BIODATA NARA SUMBER
Deni Karsana bekerja sebagai ASN di Balai Bahasa Sulawesi Tengah sejak tahun 2001. Lahir di Cianjur, 14 Mei 1969 menikah dan mempunyai dua putra, yaitu Muh. Fatiha Rahmanda dan Muh. Farrasy Imtiyaz. Pendidikan S-1 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan S-2 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Tahun 2022 sebagai Peneliti di Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN) di OR ABASTRA PR PRESERVASI BAHASA DAN SASTRA.
Tahun 2023-sekarang, mahasiswa S-3 Linguistik Pascarsarjana FIB Unhas,
Peneliti Madya/IV a -- Peneliti Bidang Bahasa
Penyuluh Bahasa Indonesia
Saksi Ahli Bahasa
Pengajar BIPA
Fasilitator Gerakan Literasi Nasional
Ponsel 081343656311 dan pos-el [email protected]
DESAIN PEMBELAJARAN
KEBIPAAN
Deni Karsana, S.S., M.A.
Pengajar BIPA Peneliti BRIN
DESAIN PEMBELAJARAN
Desain pembelajara secara umum bisa diartikan ke dalam berbagai sudut pandang, yaitu sebagai disiplin, sistem, dan proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran memaparkan mengenai hasil penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai sistem, desain pembelajaran adalah pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaanya yang termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Sebagai proses, desain pembelajaran adalah rancangan untuk menuju pembelajaran yang bermutu melalui tahapan-tahapan analisis kebutuhan pada setiap aspek pembelajaran yang dimulai dari sederhana menuju kompleks.
Persiapan untuk membuat desain pembelajaran BIPA membutuhkan sebuah analisis kebutuhan awal terhadap pembelajar BIPA yang akan belajar Bahasa Indonesia.
Mulai dari tingkat kemampuan, motivasi dan tujuan belajar, latar belakang negara, hingga pada usia pembelajar.
DESAIN PEMBELAJARAN
Usia pembelajar BIPA yang beragam juga mendapat perhatian penuh demi kelancaran proses pembelajaran BIPA. Hal tersebut berhubungan dengan pendekatan, metode, teknik, dan media yang digunakan (Muliastuti, 2016:
4-5).
Pendekatan dan metode pembelajaran yang diterapkan untuk pembelajar usia dini, remaja, dan dewasa, sangat berbeda.
Pada usia dini misalnya, pendekatan model belajarnya akan cenderung ke tema-tema yang ringan dengan penyajian materi yang sederhana dan
menyenangkan
Lain halnya dengan pendekatan untuk pembelajar usia dewasa yang lebih mengutamakan penyajian materi dengan menggunakan daya analisis lebih dalam dan kontekstual
DESAIN PEMBELAJARAN
Selain memperhatikan usia pembelajar, faktor lain yang harus diperhatikan dalam persiapan desain pembelajaran BIPA adalah faktor budaya.
Bagaimanapun juga, bahasa adalah salah satu unsur dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Jadi,
penggunaan materi budaya dalam pembelajaran BIPA wajib hadir untuk
mengaktualisasikan kecakapan pembelajar asing ketika menggunakan bahasa di masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat
(dalam Ruskhan, 2007: 5) terdapat beberapa aspek budaya yang dapat
dimanfaatkan dalam penyajian materi ajar BIPA, yakni (1) sistem peralatan dan perlengkapan hidup; (2) sistem mata
pencarian hidup; (3) sistem; (4) bahasa;
(5) kesenian; (6) sistem pengetahuan; dan (7) sistem religi.
DESAIN PEMBELAJARAN
identitas kultural Indonesia sudah seharusnya disertakan dalam pembelajaran. Dengan mempelajari konteks budaya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia, dan norma-norma sebagai nilai
entitas masyarakat, penutur asing dapat mempelajari karakter Indonesia yang merupakan syarat mutlak untuk mempelajari
bahasa Indonesia. Hal tersebut tentunya cukup untuk dimengerti karena bahasa merupakan salah satu cermin jati diri masyarakat sehingga kajian dan pembelajarannya tidak akan dapat pernah dilepaskan dari kehidupan masyarakat itu sendiri.
DESAIN PEMBELAJARAN
Faktor lain selain budaya, hal terpenting dalam persiapan
menyusunan desain pembelajaran BIPA adalah pelevelan atau tingkat kemampuan awal pembelajar BIPA. Berdasarkan kemampuannya, secara umum pembelajar BIPA terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat pemula, tingkat menengah dan tingkat lanjut. Materi yang disuguhkan pun berbeda, disesuaikan dengan tingkatannya.
Suyitno (2007: 68-69) mengatakan materi bahasa yang
dikembangkan dalam pembelajaran BIPA didasarkan pada tingkat kemampuan bahasa Indonesia pembelajarnya.
1. MATERI
MATERI
SESUAIKAN
TINGKAT
KEMAMPUAN
TINGKAT PEMULA
Tingkat Pemula diberikan materi bahasa, antara lain kata sapaan, ungkapan
keseharian sederhana, kalimat
sederhana, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat negatif, preposisi, kata/kalimat
tanya, kata bilangan, dan afiksasi (me(N)-, me(N)-kan, me (N)-i, se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-, ter, dan pe-(N)-)
TINGKAT MENENGAH
Untuk tingkat mennegah diberikan materi
antara lain: Ungkapan dalam bahasa Indonesia yang lebih kompleks, kalimat aktif, kalimat
pasif, kalimat negatif, kalimat transitif dan
kalimat intransitif, preposisi, kalimat tanya, dan afiksasi (men (N)- me(n)-kan, Me(N)-i, se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-, ter-, dan pe (N)-, Per-an , ber-an, memper-kan, member-kan)
TINGKAT LANJUT
Untuk tingkat lanjut, penekannya lebih pada pemahaman secara analitis terhadap materi bahasa. Selain diberikan materi-materi tersebut, siswa juga diberikan materi-materi analisis kalimat salah dan membenarkannya serta mengubah pola kalimat tanpa
mengubah maknanya, materi menyimak dan wicara dikembangkan dengan memakai materi dialog, mulai dari dialog yang sangat
sederhana (misalnya: salam) sampai dengan dialog yang kompleks dan formal (misalnya seminar). Materi dialog ini dalam praktik
pembelajarannya sekaligus dimanfaatkan untuk materi
pembelajaran menyimak. Dengan demikian, materi pembelajaran menyimak dan wicara dikemas dalam satu wujud materi.
PEMBAGIAN TEKS DIALOG
PEMULA
• Dialog keseharian yang sederhana
MENENGAH
• Dialog keseharian yang agak kompleks
LANJUT
• Dialog Keseharian yang kompleks
TAHAPAN MATERI
Tahapan materi yang disajikan dalam pembelajaran
Penyajian dialog
Penyajian kata-kata sulit yanga ada dalam dialog dan latihan membuat kalimat dengan kata-kata sulit tersebut
Latihan merespons pernyataan-pernyataan lepas dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam dialog
Mengembangkanm kreativitas dengan cara membuat pertanyaan atau peryataan sesuai dengan topik yang dikehendaki dalam soal
Teks bacaan dengan kata-kata yang tingkat kesulitannya hampir sama dengan kata-kata yang dalam dialog
Pertanyaan bacaan dan latihan tentang isi bacaan
Mengubah pola kalimat dari kalimat yang ada dalam bacaan, dan
Menulis ringkasan/kesan/kritik/tanggapan terhadap isi bacaan
2 METODOLOG DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Pada pembelajaran kelas, bentuk kegiatan meliputi kegiatan berdiksusi, melafalkan dialog, debat, melakukan wawancara dengan tamu kelas oleh pembelajar, dan penyampaian materi kebahasaan oleh guru yang
selanjutnya dipraktikkan dalam bentuk performansi ioleh pembelajar.
Dalam pembelajaran di luar kelas, kegiatan tutorial meliputi (1) pre-reading, (2) penentuan objek tutorial, (3) penjelasan materi, dan (4) evaluasi
tutorial. Kegiatan pembelajaran luar kelas yang lain adalah kegiatan kunjungan, dimana para pelajar dituntut untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan penduduk sekitar tempat kunjungan.
Pada kelas pilihan, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan instruksi yang seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, karena fokus kegiatan kelas pilihan adalah melatih skill keindonesiaan pelajar, evaluasi kebahasaan dan komunikasi tidak dilakukan.
MASALAH YANG DITEMUI (NONBAHASA)
Masalah nonkebahasaan
Benturan budaya dalam penyesuaian pelajar dengan kelas, guru, dan tutor
Pemasangan tutor yang tidak tepat karena karakter pelajar yang kontras dengan tutor
Kondisi lingkungan rumah tinggal yang tak mendukung terjadinya komunikasi bahasa Indonesia karena penghuni mengajak
berbahasa asing (Inggris)
Kondisi psikologis pelajar; yang fluktuatif akibat persaingan, stres dengan tugas, capai, dan rindu sekeluarga.
MASALAH KEBAHASAAN
Kesulitan melafalkan ejaan bahasa Indonesia, Menyesuaikan aksen orang Indonesia,
Kekurangan tutor dalam menjelaskan materi atau kosa kata tertentu
MATERI AJAR
Materi pembelajaran disusun sendiri oleh pengajar di bawah pengawasan koordinator akademik. Materi berbentuk teks atau kegiatan, berisi tentang topik-topik yang dapat langsung
dipraktikkan pelajar setelah keluar kelas.
Susunan materi ajar, teridentifikasi adanya penerapan pendekatan komunikatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan penyesuaian materi dengan kebutuhan berbahasa pemelajar, sehingga layak terap
(applicable), pemberian sampel terkait dengan norma kesopanan bertutur yang memeperhatikan tata krama tutur bahasa Indonesia (Oka, 1987:133)
CONTOH
Pada contoh-contoh materi yang disajikan, terdapat kalimat-
kalimat yang berisi prosedur atau cara-cara yang mengacu pada kalimat utamanya, yaitu memperkenalkan faktual di lapangan, di mana para pemelajar pada minggu pertama perlu
mengembangkan interaksi dengan lingkungan barunya yang
diawali dengan memperkenalkan diri. Materi tersebut applicable (dapat langsung dipraktikkan) dan bersifat trainable(mudah
dilatihkan). Kalimat-kalimat yang disajikan tidak lepas dari konteks, misalnya cara memperkenalkandiri selalu disertai dengan konteks tempat seperti di kampus, di kantor, di perusahaan, di kos, di
rumah makan, dan dia acar resmi. Kemudian konteks situasi seperti memeperkenalkan orang lain, keluarga, dan teman.
CONTOH
Pada contoh lain, penggunaan tata bahaa imbuhan meN- diberi keterangan penggunaannya dalam aktivitas sehari-hari seuai dengan konteks ruangan. Acuan materi materi tersebut dapat menumbuhkan kreativitas ekbahasaan pembelajar karena
pembelajar akan mencari variasi lain imbuhan MeN- dalam berbagai penggunaan kata kerja yang berimbuhan MeN-.
Rancangan materi dinyatakan mampu mengembangkan
pemahaman abhaas Indonesia melalui bentuk-bentuk dialog yang situasional-kontekstual
ELEMEN KEARIFAN LOKAL
Penutur asing akan semmakin tertarik mendalami materi BIPA jika fungsi tersebut dimuat dalam sebuah materi ajar yang
berkualitas. Implementasi fungsi yang mendukung nilai kearifan lokal bangsa Indonesia dapat terwujud jika materi BIPA
mencantumkan berbagai elemen-elemen kearifan lokal seperti yang diusulkan Mustakim (2003), yaitu:
•Benda-benda budaya
•Gerak-gerik anggota badan
•Jarak fisik ketika berkomunikasi
•Penyentuhan
•Adat istiadat yang berlaku di masyarakat
ELEMEN KEARIFAN LOKAL
Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
Sistem religi yang dianut masyarakat Indonesia Mata pencaharian
Kesenian
Pemanfaatan waktu
Cara berdiri/duduk/menghormati orang lain
Keramahtamahan/tegur sapa/ basa-basi pujian Gotong royong
Sopan-santun (termasuk eufemisme)
MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang dipakai selama pembelajaran, diindikasikan menerapkan prinsip pendekatan komunikatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan pemilihan media yang memperhatikan penekanan pengembangan kompetensi komunikatif, bervariasi wujudnya, dan berasal dari sekitar
pebelajar (Suyono dan Basuki, 1959:9).
Pengelolaan media dalam pembelajaran BIPA memperhatikan pengupayaan satuan unit yang situasional dalam penghadiran dan pemanfaatannya.
Misalnya mulai dari media abstrak yang beruapa tema, pemberian konteks dan situasi, hingga media kongkret berupa alat peraga, kartu, slide
presentasi, artikel, gambar, formulir, dan KTP dihadirkan pada materi yang
berkenaan dengan identitas diri, media sayur mayur dihadirkan dalam situasi pembelajaran kegiatan tawar-menawar di pasar, manusia dengan profesi
tertentu sebagai tamu, dsb. Dengan demikian pemanfaatan media dalam pembelajaran ini telah sesuai dengan aspek instrusional pembelajaran BIPA.
MEDIA PEMBELAJARAN
Sebuah materi berbasis multimedia yang termuat dalam bentuk audio, audio visual, dan cetak yang diadaptasi dari taksonomi Betz (dalam Sudirman, 200). Melalui taksonimi tersebut para penulis mengembangkan sebuah materi BIPA yang
mengggabungkan budaya lokal dan multimedia. Para penulis akan mengggunakan beberapa media, baik elektronik maupun cetak,
sebagai media ajar BIPA berbasis multimedia. Media ajar tersebut adalah: 1 Audio Visual, dan 2. Cetak.
Audio visualyang berisikan budaya lokal dan bahasa Indonesia yang dapat menarik minat penutur asing dan melatih kemampuan
mendengar dan berbicara.
Cetak Media sebagai bahan ajar berisi latihan dan materi BIPA yang mengakomodasi kebutuhan para pembelajar BIPA.
PENGAJAR BIPA
Pengajar BIPA adalah orang yang mempunyai kompetensi
komunikatif yang handal dilengkapi kompetensi gramatikal yang akurat dan termasa (Suyitno, 2005). Data berupa latar belakang pendidikan pengajar akan menunjukkan kualifikasi pengajar BIPA.
Mengikuti kegiatan berbagai pelatihan yang berhubungan dengan pengajaran BIPA.
Seorang pengajar BIPA harus mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar serta bertanggung jawab terhadap bahasa yang
diajarkannya.
Terima kasih Songgo Mpuasi Thank you