• Tidak ada hasil yang ditemukan

SLIDE PENENTUAN KADAR ABU

N/A
N/A
Wawat Khairatunnisa

Academic year: 2024

Membagikan "SLIDE PENENTUAN KADAR ABU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK 2 ABU

NAMA: FAIRUZ FIRDA BESTARI (163020216)

M. AL KAHFI (163020218)

FAHMI TULUS IBADILAH (163020233)

SILVINA DAMAYANTI (163020238)

(2)

Pendahuluan

Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan dan erat kaitannya dengan kandungan mineral.

Kadar abu merupakan total kandungan

mineral dalam bahan pangan. Kadar abu

berhubungan dengan mineral suatu bahan,

diantaranya: Ca, P, Fe, Na, K, Mg, S, Co, dan

Sn

(3)

Tujuan Penentuan Kadar Abu

 1. untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan.

 2. untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan.

 3. penentuan abu total sangat berguna

sebagai parameter nilai gizi bahan pangan.

(4)

Pengabuan langsung/kering

Prinsip : Pembakaran pada suhu tinggi ( 550°C atau lebih ) di dalam tanur ( muffle furnace ). Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil pembakaran.

Cara ini membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah.

Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, P, dan Fe, akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Oleh karena itu untuk menganalisa K harus dihindari pemakaian suhu lebih tinggi dari 480○C. Suhu 450○C tidak dapat digunakan jika akan menganalisa kandungan Zn, penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut (misal timah putih).

(5)

Kelebihan

 Metode nya aman

 Tidak membutuhkan pereaksi dan blanko substrat

 Tidak membutuhkan pereaksi khusus Kekurangan

 Memerlukan waktu yang panjang ( 8 – 18 jam/semalam)

 Memerlukan peralatan yang mahal

 Dapat menghilangkan elemen volatil ( As, B,

Cd, Cu,dll )

(6)

Prosedur kerja

Langkah - langkah pengabuan kering ( abu total ) adalah sebagai berikut :

Cawan pengabuan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ⁰C - 105 ⁰C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian timbang cawan kosong (W0).

Sebanyak 5-10 gram sampel ditimbang dalam cawan (W1).

Sampel dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105

⁰C. Untuk sampel basah atau cairan, sampel dibakar diatas pembakar burner dengan api sedang untuk menguapkan sebanyak mungkin zat organik yang ada ( sampai sampel tidak berasap dan berwarna hitam ).

Sampel dipindahkan ke dalam tanur ( muffle furnace ) dan dipanaskan pada suhu 300 ⁰C, kemudian suhu dinaikkan menjadi 550 ⁰C  dengan waktu sesuai dengan karakteristik bahan ( umumnya 5 -7 jam ).

Sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang cawan+abu (W3).

(7)

Pengabuan tidak langsung (pengabuan basah)

 Prinsip: berdasarkan penambahan reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum dilakukan

pengabuan.

 Bahan kimia yang digunakan:

a. Asam sulfat: untuk mempercepat oksidasi b. Campuran asam sulfat dan potasium sulfat:

untuk mempercepat dekomposisi sampel

c. Campuran asam sulfat dan asam nitrat: untuk mempercepat proses pengabuan

d. Asam perkholat dan asam nitrat: untuk bahan

yang sulit mengalami oksidasi.

(8)

Kelebihan

 Mineral tetap dalam bentuk larutan

 Sedikit atau tidak mengalami penguapan

 Waktu oksidasi sebentar Kekurangan

 Membutuhkan perhatian lebih

 Hanya sedikit sampel yang dapat dilakukan

dalam satu waktu

(9)

Ada tiga macam cara pengabuan basah yang dapat dilakukan, yaitu:

 Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan H2 SO4

 Pengabuan basah menggunakan HNO3 , H2 SO4 , dan HClO4 ,

 Pengabuan basah menggunakan HNO3 , H2

SO4 , dan H2 O2

(10)

Pengabuan basah dengan HNO3 dan HClO4 (asam nitrat dan asam perklorat)

Campuran ini digunakan untuk bahan yang sangat sulit mengalami oksidasi. Karena asam perklorat bersifat mudah meledak sebaiknya berhati - hati dalam penggunaannya. Gunakan masker dan sarung tangan untuk keamanan.

Prosedur kerja pengabuan basah dengan asam nitrat dan asam perklorat :

Menimbang sampel 2 -5 gram, dimasukkan dalam erlenmeyer.

Kemudian ditambahkan campuran HNO3 pekat : HClO4 pekat = 4 : 1 sebanyak 10 ml dan ditutup dengan gelas arloji. Diamkan semalam.

Sampel dipanaskan di atas hotplate pada suhu 115 ⁰C sampai larutan berwarna bening.

Sampel didinginkan dan diencerkan dengan menggunakan labu takar sampai volume tertentu.

Sampel ini siap untuk dianalisis kadar mineralnya.

(11)

Pengabuan basah dengan HNO3 dan H2SO4 (asam nitrat dan asam sulfat)

Campuran yang paling sering digunakan dalam pengabuan basah adalah campuran asam nitrat dengan asam sulfat. Prosedur kerja pengabuan basah dengan asam nitrat dan asam sulfat adalah sebagai berikut :

Menimbang sampel padatan 5 - 10 gram dimasukkan dalam labu kjedahl.

Kemudian ditambahkan 10 ml H2SO4, 10 ml HNO3 dan batu didih.

Labu dipanaskan perlahan - lahan sampai berwarna gelap, selama pemanasan harus menghindari pembentukan buih yang berlebihan.

Ke dalam labu ditambahkan 1 - 2 ml HNO3 dan pemanasan dilanjutkan sampai larutan lebih gelap lagi. Penambahan HNO3 dilanjutkan sambil dipanaskan sampai larutan tidak gelap lagi ( semua zat organik telah teroksidasi ).

Sampel didinginkan kemudian ditambah 10 ml aquadest dan dipanaskan sampai berasap.

Sampel didinginkan dan diencerkan sampai volume tertentu dengan menggunakan labu takar.

(12)

Pengabuan basah dengan HNO3, H2SO4 dan HClO4

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4, HClO4 adalah :

Penambahan bahan - bahan kimia tersebut harus dilakukan dengan sangat hati - hati karena penggunaan HClO4 bersama dengan

HNO3 dan H2SO4 akan menimbulkan ledakan yang lebih besar lagi.

Pengabuan dilakukan di ruang asap ( lemari asam ) yang terisolasi dengan baik. 

Selama analisis menggunakan masker untuk keselamatan kerja.

Suhu pemanasan jangan ditingkatkan sampai oksidasi selesai

dan peningkatan suhu hanya dilakukan untuk memberi kesempatan asam perklorat bereaksi.

Selama pemanasan paling tidak terdapat 2 - 3 tetes H2SO4 untuk mencegah timbulnya ledakan.

(13)

Prosedur kerja pengabuan basah dengan HNO3, H2SO4 dan HClO4 adalah sebagai berikut :

Menimbang sampel 5 - 10 gram dimasukkan dalam labu kjedahl. Kemudian ditambahkan 4 ml HClO4, 8 ml HNO3, dan 4 ml H2SO4 sambil diaduk perlahan.

Sampel dipanaskan perlahan-lahan dengan panas rendah sampai timbul asap tebal. Pemanas dimatikan dan larutan didinginkan.

Pemanasan dengan api kecil kembali dilakukan sampai timbul asap H2SO4, putih tebal.

Suhu pemanasan ditingkatkan selama 1 - 2 menit. Pemanasan ini akan menghasilkan larutan yang tidak berwarna atau

kuning muda jika sampel mengandung besi. Jika diperkirakan masih mengandung karbon dapat ditambahkan  1 - 2 ml

HNO3 kemudian dipanaskan.

Setelah dingin, larutan yang diperoleh diencerkan sampai volume tertentu dengan menggunakan aquadest.

(14)

Pengabuan basah dengan HNO3, H2SO4 dan H2O2

Prosedur kerja pengabuan basah dengan HNO3, H2SO4 dan H2O2 adalah sebagai berikut :

Menimbang sampel padatan 5 - 10 gram dimasukkan dalam labu kjedahl. Kemudian ditambahkan 10 ml H2SO4, 10 ml HNO3 dan batu didih.

Labu dipanaskan perlahan - lahan sampai berwarna gelap,

selama pemanasan harus menghindari pembentukan buih yang berlebihan.

Ke dalam labu ditambahkan 1 - 2 ml HNO3 dan pemanasan

dilanjutkan sampai larutan lebih gelap lagi. Penambahan HNO3 dilanjutkan sambil dipanaskan sampai larutan tidak gelap lagi ( semua zat organik telah teroksidasi ).

Sampel didinginkan kemudian ditambah 10 ml aquadest dan dipanaskan sampai berasap.

(15)

Ke dalam sampel ditambahkan 2 - 3 ml H2O2 30%

dan beberapa tetes HNO3. Sampel dipanaskan kembali sampai residu tidak berwarna atau

pengurangan warna kuning muda tidak terjadi lagi.

Setelah dingin sampel diencerkan dengan 10 ml aquadest, kemudian diuapkan sampai berasap.

Pengenceran kembali dilakukan dengan

menambahkan 5 ml aquadest, diuapkan kembali sampai berasap.

Larutan sampel hasil oksidasi yang diperoleh

diencerkan sampai volume tertentu dan sampel ini

siap untuk dianalisis kadar mineralnya.

(16)

Perhitungan

 Kadar abu = x 100%

Keterangan:

Berat abu = berat cawan ksosong dan sampel setelah pengeringan – berat cawan kosong.

Berat sampel = berat cawan dan sampel

sebelum pengeringan – berat cawan kosong.

  

(17)

Pengabuan Plasma Temperatur Rendah

 Prinsip : Mengoksidasi substansi organik didalam partial vaccum oleh oksigen yang dihasilkan dari medan elektromagnetik

( generator )

(18)

Kelebihan

 Suhu rendah (150°C atau kurang)

mempertahankan struktur kristal dan mikroskopik sampel

 Mengurangi kehilangan trace elemen karena penguapan pada teknik pengabuan kering

Kekurangan

 Kapasitas sampel sedikit

 Peralatan mahal

(19)

Metoda penentuan kadar abu lainnya

 Abu yang larut dan tidak larut dalam air

 Penentuan abu yang larut dalam air ini dilakukan dengan melarutkan abu ke dalam aquades kemudian disaring. Filtrat kemudian dikeringkan dan ditimbang residunya.

 Abu yang larut dalam air ini kadang-kadang digunakan sebagai indeks kandungan buah dalam jelly dan buah-buahan yang diawetkan.

 Cara yang umum dalam penentuan abu yang larut adalah dengan mengabukan residu yang terdapat dalam kertas saring bebas abu pada perlakuan di atas.

 Abu yang larut dalam air adalah selisih berat abu mula-mula

dengan berat abu yang ada dalam residu tersebut.

(20)

Prosedur:

1. Timbang abu total

2. Tambahkan 10 ml air destilasi

3. Tutup wadah pengabu dan panaskan mendekati titik didihnya.

4. Saring dengan kertas saring khusus abu dan cuci dengan air destilasi (akuades) panas beberapa kali.

5. Keringkan dan abukan kembali pada kertas saring minimal 30 menit.

6. Timbang dan hitung persen abu tak larut air.

7. Hitung abu larut dari mengambil abu tak larut dari total abu atau filtrate kering, diabukan kembali dan timbang.

(21)

Perhitungan

 Kadar abu tidak larut air dapat dihitung dengan rumus

 Kadar Abu larut air dapat dihitung dengan rumus :

Di mana :

W1 = Berat awal sampel (gr) W2 = Berat abu total (gr)

W3 = Berat abu tidak larut air (gr)

% ATL = % abu tidak larut air

% AL = % abu larut air

(22)

 Abu yang larut dalam asam

Cara ini dilakukan dngan mencampurkan abu dalam asam khlorida 10%.Setelah itu dipanaskan 5 menit dan disaring dengan kertas Whatman No. 52 sambil diicuci dengan air destilasi panas. Kertas saring

diabukan secara kering kembali minimal 30 menit.

Residu merupakan abu yang tidak larut dalam asam yang terdiri atas pasir dan silica.

Apabila abu banyak mengandung abu jenis ini

diperkirakan pencucian bahan tidak sempurna atau terjadi kontaminasi dari tanah selama proses

pengolahan bahan tersebut.

(23)

Kebasaan abu (alkalinity of ash)

Alkalinitas abu sering diuji untuk mengetahui asal bahan yang dianalisis. Abu yang berasal buah-buahan dan sayur- sayuran adalah bereaksi alkalis (Ca, Mg, K, Na), sedangkan yang berasal dari daging dan hasil olahannya bereaksi asam (P, S, Cl).

Alkalinitas abu dugunakan sebagai indeks kualitas dari buah-buahn dan sayur-sayuran. Garam-garam dari asam sitrat, malik, tartrat menghasilkan carbonat karena

pembakaran. Phospat boleh menginterferensi prosedur ini.

Alkalinitas dari abu tak larut dapatd itentukan dengan

titrimetri menggunakan HCl 10% dengan indicator methyl orange.

(24)

Prosedur:

1. Tempatkatkan abu (abu total atau abu tak larut air) dalam glass kimia (platinum dish) dan tambahkan 10 ml HCl 0.1 N

2. Tambahkan air destilasi dan panas kan

3. Dinginkan dan pindahkan ke labu Erlenmeyer.

4. Titrasi HCl yang tersisa dengan NaOH 0.1 N denan methyl orange sebagai indicator

5. Hitung berapa mL N asam/100 gram sampel.

(25)

Perhitungan

Kadar abu tidak larut asam dihitung dengan rumus

Kadar Abu larut asam dapat dihitung dengan rumus :

Di mana :

W1 = Berat awal sampel (gr) W2 = Berat abu total (gr)

W3 = Berat abu tidak larut asam (gr)

% ATLA = % abu tidak larut asam

% ALA = % abu larut asam

Referensi

Dokumen terkait

Adapun cara perolehan pektin tersebut dilakukan dengan menimbang ampas buah nanas sebanyak 10 gram yang dilarutkan dalam 100 cc aquadest, kemudian dicampur dengan asam sulfat

Ke dalam gelas kimia dimasukkan 2 gram sampel dan ditambah dengan 20 mL metanol yang mengandung 2 mL asam sulfat dididihkan dan disaring, setelah itu

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 2,5 ml asam sulfanilat, setelah lima menit ditambahkan 2,5 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dilarutkan dan

sebagai pelarut karena mempunyai keunggulan seperti dapat melarutkan uranium dengan efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan asam sulfat. Larutan uranil nitrat yang diperoleh

Adsorpsi dilakukan dengan menimbang adsorben masing-masing tanpa aktivasi dan yang teraktivasi sebanyak 0,5 gram. Kemudian dimasukkan ke beaker glass berukuran 100 mL yang

- Dimasukkan kedalam oven labu destilasi pada suhu 105 ºc selama 3 jam. - Dimasukkan kedalam desikator, tunggu selama

Dihubungkan ke alat Kjeldahl, dan dipanaskan dalam lemari asam sampai warna hijau jernih (± 3 jam), dinginkan Setelah dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 10 ml..

Ke dalam gelas kimia dimasukkan 2 gram sampel dan ditambah dengan 20 mL metanol yang mengandung 2 mL asam sulfat dididihkan dan disaring, setelah itu