i
PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK DAN JARINGAN TRANSMISI
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160
STANDAR
PT PLN (Persero)
SPLN T5.012: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0053.P/DIR/2020
PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK DAN JARINGAN TRANSMISI
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160
STANDAR
PT PLN (Persero)
SPLN T5.012: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0053.P/DIR/2020
PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK DAN JARINGAN TRANSMISI
R UA
Disusun oleh :
Kelompok Bidang Standardisasi Transmisi dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No. 0013.K/DIR/2020
Kelompok Kerja Standardisasi Pembumian pada Sistem Tenaga Listrik
dengan Keputusan
General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan (Research Insitute)
No. 0010.K/GM-PUSLITBANG/2020
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160
*
PLN
PT PLN (PERSERO)
PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)
NOMOR: 0053
.PlDlRl2O20TENTANG SPLN T5.012
PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK DAN JARINGAN TRANSMISI
DIREKSI PT PLN (PERSERO) Menimbang
Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen,
,Undang-Undang
Republik lndonesia Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;Undang-Undang
Republik lndonesia Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;Undang-Undang
Republik lndonesia Nomor 30
Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor
23Tahun 1994 tentang
PengalihanBentuk
PerusahaanUmum (Perum) Listrik Negara Menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero);6. Peraturan Mengingat
2
3
4 q
,*uV/
+ 3 t't il4
a.
bahwa untuk memberikan pedoman yang terarah dalam perencanaan dan pembangunan pembumian pada garduinduk dan jaringan transmisi sehingga
mendapatkan keandalansistem yang baik dan
menjamin keamanan peralatan, keselamatan personil, dan masyarakat sekitar, maka perlu untuk menerbitkan SPLN T5.012 Pembumian pada Gardu lnduk dan Jaringan Transmisi;b. bahwa setelah melalui
pembahasandan
persetujuanDireksi, Draft Standar Final (DSF) SPLN
T5.012 Pembumian pada Gardu lndukdan
Jaringan Transmisi, dipandang telah memenuhi syarat untuk disahkan menjadi SPLN T5.O,I2;c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurufa
dan b, perlu menetapkan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) tentang SPLN T5.012 Pembumian pada Gardu lnduk dan Jaringan Transmisi.h
6. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor
45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;7. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor
14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan TenagaListrik
sebagaimanatelah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Rl Nomor 23 Tahun 2014,8. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor
62Tahun 2012 tentang Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik,9.
Anggaran Dasar PT PLN (Persero);10.
KeputusanMenteri Badan Usaha Milik
Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan(Persero) PT
PerusahaanListrik Negara Nomor
SK-2111M8U11012015 tentang Pemberhentian
danPengangkatan Anggota-Anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;'l 1
.
KeputusanMenteri Badan Usaha Milik
Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan(Persero) PT
PerusahaanLiskik Negara Nomor
SK- 13$|MBUlO712017tentang
Pemberhentian, PerubahanNomenklatur Jabatan, Pengalihan Tugas,
danPengangkatan Anggota-Anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;"12. Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik
Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan(Persero) PT
PerusahaanListrik Negara Nomor
SK- 3251M8U11212019tentang Pemberhentian
Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;13.
Keputusan MenteriBadan Usaha Milik
Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan(Persero) PT
PerusahaanListrik Negara Nomor
SK- 1471M8U10512020tentang
Pemberhentian, PerubahanNomenklatur Jabatan, Pengalihan Tugas,
danPengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;14. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor304.1(DlRy2009 tentang Batasan
KewenanganPengambilan Keputusan di Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 0297.PtOtN2016;15. Peraturan .
Paraf
ozb lk
PLN
*
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
PLN
15. Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor0051.P/DlRy2018 tentang Organisasi dan
Tata
Kerja PTPLN (Persero) sebagaimana telah diubah
denganPeraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor0021.P|D1N2020:
'16. Keputusan Oireksi PT PLN (Persero)
Nomor033.t(DlR/2005 tentang
PenetapanPT PLN
(Persero) Penelitiandan
Pengembangan Ketenagalistrikan sebagai Penanggung Jawab Kegiatan Standardisasi di Lingkungan PT PLN (Persero).MEMUTUSKAN
PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG SPLN T5.012 PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK DAN JARINGAN TRANSMISI.
Mengesahkan SPLN T5.0'12 Pembumian pada Gardu lnduk dan
Jaringan Transmisi,
sebagaimanaterdapat pada
Lampiran Peraturan ini.SPLN T5.012 sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA diberlakukan
di lingkungan PT PLN (Persero) dan
Anak PerusahaanPT
PLN (Persero) berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Anak Perusahaan.Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal diterbitkan
Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 23 JuIi
2020R UTAMA,
FLI ZAINI
zl\t
lAt)I RI]
P
{
Paraf
Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Transmisi
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 0013.K/DIR/2020
1. Ir. Sumaryadi, M.T. : Sebagai Ketua merangkap Anggota 2. Dr. Buyung S. Munir, S.T., M.Sc. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota 3. Tejo Wihardiono, S.T., M.Sc. : Sebagai Anggota
4. Fermi Trafianto, S.T., M.Eng.Sc. : Sebagai Anggota 5. Tanjung Anggraini L., S.T. : Sebagai Anggota 6. Himmel Sihombing, S.T., M.Sc. : Sebagai Anggota 7. Ir. Eko Yudo Pramono, M.T. : Sebagai Anggota 8. Imam Makhfud, S.T., M.Sc. : Sebagai Anggota 9. Edwin Nugraha Putra, S.T., M.T. : Sebagai Anggota 10. Bagus Haryanto, S.T., M.T. : Sebagai Anggota 11. Ir. Soni Asmaul Fuadi, M.M. : Sebagai Anggota 12. Jati Pharmadita, S.T., M.T. : Sebagai Anggota 13. Indera Arifianto, S.T., M.T. : Sebagai Anggota 14. Subandono, S.T., M.T. : Sebagai Anggota
Susunan Kelompok Kerja Standardisasi Pembumian pada Sistem Tenaga Listrik
Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan (Research Institute)
No. 0010.K/GM-PUSLITBANG/2020
1. Sriyono, S.T., M.T. : Sebagai Ketua merangkap Anggota 2. Angga Kusumadinata, S.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota 3. Ir. Sumaryadi, M.T. : Sebagai Anggota
4. Putu Agus Dian Jaya : Sebagai Anggota 5. Rachmat Ivan Syabana, S.T. : Sebagai Anggota 6. Nofra Kopria Asta, S.T. : Sebagai Anggota
Narasumber:
- Imam Agus Prayitno
SPLN T5.012: 2020
i
Daftar Isi
Daftar Gambar ... ii
Daftar Tabel ... ii
Prakata ... iii
1 Ruang Lingkup ... 1
2 Tujuan ... 1
3 Acuan Normatif ... 1
4 Istilah dan Definisi ... 2
Pembumian ... 2
Ground potential rise (GPR) ... 2
Tegangan langkah (Estep) ... 2
Tegangan sentuh (Etouch) ... 2
Arus hubung-singkat (symmetrical ground fault current) (If) ... 3
Faktor pembagi arus hubung-singkat (fault current division factor) (Sf) ... 3
Mesh grounding / grounding grid ... 3
Elektrode pembumian (ground electrode/ground rod) ... 3
Konduktor pembumian (down/bonding conductor) ... 3
Equipotential bonding bar ... 3
Sistem pembumian (grounding system) ... 3
Sistem yang ditanahkan (grounded system) ... 3
Tahanan tanah (soil resistance) ... 3
Tahanan jenis tanah (soil resistivity) ... 4
Tahanan pembumian (ground resistance) ... 4
Kawat tanah (shield wire) ... 4
Lightning rod ... 4
Exothermic welding ... 4
Earthing clamp ... 4
Bonding pada kabel ... 4
5 Pembumian pada gardu induk ... 5
Mesh grounding ... 5
5.1.1 Persyaratan desain mesh grounding ... 5
5.1.2 Kriteria desain konstruksi mesh grounding ... 6
Koneksi ke mesh grounding ... 7
5.2.1 Koneksi struktur baja ke mesh grounding ... 7
5.2.2 Koneksi peralatan ke mesh grounding ... 7
5.2.3 Koneksi pondasi ke mesh grounding ... 7
5.2.4 Koneksi pembumian GIS ke mesh grounding ... 7
5.2.5 Koneksi bangunan pusat kontrol ke mesh grounding ... 7
5.2.6 Koneksi common facilities ke mesh grounding ... 8
5.2.7 Koneksi antar mesh grounding ... 8
5.2.8 Koneksi kawat tanah dan lightning rod ke mesh grounding ... 9
SPLN T5.012: 2020
ii
Spesifikasi material pembumian pada gardu induk ... 9
5.3.1 Konduktor pembumian ... 9
5.3.2 Elektrode pembumian ... 9
5.3.3 Equipotential bonding bar ... 9
5.3.4 Sambungan-sambungan ... 10
6 Pembumian pada jaringan transmisi ... 10
Pembumian pada tower ... 10
6.1.1 Metode driven rod ... 11
6.1.2 Metode counterpoise ... 12
6.1.3 Pembumian pondasi ... 13
Pembumian pada saluran kabel ... 13
6.2.1 Pembumian pada terminasi dan jointing ... 13
6.2.2 Bonding pada kabel ... 14
Lampiran A Perhitungan Batasan Tegangan Langkah dan Tegangan Sentuh ... 15
Daftar Gambar
Gambar 1. Kondisi-kondisi potensi tersengat ... 2Gambar 2. Contoh koneksi common facilities ... 8
Gambar 3. Koneksi antar mesh grounding ... 9
Gambar 4. Dimensi equipotential bonding bar ... 10
Gambar 5. Contoh metode driven rod ... 12
Gambar 6. Contoh metode counterpoise ... 12
Gambar 7. Contoh pola counterpoise ... 12
Gambar 8. Contoh pemasangan plat pada bidang struktur baja pondasi ... 13
Daftar Tabel
Tabel 1. Persyaratan desain mesh grounding ... 5Tabel 2. Kriteria konstruksi mesh grounding ... 6
Tabel 3. Jenis dan metode sambungan ... 10
Tabel 4. Nilai tahanan pembumian pada 5 tower dari gardu induk ... 11
SPLN T5.012: 2020
iii
Prakata
Standar SPLN T5.012: 2020 dibuat sebagai pedoman dalam perencanaan dan pembangunan pembumian pada gardu induk dan jaringan transmisi untuk mendapatkan keandalan sistem yang baik dan menjamin keamanan peralatan dan keselamatan personil.
Standar ini mencakup persyaratan pembumian pada gardu induk yang mengatur konstruksi dan persyaratan desain grid pembumian, ketentuan koneksi-koneksi pembumian, dan spesifikasi material pada pembumian yang digunakan. Standar ini juga mencakup pembumian pada jaringan transmisi yang mengatur persyaratan pembumian pada tower dan saluran kabel. Pembumian pada ruang kontrol diatur pada standar terpisah.
Dengan ditetapkannya standar ini, maka segala ketentuan terkait pembumian pada gardu induk dan jaringan transmisi tidak boleh bertentangan dengan standar ini.
SPLN T5.012: 2020
1
Pembumian pada Gardu Induk dan Jaringan Transmisi
1 Ruang Lingkup
Standar ini memberikan pedoman untuk menentukan kriteria desain pembumian pada gardu induk dan jaringan transmisi. Pembumian pada gardu induk yang diatur di dalam standar ini terbatas pada instalasi di serandang luar (switchyard) sebagai penghubungan pembumian peralatan dan pembumian sistem (misal: Neutral Grounding Resistance (NGR) transformator).
Pembumian yang dimaksud dalam standar ini mengacu pada istilah grounding.
2 Tujuan
Tujuan standarisasi pembumian pada sistem tenaga listrik ini adalah untuk memberikan pedoman yang terarah dalam perencanaan dan pembangunan pembumian pada gardu induk dan jaringan transmisi untuk mendapatkan keandalan sistem yang baik dan menjamin keamanan peralatan, keselamatan personil, dan masyarakat sekitar.
3 Acuan Normatif
Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan pada dokumen tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhir.
a. IEEE Std 80-2013 Guide for Safety in AC Substation Grounding;
b. IEEE Std 81-1983 Guide for Measuring Earth Resistivity, Ground Impedance, and Earth Surface Potential of a Ground System;
c. IEC 62305-1:2010 Protection against lightning - Part 1: General principles;
d. IEC 62305-3:2010 Protection against lightning - Part 3: Physical damage to structures and life hazard;
e. IEC 62305-4:2010 Protection against lightning - Part 4: Electrical and electronic systems within structures;
f. IEEE 575-2014 - IEEE Guide for Bonding Shields and Sheaths of Single-Conductor Power Cables Rated 5 kV through 500 kV;
g. SPLN T3.001-3: 2008, Pedoman pemilihan jenis konduktor, Bagian 3: Kawat tanah untuk saluran udara tegangan tinggi dan ekstra tinggi.
SPLN T5.012: 2020
2
4 Istilah dan Definisi
Pembumian
Pembumian (grounding) adalah menghubungkan sebuah objek atau jaringan kelistrikan ke tanah atau bumi melalui konduktor.
Ground potential rise (GPR)
Tegangan listrik maksimum yang mungkin timbul pada suatu sistem mesh grounding, relatif terhadap suatu titik pembumian yang diasumsikan sebagai tegangan nol bumi.
Pengertian GPR mengacu kepada Gambar 1.
Gambar 1. Kondisi-kondisi potensi tersengat (IEEE Std 80-2013, Figure 12)
Tegangan langkah (E
step)Tegangan yang timbul diantara dua kaki seseorang yang melangkah dengan jarak 1 (satu) meter tanpa menyentuh objek yang ditanahkan. Pengertian tegangan langkah sesuai Gambar 1 (step voltage).
Tegangan sentuh (E
touch)Beda tegangan antara GPR dengan tegangan permukaan pada suatu titik dimana seseorang berdiri dan menyentuh objek yang ditanahkan.
SPLN T5.012: 2020
3
Arus hubung-singkat (symmetrical ground fault current) (I
f) Nilai maksimum rms arus hubung-singkat sesaat setelah gangguan tanah terjadi.Faktor pembagi arus hubung-singkat (fault current division factor) (S
f) Faktor yang menunjukkan perbandingan terbalik antara besaran arus hubung-singkat yang terjadi dengan arus hubung-singkat yang mengalir ke bumi melalui mesh grounding.Mesh grounding / grounding grid
Sistem pembumian yang disusun dari beberapa konduktor yang saling terhubung membujur dan melintang membentuk anyaman (mesh) atau kisi-kisi (grid) dan ditanam di bawah tanah suatu area yang diamankan.
Elektrode pembumian (ground electrode/ground rod)
Konduktor yang ditanam di dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi.
Konduktor pembumian (down/bonding conductor)
Konduktor yang digunakan untuk menghubungkan peralatan ke elektrode pembumian/mesh grounding.
Equipotential bonding bar
Plat berupa busbar yang berfungsi sebagai terminal hubung beberapa konduktor pembumian sebelum dihubungkan ke mesh grounding.
Sistem pembumian (grounding system)
Gabungan seluruh fasilitas pembumian yang saling terhubung dalam suatu area tertentu.
Sistem yang ditanahkan (grounded system)
Sebuah sistem dimana setidaknya terdapat satu konduktor atau titik (node) yang ditanahkan baik secara solid ataupun menggunakan resistans.
Tahanan tanah (soil resistance)
Nilai resistansi tanah dalam ohm (Ω) yang didapat melalui pengukuran menggunakan earth tester.
SPLN T5.012: 2020
4
Tahanan jenis tanah (soil resistivity)
Nilai yang menunjukan resistansi spesifik tanah, dinyatakan dalam satuan ohm.meter (Ω.m). Tahanan jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tipe tanah, kelembaban tanah, komposisi kimia dan konsentrasi garam terkandung dalam air pada tanah, dan juga dipengaruhi oleh temperatur, ukuran butiran, dan kepadatan tanah.
Tahanan pembumian (ground resistance)
Nilai resistansi dalam ohm (Ω) antara elektrode pembumian dengan ‘remote’ elektrode pembumian. Remote diartikan suatu jarak dimana resistansi mutual antara dua elektrode dengan jarak tersebut sama dengan nol.
Kawat tanah (shield wire)
Konduktor atau kawat yang dipasang melintang pada gardu induk pada titik tertinggi serandang untuk melindungi gardu induk dari sambaran petir langsung.
Lightning rod
Batang konduktor yang dipasang pada serandang gardu induk yang mampu melindungi peralatan di dalam sudut lindungnya dari sambaran petir langsung.
Exothermic welding
Proses pengelasan dua konduktor listrik atau lebih dengan menggunakan bahan campuran tembaga yang dicairkan dengan panas tinggi untuk menggabungkan konduktor secara permanen.
Earthing clamp
Klem yang digunakan untuk menghubungkan terminal/elektrode pembumian ke ujung konduktor pembumian.
Bonding pada kabel
Menghubungkan selubung metal (sheath) suatu segmen kabel ke selubung segmen kabel yang lain; aksesori kabel, seperti casing sambungan (joint), termination bell, atau link box;
atau sistem pembumian, seperti bus, elektrode, atau konduktor pembumian.
SPLN T5.012: 2020
5
5 Pembumian pada gardu induk
Pembumian pada gardu induk yang diatur di dalam SPLN ini mengatur konstruksi dan persyaratan desain mesh grounding, ketentuan koneksi-koneksi pembumian, dan spesifikasi material pada pembumian yang digunakan.
Mesh grounding
Mesh grounding pada gardu induk berfungsi untuk menghilangkan beda potensial di seluruh area gardu induk serta sebagai pengaman terhadap tegangan langkah dan tegangan sentuh.
Desain mesh grounding mengacu pada standar IEEE Std 80-2013 dengan tambahan persyaratan yang ada di dalam standar ini.
5.1.1 Persyaratan desain mesh grounding
Desain mesh grounding harus dibuat sehingga memenuhi perhitungan batasan toleransi Estep dan Etouch pada tubuh dan memenuhi parameter pada Tabel 1.
Perhitungan batasan toleransi pada tubuh menggunakan asumsi berat badan 50 kg, nilai tahanan jenis tanah hasil pengukuran di lapangan, serta material permukaan (surface material) dan ketebalannya sesuai dengan rencana pelaksanaan.
Tabel 1. Persyaratan desain mesh grounding
No Parameter Batasan
1 Tegangan langkah (Es)* ≤ 2800 V
2 Tegangan mesh (Em)* ≤ 787 V
3 Tahanan pembumian grid (Rg)** ≤ 0,5 Ω
CATATAN
*) Dasar batasan mengikuti Lampiran A.
**) Pengambilan titik pengukuran dilakukan di luar area gardu induk dengan minimal 2 sampel pengukuran.
▪ Tegangan langkah (Es) adalah tegangan langkah maksimum yang timbul pada mesh grounding.
▪ Tegangan mesh (Em) adalah tegangan sentuh maksimum yang timbul pada mesh grounding.
▪ Tahanan pembumian grid (Rg) adalah nilai keseluruhan tahanan pembumian pada mesh grounding.
SPLN T5.012: 2020
6
5.1.2 Kriteria desain konstruksi mesh grounding
Konstruksi mesh grounding harus memenuhi kriteria pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria konstruksi mesh grounding
No Parameter Kriteria
1 Arus hubung-singkat (If)
Asumsi minimal 50 kA.
Pada kondisi sistem dengan short-circuit level
> 50 kA, maka nilai menyesuaikan kebutuhan sistem.
2 Faktor pembagi arus hubung-singkat (Sf) Asumsi minimal 60%.
3 Durasi hubung singkat (tf) Asumsi minimal 1 s.
4 Tahanan jenis tanah (ρ) Nilai ini diukur sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, umumnya dicari pada saat pekerjaan penyelidikan tanah. Nilai tahanan jenis tanah diperlukan dalam perhitungan desain
pembumian.
5 Tahanan jenis material permukaan (ρs) Untuk gardu induk luar ruangan harus
menggunakan hamparan kerikil dengan material granit yang melalui proses pencucian (washed granite) dengan ρs ≥ 5000 Ω.m.
6 Ketebalan material permukaan (hs) Minimal 15 cm.
7 Konduktor penyusun mesh grounding Bare Copper Conductor (BCC) dari tembaga murni.
8 Luas penampang konduktor mesh grounding (A)
Ukuran ditentukan dengan melakukan
perhitungan terkait dengan arus hubung singkat yang dapat dialirkan.
Minimal 150 mm2
9 Ukuran grid (D1, D2) Ukuran grid ditentukan dengan melakukan perhitungan untuk mendapatkan desain mesh grounding yang efisien serta aman terhadap tegangan langkah dan tegangan sentuh yang terjadi.
Maksimal 5 m x 5 m 10 Kedalaman penanaman mesh grounding (h) Minimal 0,5 m
11 Jumlah elektrode pembumian (N) Kebutuhan jumlah elektrode pembumian dan panjangnya diestimasi pada saat mendesain mesh grounding. Nilai ini disesuaikan untuk mendapatkan desain mesh grounding yang optimal.
Elektrode pembumian dipasang setiap jarak maksimal 15 m pada mesh grounding atau mengikuti jarak antar bay.
12 Luas area mesh grounding (L1 x L2) Dilebihkan 1,5 – 2 m dari pagar keliling.
SPLN T5.012: 2020
7
Koneksi ke mesh grounding
5.2.1 Koneksi struktur baja ke mesh grounding
Setiap struktur baja serandang pada gardu induk harus terkoneksi ke mesh grounding melalui jarak terdekat sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh. Koneksi menggunakan konduktor pembumian.
5.2.2 Koneksi peralatan ke mesh grounding
Seluruh selungkup peralatan yang terbuat dari metal dihubungkan ke mesh grounding melalui jarak terdekat sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh. Koneksi menggunakan konduktor pembumian. Koneksi peralatan tersebut dibuat secara duplicated.
Lightning arrester dipasang sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi dan terminal pembumiannya terhubung langsung ke mesh grounding yang ada di bawahnya.
Penempatan lightning arrester mengikuti persyaratan pada SPLN konstruksi gardu induk.
Khusus untuk pembumian lightning arrester dan netral transformator tenaga, selain terhubung ke mesh grounding melalui jarak terdekat, ditambahkan satu elektrode pembumian yang ditanam dekat peralatan tersebut.
5.2.3 Koneksi pondasi ke mesh grounding
Rangka besi pondasi dari struktur baja atau penopang peralatan yang terhubung secara elektris dapat berfungsi sebagai tambahan elektrode pembumian. Sehingga rangka besi pondasi dapat dihubungkan ke mesh grounding.
5.2.4 Koneksi pembumian GIS ke mesh grounding
Setiap kompartemen gas-insulated switchgear (GIS) harus terkoneksi ke sistem pembumian. Koneksi pembumian pada kompartemen dilakukan dengan memperhatikan agar tidak terbentuk loop tertutup dengan bumi yang dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi arus.
Setiap kubikel local control cabinet (LCC) dihubungkan ke sistem pembumian. Koneksi dapat dilakukan dengan menggunakan konduktor pembumian melalui equipotential bonding bar. Equipotential bonding bar dihubungkan ke mesh grounding pada jarak terdekat.
5.2.5 Koneksi bangunan pusat kontrol ke mesh grounding
Pembumian pada bangunan pusat kontrol harus terhubung ke mesh grounding dan dilengkapi dengan ring grounding yang ditanam mengelilingi bangunan.
SPLN T5.012: 2020
8
5.2.6 Koneksi common facilities ke mesh grounding
Peralatan common facilities di gardu induk seperti pagar, rak baterai, transformator pemakaian sendiri, genset, panel hubung bagi, dan peralatan metal lainnya harus terhubung ke sistem pembumian. Koneksi dapat dilakukan dengan menggunakan konduktor pembumian melalui equipotential bonding bar. Equipotential bonding bar dihubungkan ke mesh grounding pada jarak terdekat.
Gambar 2. Contoh koneksi common facilities CATATAN:
Gambar merupakan ilustrasi dan tidak menggambarkan ketentuan konstruksi.
5.2.7 Koneksi antar mesh grounding
Pada kondisi dalam satu sistem terdapat dua atau lebih mesh grounding, harus dilakukan penghubungan antar mesh grounding. Penghubung antar mesh dilakukan pada sisi-sisi yang berhadapan pada banyak titik setiap maksimal 15 m (Gambar 3). Konduktor penghubung menggunakan tembaga dengan luas penampang minimal 150 mm2.
Baterai
Panel ACDC
Panel ACDC
Panel Kontrol
Perangkat Hubung Bagi Tegangan
Menengah
Eq.
Bonding Bar
Mesh grounding
SPLN T5.012: 2020
9
Gambar 3. Koneksi antar mesh grounding
Dalam hal daerah di antara kedua area mesh grounding merupakan lahan yang digunakan untuk aktivitas manusia, maka ketentuan pembumian mengikuti persyaratan mesh grounding.
5.2.8 Koneksi kawat tanah dan lightning rod ke mesh grounding
Kawat tanah atau lightning rod dipasang untuk mengamankan serandang gardu induk terhadap sambaran petir langsung pada batasan nilai arus petir yang ditentukan. Kawat tanah atau lightning rod terhubung ke mesh grounding yang ada di bawahnya melalui struktur baja.
Spesifikasi material pembumian pada gardu induk
5.3.1 Konduktor pembumian
Konduktor pembumian berupa bare conductor (BC) yang dapat terbuat dari baja galvanis atau tembaga. Ukuran disesuaikan sehingga mampu mengalirkan arus hubung singkat sistem.
5.3.2 Elektrode pembumian
Elektrode pembumian terbuat dari tembaga (copper-clad steel) dengan panjang minimal 2 m dan memenuhi kriteria desain mesh grounding.
5.3.3 Equipotential bonding bar
Equipotential bonding bar terbuat dari tembaga dengan dimensi lebar dan ketebalan minimal 100 mm × 10 mm (Gambar 4).
≤ 15 m
Grid Pembumian 1 Grid Pembumian 2
Konduktor Penghubung
SPLN T5.012: 2020
10
Gambar 4. Dimensi equipotential bonding bar
5.3.4 Sambungan-sambungan
Sambungan-sambungan pembumian harus memenuhi persyaratan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan metode sambungan
No Jenis sambungan Metode sambungan
1 Antar konduktor untuk membentuk mesh grounding
exothermic welding
2 Konduktor ke mesh grounding exothermic welding 3 Konduktor ke elektrode pembumian earthing clamp 4 Peralatan ke konduktor pembumian earthing clamp
6 Pembumian pada jaringan transmisi
Pembumian pada jaringan transmisi yang diatur di dalam SPLN ini mencakup persyaratan pembumian pada tower dan saluran kabel.
Pembumian pada tower
Pembumian pada tower transmisi pada Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET) bertujuan untuk menjamin keamanan personil dari tegangan sentuh dan tegangan langkah pada tower, dan mengalirkan impuls petir ke bumi.
Metode pembumian pada tower dilakukan dengan metode driven rod (butir 6.1.1), metode counterpoise (butir 6.1.2), metode lainnya, atau kombinasinya sehingga nilai tahanan pembumian pada tower tercapai maksimal 10 Ω. Pada tower yang sering terjadi gangguan back-flashover bisa menggunakan nilai tahanan yang lebih rendah. Khusus untuk 5 (lima) tower dari gardu induk nilai tahanan pembumian pada tower sesuai Tabel 4. Pengukuran tahanan pembumian tower diukur tanpa dihubungkan dengan kaki tower.
≥ 100
≥ 10 mm
CATATAN:
Panjang batang, ukuran lubang, dan jarak antar lubang sesuai kebutuhan
SPLN T5.012: 2020
11
Tabel 4. Nilai tahanan pembumian pada 5 tower dari gardu induk
Level Tegangan Sistem Nilai Tahanan Pembumian Tower [ohm]
66 kV ≤ 3
150 kV ≤ 3
275 kV ≤ 3
500 kV ≤ 1
Dalam hal ditentukan lain atau disepakati, dapat ditambahkan dengan metode pembumian pondasi (butir 6.1.3).
Kaki tower dihubungkan ke sistem pembumian yang digunakan melalui konduktor pembumian.
Jika material yang digunakan berbeda, titik sambung kaki tower ke konduktor pembumian menggunakan earthing clamp jenis bimetal.
Pada kondisi sering terjadinya gangguan back-flashover, dapat dilakukan pengisolasian tower dari arus petir sehingga arus petir akan langsung masuk ke dalam tanah tanpa mengakibatkan naiknya tegangan pada tower.
Pada kondisi permukiman atau peternakan, perlu dipertimbangkan sistem pembumian tower khusus untuk menghindari bahaya tegangan langkah. Untuk hal ini, dapat menggunakan counterpoise empat titik yang ditarik horizontal radial ke arah luar, pengisolasian driven rod, atau metode lainnya; dan dilengkapi dengan ring grounding.
6.1.1 Metode driven rod
Metode driven rod dilakukan dengan menanam kawat konduktor dan elektrode pembumian tegak lurus permukaan tanah lalu menghubungkannya ke kaki tower.
Kawat yang digunakan terbuat dari tembaga dengan luas penampang minimal 38 mm2 atau baja galvanis dengan luas penampang minimal 55 mm2. Pada ujungnya dipasang elektrode pembumian yang terbuat dari tembaga (copper-clad steel) dengan panjang minimal 2 m (Gambar 5).
Jumlah driven rod disesuaikan sehingga didapat nilai pembumian yang dibutuhkan.
SPLN T5.012: 2020
12
Gambar 5. Contoh metode driven rod
6.1.2 Metode counterpoise
Metode counterpoise dilakukan dengan menanam kawat konduktor horizontal di dalam tanah dengan kedalaman minimal 0,8 m. (Gambar 6)
Kawat yang digunakan terbuat dari tembaga dengan luas penampang minimal 38 mm2 atau baja galvanis dengan luas penampang minimal 55 mm2.
Gambar 6. Contoh metode counterpoise
Penggelaran kawat di dalam tanah dilakukan menjauhi kaki tower dengan arah sejajar konduktor (Gambar 7).
Gambar 7. Contoh pola counterpoise
Pola penggelaran counterpoise dan panjang konduktor disesuaikan sehingga didapat nilai pembumian yang dibutuhkan.
Elektroda pembumian
Kaki Tower Kawat
konduktor
Kaki Tower Kawat
konduktor
Arah konduktor
Tower
SPLN T5.012: 2020
13
6.1.3 Pembumian pondasi
Pembumian pondasi dilakukan dengan memanfaatkan struktur baja pondasi sebagai elektrode pembumian. Struktur baja pondasi ditambahkan plat hot dip galvanis sehingga terhubung elektris dengan baik (Gambar 8). Plat ini menuju ke terminal pembumian pondasi lalu dihubungkan ke kaki atau struktur tower.
Gambar 8. Contoh pemasangan plat pada bidang struktur baja pondasi
Pembumian pada saluran kabel
Pembumian peralatan pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) bertujuan untuk menjamin keamanan peralatan dan keselamatan personil dan masyarakat saat terjadi arus petir atau gangguan hubung singkat.
Pembumian pada SKTT terdiri dari pembumian pada terminasi dan jointing, serta bonding kabel.
6.2.1 Pembumian pada terminasi dan jointing
Dalam hal ujung kabel berada di gardu induk, maka pembumian pada terminasi harus dihubungkan ke sistem pembumian yang ada pada gardu induk.
Dalam hal ujung kabel berada di tower, maka pembumian pada terminasi harus dihubungkan ke sistem pembumian yang ada pada tower.
Pembumian pada jointing harus dihubungkan pada sistem pembumian pada joint hole. Nilai tahanan pembumian pada joint hole maksimal 3 Ω.
Konduktor ujung pada terminasi kabel SKTT harus terhubung ke lightning arrester untuk mereduksi impuls petir akibat adanya perubahan impedansi. Pembumian lightning arrester dihubungkan pada jarak terdekat ke selubung (sheath) kabel dan dihubungkan ke sistem pembumian.
Plat hot dip galvanis Struktur baja
pondasi
klem
SPLN T5.012: 2020
14
6.2.2 Bonding pada kabel
Kabel yang dilalui arus dapat menginduksi medan magnet pada bagian selubung metal (sheath) atau konduktor lainnya yang sejajar. Pada selubung yang membentuk loop tertutup akan timbul aliran arus sirkulasi yang menyebabkan rugi-rugi resistif dan berkontribusi pada kenaikan suhu kabel sehingga dapat menurunkan kapasitas kuat hantar arus kabel, mengurangi efisiensinya, dan mempercepat penuaan isolasi. Metode bonding digunakan untuk menyela jalur elektrik pada selubung tersebut sehingga aliran arus sirkulasi berkurang/hilang, namun akibatnya dapat menimbulkan kenaikan tegangan pada selubung.
Untuk itu pengaturan bonding tertentu harus dilakukan agar dapat mengurangi arus sirkulasi dan membatasi nilai tegangan pada selubung.
Bonding pada kabel SKTT inti tunggal (single-conductor power cables) mengacu pada metode bonding khusus (special bonding techniques) pada standar IEEE 575-2014 dengan ketentuan tegangan standing-sheat voltage pada selubung ujung maksimal 150 V.
SPLN T5.012: 2020
15
Lampiran A
Perhitungan Batasan Tegangan Langkah dan Tegangan Sentuh
Lampiran ini memberikan dasar perhitungan terkait batasan tegangan langkah dan tegangan sentuh maksimum yang diizinkan timbul pada mesh grounding.
Perhitungan batasan aman tegangan langkah dan sentuh bagi manusia didasarkan pada nilai arus pada durasi tertentu yang masih dapat ditoleransi oleh manusia tanpa terjadi ventrikel fibrilasi (ventricular fibrillation).
Mengacu pada IEEE Std 80-2013, pada studi Dalziel dkk., besar arus IB yang tidak menyebabkan fibrilasi pada durasi 0,03 s hingga 3,0 s adalah sebanding dengan energi yang diserap tubuh sesuai persamaan berikut:
𝑺𝑩= (𝑰𝑩)𝟐× 𝒕𝒔 Persamaan A.1
dimana
IB : besar arus rms yang mengalir ke tubuh (A) ts : durasi mengalirnya arus (s)
SB : konstanta empiris yang sebanding dengan energi kejut yang dapat ditoleransi tubuh oleh sejumlah persen populasi
Dalziel menyimpulkan bahwa energi kejut maksimal yang dapat diterima oleh 99,5% orang dengan berat 50 kg adalah SB = 0.0135. Sehingga formula arus yang diperbolehkan mengalir di tubuh adalah sebagai berikut:
𝑰𝑩=√𝑺𝑩
√𝒕𝒔
= √𝟎, 𝟎𝟏𝟑𝟓
√𝒕𝒔
= 𝟎, 𝟏𝟏𝟔
√𝒕𝒔
Persamaan A.2
Merujuk pada IEEE Std 80-2013, batasan maksimal tegangan langkah dan tegangan sentuh didefinisikan sebagai persamaan berikut:
𝑬𝒔𝒕𝒆𝒑= (𝑹𝑩+ 𝟐𝑹𝒇) 𝑰𝑩 Persamaan A.3
𝑬𝒕𝒐𝒖𝒄𝒉= (𝑹𝑩+𝑹𝒇
𝟐) 𝑰𝑩 Persamaan A.4
dimana
Estep : tegangan langkah (V) Etouch : tegangan sentuh (V)
RB : tahanan tubuh yang diasumsikan 1000 Ω
Rf : resistansi tanah pada lapisan permukaan di bawah kaki (Ω)
SPLN T5.012: 2020
16 Merujuk juga bahwa:
𝑹𝒇= 𝟑𝑪𝒔× 𝝆𝒔 Persamaan A.5
dimana
Cs : Faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
ρs : Tahanan jenis permukaan material (lapisan batu koral), (Ω-m)
Dengan memasukkan asumsi tahanan tubuh 1000 Ω pada persamaan A.3 dan A.4 dan subtitusi menggunakan persamaan A.5, didapat definisi sebagai berikut:
𝑬𝒔𝒕𝒆𝒑𝟓𝟎= (𝟏𝟎𝟎𝟎 + 𝟔𝑪𝒔× 𝝆𝒔)𝟎, 𝟏𝟏𝟔
√𝒕𝒔
Persamaan A.6
𝑬𝒕𝒐𝒖𝒄𝒉𝟓𝟎= (𝟏𝟎𝟎𝟎 + 𝟏, 𝟓𝑪𝒔× 𝝆𝒔)𝟎, 𝟏𝟏𝟔
√𝒕𝒔
Persamaan A.7
dimana
Estep50 : Tegangan langkah untuk berat badan manusia 50 kg Etouch50 : Tegangan sentuh untuk berat badan manusia 50 kg Cs : Faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
ρs : Tahanan jenis permukaan material (lapisan batu koral), (Ω-m) tf : Durasi/lama gangguan (waktu pemutusan), (s)
Merujuk pada persamaan A.6 dan A.7 tersebut, dihitung tegangan sentuh dan tegangan langkah yang menjadi batasan standar SPLN menggunakan asumsi sebagai berikut:
Tabel A.1 Asumsi Batasan Perhitungan Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah
No Parameter Nilai Dasar Asumsi
1 Berat badan 50 kg
2 Tahanan Jenis Tanah ρ 28 Ω.m IEEE Std 80: 2013, Table 9 soil and clay
3 Tahanan Jenis Permukaan ρs 5000 Ω.m IEEE Std 80: 2013, Table 7, Washed Granite
4 Tinggi permukaan hs 0,15 m
5 Durasi shock ts 1 s Durasi shock sama dengan durasi
hubung-singkat (ts = tf) Dengan persamaan konstanta surface layers:
𝑪𝑺= 𝟏 −
𝟎, 𝟎𝟗 (𝟏 − 𝝆 𝝆𝒔) 𝟐𝒉𝒔+ 𝟎, 𝟎𝟗
Persamaan A.8
dan memasukkan asumsi pada Tabel A.1 maka didapat:
SPLN T5.012: 2020
17
𝑪𝑺= 𝟎, 𝟕𝟕𝟐 Persamaan A.9
Sehingga menggunakan Persamaan A.6, A.7, dan A.9 dapat dihitung batasan maksimum tegangan langkah dan tegangan sentuh sebagai berikut:
𝑬𝒔𝒕𝒆𝒑 = 𝟐𝟖𝟎𝟎, 𝟗𝟓 𝑽 Persamaan A.10
𝑬𝒕𝒐𝒖𝒄𝒉= 𝟕𝟖𝟕, 𝟐𝟒 𝑽 Persamaan A.11
Dari Persamaan A.10 dan A.11, dalam SPLN ini, dijadikan batasan tegangan langkah (Es) dan tegangan mesh (Em) sistem mesh grounding (Tabel 1) sebagai berikut:
𝑬𝒔= 𝟐𝟖𝟎𝟎 𝑽
𝑬𝒎=𝟕𝟖𝟕 𝑽
Pengelola Standardisasi:
PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan Jl. Duren Tiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id
Pengelola Standardisasi:
PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan Jl. Duren Tiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id