khoiriyah (2001), ada empat tantangan yang mungkin dihadapi yaitu tantangan yang berhubungan dengan kualitas, tantangan global, tantangan sosial dan tantangan sistem kerja berkinerja tinggi.
Public Private Partnership (PPP) adalah suatu pendekatan inovatif untuk menggambarkan hubungan kontrak jangka panjang antara sektor publik dan swasta dalam menyediakan infrastruktur dan layanan publik (Takim, 2011). Saat ini, PPP telah diterapkan di berbagai sektor dan wilayah di seluruh dunia. Namun jika dibandingkan dengan di negara maju, kebanyakan negara berkembang gagal
2
untuk menarik investasi swasta dalam rangka pelaksanaan Public Private Partnership selama beberapa tahun terakhir (Wang H. , 2019). Negara maju yang sudah menggunakan metode PPP dalam banyak proyek pembangunan, seperti United Kingdom, cenderung dijadikan model percontohan. Perkembangan dan setiap keputusan terkait PPP di negara tersebut menarik perhatian dan menjadi pembahasan negara lain (Cheng, 2020).
PPP yang merupakan bentuk perjanjian antar sektor publik (pemerintah) dengan sektor privat (swasta) untuk mengadakan sarana layanan publik di Indonesia dulunya dikenal dengan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Namun sejak pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015, istilah Kerjasama Pemerintah Swasta selanjutnya disebut Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang selanjutnya disebut KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah/
Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. Badan Usaha yang dimaksud adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), badan hukum asing, atau koperasi.
Salah satu alasan strategi PPP dipilih oleh pemerintah adalah untuk memanfaatkan keahlian dan efisiensi badan usaha dalam menyediakan infrastruktur dan layanan publik kepada masyarakat (Hashim, 2016). PPP juga dipilih karena lebih ekonomis daripada metode klasik, yang tercermin melalui investasi yang lebih kecil untuk mencapai kualitas yang sama atau mencapai kualitas yang lebih baik dengan investasi yang sama. Selain itu, partisipasi perusahaan swasta pada fase perencanaan pada umumnya menghasilkan studi kelayakan yang lebih mendalam dan detail sehingga mengacu pada landasan ekonomi yang jelas dan memperkuat keberlangsungan proyek. PPP juga
3
memungkinkan penggunaan teknologi modern dan peralatan yang lebih luas, meningkatkan kualitas proyek dan / atau menurunkan perawatan dan biaya manajemen (Ferk B. d., 2017). Implementasi PPP ini tentunya memberikan keuntungan bagi banyak pihak. Oleh karena alasan tersebut, PPP atau disebut KPBU di Indonesia layak untuk diaplikasikan dan dikembangkan di Indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat negara berkembang yang sudah mengimplementasikan PPP dalam banyak pembangunan infrastruktur di negaranya, contohnya adalah India. Namun ada juga negara berkembang yang implementasi PPP dalam pembangunan infrastukturnya masih sangat sedikit atau bahkan negara tersebut baru mengenal PPP, contohnya adalah Bangladesh.
Keberhasilan implementasi PPP membutuhkan kesiapan dan kapasitas semua pihak pemangku kepentingan yang terlibat (Al-Shareem, 2015). Penilaian persiapan PPP merupakan proses diagnostik yang dirancang untuk menentukan apakah suatu negara cukup kompetitif untuk menarik investasi untuk PPP (Capital, 2016). Pendekatan dengan mengidentifikasi kesiapan akan mendukung pembuat kebijakan PPP dan pemangku kepentingan melalui mekanisme pemerintah untuk mengidentifikasi bidang utama yang perlu ditangani untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan PPP (Kavishe N. C., 2020). Pengaruh dari faktor-faktor seperti ekonomi, urbanisasi, rezim politik dan sosial budaya, menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam PPP institusi, aplikasi, dan karakteristik proyek di berbagai negara (Cheng, 2020).
Beberapa penelitian sebelumnya sudah mengidentifikasi tantangan yang dihadapi beberapa negara dalam pengimplementasian KPBU. Tantangan implementasi PPP berupa manajemen atau alokasi risiko dapat ditemukan dalam implementasi proyek jalan tol di Indonesia (Abednego, 2006) dan di Australia (Regan, 2017), implementasi proyek pelabuhan di Inggris dan Jerman (Aerts, 2014), implementasi proyek water supply di Ghana (Chan, 2013), implementasi proyek kesehatan atau rumah sakit di Malaysia (Hashim, 2016) dan implementasi proyek lainnya (Fleta-Asín, 2020) (Wang H. , 2019) (Wibowo, 2015). Tantangan lainnya yang diidentifikasi adalah kemampuan dan pengetahuan pihak yang terlibat dalam implementasi PPP. Hal ini terbukti dalam penelitian implementasi proyek perumahan di Tanzania (Kavishe N. W., 2018) (Kavishe N. C., 2020),
4
proyek water supply di Ghana (Chan, 2013) dan beberapa negara lainnya (Chan, 2015), dan implementasi proyek lainnya (Cheng, 2020). Tantangan lainnya berhubungan dengan masalah finansial. Masalah finansial merupakan tantangan yang ditemui dalam implementasi proyek perumahan di Tanzania (Kavishe N. W., 2018), proyek pengelolaan sampah (Ahmed, 2004), proyek water supply (Chan, 2013) (Chan, 2015), proyek transportasi (Gordon, 2012) (Macário, 2010), dan proyek lainnya (Wibowo, 2014) (Ismail S. d., 2014).
Selain ketiga tantangan tersebut, masih ada tantangan-tantangan lainnya yang dihadapi pihak terkait dalam implementasi PPP pada proyek dan negara lainnya. Tantangan tersebut tidak sama urutan atau prioritasnya antara suatu proyek dengan proyek lainnya, suatu negara dengan negara lainnya, khususnya antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Tantangan yang dikonfirmasi atau diuji dalam setiap penelitian juga tentunya tidak sama secara keseluruhan, meskipun terdapat beberapa tantangan yang serupa atau bahkan sama. Metode yang digunakan penelitian untuk mengetahui tantangan yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam implementasi PPP juga berbeda. Beberapa penelitian menggunakan metode kuantitatif, metode kualitatif, atau bahkan keduanya.
Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan dengan objek pemerintah dan badan usaha yang sudah pernah melaksanakan KPBU tanpa dibatasi oleh sektor tertentu untuk mengidentifikasi apa saja tantangan yang memengaruhi pelaksanaan KPBU khususnya dalam lingkup negara Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tindakan pencegahan dan persiapan dalam hal apa yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan badan usaha agar implementasi KPBU dapat berjalan dengan baik dan lancar. Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang melaksanakan KPBU, yaitu pemerintah dan badan usaha, dalam meningkatkan kelancaran proses implementasi KPBU. Informasi tersebut kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi untuk perbaikan proses dan ketentuan pelaksanaan KPBU yang sudah ada saat ini. Penelitian ini dapat memberikan perspektif baru bagi pemerintah dan badan usaha dalam memahami kendala yang dihadapi oleh masing-masing pihak atas implementasi KPBU di Indonesia.
5 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, adapun rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah :
1. Apa tantangan yang paling berpengaruh dalam implementasi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia?
2. Apakah ada perbedaan tingkat kepentingan antara Pemerintah dengan Badan Usaha?
3. Apakah ada perbedaan perspektif antara Pemerintah dengan Badan Usaha?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkonfirmasi tantangan yang memiliki pengaruh paling besar dan memegang peran penting dalam implementasi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia.
2. Mengetahui perbedaan tingkat kepentingan antara Pemerintah dan Badan Usaha atas variabel-variabel yang dikonfirmasi
3. Mengetahui perbedaan perspektif antara Pemerintah dan Badan Usaha atas indikator yang dikonfirmasi
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini meliputi manfaat untuk penulis, badan usaha, serta pembaca secara umum.
1.4.1 Manfaat untuk Penulis
Manfaat penelitian ini untuk penulis sendiri adalah sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan wawasan dan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama perkuliahan.
6
2. Penulis mendapatkan wawasan baru yang berkaitan dengan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) serta tantangan yang berpengaruh dalam implementasinya di Indonesia.
1.4.2 Manfaat untuk Badan Usaha
Manfaat penelitian ini untuk badan usaha yang berkaitan adalah sebagai berikut.
1. Badan usaha dapat mengetahui tantangan yang paling memengaruhi implementasi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia.
2. Badan usaha dapat menggunakan informasi yang diperoleh sebagai pertimbangan sebelum melaksanakan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
3. Badan usaha dapat menggunakan informasi yang diperoleh untuk kemudian diantisipasi dan dipersiapkan solusinya dalam pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
1.4.3 Manfaat untuk Pemerintah
Manfaat penelitian ini untuk pemerintah yang berkaitan adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah dapat mengetahui tantangan yang paling memengaruhi implementasi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia.
2. Pemerintah dapat menggunakan informasi yang diperoleh sebagai pertimbangan sebelum melaksanakan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
3. Pemerintah dapat menggunakan informasi yang diperoleh untuk kemudian diantisipasi dan dipersiapkan solusinya dalam pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
7 1.4.4 Manfaat untuk Pembaca
Manfaat penelitian ini untuk pembaca secara umum adalah sebagai berikut.
1. Pembaca dapat memanfaatkan penelitian ini untuk memperluas pengetahuan mengenai Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
2. Pembaca dapat mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Batasan Penelitian
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Informasi diperoleh dari pihak badan usaha dan pemerintah yang sudah melaksanakan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
2. Badan usaha yang dilibatkan dalam penyelesaian penelitian ini adalah badan usaha yang berada di Indonesia
3. Proyek yang menjadi objek penelitian adalah proyek yang dilaksanakan di Indonesia
1.5.2 Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Responden menjawab berdasarkan informasi proyek yang sudah selesai atau sedang dilaksanakan
2. Responden memahami proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) yang pernah dilaksanakannya
3. Responden memiliki pemahaman yang sama atas proyek dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
4. Setiap jenis proyek memiliki kesamaan tantangan yang merupakan variabel yang diuji dalam penelitian ini
8 1.6 Sistematika Penulisan
Sub bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat terkait bagian-bagian laporan penelitian untuk memudahkan penulisan dan pembahasan. Berikut adalah sistematika penulisan dalam penelitian ini :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian termasuk batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan laporan penelitian.
BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis menyajikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa teori yang disajikan yaitu terkait proyek pemerintah dan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Dalam bab ini juga dituliskan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini serta rumusan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menjelaskan metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian untuk mengolah data yang diperoleh dan menghasilkan kesimpulan. Penjelasan dalam bab ini mencakup lokasi dan waktu penelitian, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis yang digunakan.
BAB IV. ANALISIS DAN DISKUSI
Pada bab ini, penulis menjelaskan mengenai proses pengumpulan data, hasil pengolahan data menggunakan alat uji yang sudah dibahas di bab sebelumnya, analisis yang lebih mendalam dari hasil pengolahan data, dan implikasi kepada beberapa pihak terkait.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, penulis memberikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, menjelaskan keterbatasan pada penelitian ini, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
9
BAB II
2 LANDASAN TEORI
4.1 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. Lembaga-lembaga yang berperan langsung dalam pelaksanaan KPBU, antara lain :
1. Kementerian PPN/BAPPENAS sebagai koordinator KPBU
2. Kementerian Keuangan melalui DJPPR dalam memberikan Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah
3. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur berdasarkan peraturan perundangundangan yang disebut Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).
Selain itu untuk mempercepat tahapan KPBU juga dibentuk lembaga-lembaga pendukung, seperti :
1. Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) yang diganti menjadi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)
2. PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang dapat berperan sebagai Badan Penyiapan dalam pendampingan dan/atau pembiayaan kepada PJPK
3. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) sebagai instrumen penjaminan pembangunan infrastruktur
10 4.1.1 Tahap Pelaksanaan KPBU
KPBU dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu perencanaan, penyiapan, dan transaksi.
2.1.1.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari dua aktivitas utama yaitu identifikasi proyek dan studi pendahuluan. Pada tahap perencanaan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi BUMN/BUMD menyusun rencana anggaran dana, identifikasi, pengambilan keputusan, penyusunan daftar rencana KPBU. Output tahap perencanaan adalah daftar prioritas proyek dan dokumen studi pendahuluan yang disampaikan pada Kementerian PPN/BAPPENAS untuk disusun sebagai Daftar Rencana KPBU yang terdiri atas KPBU siap ditawarkan dan KPBU dalam proses penyiapan.
a. Identifikasi proyek berhubungan dengan aktivitas untuk menemukan proyek infrastruktur yang sesuai untuk menggunakan skema KPBU dalam proses pengimplemtasiannya. Terdapat 19 (sembilan belas) sektor infrastruktur yang dapat dipilih untuk menggunakan skema KPBU. Terdapat 3 (tiga) jenis proyek :
1. Proyek yang diusulkan oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga / Kepala Pemerintah Daerah / Direktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN) / Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) disebut Government Contracting Agency (GCA) di Indonesia disebut PJPK
2. Proyek yang diusulkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) berdasarkan Program Prioritas Pembangunan Nasional
3. Proyek yang diusulkan oleh badan usaha kepada GCA / PJPK yang terkait disebut sebagai proyek yang tidak diminta (unsolicited projects)
11
b. Studi pendahuluan adalah studi awal yang dilakukan GCA atau PJPK untuk memberikan gambaran tentang persyaratan yang diperlukan untuk penyediaan infrastruktur dan manfaatnya jika dibangun dengan menggunakan skema KPBU. Studi ini akan menjelaskan struktur proyek KPBU, rencana pembiayaan dan sumber dana KPBU, dan rencana pelaksanaan KPBU yang terdiri dari jadwal, proses, dan prosedur. Studi pendahuluan harus terdiri dari :
1. Kebutuhan analisis yang mencakup :
i. Konfirmasi bahwa proyek memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia
ii. Konfirmasi bahwa proyek memiliki permintaan berkelanjutan dan tidak cukupnya ukuran layanan saat ini, baik secara kuantitas ataupun kualitas, berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia
iii. Konfirmasi bahwa proyek mendapat dukungan yang cukup dari pemangku kepentingan terkait, salah satunya melalui konsultasi publik
2. Kriteria kepatuhan yang mencakup :
i. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku terkait dengan sektor dan PJPK yang ditunjuk
ii. Kaptuhan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional / Daerah dan/atau Rencana Strategis PJPK
iii. Lokasi proyek sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Tata Guna Lahan (jika diperlukan oleh jenis infrastruktur yang akan dikerjakan) dan yang terkait dengan sektor infrastruktur di lintas daerah (jika diperlukan sesuai jenis infrastruktur yang hendak dibangun)
3. Analisis nilai uang yang mencakup :
12
i. Sektor badan usaha memiliki keunggulan dalam implementasi KPBU termasuk manajemen risiko
ii. Kemampuan untuk memastikan efektivitas, akuntabilitas, dan distribusi yang adil untuk perjanjian jangka panjang
iii. Transfer ilmu/ pengetahuan dan teknologi
iv. Memastikan persaingan yang sehat, transparansi dan efisiensi dalam proses pengadaan dan perawatan
4. Analisis pendapatan potensial dan skema pendanaan proyek yang mencakup :
i. Kemampuan pengguna untuk membayar
ii. Kemampuan fiscal PJPK dalam melaksanakan KPBU iii. Pendapatan potensial lainnya
iv. Perspektif tentang dukungan pemerintah
5. Rekomendasi dan rencana tindak lanjut yang mencakup:
i. Rekomendasi bentuk KPBU
ii. Rekomendasi kriteria utama badan usaha
iii. Penyusunan rencana jadwal dan transaksi KPBU
2.1.1.2 Tahap Persiapan
Selanjutnya dalam tahap penyiapan KPBU Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi BUMN/BUMD selaku PJPK dibantu Badan Penyiapan dan disertai konsultasi Publik, menghasilkan prastudi kelayakan, rencana dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah, penetapan tata cara pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana, dan pengadaan tanah untuk KPBU. Tahap persiapan KPBU terdiri dari prastudi kelayakan yang terdiri dari :
1. Kajian Prastudi Kelayakan (Outline Business Case – OBC). Dokumen OBC harus memuat :
a. Studi hukum dan kelembagaan b. Studi teknis
13 c. Studi ekonomi dan komersial d. Studi/kajian lingkungan dan social
e. Studi bentuk dan struktur kerjasama dalam penyediaan infrastruktur
f. Studi manajemen risiko
g. Studi kebutuhan dukungan pemerintah dan/atau penjaminan pemerintah
h. Studi masalah yang luar biasa
2. Kajian Akhir Studi Kelayakan (Final Business Case – FBC)
Dokumen FBC seharusnya terdiri atas penyesuaian data berdasarkan kondisi terkini dan kelayakan serta kesiapan terkini proyek PPP yang mengacu pada yang tertera di OBC. FBC mencakup pemenuhan semua persyaratan prastudi kelayakan termasuk masalah tindak lanjut, persetujuan proyek KPBU oleh pemangku kepentingan, dan kepastian nilai dukungan pemerintah dan persyaratan jaminan pemerintah.
Pada tahap persiapan KPBU, PJPK akan melakukan konsultasi publik dan melakukan pemasaran. Tujuan konsultasi publik adalah untuk mengkaji kepatuhan sosial dan standar lingkungan dengan ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan bidang lingkungan, memperoleh masukan mengenai kebutuhan masyarakat terkait proyek KPBU, dan memastikan kesiapan proyek. Sedangkan melakukan pemasaran dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dan respon dari pasar KPBU (badan usaha/ badan/ lembaga/ organisasi nasional maupun internasional). Pada tahap persiapan, PJPK juga memulai proses memperoleh jaminan proyek dan/atau dukungan pemerintah lainnya jika diperlukan.
2.1.1.3 Tahap Transaksi
Tahap transaksi dilakukan oleh PJPK dan terdiri atas penjajakan minat pasar, penetapan lokasi, pengadaan Badan Usaha Pelaksana dan
14
melaksanakan pengadaannya, penandatanganan perjanjian, dan pemenuhan biaya.
1. Pra-Kualifikasi
Pada tahap ini, para bidder akan dievaluasi sesuai dengan latar belakang, sejarah, dan kemampuannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan daftar calon penawar yang memenuhi syarat untuk melaksanakan Proyek KPBU.
2. Permintaan Proposal
Setelah penawar terpilih, mereka akan diberikan semua dokumen terkait proses transaksi. Kemudian peserta lelang akan mengevaluasi dokumen dan mengajukan proposal penawaran berdasarkan dokumen tersebut.
3. Penghargaan Penawaran
Setelah mengevaluasi proposal penawaran, PJPK akan menentukan pemenang lelang. Sebelum penawar yang terpilih diresmikan, biasanya penawar yang tersisa diberi kesempatan untuk menolak atau mengklarifikasi masalah. Nantinya, PJPK akan mengeluarkan surat resmi jika tidak ada keberatan dari penawar lain atau ternyata keberatan tersebut tidak berlaku.
4. Penandatanganan Perjanjian
Setelah surat penghargaan dikeluarkan, pemenang harus membentuk Perusahaan Bertujuan Khusus (Special Purpose Company - SPC) sebagai badan hukum untuk menandatangani kesepakatan terkait proyek KPBU.
Secara umum, SPC harus menandatangani perjanjian KPBU dengan PJPK, sedangkan PJPK harus menandatangani perjanjian recourse dengan Dana Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) jika terdapat bentuk penjaminan pemerintah.
5. Penutupan Keuangan
Setelah penandatanganan perjanjian, SPC harus dapat mengamankan pembiayaan proyek. Ini harus diperoleh tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah penandatanganan Perjanjian KPS dan dapat diperpanjang
15
dari waktu ke waktu jika kegagalan memperoleh pendanaan tidak berkontribusi pada kegagalan proyek KPS. Setiap perpanjangan yang diberikan untuk financial close atau penutupan keuangan tidak boleh lebih dari enam bulan. Penutupan keuangan dapat dilakukan secara bertahap oleh siklus proyek.
4.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan KPBU
Penggunaan suatu sistem tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan yang dapat ditemukan dan dirasakan oleh pelaksana system tersebut. Dalam hal ini, kelebihan dan kelemahan PPP menurut Ferk dan Ferk (2017) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan PPP
No. Kelebihan Kelemahan
1. Proyek yang menerapkan PPP lebih ekonomis dari pada pengadaaan proyek secara klasik atau tradisional. Hal ini tercermin dari investasi yang lebih kecil untuk mencapai kualitas layanan yang sama atau mendapatkan kualitas yang lebih tinggi dengan jumlah investasi yang sama.
Menerapkan proyek dengan skema PPP tidak lebih layak secara ekonomi daripada pengadaan klasik, karena menimbulkan biaya tinggi saat membangun kemitraan dan biaya pembiayaan yang lebih besar, yang umumnya lebih tinggi dari biaya pembangunan konvensional
2. Biaya yang diperlukan untuk terlibat dalam proyek menjadi lebih rendah karena terdapat pembagian pembiayaan antara pihak pemerintah dan swasta
Kemitraan jangka panjang tidak dapat diprediksi dan tidak stabil sehingga pihak pemerintah menanggung secara tidak proporsional risiko tinggi yang dihasilkan ketidakpastian tersebut.
3. Terdapat pembagian risiko, sehingga risiko dapat ditanggung
Setiap risiko yang ditanggung oleh sektor swasta tercermin dengan
16 oleh pihak yang bisa mengelolanya dengan lebih baik dan lebih efektif.
harga yang lebih tinggi bagi pengguna akhir
4. Terjadinya transfer kemampuan dan pengetahuan antara pemerintah dan swasta sehingga menghasilkan infrastruktur dengan kualitas yang baik, manajemen yang efektif, dan pengurangan biaya konsekuen.
Sektor swasta termotivasi untuk mentransfer pengetahuan, pengalaman, dan teknologi, tetapi hanya hingga titik yang memungkinkan optimalisasi proyek untuk kelangsungan hidup dan maksimalisasi keuntungan
5. Partisipasi mitra swasta dalam fase perencanaan umumnya menghasilkan implementasi kelayakan yang lebih mendalam dan rinci. Kelayakan studi memberikan landasan ekonomi yang solid dan memperkuat kelangsungan hidup proyek.
Dalam fase perencanaan, sektor public juga harus bersiap untuk melakukan analisis ekonomi untuk
proyek tertentu yang
membandingkan berbagai alternative realisasi.
6. PPP memungkinkan realisasi sebuah proyek dengan membangun sinergi antara public dan sektor swasta yang terlibat dalam proyek tersebut
Hubungan publik dan mitra swasta dari proyek menyebabkan pencampuran dan relokasi biaya dari swasta ke sektor public dan sebaliknya, mengarah ke situasi dimana bagian public dari proyek meliputi biaya bagian swasta.
7. PPP memungkinkan penggunaan teknologi yang lebih modern, peralatan yang lebih modern, yang dapat meningkatkan kualitas proyek dan/atau menurunkan perawatan dan biaya manajemen
Pemanfaatan teknologi modern menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi bagi pihak swasta dibandingkan menurunkan biaya untuk sektor publik dan pengguna akhir.
17 8. PPP memungkinkan akses ke
keuangan pihak swasta yang tertarik untuk melaksanakan proyek tersebut. Hal ini menciptakan kondisi yang lebih baik karena proses realisasi yang lebih cepat atas proyek tanpa sepenuhnya bergantung pada pendanaan pihak publik
Dana pembiayaan berupa pinjaman sektor swasta pada umumnya lebih besar dari pada dana pembiayaan berupa pinjaman yang dimiliki sektor publik
9. PPP memungkinkan realisasi fasilitas publik yang lebih cepat.
Karena ketika sektor swasata mengetahui sistem pembiayaan (contohnya pembayaran dari pengguna fasilitas public), mereka akan termotivasi untuk menyelesaikan proyek secepat mungkin
Deadline pengerjaan yang singkat
biasanya mencerminkan
berkurangnya kualitas proyek yang sudah diselesaikan
10. Dalam proyek dengan skema PPP, fase operasional sangat krusial seperti bisnis model karena kebanyakan diprediksi melalui pembelian jasa bukan pembelian asset. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme penilaian yang mementingkan kualitas yang dituju dan indikator pengukurannya.
11. Mitra publik mempertahankan fungsi pengawasan atas proyek, sehingga menghilangkan konflik internal yang muncul ketika
18 mitra publik juga berperan sebagai penyedia dan pengontrol.
12. Karena fasilitas umum disediakan oleh sektor swasta, pengguna sering diperlakukan sebagai pelanggan. Dengan kata lain, komentar dan kebutuhan mereka dipertimbangkan untuk pengembangannya dengan tujuan memperoleh tingkat kepuasan pengguna yang lebih tinggi
13. Proyek yang menggunakan skema PPP tidak membebani keuangan 18ublic sebab ada sumber dana yang dimiliki mitra swasta. Dengan demikian, PPP berkontribusi dalam menurunkan hutang publik
4.1.3 Infrastruktur yang Sudah Melaksanakan KPBU
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha, infrastruktur yang dapat dikerjasamakan adalah infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Jenis infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial yang dimaksud mencakup 19 (sembilan belas) infrastuktur, yaitu :
a. infrastruktur transportasi b. infrastruktur jalan
c. infrastruktur sumber daya air dan irigasi d. infrastruktur air minum
19
e. infrastruktur sistem pengolahan air limbah terpusat f. infrastruktur sistem pengolahan air limbah setempat g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika i. infrastruktur ketenagalistrikan
j. infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan k. infrastruktur konservasi energi
l. infrastruktur fasilitas perkotaan m. infrastruktur fasilitas pendidikan
n. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga serta kesenian o. infrastruktur kawasan
p. infrastruktur pariwisata q. infrastruktur kesehatan
r. infrastruktur lembaga pemasyarakatan s. infrastruktur perumahan rakyat
Sejak tahun 2014 hingga tahun 2020, infrastruktur yang sudah selesai dibangun dengan menggunakan skema KPBU dan sudah beroperasi di Indonesia menurut informasi dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional adalah :
a. 3 (tiga) proyek infrastruktur telekomunikasi dan informatika
b. 4 (empat) proyek infrastruktur jalan yang mencakup 3 (tiga) proyek infrastruktur jalan told an 1 (satu) proyek infrastruktur jalan tol laying c. 1 (satu) proyek infrastruktur sumber daya air dan irigasi
Sedangkan insfrastruktur yang dalam tahap konstruksi dengan menggunakan skema KPBU adalah :
a. 7 (tujuh) proyek infrastruktur jalan yaitu jalan tol b. 3 (tiga) proyek infrastruktur sumber daya air dan irigasi
c. 1 (satu) proyek infrastruktur sistem pengelolaan persampahan yaitu sistem pengelolaan sampah regional
d. 1 (satu) proyek infrastruktur ketenagalistrikan
20
Sehingga, total proyek yang sudah selesai dibangun adalah 8 (delapan) proyek dan total proyek yang sedang dalam tahap konstruksi adalah 12 (dua belas) proyek.
4.1.4 Kondisi KPBU di Indonesia
Tabel 2.2 Rangkuman Buku PPP Tahun 2009 sampai Tahun 2015 Buku PPP
2009
Buku PPP 2010-2014
Buku PPP 2011
Buku PPP 2012
Buku PPP 2013
Buku PPP 2015 Sudah
ditender 4 proyek 5 proyek 12 proyek 21 proyek 22 proyek Siap di-
tawarkan 8 proyek 1 proyek 13 proyek 3 proyek 0 proyek 6 proyek Prospektif 18 proyek 26 proyek 21 proyek 26 proyek 14 proyek 8 proyek Potensial 61 proyek 73 proyek 45 proyek 29 proyek 13 proyek 24 proyek Total 87 proyek 100 proyek 79 proyek 58 proyek 27 proyek 38 proyek
Sumber : Buku Public Private Partnership Tahun 2019
Tabel 2.3 Rangkuman Buku PPP Tahun 2017 sampai Tahun 2019 Buku PPP 2017 Buku PPP 2018 Buku PPP 2019 Sudah ditender 17 proyek 8 proyek 9 proyek Siap ditawarkan 1 proyek 7 proyek 1 proyek Tahap persiapan 21 proyek 21 proyek 19 proyek
Total 22 proyek 28 proyek 20 proyek
Sumber : Buku Public Private Partnership Tahun 2019
Tabel di atas menunjukkan jumlah proyek yang dirangkum dan dijelaskan di dalam buku PPP yang dikeluarkan oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia sejak tahun 2009 sampai tahun 2019. Total yang tertera di
21
bagian paling bawah tabel menunjukkan jumlah seluruh proyek selain proyek yang sudah ditender. Dengan kata lain total tersebut menunjukkan jumlah proyek yang siap ditawarkan, dalam tahap persiapan, atau prospektif dan potensial. Dari informasi proyek KPBU tersebut, tidak ada bentuk trend yang jelas. Namun dapat dilihat bahwa trend-nya cenderung menurun. Hal ini disimpulkan dari data yang menunjukkan bahwa total tertinggi terdapat di tahun 2009 yaitu 87 proyek selain yang sudah ditender. Proyek yang sudah ditender juga cenderung menurun, dimana angka tertinggi terdapat di tahun 2015 yaitu 22 proyek yang sudah ditender. Hal ini dapat terjadi karena proyek tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dan studi yang sudah dilakukan pihak yang berwenang atas proyek - proyek tersebut.
4.1.5 Kondisi KPBU di Indonesia Tahun 2020
Di tahun 2020 ini, sesuai Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.22/M.PPN/HK/02/2020 (tentang Penetapan Daftar Rencana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tahun 2020) dan Nomor KEP.61/M.PPN/HK/05/2020 (tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.22/M.PPN/HK/02/2020) terdapat 51 proyek PPP secara total.
Proyek tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori siap ditawarkan dan kategori dalam proses penyiapan. Dalam Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.22/M.PPN/HK/02/2020 terdapat 11 (sebelas) proyek siap ditawarkan dan 28 (dua puluh delapan) proyek dalam proses penyiapan. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.61/M.PPN/HK/05/2020 terdapat 3 (tiga) proyek siap ditawarkan dan 9 (sembilan) proyek dalam proses penyiapan.
22
Tabel 2.4 Daftar Rencana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tahun 2020 Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
KEP.22/M.PPN/HK/02/2020
Nomor
KEP.61/M.PPN/HK/05/2020 Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Kategori Siap Ditawarkan
11 Proyek
(Pelabuhan, Proving Ground, Jalan Tol, Sistem Transaksi
Jalan Tol, dan Sistem Penyediaan Air Mineral)
3 Proyek (Jalan Tol dan Sistem Penyediaan Air Minum
Regional) Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Kategori Dalam Proses Penyiapan
28 Proyek (Pembangunan Bandara, Pengembangan Pelabuhan, LRT, Pengembangan UPPKB, Preservasi Jalan Nasional, Jalan
Tol, dan yang lainnya)
9 Proyek
(Bendungan, Saluran Air, Jembatan, Sistem Penyediaan
Air Minum Regional, Alat Penerangan Jalan, dan Pengembangan Agrowisata) Sumber : Keputusan Menteri PPN/ Kepala Bappenas Nomor
KEP.22/M.PPN/HK/02/2020 dan Nomor KEP.61/M.PPN/HK/05/2020
4.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan acuan yang digunakan dalam penelitian serta dalam merancang kerangka pemikiran. Tabel 2.5 merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
(1) Challenges in Implementing Public Private Partnership (PPP) in Malaysia oleh Ismail dan Harris (2014)
Penelitian ini dilatar belakangi kondisi Malaysia yang sudah lama mengenal sistem PPP, sudah banyak proyek yang dilaksanakan, dan sudah banyak keuntungan yang dirasakan melalui pelaksanaan PPP. Namun dalam implementasi selama ini masih ada proyek yang tidak berjalan dengan lancar sesuai rencana.
23
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama adalah untuk menguji dan mengetahui pentingnya/ urgensitas faktor-faktor yang menghalangi keberhasilan penerapan PPP di Malaysia. Kedua adalah menyelidiki dan mengetahui perbedaan persepsi pemerintah dan perusahaan swasta tentang faktor yang menjadi hambatan tersebut. Pada penelitian ini data diperoleh melalui kuesioner dan kemudian dianalisis menggunakan aplikasi SPSS. Nilai rata-rata dan urutan rata-rata digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan faktor yang menjadi hambatan implementasi PPP di Malaysia. Untuk mengetahui perbedaan opini terkait tingkat kepentingan faktor yang menjadi hambatan implementasi PPP antara pemerintah dan perusahaan swasta, penelitian ini menggunakan analisis independen t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang menjadi tantangan yang paling sering dihadapi pemerintah dan perusahaan swasta dalam menerapkan PPP. Faktor pertama adalah kurangnya pedoman dan prosedur pemerintah tentang PPP. Faktor kedua adalah penundaan negosiasi yang berlangsung lama. Faktor ketiga adalah biaya yang dikenakan untuk pengguna langsung menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyek yang menggunakan sistem konvensional. Faktor keempat adalah terjadinya penundaan yang lama karena debat politik. Faktor kelima adalah kebingungan tentang tujuan dan kriteria evaluasi pemerintah. Kelima faktor tersebut merupakan lima faktor teratas hasil kuesioner dari sisi pemerintah dan perusahaan swasta. Sedangkan faktor lainnya yang digunakan dalam penelitian ini memiliki peringkat yang berbeda dari perspektif pemerintah dan perspektif perusahaan swasta.
(2) Public Private Partnership (PPP) Facilities Management for Healthcare Services in Malaysia : The Challenges of Implementation oleh Hashim et al (2016)
Penelitian ini dilatar belakangi kebutuhan akan manajemen fasilitas yang efisien. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manajemen fasilitas diberikan melalui metode PPP yang dipercaya dapat memperkuat peran manajemen fasilitas dalam mendukung bisnis utama organisasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menyelidiki tantangan yang berpengaruh dalam pelaksanaan manajemen fasilitas di bawah metode PPP untuk layanan kesehatan di Malaysia. Penelitian ini
24
memperoleh data melalui kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh praktisi PPP di Malaysia. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis reliabilitas dan metode deskriptif. Analisis reliabilitas digunakan untuk menguji secara statistik apakah variabel yang digunakan dalam penelitian dapat mencerminkan keseluruhan pengukuran. Analisis deskriptif digunakan untuk mengurutkan variabel penelitian sesuai tingkat kekritisannya atau tingkat kepentingannya.
Hasil dari penelitian ini adalah urutan variabel penelitian yang dikonfirmasi kepada responden. Urutan variabel dari perspektif pemerintah dan perspektif perusahaan swasta sangat berbeda. Hanya variabel yang menempati urutan 12 (dua belas) yang sama dari perspektif pemerintah maupun perspektif perusahaan swasta. Oleh karena itu, peneliti menggunakan rata-rata dari semua responden sebagai hasil utama penelitian ini. Variabel urutan pertama adalah model manajemen risiko PPP yang tidak memadai. Variabel urutan kedua adalah kesulitan dalam mencapai kesepakatan. Kedua variabel tersebut menempati urutan yang sama dari perspektif perusahaan swasta. Pada intinya, manajemen risiko dan pencapaian kesepakatan adalah dua hal yang menjadi tantangan yang paling memengaruhi implementasi PPP untuk layanan kesehatan di Malaysia.
(3) Constraints in Implementing Public Private Partnership (PPP) in Malaysia oleh Ismail dan Haris (2014)
Penelitian ini dilatar belakangi sistem PPP yang sudah sering digunakan dalam proyek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Malaysia. PPP bukanlah merupakan hal yang baru dikenal dan sudah banyak keuntungan yang dirasakan melalui pelaksanaannya. Namun, tentu saja masih ada kendala yang dapat menghalangi kesuksesan implementasi PPP. Penelitian ini memiliki dua tujuan.
Pertama adalah untuk menguji dan mengetahui tingkat kepentingan faktor-faktor yang menghalangi keberhasilan penerapan PPP di Malaysia. Kedua adalah menyelidiki dan mengetahui perbedaan persepsi pemerintah dan perusahaan swasta tentang faktor yang menjadi kendala tersebut. Pada penelitian ini data diperoleh melalui kuesioner dan kemudian dianalisis menggunakan aplikasi SPSS.
Nilai rata-rata dan urutan rata-rata digunakan untuk menentukan tingkat
25
kepentingan faktor yang menjadi kendala implementasi PPP di Malaysia. Untuk mengetahui perbedaan opini terkait tingkat kepentingan faktor yang menjadi kendala implementasi PPP antara pemerintah dan perusahaan swasta, penelitian ini menggunakan analisis independen t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang menjadi kendala yang paling sering dihadapi pemerintah dan perusahaan swasta dalam menerapkan PPP. Faktor pertama adalah kurangnya pedoman dan prosedur pemerintah tentang PPP. Faktor kedua adalah penundaan negosiasi yang berlangsung lama. Faktor ketiga adalah biaya yang dikenakan untuk pengguna langsung menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyek yang menggunakan sistem konvensional. Faktor keempat adalah terjadinya penundaan yang lama karena debat politik. Faktor kelima adalah kebingungan tentang tujuan dan kriteria evaluasi pemerintah. Kelima faktor tersebut merupakan lima faktor teratas hasil kuesioner dari sisi pemerintah dan perusahaan swasta. Faktor lainnya yang memiliki peringkat yang sama dari perspektif pemerintah dan perusahaan swasta adalah faktor yang berada diurutan 9, 13, dan 14. Selain faktor yang sudah disebutkan tersebut memiliki peringkat yang berbeda dari perspektif pemerintah dan perspektif perusahaan swasta.
(4) An Analysis of The Delivery Challenges Influencing Public Private Partnership in Housing Projects : The Case of Tanzania oleh Kavishe et al (2018)
Penelitian ini dilatar belakangi kondisi banyak negara di Afrika termasuk Tanzania yang belum memiliki kebijakan atau peraturan yang sesuai untuk mendukung pembangunan perumahan, sehingga secara tidak langsung sangat memengaruhi pertumbuhan perumahan. Penelitian ini memiliki dua tujuan.
Tujuan pertama yaitu untuk mengidentifikasi dan memberi peringkat tantangan yang memengaruhi PPP perumahan di Tanzania. Tujuan kedua yaitu untuk menyarankan solusi dalam bentuk sebuah model kerangka konseptual PPP yang akan mengatasi tantangan yang teridentifikasi dan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi PPP. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui survei kuesioner dan melakukan wawancara semi-struktur dengan beberapa
26
responden terpilih. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan tes parametric yaitu one-sample t-tests, tes deskriptif statistik, dan relative agreement index (RAI).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima tantangan dengan peringkat teratas yang memengaruhi implementasi PPP perumahan. Tantangan pertama adalah keterampilan dan pengetahuan PPP yang tidak memadai yang berakibat pada perencanaan dan pengaplikasian yang buruk. Tantangan kedua adalah dokumen kontrak dan tender yang buruk. Tantangan ketiga adalah manajemen proyek dan pengawasan (monitoring) yang tidak memadai oleh pihak pemerintah. Tantangan keempat adalah kerangka hukum yang tidak memadai.
Tantangan kelima adalah misinformasi tentang kapasitas keuangan mitra swasta yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan antar pihak yang terlibat. Informasi ini kemudian digunakan untuk membentuk kerangka kerja yang dapat mengatasi tantangan tersebut. Kerangka kerja tersebut disajikan di penelitian ini dalam bentuk gambar yang terdiri atas lima fase. Gambar tersebut kemudian diikuti dengan penjelasan lebih detail atas setiap fase yang tertera di gambar.
(5) Readiness Assessment of Public Private Partnerships (PPP) Adoption in Developing Countries : The Case of Tanzania oleh Chileshe dan Kavishe (2020)
Penelitian ini dilatar belakangi pentingnya penilaian kesiapan yang memungkinkan pemangku kepentingan dapat menilai kemampuan mereka dan kondisi atau situasi terkini untuk dapat menerapkan ide maupun sistem baru seperti PPP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menilai kesiapan praktisi PPP di Tanzania untuk mengadopsi atau menggunakan sistem PPP. Data di penelitian ini didapatkan melalui pengumpulan data secara kualitatif yaitu wawancara semi-struktur. Informasi yang diperoleh melalui wawancara tersebut kemudian diolah dengan menggunakan studi kelayakan yaitu innovation diffusion theory (IDT) untuk mengetahui kesiapan dan keputusan (menerima atau menolak untuk mengadopsi PPP) yang dapat dilakukan praktisi.
Pengolahan data menghasilkan beberapa poin yang perlu diperbaiki praktisi untuk siap mengadopsi sistem PPP. Poin pertama adalah kurangnya kesadaran
27
dalam penggunaan model kerangka kerja PPP selama studi kelayakan dan proses implementasi selanjutnya. Poin kedua adalah terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh praktisi PPP yang juga berakibat pada poin berikutnya. Poin ketiga adalah kapasitas pembangunan yang buruk yang berakibat pada tidak semua proyek dapat dikerjakan praktisi. Poin keempat adalah kurangnya keterlibatan para ahli selama proses studi kelayakan dan penilaian.
Poin kelima adalah tidak tepatnya proses pemilihan mitra swasta yang berakibat pada munculnya proposal yang tidak diminta (unsolicited proposals).
(6) Good Project Governance for Proper Risk Allocation in Public-Private Partnerships in Indonesia oleh Abednego dan Ogunlana (2006)
Penelitian ini dilatar belakangi persepsi berbeda yang dimiliki pihak-pihak yang terlibat dalam PPP tentang alokasi risiko yang tepat, yang berakibat munculnya perselisihan dan mengurangi peluang keberhasilan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi alokasi risiko yang tepat dari masing- masing pihak yang terlibat dan menggunakan informasi tersebut sebagai dasar untuk mengembangkan konsep good project governance. Konsep tersebut kemudian digunakan untuk mencapai alokasi risiko yang tepat dan akan meningkatkan kinerja proyek. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada pengguna akhir jalan tol untuk mengetahui persepsi sukses dari sudut pandang pengguna dan sesi wawancara dengan praktisi professional dan akademisi. Analisis kemudian dilakukan terkait tiga hal yaitu tata kelola proyek yang baik, alokasi risiko yang tepat, dan kinerja proyek yang lebih baik.
Hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang berisi tiga bagian yaitu kondisi aktual, risiko, dan saran. Bagian kondisi aktual terdiri atas bagaimana kondisi terkini, kapan atau pada tahap apa hal tersebut terjadi, dan siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Bagian risiko terdiri atas kategori risiko, detail penjelasan risiko, dan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat risiko. Bagian saran yang terdiri atas siapa yang dapat berkontribusi, kapan atau pada tahap apa kontribusi tersebut dilakukan, dan bagaimana pelaksanaan kontribusi tersebut. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa alokasi risiko
28
yang tepat hanya dapat dicapai jika mempertimbangkan jenis risiko (apa) yang akan dialokasikan, pihak mana yang harus menerima risiko (siapa), waktu pengalokasian risiko (kapan), dan penerapan strategi yang tepat untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi (bagaimana).
29
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
No. Penulis Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian
1. Ismail dan Harris (2014)
Menguji dan mengetahui pentingnya/
urgensitas faktor-faktor yang
menghalangi keberhasilan penerapan PPP di Malaysia
Menyelidiki dan mengetahui perbedaan persepsi pemerintah dan perusahaan swasta tentang faktor yang menjadi hambatan tersebut
Kuesioner, nilai rata- rata, urutan rata-rata, analisis independen t- test.
Terdapat lima faktor yang menjadi tantangan yang paling sering dihadapi yaitu kurangnya ped