• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKRIPSI FIKS PEANGANAN STUNTING DALAM MENURUNKAN STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN MERAUKE

N/A
N/A
Muhamad faik Fathur rohman

Academic year: 2024

Membagikan "SEKRIPSI FIKS PEANGANAN STUNTING DALAM MENURUNKAN STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN MERAUKE"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN PENANGANAN STUNTING DALAM UPAYA MENURUNKAN STATUS GIZI BURUK DI DISTRIK

TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Penulisan Skripsi Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

OLEH:

Muhamad Faik Fathur Rohman 2020-63-201-018

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

2024

(2)

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN PENANGANAN STUNTING DALAM UPAYA MENURUNKAN STATUS GIZI BURUK DI DISTRIK

TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Penulisan Skripsi Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

OLEH:

Muhamad Faik Fathur Rohman 2020-63-201-018

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

2024

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI KEBIJAKAN PENANGANAN STUNTING DALAM UPAYA MENURUNKAN STATUS GIZI BURUK DI DISTRIK TANAH MIRING

KABUPATEN MERAUKE

NAMA : Muhamad Faik Fathur Rohman

NPM : 2020-63-201-018

JURUSAN : Ilmu Administrasi Negara Menyetujui

Pembimbing

Dr. Alexander Phuk Tjilen, SE., M.Si NIP. 196301202021211001 Mengetahui dan Mengesahkan Dekan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr.Syahruddin, S.E,M.Si NIP.197807212005011011

Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Aenal Fuad Adam,S.Sos., M.A NIP.198512132019031012

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI KEBIJAKAN PENANGANAN STUNTING DALAM UPAYA MENURUNKAN STATUS GIZI BURUK DI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE

Disusun dan diajukan Oleh:

MUHAMAD FAIK FATHUR ROHMAN NPM: 2020-63-201-018

Telah dipertahankan deoan panitia ujian skripsi Pada hari: Senin. 5 Agustus 2024 Dan telah dinyatakan memenuhi syarat

MENYETUJUI Pembimbing

Dr. Alexander Phuk Tjilen, SE., M.Si NIP. 196301202021211001

TIM PENGUJI

1. Dr. Drs. Nur Jalal, M.si ...

2. Dr. Fitriani, S.Kom.,M.Si ...

3. Dr. Ransta Lekatompessy, S.IP., M.sc ...

4. Dr. Syahruddin, S.E.,M.Si ...

Mengetahui dan Mengesahkan Mengesahkan

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Mengetahui Ketua Jurusan

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Dr.

Syahruddin, S.E .,M.Si NIP.197807212005011011

Aenal Fuad Adam, S.Sos.,MA NIP. 198512132019031012

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhamad Faik Fathur Rohman NPM : 2020-63-201-018

Jurusan : Ilmu Adminitrasi Negara

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya kecuali, yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar Pustaka. Jika dikemudian hari diketahui dan dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan sebagian atau keseluruhan dari hasil karya orang lain. Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku atas perbuatan tersebut.

Merauke, 5 Agustus 2024 Yang menyatakan

Muhamad Faik Fathur Rohman 2020-63-201-018

(6)

ABSTRAK

Muhamad Faik Fathur Rohman (2020-63-201-018). Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Buruk Di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke. Dibimbing Oleh Alexander Phuk Tjilen.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Buruk Di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan, lokasi penelitian di Kantor Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknis analisis data menggunakan sumber menurut Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 14 informan. hasil penelitian mengenai Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Beruk Di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke masih belum optimal. Perlu adanya perbaikan regulasi lebih konferhensif dan kuat untuk menyelesaikan persoalan stunting, Faktor penghambat tersebut ialah seperti sumber daya manusia yang masih kurang maksimal di manfaatkan lalu kalaborasi atar sektor untuk penanganan permasalahan stunting di Distrik Tanah Miring belum optimal dan keterbatasan akses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat terkhususnya masyarakat lokal di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke kurang memadai sehingga mempengaruhi proses penanganan upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Kata Kunci: Evaluasi Kebijakan, Stunting, Status Gizi Buruk

(7)

ABSTRACT

Muhamad Faik Fathur Rohman (2020-63-201-018). Evaluation of Stunting Handling Policy in an Effort to Reduce Malnutrition Status in Tanah Miring District, Merauke Regency. Supervised by Alexander Phuk Tjilen.

This study aims to describe the Evaluation of Stunting Handling Policy in an Effort to Reduce Malnutrition Status in Tanah Miring District, Merauke Regency. This study was conducted for approximately 3 months, the research location was at the Tanah Miring District Office, Merauke Regency. The method used in this study is descriptive qualitative with data analysis techniques using sources according to Miles and Huberman, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The number of informants in this study was 14 informants. the results of the study regarding the Evaluation of Stunting Handling Policy in an Effort to Reduce the Nutritional Status of Macaques in Tanah Miring District, Merauke Regency are still not optimal. There needs to be a more comprehensive and strong regulatory improvement to solve the problem of stunting, the inhibiting factors are such as human resources that are still not optimally utilized, then collaboration between sectors to handle stunting problems in Tanah Miring District has not been optimal and limited access to health services for the community, especially local communities in Tanah Miring District, Merauke Regency is inadequate so that it affects the process of handling efforts to reduce malnutrition status in Tanah Miring District, Merauke Regency.

Keywords: Policy Evaluation, Stunting, Malnutrition Status

(8)

MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

“Orang Lain Membencimu Karena Kejujuranmu, Lebih Baik Daripada Orang Lain Mencintaimu Karena Kemunafikanmu”

( IBNU KHALDUN ) HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala Puji dan Syukur penulis curahkan Kepada Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan, kecerdasan dan memudahkan serta melancarkan segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Kepada Orang Tua Tercinta Bapak Edi Suryono, Bpk. dan Ibu Siti Mualipah, yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi dan kasih sayangnya.

2. Kepada saudara saya, kedua Adik saya Muhamad Riski Ramadhan dan Dwi Adi Saputra

3. Kepada kekasih saya Bella Nur Anggesta S.E yang telah banyak berkontribusi, mendukung, memotivasi dan membantu dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi

4. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Arsila Khoirunnisa, Ihfahnur Intan Zulkarnain, Novita kota Romalos, Bone Fasiuspancunda, Aldy J. Parman, dan Eca Nurma Aprilia yang telah memotivasi, mendukung dan membantu selama penyusunan skripsi

7. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2020

8. Almamater Tercinta Universitas Musamus

(9)

KATA PENGANTAR

Pada tempatnya yang pertama dan utama di hati ini, penulis panjatkan puji d an rasa syukur kepada TUHAN yang maha Esa. Berkat rahmat dan karunia-Nya, p enulis dapat menyelesaikan tugas penulisan proposal yang berjudul: “Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Buruk Di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke”.

Kelancaran proses penulisan Skripsi ini berkat bimbingan, arahan, dan petunjuk serta kerja sama dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih serta pengharg aan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan pula kepada yang terhormat:

1. Dr. Drs. Beatus Tambaip, M.A. selaku Rektor Universitas Musamus.

2. Dr. Syahruddin, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli tik

3. Vinsenco R Serano, S.Sos., MPA selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Aenal Fuad Adam, M.A. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara 5. David Laiyan, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Negara

6. Dr. Drs. Alexander Phuk Tjilen, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang te lah banyak memberikan masukan, saran dan kesabaran dalam proses p enyusunan mulai proposal sampai saat ini.

7. Serta Bapak dan Ibu Dosen dan staff pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu P olitik yang telah memberikan pengarahan dan bantuan selama ini.

8. Kepada segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan terbatas ini. Mudah-mudahan segala amalan mereka diterima disisi Allah sebagai manifestasi ibadah kepada-Nya. Amiin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih banyak ke kurangannya. Untuk itulah, kritik yang sifatnya mendidik, mendukung yang membangun, senantiasa penulis terima guna penyempurnaan proposal ini. Dan semoga proposal ini dapat berguna bagi kita semua

Merauke, 26 Febuari 2024

Muhamad Faik Fathur Rohman

\

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan penelitian...6

D. Manfaat Penelitian... 6

LANDASAN TEORI...9

A. Konsep Kebijakan...9

B. Defenisi Stunting...15

C. Definisi Status Gizi...21

D. Penelitian Terdahulu... 27

E. Kerangka Pikir...30

BAB III METODE PENELITIAN...32

A. Jenis dan Tipe Penelitian...32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...33

(11)

C. Informan... 33

D. Jenis dan Sumber Data...34

E. Teknik Pengumpulan Data...34

F. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV PEMBAHASAN...38

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...38

B. Topologi Informen...41

C. Hasil Penelitian...49

D. Pembahasan...49

BAB V PENUTUP...92

A. Kesimpulan... 92

B. Saran...95

DAFTAR PUSTAKA...96

DAFTAR LAMPIRAN... 100

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Prevelensi Angka Stunting Kabupaten Merauke……… 4

Tabel 2. Penelitian Terdahulu ...27

Tabel 3. Informan Penelitian...33

Tabel 4 Luas wilayah kampung Distrik Tanah Miring...39

Tabel 5 jumlah angka stuing Distrik Tanah Miring...81

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir……….……….... 25 Gambar 2 Struktur Organisasi……….. 34

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara 98

Lampiran 2 Matriks Hasil Wawancara 100

Lampiran 3 Surat Penelitian 124

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian 125

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian 126

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan gizi merupakan hal yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian segera di Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara dengan permasalahan pangan terbesar. Menurut beberapa penelitian, kerawanan pangan di Indonesia terus meningkat, tidak sebanding dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Salah satu permasalahan gizi di Indonesia yang terus menjadi permasalahan adalah stunting (Sugianto, 2021).

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mencegah dan menanggulangi stunting, baik yang bersifat spesifik maupun sensitif. Beberapa contoh kebijakan dan program tersebut adalah Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (GN-PPG), Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Program Percepatan Penurunan Stunting (P3S), dan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Namun, implementasi dan evaluasi kebijakan dan program tersebut masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, seperti keterbatasan anggaran, koordinasi, partisipasi, dan pemantauan.

Stunting adalah suatu keadaan dimana seorang anak mengalami gangguan tumbuh kembang, dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya sebagai akibat dari masalah gizi kronis atau kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama (Susilawati et al., 2024).

(16)

Umumnya karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia masih tinggi dan belum menunjukkan perbaikan signifikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus tertinggi di Asia. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen. Sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen (Sugianto, 2021).

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 37,2%, dan pada tahun 2018, angka tersebut berhasil diturunkan menjadi 30,8% (Riskesdas 2018). Kementerian Kesehatan RI berharap angka stunting dapat terus turun 3 persen setiap tahun, sehingga target 19%

pada tahun 2024 dapat tercapai (Litbangkes, 2019). Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4% pada tahun 2021 telah mengalami penurunan dari tahun 2018 sebesar 30,8% 3 . Namun angka tersebut masih tergolong tinggi dibandingkan prevalensi stunting dunia (21,7%) 4 . Pandemi Covid- 19 berdampak signifikan pada peningkatan kejadian anak stunting di Indonesia, dimana 31,4% anak usia 0 bulan hingga 12 tahun terkena dampaknya (Nurahadiyatika & Himmawan, 2022).

Pada tahun 2020, intervensi pencegahan dan pengendalian terkait rawan pangan, akses layanan kesehatan, program perlindungan sosial, pendidikan, dan lingkungan rumah tangga yang aman dan sehat telah

(17)

dilaksanakan dalam penelitian Akseer et al (2020). Namun program pencegahan dan penanggulangan kejadian stunting di masa pandemi Covid- 19 masih perlu dilakukan peninjauan dan evaluasi kembali guna dapat mengoptimalisasikan upaya penurunan angka kejadian stunting (Nurahadiyatika & Himmawan, 2022).

Regulasi kebijakan yang di ambil dalam penanganan stunting sudah dilakukan beberapa kebijakan dari pemerintah pusat hingga turun ke tingkat pemerintah kampung Peraturan Bupati Merauke Nomor 76 Tahun 2020, Tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Stunting di Kabupaten Merauke, kebijakan yang direncanakan sebagai landasan program –program penanganan stunting.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevelensi balita stunting Kabupaten Merauke adalah 28,30% dari data E- PPGBM tahun 2021 sebesar 17,4% dengan upaya Percepatan Penurunan Stunting yang dilakukan Tim Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Merauke maka berdasarkan SSGI tahun 2022 prevelensi stunting di Kabupaten Merauke mengalami penurunan sebesar 4,6% sehingga menjadi 23.70% dan data E-PPGBM tahun 2022 prevelensi balita stunting turun sebesar 0,8% sehingga menjadi 16,60%. Untuk target capaian penurunan stunting tahun 2023 ditetapkan sebesar 5% menjadi 18,7% dan pada akhir tahun 2024 diharapkan Kabupaten Merauke dapat memenuhi target Nasional penurunan stunting sebesar 14% (Maya, 2022).

(18)

TABEL 1 Prevalensi Status Gizi Di Distrik Kabupaten Merauke

NO PUSKESMAS

KABUPATEN MERAUKE

JUMLAH STUNTING

2022 2023 2024

1 Kimaam 9 17 20

2 Waan 124 66 68

3 Tabonji 95 36 1

4 Ilwayab 133 43 24

5 Okaba 33 30 31

6 Tubang 63 37 11

7 Ngguti 12 3 1

8 Kaptel 50 29 19

9 Kurik 91 59 7

10 Kumbe 130 105 61

11 Wayau 32 32 41

12 Mopah baru 120 138 120

13 Karang indah 69 96 66

14 Samkai 196 88 35

15 Kelapa lima 101 88 37

16 Rimba jaya 113 98 74

17 Gudang arang 116 89 51

18 Kuprik 104 85 80

19 Tanah miring 247 161 152

20 Jagebob 59 45 40

21 Sota 16 15 9

22 Naukenjerai 34 17 6

23 Muting 110 70 61

24 Bupul 61 51 37

25 Ulilin 55 49 40

TOTAL 2.173 1.547 1.092

Sumber : Olah Data Stunting Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke Pada tabel diatas dijelaskan prevelensi angka stunting dari tahun 2022 hingga 2024 Distrik Kimaam memiliki angka stunting terendah dengan angka 9 pada tahun 2022 sedangkan Distrik Ngguti memiliki angka stunting terendah dengan angka 3 pada tahun 2023 lalu Distrik Tamboji dan Ngguti memiliki angka stunting terendah dengan angka 1 pada tahun 2024

(19)

sedangkan prevelensi angka stunting tertinggi dari 3 tahun terakhir terdapat pada Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke dengan angka 247 pada tahun 2022, 161 pada tahun 2023, 152 pada tahun 2024, maka dari itu peneliti memfokuskan penelitianya pada Distrik Tanah Merah untuk mengevaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi.

Dalam konteks Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke, Evaluasi kebijakan penanganan stunting bukanlah hal yang mudah, mengingat tantangan geografis, sosial, dan ekonomi yang dihadapi. Namun, dengan kerja sama yang kuat antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat, diharapkan bahwa program ini dapat menjadi langkah penting dalam mengatasi masalah gizi buruk dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Kabupaten Merauke. Artinya, upaya ini bukan hanya berfokus pada penyembuhan, tetapi juga pada pencegahan agar masalah gizi buruk dapat diatasi secara berkelanjutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Kabupaten Merauke.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang efektivitas, relevansi, efisiensi, dampak, dan keberlanjutan kebijakan dan program yang telah dilaksanakan, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas kebijakan dan program di masa mendatang.Dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut dan masih tingginya kasus stunting di Kabupaten Merauke, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(20)

lebih mendalam terkait dengan “Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Buruk Di Diatrik Tanah Miring Kabupaten Merauke”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti merumusakan masalah dalam penulisan peneliti Bagaimana evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan dalam tujuan penelitian ini peneliti bertujuan untuk Mendeskripsikan bagaimana rekomendasi perbaikan kebijakan penanganan stunting untuk upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Diketahuinya temuan dan kualitas dari hasil penelitian sebelumnya terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

(21)

b. Manfaat Praktis Bagi Peneliti Lain:

Memberikan informasi dari peneltian sebelumnya terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Menjadi bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Bagi Universitas Musamus Merauke :

Menjadi tambahan referensi terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Menjadi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Bagi Pemerintah

Untuk bahan evaluasi terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

(22)

Menjadi dasar untuk menentukan evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Bagi Masyarakat

Menambah informasi terkait evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Mampu meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki perilaku masyarakat dalam upaya evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Kebijakan 1. Konsep Kebijakan

Sebelum membahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu mengkaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris disebut dengan istilah policy. Dalam kamus besar bahsa indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencanan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintah, organisasi,dsb):

pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Menurut Dye (2019), kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dalam perspektif ini, kebijakan publik mencakup keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dye menekankan bahwa kebijakan publik tidak hanya mencakup tindakan-tindakan yang eksplisit, tetapi juga ketidakaktifan pemerintah dalam menghadapi isu-isu tertentu (Zamrodah, 2016).

Menurut Anderson kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Proses ini juga

(24)

melibatkan analisis yang mendalam dan penggunaan data empiris untuk mendukung pengambilan keputusan (Fatmariyanti & Fauzi, 2023).

Menurut Dunn (2021), analisis kebijakan adalah kegiatan yang melibatkan penilaian sistematis terhadap berbagai alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah publik. Dunn menekankan pentingnya menggunakan pendekatan multidisipliner dalam analisis kebijakan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Analisis ini mencakup identifikasi masalah, evaluasi dampak dari berbagai alternatif, dan rekomendasi kebijakan terbaik (Fatmariyanti & Fauzi, 2023).

Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008:146-147) mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini 11 mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan (GFallis, 2013).

Dalam bahasa yang lebih singkat Jones dalam Winarno mengartikan evaluasi adalah “Kegiatan yang bertujuan untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan”. Serta secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai

“Kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang menyangkut substansi, implementasi, dan dampak”. Hal ini berarti bahwa

(25)

proses evaluasi tidah hanya dapat dilakukan pada tahapan akhir saja, melainkan keseluruhan dari proses kebijakan dapat dievaluasi (Efriandi, 2010).

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya pemecahan masalah, dimana output yang dihasilkan akan memiliki dampak yang dirasakan masyarakat.

2. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Menurut David Weimer dan Aidan R. Vining pada tahun 2017, evaluasi kebijakan adalah proses sistematis untuk menilai dan membandingkan efektivitas, efisiensi, dan dampak dari suatu kebijakan publik. Mereka menekankan bahwa evaluasi ini membantu dalam menentukan apakah suatu kebijakan telah mencapai tujuannya dan bagaimana penggunaan sumber daya publiknya.

Pada tahun 2018, John Mayne memperkuat gagasan ini dengan mengatakan bahwa evaluasi kebijakan juga melibatkan analisis terhadap proses kebijakan itu sendiri, termasuk pembuatan keputusan, implementasi, dan dampaknya terhadap berbagai kelompok masyarakat. Menurutnya, evaluasi yang baik harus memperhitungkan perspektif multiple stakeholders.

Tahun 2019, Catherine M. Weaver menggaris bawahi pentingnya dimensi politik dalam evaluasi kebijakan. Menurutnya, proses evaluasi harus memperhitungkan dinamika politik yang mempengaruhi pembuatan

(26)

kebijakan, termasuk kepentingan politik, kekuasaan, dan ideologi yang mendasarinya.

Pada tahun 2020, Michael Quinn Patton menyoroti pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam evaluasi kebijakan. Menurutnya, evaluasi harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan konteks dan tujuan kebijakan, serta memperhitungkan kompleksitas dalam implementasinya.

Terakhir, pada tahun 2021, Carol H. Weiss mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan bukanlah sekadar alat untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana dan mengapa kebijakan bekerja atau tidak bekerja. Weiss menekankan pentingnya menggunakan temuan evaluasi untuk pembelajaran dan perbaikan kebijakan di masa mendatang.

3. Tujuan Evaluasi Kebijakan

Pada tahun 2020, Michael Quinn Patton menegaskan bahwa salah satu tujuan utama evaluasi kebijakan adalah untuk meningkatkan akuntabilitas. Evaluasi memberikan wadah untuk mengevaluasi apakah kebijakan publik telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan apakah penggunaan sumber daya telah efisien dan efektif (Fauzan, 2024).

(27)

Di tahun 2018, Carolyn J. Hill dan Laurence E. Lynn Jr. menyoroti tujuan evaluasi kebijakan untuk memperbaiki pembuatan kebijakan di masa mendatang. Evaluasi memberikan pembelajaran berharga tentang keberhasilan dan kegagalan kebijakan sebelumnya, membantu pembuat kebijakan untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan..

4. Fungsi Evaluasi Kebijakan

Evaluasi memiliki sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.

evaluasi memberikan informasi yang valid dan bisa dipercaya berhubungan dengan kinerja kebijakan, yaitu seberapa bermakna suatu kebutuhan, nilai dan kesempatan telah diwujudkan melalui tindakan publik. Dalam hal ini evaluasi mengungkapkan tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) serta target tertentu yang telah dicapai.

evaluasi memberikan kontribusi pada klarifikasi serta kritik terhadap nilai yang diperjelas dengan cara mendefinisikan serta mengoperasionalkan tujuan dan target. Nilai juga mendapat kritik dengan cara mempertanyakan secara sistematis terhadap kepantasan suatu tujuan dan target dalam hubungannya dengan permasalahan yang diharapkan (GOOD, 2015a).

5. Indikator Evaluasi Kebijakan

Dalam menilai kebijakan, perlu ditentukan melalui sejumlah indikator guna menilai hasil kebijakan secara keseluruhan. Menurut Dunn (2014), terdapat enam indikator evaluasi kebijakan yaitu Effectiveness,

(28)

Efficiency, Adequacy, Equality, Responsiveness, dan Appropriateness. Enam indikator evaluasi kebijakan menurut Dunn dijelaskan kembali oleh (Winarno, 2002) sebagai berikut:

1) Efektivitas berarti keberhasilan tujuan telah tercapai. Efektivitas juga selalu dikaitkan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan, dan hasil kenyataan. Dapat disimpulkan bahwa tercapainya tujuan pelaksanaan kegiatan jika dapat mengatasi masalah maka dapat dikatakan kebijakan berhasil, namun apabila suatu kebijakan tidak dapat mengatasi masalah tersebut maka kebijakan tersebut gagal. Efektivitas suatu kebijakan tidak dapat dilihat dalam jangka pendek.

2) Efisiensi berkaitan dengan jumlah upaya yang dilakukan untuk mencapai tingkat efektivitas tertentu, umumnya diukur dari segi biaya. Apabila tujuan kebijakan publik lebih mahal daripada hasil kebijakan tersebut, maka dapat dikatakan kebijakan tersebut tidak efisien.

3) Kecukupan dalam suatu kebijakan publik diukur dari sejauh mana tingkat efektivitas dapat memenuhi kebutuhan nilai atau peluang dalam suatu masalah. Artinya, sebelum suatu kebijakan disahkan, perlu dilakukan analisis kesesuaian metode dengan tujuan yang ingin dicapai.

4) Perataan memiliki arti keadilan yang diberikan atau diperoleh dari kebijakan publik. Implementasi kebijakan publik harus bersifat fair di semua sektor, dan lapisan masyarakat dapat merasakan hasil dari kebijakan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(29)

5) Responsivitas/Responsiveness diartikan sebagai respon komunitas terhadap suatu kegiatan. Hal ini terkait sejauh mana kebijakan tersebut dapat memenuhi kebutuhan acuan atau nilai-nilai kelompok masyarakat.

Keberhasilan kebijakan tersebut terlihat dari respon masyarakat terhadap kebijakan tersebut dengan syarat masyarakat sudah memiliki prediksi atas kebijakan yang dilaksanakan. Responsiveness merupakan gambaran dari empat indikator evaluasi kebijakan sebelumnya berupa dukungan atau penolakan suatu kebijakan.

6) Kesesuaian mengacu pada nilai atau harga tujuan program, dan asumsi yang mendasari tujuan tersebut. Indikator ini dikaitkan dengan rasionalitas substantif karena menyangkut tujuan, bukan metode, atau instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Kesesuaian juga mengacu pada nilai atau harga tujuan kebijakan untuk pernyataan yang mendasari tujuan tersebut (Dewi & Al-Hamdi, 2021).

B. Defenisi Stunting 1. Pengertian Stunting

Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Depkes, 2017). Menurut WHO Child Growth Standart, stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur

(30)

(PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD. Kualitas anak yang baik dapat diperoleh dari terpenuhinya kebutuhan aspek pertumbuhan dan perkembangan sehingga tercapainya masa depan yang optimal (Pujiati, 2021).

2. Penyebab Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolisme serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunting (Arifin, 2022).

(31)

Gizi buruk kronis stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebutsaling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :

1.Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).

2.Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), 3.Riwayat penyakit

.

3. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah.

Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivityhypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek

(32)

estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen, Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro (Maywita & Putri, 2019).

4. Upaya Pencegahan Stunting

Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting diantaranya sebagai berikut

(33)

1. Ibu Hamil dan Bersalin 1. Intervensi pada 1000 HPK

2. Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu 3. Meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan

4. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi, kalori, protein dan mikronutrien (TKPM).

2. Balita

1. Pemantauan pertumbuhan balita

2. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita

3. Menyelenggarakan stimulus dini perkembangan anak 4. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Anak Usia Sekolah

1. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 2. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS

3. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) 4. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan

narkoba.

4. Remaja

Penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengkonsumsi narkoba; dan Pendidikan kesehatan reproduksi.

(34)

5. Dewasa

1. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencara (KB) 2. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)

3. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/ mengonsumsi narkoba (Kemenkes RI, 2018).

5. Penaggulangan Stunting

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi. Bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu dilakukan upaya perbaikan gizi perorangan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan gizi.

Gizi buruk adalah satu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Selain akibat kurang konsumsi jenis makanan bernutrisi seimbang, gizi buruk pada anak juga bisa disebabkan oleh penyakit penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan pencernaan atau gangguan penyerapan zat makanan yang penting untuk tubuh.

Status gizi anak sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang nya. Pada anak yang memiliki status gizi buruk biasanya akan terganggu nya pertumbuhan tubuh secara fisik contohnya anak akan beresiko tumbuh kecil (kerdil). Kemudian dalam perkembangan mental

(35)

anak beresiko mengalami gangguan kontrol emosi dan perasaan. Disekolah anak tersebut akan sulit mengikuti pelajaran dan sulit untuk berkonsentrasi.

Upaya penanggulangan Gizi buruk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pencegahan dan penanganan. Pencegahan yang dimaksudkan seperti adanya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi. SKPG adalah sistem informasi yang dapat digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi masyarakat. Sedangkan Penanganan gizi buruk dimulai dari tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan.

C. Definisi Status Gizi a. Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Khairina, 2008). Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Pengertian lain menyebutkan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan (Setiamy & Deliani, 2019).

(36)

Status gizi berdasarkan IMT/U dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu status gizi buruk, gizi kurang, gizi normal, gizi lebih dan obesitas. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan seseorang. Status gizi buruk dan gizi kurang merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya dibawah rata-rata .(Alamsyah et al., 2017) Status gizi lebih dan obesitas merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan .

b. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan tidak langsung (Andriani, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung antara lain asupan dan penyakit infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi secara tidak langsung antara lain sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan gizi, pola asuh orang tua, pola makan keluarga, lingkungan sekolah, teman bermain dan uang saku.

1. faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi secara tidak langsung a) Sosial Ekonomi Keluarga

Faktor sosial ekonomi khususnya pendapatan yang kurang (kemiskinan) merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi gizi anak.

Status sosial ekonomi berperan penting dalam pemenuhan gizi dan

(37)

masalah gizi (Rorong, 2019). Anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung rentan terhadap masalah gizi. Hal ini berkaitan dengan faktor ketersediaaan makanan, keterbatasan akses makanan, pendidikan yang kurang dari orang tua, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi.

b) Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orangtua memberikan kontribusi secara tidak langsung terkait status gizi anak. Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang memadai serta memahami gizi pasti akan lebih memperhatikan asupan makanan yang akan diberikan kepada anak, karena orang tua ingin tumbuh kembang anak bisa maksimal dan tidak mengalami kekurangan gizi yang sangat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak (Estu

& Wahyuni, 2018). Terutama pendidikan seorang ibu menurut Pahlevi 2012 faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga akan mempengaruhi status gizi anak (Andriani, 2012).

c) Pengetahuan Gizi Orang Tua

Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi sangat mempengaruhi terhadap perilaku dan sikap dalam memilih makanan untuk anaknya (Wulandari et al., 2019). Terutama pengetahuan seorang ibu tentang gizi, secara tidak langsung akan menentukan status gizi anak. Hal ini dikarenakan ibu yang menjadi penanggung jawab dalam keluarga tentang pemberian makan keluarga, terutama anak (Sahdhina et al., 2024). Ibu

(38)

dengan pengetahuan gizi yang baik akan mampu menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pengetahuan gizi yang rendah secara tidak langsung dapat menimbulkan persepsi yang salah terhadap jenis-jenis makanan tertentu sehingga menyebabkan salah dalam pemberian makan atau anak tidak mau mengonsumsi makanan.

d) Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pola asuh orangtua secara tidak langsung akan mempengaruhi status gizi anak. Menurut Putri (2019), pola asuh memegang peranan penting dalam terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Anak yang memiliki pengasuhan yang baik dari orangtuanya berkemungkinan akan memiliki status kesehatan yang baik dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki pola asuh yang baik. Pola asuh merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesehatan dan status gizi pada anak. Pola asuh orang tua yang diterapkan ke anak akan mempengaruhi pola makan dalam keluarga (Arumsih, 2023).

e) Pola Makan Keluarga

Menurut Lani (2017), pola makan keluarga merupakan cerminan kebiasaan makan dalam sebuah keluarga. Baiknya pola makan keluarga dapat ditunjukkan dengan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan hidangan, lengkap tidaknya susunan makanan keluarga banyak bergantung pada kemampuan keluarga untuk menyusun makanan,

(39)

kemampuan untuk mendapat bahan makanan, adat kebiasaan dan pengetahuan dalam menyusun makanannya (Asmin et al., 2021). Sebuah penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa perilaku makan yang biasa diterapkan oleh ibu berpengaruh positif dan signifikan dengan status gizi anak (Laga Nur et al., 2021).

f) Teman Bermain

Pengaruh teman bermain atau sebaya meningkat seiring bertambahnya usia dan memengaruhi sikap dan pemilihan makanan.

Pengaruh teman sebaya sangat besar karena anak usia sekolah lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya. Anak-anak cenderung memilih makanan berdasarkan pilihan makanan temannya atau mengikuti makanan yang dipilih temannya (Anggiruling et al., 2019). Anak seringkali secara tiba-tiba meminta suatu jenis makanan jajanan baru atau menolak makanan jajanan pilihan mereka terdahulu, akibat rekomendasi dari teman-teman sebayanya (Rahmawati, 2022).

g) Lingkungan Sokolah

Lingkungan sekolah terutama kantin merupakan tempat yang sangat berkontribusi dalam menyediakan variasi jajan bagi anak. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang menjadi perhatian masyarakat, terutama orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Hal ini dikarenakan makanan jajanan yang berada di sekolah berpengaruh terhadap status gizi karena berisiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang mengganggu

(40)

kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Kasmad &

Mutmainnah, 2023).

h) Uang Saku

Besar uang saku yang dimiliki anak sekolah menentukan daya beli terhadap makanan selama anak tersebut berada di luar rumah (Cahyaning, Rizky, 2019). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin besar uang saku yang diberikan maka frekuensi jajan akan semakin sering dan semakin tinggi uang saku untuk membeli jajanan maka jumlah jenis jajanan yang dibeli akan semakin banyak (Anzarkusuma et al., 2015).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Secara Langsung a) Infeksi

Menurut Lani (2017), status gizi dan infeksi merupakan interaksi bolak-balik. Adanya infeksi dikaitkan dengan kecukupan asupan pada anak. Infeksi dapat mengakibatkan terjadinya status gizi kurang melalui berbagai mekanisme. Pengaruh besarnya penyakit infeksi terhadap status gizi anak tergantung pada besarnya dampak yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi tersebut. Adanya penyakit infeksi maka kondisi kesehatan anak menurun sehingga berdampak pada nafsu makan dan akan mengurangi jumlah asupan makanannya, sehingga kurangnya zat gizi yang masuk kedalam tubuh (Erika et al., 2020).

(41)

b) Asupan

Makanan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia dan sumber energi utama yang digunakan untuk menunjang kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi anak usia sekolah. Asupan energi yang kurang dari kebutuhan akan menyebabkan status gizi menurun dimana keadaan ini akan mempermudah anak untuk terinfeksi penyakit, selain itu dalam jangka waktu lama akan menghambat pertumbuhan, bahkan mengurangi cadangan energi dalam tubuh hingga terjadi keadaan gizi kurang maupun buruk. Hal ini berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, mempunyai badan lebih pendek, mengalami gangguan perkembangan mental dan kecerdasan terhambat (Unique, 2016).

D. Penelitian Terdahulu

Tabel 2 penelitian terdahulu No Judul, Nama, dan

Tahun

Tujuan Metode Hasil

1 Evaluasi Kebijakan Pencegahan

Stunting di Nagari Pulakek Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan Dian Permata Sari, Rahmadani Yusran ( 2022 )

Penelitian n ini

bertujuan untuk mengevalu asi kebijakan pencegahan stunting di Nagari Pulakek Koto Baru, Kecamatan

penelitian ini

ditetapkan menggunaka n teknik purposive sampling.

Teknik pengambilan data

penelitian dilakukan dengan cara

hasil

penelitian menemukan bahwa pelaksanaan kebijakan pencegahan stunting di Nagari Pulakek Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan belum optimal

dilaksanakan karena belum optimalnya pelaksanaan teknis surveilans gizi di

(42)

Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan.

wawancara, studi

dokumentasi dilapangan serta melakukan tahap reduksi data untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang akurat dari data yang telah dikumpulkan .

Posyandu

dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan pemahaman ibu balita mengenai pentingnya memberikan pola asuh yang baik dan benar, Rendahnya tingkat partisipasi

masyarakat

dalam mengikuti kegiatan di posyandu.

2 Evaluasi Kebijakan Pencegahan

Stunting di

Kabupaten Asmat Provinsi

Papua Selatan

Heni Voni Rerey ,Masrif

,Martina Mogan ,Sri Wahyuni ( 2023 )

Untuk evaluasi kebijakan penaganga nan

stunting di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi

Hambatan terlaksananya kebijakan pencegahan stunting dari sisi input adalah SDM masih kurang dan Puskesmas yang aksesnya jauh dari Dinas Kesehatan tidak dapat melaksanakan program 1000 HPK, Belum diberikan obat-obatan kalsium dosis tinggi dan Vitamin D serta AA dan DHA.

3 Evaluasi Pelaksanan

Program Gizi Yang Berkaitan Dengan Kejadian Stunting (Tubuh Pendek)

Di Kabupaten

Indramayu Tahun2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

mengevalu asi proses pelaksanaa

Metode yang digunakan

yaitu penelitian kualitatif dengan melihat aspek

Process yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembuatan perencanaan didasarkan

cakupan, pemantauan dan evaluasi lalu dibuatkan RKA dan DPA.

Pengkordinasian dengan lintas sektor

(43)

Riezka Diana Putri ,Muhamad Fauzi,Depi

Yulyanti ( 2017 )

n program gizi

yang terkait dengan kejadian stunting (Tubuh Pendek)di Kabupaten Indramayu.

meliputiPlan ning,

Organizing, Actuating

dan Controlling (POAC).

dan lintas program.

Pelaksanaan penanganan stunting berupa kegiatan Bulan penimbangan balita, pemberian Vit.A, Fe, PMT, MP-ASI. Pengawasan diadakan pada saat rapat, dilakukan setiap triwulan, dan

setahun sekali. Simpulan dalam penelitian ini dilihat dari pelaksanaan yang berupa aspek (POAC) masih

kurang maksimal dan belum spesifik.

4 Program

Pencegahan

Stunting Di

Indonesia :A Systematyc Review

Rahmi Fitri J1*, Najla

Huljannah2, Thinni Nurul Rochmah1( 2022)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidenti fi kasi program pencegahan stunting di Indonesia.

Penelitian ini menggunaka n metode systematic review yang disusun

berdasarkan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and MetaAnalyze s (PRISMA).

Hasil telaah dari 15 artikel didapatkan pencegahan stunting yang efektif dapat dilakukan dengan

cara pemberian edukasi gizi

pada pihak yang

berpengaruh (kader, ibu balita, ibu hamil dan calon ibu), pembentukan

kelompok belajar untuk ibu balita, dan pemberian makanan tambahan untuk balita

5 Evaluasi Penanganan Stunting Melalui Dana Desa Di Masa Pandemi Covid-19 Dengan

MetodeSistematik

Review Retno

Dewi Anggraeni1*

, Ani Margawati2

, Nurjazuli3

(2021)

Penelitian bertujuan untuk mengevalua si

penaganan stunting melalui dana desa di masa pandemi covid -19 dengan metode

Metode yang digunakan sistematik review dengan mengumpulk an artikel – artikel menggunaka n beberapa sumber

pencairan jurnal melalui

Hasil studi menunjukan bahwa pemanfaaatan dana desa sudah mulai

diaplikasikan, namun masih perlu disosialisasikan

prioritas pemanfaatannya untuk kegiatan penanganan stunting. Upaya pemerintah dalam

penaganan stunting tertuang dalam rencana kerja Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal &

(44)

sistematik review

google scholar dan science direct dari tahun 2016- 2021 dari 20 penelitian berbeda dengan kata kunci

penanganan stunting.

Transmigrasi untuk

mewujudkan aksi

Sustainable Development Goals (SDGs)

dengan pemanfaatan dana desa.

E. Kerangka Pikir

Di bawah ini merupakan kerangka teori yang telah dibuat peneliti yang bertujuan untuk mempermudah unsur-unsur yang akan diteliti oleh peneliti. Disini peneliti ingin tahu bagaimana Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Buruk Di Kabupaten Merauke. Setelah peneliti melakukan penelitian dengan mendapatkan data dari informan, peneliti akan mengkaji lebih lanjut. Berikut merupakan kerangka pikir yang dibuat oleh peneliti

(45)

Evaluasi Kebijakan penanganan stunting Peraturan Bupati Merauke Nomor 76 Tahun 2020, Tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan

Stunting di Kabupaten Merauke.

Gambar 1 kerangka pikir

Keterangan Kerangka Pikir Penelitian

Evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke. Peneliti akan menjelaskan Bagaimana evaluasi kebijakan penanganan stunting dalam mempengaruhi penanggulangan stunting untuk upaya menurunkan status gizi buruk di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

Evaluasi Kebijakan:

 Efektifitas

 Efisiensi

 Kecukupan

 Perataan

 Responsivitas

 Kesesuaian

Wiliam Dunn oleh Winarno (2002)

Rekomendasi Perbaikan kebijakan Menurunkan Status Gizi Buruk

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif yang dilakukan pada penelitian ini, menurut Sugiyono (2011) penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci.

Menurut Moleong (2008) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Saryono (2010) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

(47)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Menurut Nasution (2003) lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat di observasi.

Peneliti melakukan observasi penelitian berlokasi di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke untuk estimasi waktu penelitian ini di mulai dari tanggal 04 maret 2024 samapai dengan bulan agustus 2024.

C. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang betul-betul memahami maupun yang bersangkutan secara langsung dalam permasalahan penelitian.

Informan perlu memilki pengalaman terkait dengan permasalahan penelitian ini, dan juga menyampaikan pandangannya terhadap nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut.

TABEL 3 Informan Penelitian

No Keterangan Informan Jumlah

1 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke 1 Orang 2 Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional Kabupaten Merauke

1 Orang 3 Staf Posyandu Dinas Kesehatan Kabupaten

Merauke

2 Orang 4 Kepala Distrik Tanah Miring Kabupaten

Merauke

1 Orang 5 Staf Puskesmas Distrik Tanah Miring 3 Orang 6 Masyarakat Distrik Tanah Miring 6 Orang

Jumlah 14 Orang

(48)

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah subjek yang merupakan para informan yang telah diputuskan oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling sebagai penentu sumber data dengan pertimbangan berdasarkan sebagaimana informan yang di maksud di anggap paling ahli terkait bidang tertentu (Sugiyono, 2013).

1. Jenis Data

Menurut ( Sugiyono, 2013, p. 225 ) mengungkapkan bahwa didalam suatu penelitian letak pengumpulan data harus bersifat relavan dengan penelitian tersebut. penelitian diambil menggunakan jenis data dari kualitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber aslinya, misalnya melalui observasi langsung, wawancara, atau kuesioner yang langsung diisi oleh responden.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain untuk tujuan lain, namun kemudian digunakan kembali oleh peneliti untuk penelitian mereka sendiri. Contoh sumber data sekunder adalah data statistik, literatur, catatan arsip, dan laporan penelitian sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dimulai dari awal hingga selesai, dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Teknik

(49)

pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian dengan sebagai berikut:

1. Teknik Obsevasi

mengemukakan dalam Sugiyono (2011) menyatakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2013), Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang di dapat melalui sebuah peristiwa yang pernah terjadi, biasanya berbentuk sebuah tulisan, gambar, atau sebuah karya dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk gambar contohnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain. Sedangkan dokumentasi yang berupa karya-karya sejarah contohnya karya seni seperti patung, film dan lain-lain. Sedangkan dokumentasi yang berbentuk sebuah

(50)

tulisan contohnya catatan harian, laporan kegiatan, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. (Sugiyono 2020).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data terdiri menjadi 3 tahapan besar yaitu, reduksi data, penyajian data hingga kesimpulan dan verifikasi. Meskipun demikian ketiga tahap ini memiliki keterikatan satu sama lain agar menciptakan keselarasan dalam analisis data. Proses ini dilakukan sejak sebelum dilakukannya pengumpulan data sementara, analisis awal, serta tahap pengumpulan data akhir (GOOD, 2015b).

Reduksi data merupakan tahap bagi peneliti dalam melaksanakan proses pemilihan untuk penyerdehanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang telah diproses. Tujuannya ialah agar data yang masih terlalu luas dapat dikerucutkan sehingga secara lebih tepat, data yang diperoleh mampu membantu menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan (Denzin dan Lincoln 2009:592) berargumen bahwa melalui penyederhanaan data diperoleh dilapangan setelah terlebih dahulu menentukan kerangka kerja konseptual.

Pertanyaan penelitian, kasus, dan instrumen penelitian yang digunakan.

Langkah-langkah yang diterapkan ialah perangkuman data, pengodean, merumuskan tema-tema, pengelompokan dan penyajian cerita secara tertulis.

Langkah kedua Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan

(51)

Huberman 1984 menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2006), Dalam hal ini seluruh data- data dilapangan yang berupa hasil dokumen, hasil observasi, serta hasil wawancara akan dianalisis sehingga memunculkan deskripsi tentang Evaluasi Kebijakan Penanganan Stunting Dalam Upaya Menurunkan Status Gizi Buruk di Distrik Tanah Miring Kapubaten Merauke.

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan merupakan hasil akhir dari proses analisis data, dimana peneliti akan mendeskripsikan, menganalisa dan menginterpretasikan data yang peneliti dapatkan melalui penelitian tersebut diatas (Sugiyono, 2006).

(52)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran umum Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke

Distrik adalah sebuah daerah administratif di wilayah indonesia yang berada di bawah wilayah tingkat II (Kabupaten atau kota). Kedudukan Distrik merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Kepala Distrik. Dalam konteks Otonomi Daerah di Indonesia, Distrik merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten atau Kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh seorang Kepala Distrik (Daftar Isi Tanah Miring Dalam Angka 2017, 2017).

Distrik Tanah Miring adalah sebuah Distrik di Kabupaten Merauke, Papua, Indonesia. Kantor Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke yang beralamat di Jalan Trans Irian berdiri pada tanggal 01 Maret 2003 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 5 Tahun 2002 dan di resmikan oleh Bapak Drs. Johanes Gluba Gebze. Distrik Tanah Miring terletak antara 1400.60’–

1400.80’ Bujur Timur dan 7070’– 80.40’ Lintang Selatan. Distrik Tanah Miring memiliki luas 1.211,81 km2 atau 2,69 persen dari luas wilayah Kabupaten Merauke, Distrik Tanah Miring memiliki 14 Kampung. Distrik Tanah Miring dibatasi oleh daratan. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Distrik Jagebob, sebelah timur berbatasan dengan Distrik Sota, di sebelah selatan

Gambar

TABEL 1 Prevalensi Status Gizi Di Distrik Kabupaten Merauke
Tabel 2 penelitian terdahulu No Judul, Nama, dan
Gambar 1 kerangka pikir
TABEL 3 Informan Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sementara kualitas hidup penduduk Indonesia masih rendah dan prevalensi malnutrisi pada lansia telah mencapai level yang signifikan.Tujuan penelitian ini adalah untuk

Dapat menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program PMT-AS di kota Solok, sehingga program ini dapat terlaksana dengan lebih baik

Kebugaran jasmani menurut Djoko Pekik Irianto (2000: 5) menyatakan bahwa kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar bagi seseorang untuk melakukan aktifitas fisik

Berdasarkan permasalahan stunting yang terjadi di Nagari Pariangan kabupaten Tanah Datar beberapa jalan keluar yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu berdasarkan data di

Media sosial menjadi salah satu strategi yang dianggap efektif dan efisien untuk melakukan pemasaran secara digital karena dirasa dapat mengurangi anggaran dalam mempublikasikan produk