https://www.bps.go.id
4
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat, serta karunia-Nya sehingga Publikasi Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2023 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini merupakan publikasi tahunan, menyajikan data potensi, keadaan, serta pengelolaan sumber daya laut dan pesisir. Data dalam publikasi ini adalah hasil kompilasi data dari Badan Pusat Statistik dan instansi/unit terkait baik di pusat maupun daerah.
Optimalisasi pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir secara inklusif dan berkelanjutan, penting dalam prinsip Ekonomi Biru.
Publikasi ini mengangkat tema “Ekonomi Laut Berkelanjutan dan Tantangan Pengelolaan Kawasan Pesisir”, sebagai bentuk dukungan dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Tema tersebut juga sebagai dukungan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), Pilar Pembangunan Lingkungan, Tujuan ke-14: “Melestarikan dan Memanfaatkan Secara Berkelanjutan Sumber Daya Kelautan dan Samudera”.
Jakarta, November 2023 Plt. Kepala Badan Pusat Statistik
Amalia Adininggar Widyasanti
K ATA P E N G A N TA R
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang terlibat/memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini. Publikasi ini dibuat untuk memberikan gambaran terkait penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan nasional di masa mendatang sebagai bagian dari kebijakan dan pelaksanaan pembangunan bidang kelautan dan perikanan pada saat ini. Semoga publikasi yang disajikan bermanfaat bagi pengguna untuk berbagai keperluan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan pada edisi yang akan datang.
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
Memajukan kesejahteraan bangsa dengan memanfaatkan sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan merupakan salah satu tujuan pemerintah sejak beberapa dekade terakhir. Upaya pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan sumberdaya kelautan, ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia. Pada akhir tahun 2020, Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam High Level Panel Suntainable Ocean Economy, bersama-sama meluncurkan agenda pembangunan ekonomi laut berkelanjutan. Ekonomi biru (blue economy) adalah ekonomi laut berkelanjutan yang menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial dengan tetap memastikan kelestarian lingkungan sumber manfaat tersebut dalam jangka panjang (World Bank & UN DESA, 2017). Dengan demikian prinsip ekonomi laut berkelanjutan akan selalu berjalan beriringan dengan pengelolaan kawasan pesisir.
Selama lima tahun terakhir, Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan terus meningkat baik Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) maupun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Pada tahun 2022, PDB Perikanan ADHK mencapai Rp275,5 triliun, meningkat sebesar 15,44 persen dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp238,6 triliun. Sementara itu, PDB Perikanan ADHB meningkat sebesar 30,88 persen dari Rp385,9 triliun pada tahun 2018, menjadi Rp505,1 triliun pada tahun 2022. Pada sisi ekspor, sektor perikanan merupakan salah satu sumber devisa negara, bahkan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan eksportir ikan terbesar di dunia. Pada tahun 2022, volume ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 1,22 juta ton atau senilai US$6,24 miliar. Volume ekspor ini meningkat 8,8 persen dibanding kondisi lima tahun sebelumnya yakni tahun 2018 yang sebesar 1,13 juta ton atau senilai US$4,86 miliar.
Meskipun total volume produksi perikanan pada tahun 2022 mulai meningkat dibanding tahun 2021, yakni sudah mencapai sekitar 22,18 juta ton, namun dalam kurun waktu 2017-2021, total volume produksi perikanan cenderung terus menurun. Produksi perikanan tangkap belum ada peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2017, produksi perikanan tangkap sekitar 7.071 ribu ton, sementara pada 2021 sekitar 7.225 ribu ton. Sementara itu, produksi perikanan budidaya justru terus menurun dalam kurun waktu lima tahun tersebut. Pada tahun 2017, produksi perikanan budidaya sekitar 16.115
R I N G K A S A N E K S E K U T I F
https://www.bps.go.id
viii
ribu ton, sementara pada 2021 sekitar 14.648 ribu ton. Produksi tersebut pada 2022 masih 14.776 ribu ton. Hal ini mencerminkan belum maksimalnya pemanfaatan potensi yang ada. Selanjutnya, pada tahun 2021, pemanfaatan lahan budidaya laut hanya sebesar 1,39 persen dari total potensi yang dapat dimanfaatkan. Sementara itu, pemanfaatan lahan budidaya payau adalah sebesar 22,48 persen, dan pemanfaatan lahan budidaya tawar sebesar 10,26 persen. Persentase pemanfaatan lahan dari tiga jenis budidaya ini cenderung mengalami penurunan selama 2017-2021. Oleh karena itu, berbagai faktor yang menjadi kendala dan tantangan perlu diatasi agar pemanfaatannya lebih maksimal dalam rangka mewujudkan ekonomi laut berkelanjutan.
Beberapa faktor yang menjadi tantangan maupun ancaman menuju ekonomi laut yang berkelanjutan diantaranya adalah perubahan iklim global, penangkapan ikan berlebihan, polusi limbah dan sampah laut, pembangunan pesisir yang tidak berkelanjutan, penyusutan habitat laut, Illegal, Unreported, dan Unregulated (IUU) Fishing, kekurangan infrastruktur dan teknologi. Perubahan kebijakan dan hukum yang tidak terkoordinasi atau kurang konsisten dapat menciptakan ketidakpastian bagi para pelaku industri kelautan dan perikanan. Oleh sebab itu, dibutuhkan kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat nelayan, sektor swasta, dan organisasi nonpemerintah, dalam mencapai ekonomi laut yang berkelanjutan.
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh dunia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologis yang penting. Namun, pengelolaan kawasan ini tidaklah mudah dan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks. Di Indonesia, negara dengan 17.001 pulau dan garis pantai yang panjang, tantangan dalam pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil juga sangat signifikan. Termasuk pulau-pulau kecil terluar di seluruh Indonesia.
Terindikasi masih terdapat terdapat persepsi sebagian masyarakat bahwa laut merupakan daerah akhir tempat pembuangan sampah. Hasil pendataan Potensi Desa tahun 2021 menunjukkan masih ada total 1.511 desa yang berbatasan langsung dengan laut di seluruh Indonesia yang membuang sampah ke sungai/saluran irigasi/danau/laut. Jumlah ini masih banyak namun, masih lebih sedikit daripada perilaku membuang sampah yang ideal, yaitu 2.321 desa tepi laut.
Pencemaran air laut akibat pembuangan limbah industri, pertanian, dan domestik
https://www.bps.go.id
merupakan ancaman serius bagi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Limbah yang terbuang ke laut dapat merusak terumbu karang, mangrove, dan ekosistem pesisir lainnya. Penggunaan pestisida dan bahan kimia pertanian yang berlebihan dapat mencemari air dan merusak keanekaragaman hayati. Apabila terumbu karang rusak, mangrove rusak, atau penangkapan ikan yang destruktif, maka diperkirakan Indonesia akan kehilangan dua ribu pulau kecil yang berpotensi tenggelam pada tahun 2030 (Bengen, 2017). Peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat, penguatan hukum dan penegakan, pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan kerjasama, dibutuhkan untuk mengatasi tantangan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Reklamasi pantai berarti menambah luas daratan. Umumnya, pantai memiliki mangrove karena mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap tsunami maupun abrasi air laut. Reklamasi yang dilakukan dengan pengurukan dapat mengubah kondisi air di pantai, yang pada akhirnya akan mempengaruhi ekosistem mangrove dan pantai tersebut. Perikanan tangkap dan budidaya ikan merupakan salah satu sektor dalam Ekonomi Biru. Reklamasi terutama berakibat pada berubahnya kualitas air laut. Perubahan kualitas ini dapat berakibat pada berkurangnya jumlah ikan yang bisa hidup di sekitar pantai. Kondisi ini tentunya menurunkan potensi perikanan tangkap. Kualitas air laut yang rendah dapat membatasi pertumbuhan ikan budidaya sehingga kualitas ikan budidaya menjadi rendah. Ditambah lagi, penambangan pasir untuk reklamasi yang dilakukan di pulau terluar dapat mengubah batas wilayah negara.
Reklamasi memberikan peluang manusia untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan. Di sisi lain, reklamasi memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan. Perencanaan yang baik dan penggunaan berbagai teknologi dapat menjadi penunjang dalam mengantisipasi dampak negatif reklamasi. Pemerintah Indonesia telah mengatur reklamasi dalam UU no 27 Tahun 2007 Pasal 34. Dalam pelaksanaannya, reklamasi diwajibkan untuk menjaga dan memperhatikan: keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil; serta persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material.
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
Kata Pengantar ...
Ringkasan Eksekutif ... vii
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xv
Penjelasan Umum ... xvii
Daftar Singkatan ... xix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Tujuan ... 7
1.3 Kerangka Kerja ... 8
1.4 Sistematika Penulisan ... 8
II. EKONOMI BIRU : PEMBANGUNAN EKONOMI LAUT YANG BERKELANJUTAN ... 11
2.1 Potensi Perikanan Tangkap dan Budidaya ... 13
2.2 Tantangan Ekonomi Laut Berkelanjutan ... 16
2.2.1 Perubahan Iklim Global ... 19
2.2.2 Overfishing (Penangkapan Ikan Berlebihan) ... 20
2.2.3 Polusi Limbah dan Sampah Laut ... 22
2.2.4 Pembangunan Pesisir yang Tidak Berkelanjutan ... 23
2.2.5 Penyusutan Habitat Laut ... 23
2.2.6 Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing ... 24
2.2.7 Kekurangan Infrastruktur dan Teknologi ... 24
2.2.8 Perubahan Kebijakan dan Hukum ... 25 Halaman
v Kawasan Pesisir
Volume 20, 2023
https://www.bps.go.id
xii
2.3 Pengelolaan Sumber Daya Laut, Perlindungan Lingkungan Laut,
dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Nelayan ... 25
2.3.1 Pengelolaan Sumber Daya Laut secara Bijaksana ... 25
2.3.2 Perlindungan Lingkungan Laut ... 26
2.3.3 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Nelayan ... 26
III TANTANGAN PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ... 39
3.1 Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia ... 61
3.2 Perubahan Iklim dan Kelestarian Laut ... 63
IV REKLAMASI PANTAI YANG MENUNJANG EKONOMI LAUT BERKELANJUTAN ... 69
4.1 Reklamasi ... 71
4.1.1 Pendorong Reklamasi ... 72
4.1.2 Mangrove dan Reklamasi ... 74
4.1.3 Hubungan Reklamasi dan Keberadaan Mangrove ... 75
4.1.4 Dampak Reklamasi Pada Lingkungan ... 77
4.1.5 Apakah Reklamasi Bisa Dilanjutkan ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 89
TABEL-TABEL ... 113
https://www.bps.go.id
Halaman 2.1 Jumlah Lulusan Satuan Pendidikan Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) menurut Lokasi, 2018-2022 ... 29 3.1 Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) yang Dikelola Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2022 ... 41 3.2 Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) yang Dikelola Pemerintah
Daerah, 2022 ... 45 3.3 Pulau-Pulau Kecil Terluar di Indonesia Berdasarkan Keppres No. 6 Tahun 2017 ... 54
DA F TA R TA B E L
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
Halaman 1.1 Ekonomi Laut Berkelanjutan Beriringan dengan Pengelolaan Kawasan
Pesisir dan Pulau Kecil Terluar (Pantai Kelingking, Desa Bunga Mekar, Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali, Termasuk dalam Zona
Perikanan Tradisional) ... 5
1.2 Kerangka Konseptual Tautan Kausal Lingkungan Antara Pemicu (Drivers) Tekanan (Preassures), Keadaan (States), Dampak (Impact), dan Tanggapan (Responses) - DPSIR ... 7
2.1 Perkembangan PDB Perikanan ADHB dan ADHK (Triliun Rupiah), 2018-2022 ... 14
2.2 Peran Ekonomi Laut dalam Perekonomian Indonesia ... 15
2.3 Volume Produksi Perikanan Indonesia (Ribu Ton), 2017-2022 ... 16
2.4 Persentase Pemanfaatan Lahan Budidaya di Indonesia, 2017-2021 ... 17
2.5 Luas Lahan Perikanan Budidaya Laut dan Budidaya Tambak (Hektare), 2018-2021 ... 18
2.6 Tantangan Ekonomi Laut Berkelanjutan ... 18
2.7 Kebijakan yang Telah Diupayakan Pemerintah untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekonomi Laut di Indonesia ... 27
2.8 Sebaran Penyuluh Kelautan dan Perikanan menurut Provinsi Tahun 2022 30 3.1 Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) yang Dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2022 ... 44
3.2 Pulau-pulau Kecil Terluar di Indonesia Berdasarkan Keppres No.6 Tahun 2017 ... 57
3.3 Peta Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh, Kota Sabang, Provinsi Aceh ... 62
3.4 Kenaikan Permukaan Laut Akibat Perubahan Iklim ... 64
4.1 Provinsi dengan Pertambahan Panjang Garis Pantai Terbesar (km), 2019- 2022 ... 72
DA F TA R G A M B A R
https://www.bps.go.id
xvi
Halaman 4.2 Peta Luas Mangrove menurut Provinsi (Ha), 2021 ... 75 4.3 Pendorong dan Dampak Negatif Reklamasi ... 76
https://www.bps.go.id
TANDA-TANDA:
Tidak ada atau nol : -
Data dapat diabaikan : 0
Tanda desimal : ,
Data tidak dapat ditampilkan : NA
Angka estimasi/perkiraan : e
Angka diperbaiki : r
Angka sementara : x
Angka sangat sementara : xx
Tidak Terdeteksi : tt
Tidak Terpantau : tp
SATUAN:
Barrel : 158,99 liter
Ton : 1.000 kg
Kkal : 1.000 kal
Hektare : 0,01 km2 = 10.000 m²
P E N J E L A S A N U M U M
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
ADHB : Atas Dasar Harga Berlaku ADHK : Atas Dasar Harga Konstan
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BPR : Bank Perkreditan Rakyat
BPS : Badan Pusat Statistik
BRSDM KP : Badan Riset dan Sumber Data Manusia Kelautan dan Perikanan DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FAO : The Food and Agriculture Organization
FMS : Fisheries Monitoring System/Teknologi Pemantauan Sumber Daya Ikan
GRK : Gas Rumah Kaca
IUU Fishing : Illegal, Unregulated, and Unreported Fishing JTB : Jumlah Tangkapan Ikan yang Diperbolehkan KIA : Kapal Ikan Asing
KII : Kapal Ikan Indonesia
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KKPD : Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPN : Kawasan Konservasi Perairan Nasional
KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KUD : Koperasi Unit Desa
MSY : Maximum Sustainable Yield/Tangkapan Lestari Maksimum P2MKP : Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan
PODES : Pendataan Potensi Desa
POKMASWAS : Kelompok Masyarakat Pengawas
Polsus PWP3K : Polisi Khusus Pengawasan Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil PPN/Bappenas : Kementerian Perencanaan Pembanguan Nasional/Bappenas
PROPER : Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan
PSDKP : Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan PUD : Perairan Umum Darat
Pushidrosal : Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Satgas : Satuan Tugas
DA F TA R S I N G K ATA N
https://www.bps.go.id
xx
SDA : Sumber Daya Alam
SDGs : Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TPI : Tempat Pelelangan Ikan
UNCLOS : United Nation Convention on The Law of The Sea UUD : Undang-Undang Dasar
VMS : Vessel Monitoring System/Sistem Pemantauan Kapal WHO : World Heath Organization
WPPNRI : Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia ZEEI : Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
P E N DA H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Memajukan kesejahteraan bangsa dengan memanfaatkan sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan merupakan salah satu tujuan pemerintah sejak beberapa dekade terakhir. Sejalan dengan hal tersebut, maka sumber daya alam yang terdapat dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang air di atasnya harus dilindungi dan dikelola dengan cara yang tepat terarah dan bijaksana. Indonesia memiliki laut yang luas. Dua per tiga wilayah Indonesia merupakan lautan, sehingga Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang tinggi. Potensi sumberdaya laut diantaranya adalah perikanan tangkap dan perikanan budi daya, hutan mangrove, terumbu karang, pertambangan dan energi, padang lamun, pariwisata bahari, dan sebagainya
Sebagai salah satu potensi di bidang kelautan dan perikanan, estimasi potensi sumber daya ikan dari perikanan tangkap laut (ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar selain tuna dan cakalang, ikan demersal, ikan karang, udang penaeid, lobster, kepiting, rajungan dan cumi cumi) sekitar 12,01 juta ton. Potensi sumberdaya perikanan tangkap tersebut tersebar di sebelas Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI). Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2022. Sejalan dengan pengelolaan dengan cara yang tepat, terarah dan bijaksana, serta berdasarkan komitmen prinsip keberlanjutan, jumlah tangkapan yang diperbolehkan dari 12,01 juta ton setiap tahun adalah sebesar 8,6 juta ton per tahun.
Indonesia negara kepulauan yang terdiri 17.001 pulau (Kementerian Dalam Negeri, 2022) dengan luas lautan NKRI sebesar 6,4 juta km², jauh lebih luas dari luas daratan Indonesia. Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara penghasil ikan terbesar dunia setelah Tiongkok. Laut Indonesia adalah bagian terbesar Segitiga Terumbu Karang (coral triangle), oleh karena itu biota laut kita sangatlah beragam.
Produksi perikanan di Indonesia tidak hanya berasal dari perikanan tangkap, melainkan juga berasal dari produksi perikanan budidaya. Menurut Kementerian
https://www.bps.go.id
4
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 Kelautan dan Perikanan, 2023, tercatat produksi perikanan tahun 2022 mencapai sekitar 22,18 juta ton. Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2021 mencapai sekitar USD 5,7 miliar dan meningkat pada 2022 menjadi sekitar USD 6,2 miliar. Kondisi ini menjadi modal besar pembangunan, menurut Badan Pusat Statistik, 2023, perikanan menyumbang 505,06 triliun rupiah pada tahun 2022 atau sebesar 2,58 persen terhadap PDB Nasional.Laut adalah milik bersama (common property), sering menyebabkan suatu permasalahan yang sering dikenal sebagal suatu tragedy of the common. Pengelolaan laut berdasarkan prinsip open access, sehingga berpotensi terjadinya eksploitasi sumber daya. Permasalahan tersebut sudah cukup lama disadari dan diupayakan antisipasinya oleh pemerintah melalui kebijakan, karena laut merupakan tanggung jawab kita bersama.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) dalam Satu Naskah, mengamanatkan negara mengelola sumber daya alam untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945) dengan mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Sejalan dengan upaya pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan sumberdaya kelautan, ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia.
Pemanfaatan sumber daya kelautan tidak boleh mengorbankan (kualitas dan kuantitas) kebutuhan generasi yang akan datang (future generations). Lebih jauh, pada akhir tahun 2020, Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam High Level Panel Suntainable Ocean Economy, bersama-sama meluncurkan agenda pembangunan ekonomi laut berkelanjutan dalam bentuk dokumen “Transformasi untuk Ekonomi Laut Berkelanjutan:
Visi untuk Perlindungan, Produktivitas, dan Kesejahteraan” (Transformations for a Sustainable Ocean Economy: A Vision for Protection, Production and Prosperity).
Ekonomi biru merupakan bagian dari pilar kunci dalam isu prioritas yang diangkat oleh Development Working Group (DWG) pada Presidensi G20 Indonesia 2022, khususnya dalam memperkuat pemulihan pasca Pandemi covid-19 dan memastikan resiliensi di negara berkembang, negara tertinggal, dan negara kepulauan. Ekonomi biru (blue economy) merupakan ekonomi laut berkelanjutan yang menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial, sambil memastikan kelestarian lingkungan sumber manfaat tersebut dalam jangka panjang (World Bank & UN DESA, 2017). Ekonomi laut berkelanjutan ini sejalan
https://www.bps.go.id
Gambar 1.1
Ekonomi Laut Berkelanjutan Beriringan dengan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau Kecil Terluar (Pantai Kelingking, Desa Bunga Mekar, Kawasan Konservasi
Perairan Nusa Penida, Bali, Termasuk dalam Zona Perikanan Tradisional) dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia tersebut. Lebih jauh, dalam upaya pemanfaatan sumber daya kelautan berkelanjutan tak lepas dari upaya pengelolaan tata ruang laut. Tema Ekonomi Laut Berkelanjutan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir pada publikasi ini dipandang penting untuk memberikan pemahaman tematik dalam kerangka besar pembangunan ekonomi biru dalam arti luas.
https://www.bps.go.id
6
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 Menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya laut dan pelestarian lingkungan laut serta pemberdayaan masyarakat pesisir, merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam memastikan prinsip berkelanjutan. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan beragam disiplin ilmu.Berbagai tantangan yang ada juga perlu penelaahan tematik terkait secara deskriptif, untuk memberikan gambaran yang lebih detil. Misalnya, menyangkut potensi Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di Asia Tenggara, dan terletak di antara benua Asia dan benua Australia serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terluar menjadi suatu yang penting untuk ditelaah sejalan dengan pengarusutamaan prinsip ekonomi biru. Demikian pula dengan reklamasi pantai pada beberapa tahun terakhir, struktur pantai alami diubah melalui pengisian tambahan menggunakan material seperti pasir, batu, atau tanah, yang apabila dilakukan tanpa perencanaan, maka akan berpotensi merusak ekosistem laut.
Analisis data yang akan diuraikan pada publikasi SDLP 2023 ini secara umum bagaimana implementasi pelaksanaan, hubungan atau kondisi lingkungan dalam kaitannya dengan upaya menuju ekonomi laut berkelanjutan dan pengelolaan wilayah pesisir. Hal tersebut tertuang dalam penelaahan tiga subtopik terpilih sebagai berikut:
1. Gambaran progres pembangunan ekonomi laut yang berkelanjutan pada saat ini.
2. Tantangan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terluar.
3. Reklamasi pantai yang menunjang ekonomi laut berkelanjutan.
https://www.bps.go.id
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan Publikasi Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir (SDLP) 2023 dengan tema “Ekonomi Laut Berkelanjutan dan Pengelolaan wilayah pesisir” adalah:
1. Memberi gambaran rinci terkait gambaran progres pembangunan ekonomi laut yang berkelanjutan pada saat ini.
2. Memberikan informasi rinci terkait tantangan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terluar.
3. Menyajikan pandangan tentang reklamasi pantai yang menunjang ekonomi laut berkelanjutan berdasarkan fenomena lingkungan.
ZĞƐƉŽŶƐĞƐ
;dĂŶŐŐĂƉĂŶͿ
/ŵƉĂĐƚ
;ĂŵƉĂŬͿ
^ƚĂƚĞ
;<ĞĂĚĂĂŶͿ WƌĞƐƐƵƌĞƐ
;dĞŬĂŶĂŶͿ ƌŝǀĞƌƐ
;WĞŵŝĐƵͿ
KERANGKA KERJA DPSIR
Sumber: diterjemahkan dari Europe Environment Agency, 1999 Gambar 1.2
Kerangka Konseptual Tautan Kausal Lingkungan antara Pemicu (Drivers), Tekanan (Preassures), Keadaan (States), Dampak (Impact), dan Tanggapan (Responses) -
DPSIR
https://www.bps.go.id
8
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 1.3 Kerangka KerjaPembahasan Publikasi Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir diuraikan secara detil ke dalam tiga subtema terpilih. Setiap subtema, informasi dan data dianalisi menggunakan kerangka kerja yang diturunkan dari kerangka konseptual tautan kausal untuk lingkungan yaitu Drivers, Pressures, States, Impact, Responses (DPSIR). Pembahasan subtema tersebut masing-masing merupakan satu pembahasan utuh yang saling melengkapi deskripsi tema utama publikasi, yaitu “Ekonomi Laut Berkelanjutan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir”.
Terdapat faktor pemicu (Drivers) guna memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia yang menyebabkan tekanan (Pressures) pada komponen lingkungan. Hal tersebut menyebabkan suatu keadaan (States) yang mengarah pada penurunan kualitas lingkungan hidup yang akan memberikan suatu dampak (Impact) tertentu. Pada akhirnya, diharapkan adanya tanggapan (Responses) berupa berbagai kebijakan atau tatanan normatif yang dapat mengatur dampak Impact tersebut. Kerangka konseptual ini dikenal dengan sebutan DPSIR (Gambar 1.2).
1.4 Sistematika Penulisan
Publikasi Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2023 secara garis besar terbagi dalam dua bagian besar. Kompilasi data sekunder berupa series data sumber daya laut dan pesisir dapat dilihat pada lampiran publikasi. Di bagian depan publikasi terdapat analisis yang menguraikan “Ekonomi Laut Berkelanjutan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir”. Analisis disertai dengan data sekunder baik yang bersumber dari BPS ataupun yang bersumber dari Kementerian/Lembaga. Analisis diuraikan secara rinci dalam tiga subtema yang masing-masing disusun dengan alur mengikuti kerangka kerja DPSIR.
Selanjutnya, tabel lampiran publikasi disusun berurutan dengan pendekatan DPSIR.
Berisi data sekunder yang dikumpulkan rutin setiap tahun tanpa terkait tema publikasi.
Tabel 2 - 6 pada Lampiran, merupakan tabel penunjang yang berisi data sekunder yang masing-masing merefleksikan pendekatan data terkait Drivers, Pressures, States, Impact, dan Responses.
https://www.bps.go.id
Sementara itu, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
• Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang penulisan, permasalahan, tujuan penulisan, kerangka kerja dan sistematika penulisan.
• Bab II, menguraikan pembangunan ekonomi laut yang berkelanjutan
• Bab III, memaparkan tantangan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terluar.
• Bab IV, menguraikan pandangan tentang reklamasi pantai yang menunjang ekonomi laut berkelanjutan.
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
E KO N O M I B I R U : P E M B A N G U N A N E KO N O M I L A U T YA N G B E R K E L A N J U TA N
2.1 Potensi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, ekonomi biru (blue economy) adalah ekonomi laut berkelanjutan yang menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial dengan tetap memastikan kelestarian lingkungan sumber manfaat tersebut dalam jangka panjang (World Bank & UN DESA, 2017). Ekonomi biru merupakan konsep pembangunan ekonomi yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya laut dan pelestarian lingkungan laut serta pemberdayaan masyarakat pesisir.
Salah satu pilar utama dari ekonomi biru adalah ekonomi laut yang berkelanjutan.
Tujuan utamanya adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan terhadap sumber daya laut. Untuk mencapai hal ini, diperlukan pengelolaan sumber daya laut secara bijaksana, upaya perlindungan lingkungan laut, serta pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan.
Menurut Olteanu & Stinga (2019), untuk memiliki ekonomi biru yang berkelanjutan, setiap negara harus menemukan cara terbaik untuk menyeimbangkan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan penggunaan sumber daya maritim secara optimal, sekaligus memastikan manfaat maksimal bagi lingkungan.
Indonesia, sebagai negara bercorak maritim, memiliki potensi laut yang sangat besar. Berdasarkan data KKP tahun 2020, potensi ini diperkirakan dapat mencapai US$1.338 miliar atau Rp19,6 triliun per tahun. Potensi ini mencakup sektor-sektor seperti industri perikanan, pariwisata bahari, pelayaran, dan perdagangan maritim.
Ekonomi laut berperan signifikan dalam perekonomian Indonesia. Sektor kelautan dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Berdasarkan data BPS, pada triwulan II 2023, sektor perikanan berkontribusi sebesar 2,81 persen atau sekitar Rp146,78 triliun terhadap PDB. Angka ini meningkat dari triwulan I 2023 yang kontribusinya sebesar 2,37 persen.
https://www.bps.go.id
14
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 Pada Gambar 2.1 di atas terlihat bahwa selama lima tahun terakhir, PDB perikanan terus meningkat baik Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) maupun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Pada tahun 2022, PDB Perikanan ADHK mencapai Rp275,5 triliun, meningkat sebesar 15,44 persen dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp238,6 triliun.Sementara itu, PDB Perikanan ADHB meningkat sebesar 30,88 persen dari Rp385,9 triliun pada tahun 2018, menjadi Rp505,1 triliun pada tahun 2022.
Jika dilihat pada sisi ekspor, sektor perikanan merupakan salah satu sumber devisa negara, bahkan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan eksportir ikan terbesar di dunia. Pada tahun 2022, volume ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 1,22 juta ton atau senilai US$6,24 miliar. Volume ekspor ini meningkat 8,8 persen dibanding kondisi lima tahun sebelumnya yakni tahun 2018 yang sebesar 1,13 juta ton atau senilai US$4,86 miliar. Berdasarkan data KKP, neraca perdagangan internasional komoditas perikanan selama periode 2018-2022 juga terus mengalami surplus (lampiran Tabel 2.8).
Gambar 2.1
Perkembangan PDB Perikanan ADHB dan ADHK (Triliun Rupiah), 2018-2022
https://www.bps.go.id
Selain berkontribusi pada aspek ekonomi, sektor perikanan juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Menurut data KKP, pada tahun 2022, terdapat sekitar 3,03 juta nelayan perikanan tangkap dan 2 juta pembudidaya ikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari total nelayan perikanan tangkap tersebut, 2,4 juta diantaranya adalah nelayan laut (lampiran Tabel 3.3). Sementara dari seluruh pembudidaya ikan, jumlah pembudidaya ikan laut pada tahun 2022 sebesar 266,6 ribu orang (lampiran Tabel 3.5).
Meskipun jumlah pembudidaya ikan ini menurun dari kondisi tahun 2021 yang mencapai 280,7 ribu orang, namun jumlah nelayan laut meningkat dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 2,36 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan masih menjadi salah satu tumpuan hdup sebagian orang, sehingga potensi dan pemanfaatannya sangat perlu untuk terus dikembangkan.
Berdasarkan data KKP, selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir, hasil produksi perikanan dari perikanan tangkap dan budidaya menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, bahkan hampir dua kali lipat, yaitu dari 11,7 juta ton pada tahun 2010, menjadi 22,18 juta ton pada tahun 2022. Hal ini menggambarkan potensi ekonomi laut yang besar di Indonesia serta pentingnya menjaga keberlanjutan eksploitasi sumber daya laut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Gambar 2.2
Peran Ekonomi Laut dalam Perekonomian Indonesia
https://www.bps.go.id
16
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 2.2 Tantangan Ekonomi Laut BerkelanjutanIndonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki luas laut mencapai 5,8 juta km² (3,25 juta km² lautan dan 2,55 juta km² Zona Ekonomi Eksklusif) dan garis pantai sepanjang 108.000 km (KKP, 2022). Dengan memanfaatkan potensi ini, Indonesia seharusnya dapat memperoleh banyak keuntungan yang dapat digunakan untuk peningkatan kesejahteraan. Namun, sampai saat ini, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Meskipun total volume produksi perikanan pada tahun 2022 mulai meningkat dibanding tahun 2021, yakni sudah mencapai sekitar 22,18 juta ton, namun dalam kurun waktu 2017-2021, total volume produksi perikanan cenderung terus menurun (Gambar 2.3). Produksi perikanan tangkap meski lebih fluktuatif, namun seolah stabil dan belum ada peningkatan yang cukup signifikan. Sementara itu, produksi perikanan budidaya justru terus menurun dalam kurun waktu lima tahun tersebut (2017-2021). Hal ini mencerminkan belum maksimalnya pemanfaatan potensi yang ada, meskipun pada tahun 2022 sudah mulai menunjukkan peningkatan.
Pada Gambar 2.4 berikut ini terlihat bahwa pada tahun 2021, pemanfaatan lahan budidaya laut (marine culture) hanya sebesar 1,39 persen dari total potensi yang dapat
Gambar 2.3
Volume Produksi Perikanan Indonesia (Ribu Ton), 2017-2022
https://www.bps.go.id
dimanfaatkan. Sementara itu, pemanfaatan lahan budidaya payau (brackish water culture) adalah sebesar 22,48 persen, dan pemanfaatan lahan budidaya tawar (freshwater culture) sebesar 10,26 persen. Jika diamati lebih dalam, persentase pemanfaatan lahan dari tiga jenis budidaya ini cenderung mengalami penurunan selama 2017-2021. Oleh karena itu, berbagai faktor yang menjadi kendala dan tantangan perlu diatasi agar pemanfaatannya lebih maksimal dalam rangka mewujudkan ekonomi laut berkelanjutan.
Selain pemanfaatannya yang menurun, luas lahan budidaya laut juga menurun sebesar 39,65 persen dari tahun 2017 dengan luas 278.920 hektare, menjadi 168.318 hektare pada tahun 2021. Sementara itu, luas lahan perikanan budidaya tambak juga menurun sebesar 1,16 persen pada tahun 2021 dibanding tahun 2017. Penurunan luas lahan ini tentunya juga menjadi permasalahan yang berdampak pada produksi perikanan.
Gambar 2.4
Persentase Pemanfaatan Lahan Budidaya di Indonesia, 2017-2021
https://www.bps.go.id
18
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 Gambar 2.5Luas Lahan Perikanan Budidaya Laut dan Budidaya Tambak (Hektare), 2018-2021
Berbagai masalah yang masih ada tentunya bukan karena satu faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menjadi tantangan maupun ancaman menuju ekonomi laut yang berkelanjutan.
Gambar 2.6
Tantangan Ekonomi Laut Berkelanjutan
https://www.bps.go.id
2.2.1 Perubahan Iklim Global
Adanya perubahan iklim seperti peningkatan suhu air laut, peningkatan tingkat keasaman, dan perubahan pola curah hujan tentunya akan memberikan dampak terhadap ekonomi laut Indonesia. Peningkatan suhu permukaan laut di perairan Indonesia dapat menyebabkan pemigrasian ikan ke perairan yang lebih dingin. Hal ini dapat mengurangi hasil tangkapan nelayan di wilayah-wilayah tertentu dan mengganggu keberlanjutan perikanan lokal. Selanjutnya, peningkatan asam laut yang disebabkan oleh peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang di Indonesia.
Padahal terumbu karang adalah ekosistem penting untuk keanekaragaman hayati laut dan pariwisata bahari. Kerusakan terumbu karang ini kedepannya dapat mengancam keberlanjutan industri pariwisata bahari dan berdampak negatif pada ekosistem laut.
Perubahan iklim yang terjadi juga dapat menyebabkan penurunan populasi ikan dan hewan laut lainnya karena perubahan pola arus laut dan ketersediaan pangan. Hal ini dapat mengurangi hasil tangkapan nelayan dan menyebabkan kesulitan ekonomi bagi komunitas nelayan yang bergantung pada hasil perikanan.
Sebagai negara yang rentan terhadap badai dan angin topan, adanya perubahan iklim juga dapat menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi badai, yang berpotensi menyebabkan kerusakan fasilitas industri kelautan, kapal perikanan, dan infrastruktur pariwisata bahari. Kenaikan tingkat air laut yang dapat diakibatkan oleh perubahan iklim, dapat menyebabkan banjir di daerah pesisir Indonesia. Banjir ini dapat merusak pemukiman, fasilitas industri kelautan, dan objek pariwisata bahari, serta mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat yang tinggal di pesisir.
Dampak lain dari perubahan iklim yaitu penyusutan ekosistem mangrove, yang merupakan ekosistem penting untuk sektor perikanan dan pariwisata bahari. Peningkatan suhu dan kenaikan tingkat air laut dapat menyebabkan penyusutan ekosistem mangrove, yang berarti hilangnya habitat penting bagi ikan, burung, dan berbagai hewan lainnya.
Selain itu, perubahan iklim dapat mempengaruhi kondisi lingkungan laut, termasuk arus laut dan pola sirkulasi. Hal ini dapat meningkatkan risiko pencemaran laut akibat penyebaran limbah dan bahan berbahaya yang dapat merusak ekosistem dan mengancam kesehatan manusia.
Fenomena perubahan iklim dan menipisnya lapisan ozon akibat peningkatan emisi
https://www.bps.go.id
20
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 gas rumah kaca juga nyatanya sangat berdampak negatif bagi ekosistem pesisir dan lautan. Pemanasan global dapat mengancam hewan dan ekosistem laut akibat meningkatnya suhu dan penurunan salinitas perairan laut. Selain itu juga berdampak pada fenomena kenaikan permukaan air laut yang mempercepat terjadinya erosi, banjir, dan kerusakan infrastruktur di sekitar wilayah pesisir.2.2.2 Overfishing (Penangkapan Ikan Berlebihan)
Overfishing adalah salah satu bentuk eksploitasi berlebihan terhadap populasi ikan di laut, sehingga membahayakan populasi ikan tersebut. Praktik penangkapan ikan yang berlebihan tanpa memperhatikan keberlanjutan sumber daya ikan dapat mengancam keberlangsungan ekonomi laut Indonesia. Jika ikan ditangkap dengan tingkat yang melebihi kemampuan alam untuk memperbaharui populasi ikan, maka kedepannya jumlah ikan di laut akan berkurang drastis dan produksi sektor perikanan akan menurun. Hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap nelayan, industri pengolahan ikan, serta kegiatan ekspor ikan.
Overfishing terjadi ketika tingkat penangkapan ikan melebihi tingkat reproduksi alami dari populasi ikan tersebut, sehingga mengancam kelangsungan hidup spesies ikan dan mengganggu ekosistem laut. Beberapa kebiasaan penangkapan ikan yang berkontribusi pada overfishing adalah sebagai berikut:
a. Penangkapan ikan yang berlebihan. Peningkatan permintaan ikan sebagai sumber pangan dan pasar global yang besar menyebabkan penangkapan berlebihan. Kapal-kapal besar dan armada modern memungkinkan penangkapan ikan secara masif, sehingga menguras populasi ikan lebih cepat daripada yang dapat diproduksi alam.
b. Penangkapan ikan yang tidak legal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU fishing). Praktik penangkapan ikan yang tidak sah dan tanpa pengawasan mengarah pada penangkapan ikan yang tidak terkendali dan berlebihan.
Kapal-kapal yang terlibat dalam IUU fishing seringkali menghindari peraturan dan aturan penangkapan ikan yang berlaku.
c. Penggunaan alat tangkap yang merusak. Penggunaan alat tangkap seperti pukat hela dan jaring insang yang tidak selektif sering menyebabkan
https://www.bps.go.id
penangkapan ikan secara acak. Hal ini menyebabkan penangkapan ikan muda atau spesies yang tidak diincar, termasuk hewan laut lain seperti lumba-lumba, penyu, dan burung laut.
d. Perusakan habitat ikan. Penggunaan alat tangkap tertentu, seperti pukat hela, dapat merusak habitat dasar laut seperti terumbu karang dan ekosistem lainnya. Merusak habitat ikan mengurangi tempat berlindung dan pakan, serta menyebabkan penurunan populasi ikan.
e. Kurangnya pengelolaan perikanan yang efektif. Beberapa negara tidak memiliki atau hanya memiliki pengelolaan perikanan yang lemah, seperti kurangnya pengawasan, pengaturan kuota penangkapan, atau penegakan hukum yang efektif. Hal ini menyebabkan perikanan tidak terkelola dengan baik dan berkontribusi pada overfishing.
f. Perubahan iklim. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi distribusi dan tingkat reproduksi ikan. Peningkatan suhu laut dan perubahan pola arus laut dapat mempengaruhi migrasi dan reproduksi ikan, sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk bertahan dalam lingkungan yang berubah.
Beberapa kebiasaan penangkapan ikan yang sampai saat ini menyebabkan overfishing diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kebiasaan penangkapan ikan yang berlebihan, terutama oleh industri perikanan besar, menyebabkan penurunan populasi ikan secara dramatis.
Alat tangkap modern seperti jaring yang besar dan efisien serta metode pemancingan yang intensif dapat menguras sumber daya ikan dengan cepat tanpa memberikan kesempatan bagi populasi ikan untuk pulih.
b. Kegiatan pemancingan ilegal. Penangkapan ikan secara ilegal, yang seringkali sulit untuk dideteksi dan diawasi, dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut yang signifikan. Pemancingan ilegal seringkali tidak memperhatikan aturan kuota penangkapan dan ukuran minimum ikan yang dapat ditangkap, sehingga mengganggu keseimbangan alam dan populasi ikan.
c. Pemancingan berlebihan di tempat-tempat pemijahan. Ketika ikan ditangkap selama masa pemijahan, populasi ikan tidak dapat pulih secara efektif, dan
https://www.bps.go.id
22
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 e. Fokus hanya pada penangkapan ikan tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem laut, yang menyebabkan penurunan populasi ikan serta mengganggu rantai makanan. Beberapa spesies ikan memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, dan jika mereka terancam punah, dampaknya dapat merambat ke seluruh rantai makanan.f. Penangkapan ikan hasil budidaya yang melampaui batas. Budidaya ikan seharusnya menjadi alternatif untuk mengurangi tekanan pada populasi ikan liar di alam. Namun, dalam beberapa kasus, praktik budidaya ikan juga dapat menyebabkan overfishing jika jumlah produksi melebihi kapasitas berkelanjutan dan menyebabkan penurunan kualitas air dan kondisi lingkungan di area budidaya.
Overfishing adalah masalah serius yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut dan mengancam keberlanjutan sumber daya ikan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaboratif dari seluruh pihak untuk mengimplementasikan kebijakan perikanan yang berkelanjutan serta memastikan penangkapan ikan dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
2.2.3 Polusi limbah dan sampah laut
Pencemaran laut merupakan ancaman serius bagi keberlanjutan sumber daya perikanan dan lingkungan laut secara keseluruhan. Pencemaran laut akibat adanya limbah industri, limbah pertanian, dan sampah plastik, dapat merusak ekosistem laut.
Polusi ini akan mengganggu rantai makanan laut, mengurangi produktivitas perikanan, serta merusak sektor pariwisata bahari.
Keberadaan sungai besar yang cukup banyak, membuat Indonesia rentan terhadap pencemaran limbah. Kegiatan industri, pertanian, perkotaan, dan kegiatan masyarakat menyumbang besar terhadap polusi limbah dan sampah laut. Indonesia adalah salah satu negara yang menghasilkan limbah plastik laut terbesar di dunia. Setiap tahunnya, Indonesia memproduksi jutaan ton sampah plastik, bahkan termasuk salah satu negara penyumbang sampah plastik ke lautan yang terbesar di dunia. Jumlah sampah plastik dari Indonesia yang terbuang ke lautan mencapai 56.333 metrik ton setiap tahunnya (Meijer et al, 2021). Hal ini menjadi masalah serius bagi ekosistem laut dan kesehatan manusia.
https://www.bps.go.id
2.2.4 Pembangunan Pesisir yang Tidak Berkelanjutan
Penggusuran mangrove dan pengurangan hutan bakau untuk pembangunan infrastruktur pesisir dapat merugikan ekosistem pesisir dan mangrove yang memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Tindakan tersebut berpotensi mengurangi keberlanjutan sumber daya ikan, meningkatkan risiko abrasi pantai, dan mengancam mata pencaharian nelayan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembangunan pesisir yang berkelanjutan.
Pembangunan pesisir yang berkelanjutan adalah pendekatan yang mencakup upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan wilayah pesisir dengan mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Prinsip-prinsip utama dari pembangunan pesisir yang berkelanjutan mencakup perlindungan ekosistem pesisir, konservasi sumber daya alam, partisipasi masyarakat, dan pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pesisir dapat terus memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan masa depan tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
2.2.5 Penyusutan Habitat Laut
Penyusutan habitat laut, termasuk ekosistem terumbu karang, hutan mangrove, dan padang lamun, adalah masalah yang semakin mendesak. Ekosistem-ekosistem ini merupakan tempat tinggal bagi berbagai spesies laut, termasuk ikan, udang, dan berbagai hewan lainnya. Penyusutan habitat ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pembangunan pesisir, penggundulan hutan mangrove, dan kerusakan fisik akibat aktivitas manusia.
Salah satu contoh yang signifikan adalah penyusutan terumbu karang di Indonesia.
Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat penting bagi keberagaman hayati laut dan juga sebagai tujuan wisata bahari. Namun, terumbu karang di Indonesia mengalami tekanan serius akibat aktivitas manusia, termasuk penangkapan ikan yang merusak, peningkatan suhu air laut, dan polusi. Kerusakan terumbu karang ini dapat mengancam keberlanjutan pariwisata bahari dan populasi ikan yang bergantung padanya.
https://www.bps.go.id
24
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 2.2.6 Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) FishingPraktik penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur merupakan ancaman yang serius bagi ekonomi laut Indonesia. IUU fishing ini sangat merugikan nelayan Indonesia, merusak ekosistem laut, dan mengganggu keberlanjutan sumber daya ikan. IUU fishing juga dapat menyebabkan konflik antarnegara dalam hal perbatasan maritim dan hak penangkapan ikan. Oleh karena itu, hal ini sangat penting menjadi perhatian pemerintah.
Berbagai tantangan/ancaman tersebut tentunya memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi laut Indonesia, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap perekonomian. Dampak negatif seperti penurunan produksi, kerugian ekonomi, penurunan pariwisata, ketidakstabilan ekosistem laut, serta gangguan stabilitas politik dan ekonomi di kawasan jika terjadi sengketa wilayah atau klaim yang saling tumpang tindih dapat terjadi apabila ancaman ekonomi laut yang ada tidak segera diselesaikan.
2.2.7 Kekurangan Infrastruktur dan Teknologi
Kekurangan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi laut juga menjadi tantangan. Infrastruktur pelabuhan, dermaga, fasilitas pengolahan, dan aksesibilitas wilayah-wilayah pesisir masih perlu ditingkatkan agar dapat mendukung pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, penggunaan teknologi yang canggih dalam perikanan, seperti sistem pemantauan kapal/Vessel Monitoring System (VMS), teknologi pemantauan sumber daya ikan/ Fisheries Monitoring System (FMS), dan teknologi informasi geospasial, dapat membantu pengelolaan sumber daya laut yang lebih efisien dan berkelanjutan. Namun, masih ada kekurangan dalam hal implementasi teknologi-teknologi ini secara luas di seluruh sektor kelautan dan perikanan.
2.2.8 Perubahan Kebijakan dan Hukum
Perubahan kebijakan dan hukum yang kurang konsisten dapat mempengaruhi keberlanjutan ekonomi laut. Keberlanjutan ekonomi laut memerlukan kerangka kebijakan yang kuat dan berkelanjutan, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran- pelanggaran yang merugikan sumber daya laut. Perubahan-perubahan kebijakan yang
https://www.bps.go.id
tidak terkoordinasi atau kurang konsisten dapat menciptakan ketidakpastian bagi para pelaku industri kelautan dan perikanan. Selain itu, kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat nelayan, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, juga sangat penting dalam mencapai ekonomi laut yang berkelanjutan.
2.3 Pengelolaan Sumber Daya Laut, Perlindungan Lingkungan Laut, dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Nelayan.
Pengelolaan sumber daya laut, perlindungan lingkungan laut, dan pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan merupakan tiga aspek krusial yang saling terkait dalam upaya menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem laut. Sumber daya laut menyediakan beragam keuntungan ekonomi dan ekologi bagi masyarakat manusia, khususnya bagi masyarakat pesisir dan nelayan yang sangat tergantung pada hasil tangkapan dan sumber daya alam laut lainnya. Namun, pemanfaatan yang berlebihan dan praktik-praktik yang tidak berkelanjutan telah menyebabkan penurunan populasi ikan, degradasi lingkungan laut, dan ancaman terhadap kelangsungan hidup masyarakat pesisir dan nelayan.
2.3.1 Pengelolaan Sumber Daya Laut secara Bijaksana
Pengelolaan sumber daya laut adalah pendekatan yang berfokus pada penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa kebutuhan saat ini dapat dipenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengelolaan sumber daya laut melibatkan penilaian dan pemahaman mendalam tentang ekosistem laut, status stok ikan, dan interaksi manusia dengan lingkungan laut. Pendekatan ini mencakup pembuatan kebijakan yang bijaksana, penerapan kuota penangkapan ikan, pembentukan kawasan konservasi, dan pengendalian limbah industri laut.
2.3.2 Perlindungan Lingkungan Laut
Lingkungan laut adalah rumah bagi beragam kehidupan, termasuk organisme mikro dan makro yang saling tergantung satu sama lain dalam suatu jaring makanan kompleks. Oleh karena itu, perlindungan lingkungan laut adalah upaya yang harus
https://www.bps.go.id
26
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 dilakukan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan integritas ekosistem laut. Beberapa tantangan lingkungan yang harus diatasi meliputi polusi laut, pemanasan global, penurunan kualitas air laut, dan kerusakan terumbu karang. Dalam konteks ini, keterlibatan masyarakat pesisir dan nelayan dalam upaya perlindungan sangat penting karena mereka memiliki pengetahuan tradisional tentang ekosistem laut dan dapat berkontribusi pada pemantauan dan mitigasi masalah lingkungan.2.3.3 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Nelayan
Pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan berarti memberikan kesempatan, pengetahuan, dan dukungan kepada mereka agar dapat berperan aktif dalam pengelolaan sumber daya laut dan perlindungan lingkungan laut. Dalam hal ini, pelatihan keterampilan, akses ke informasi tentang praktik-praktik berkelanjutan, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah aspek kunci pemberdayaan. Dengan meningkatkan peran masyarakat pesisir dan nelayan dalam pengelolaan sumber daya laut, dapat diharapkan mereka lebih bertanggung jawab dan berkomitmen dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.
Gambar 2.7
Kebijakan yang Telah Diupayakan Pemerintah Untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekonomi Laut Indonesia
https://www.bps.go.id
Selama ini, pemerintah Indonesia telah berusaha secara aktif untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan. Kebijakan untuk pengelolaan dan pengembangan ekonomi laut Indonesia yang telah diupayakan oleh pemerintah Indonesia diantaranya :
1. Pengelolaan Perikanan
Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan kebijakan pengelolaan perikanan seperti penetapan kuota penangkapan, penegakan hukum terhadap penangkapan ikan ilegal, pengembangan penangkapan ikan berkelanjutan, serta pengembangan budidaya ikan dan usaha perikanan lainnya. Kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penangkapan Ikan Terukur, serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No 11/2023.
Namun, pelaksanaan kebijakan ini masih bertahap dan diharapkan dapat dilaksanakan sepenuhnya pada tahun 2024.
Meskipun beberapa upaya dalam pengelolaan perikanan telah dilakukan, masih ada beberapa kendala yang dihadapi. Salah satu kendala utama adalah praktik penangkapan ikan ilegal yang sulit untuk diberantas sepenuhnya. Hal ini seringkali terkait dengan masalah penegakan hukum dan kontrol di perairan Indonesia yang luas. Selain itu, perubahan iklim juga memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem perairan dan spesies ikan. Perubahan suhu air, peningkatan tingkat asam laut, dan perubahan pola musim dapat mengganggu populasi ikan dan mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu ada upaya lebih lanjut dalam meningkatkan penegakan hukum terhadap penangkapan ikan ilegal. Penguatan sistem pemantauan dan pengawasan di perairan Indonesia dapat membantu mengurangi praktik ilegal ini. Salah satu bentuk tindak lanjut hasil pemantauan dan pengawasan yang telah dilakukan adalah dengan menenggelamkan kapal dari berbagai negara yang melakukan tindak pidana perikanan. Pada lampiran Tabel 5.20, terlihat bahwa terdapat 219 kapal tindak pidana perikanan yang ditenggelamkan selama lima tahun terakhir (2018-2022).
https://www.bps.go.id
28
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 Selain pengawasan tersebut, pemerintah juga perlu terus mengembangkan program-program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian sumber daya perikanan dan praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan. Hal ini dapat mencakup pelatihan bagi nelayan dalam teknik penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Pengenalan praktik-praktik baru yang lebih berkesinambungan dapat membantu mengurangi tekanan terhadap populasi ikan di perairan Indonesia. Sejalan dengan itu, program kompensasi dan insentif ekonomi bagi nelayan yang beralih ke metode penangkapan yang berkelanjutan, dapat menjadi langkah tepat untuk mendukung ekonomi laut berkelanjutan.Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, pendekatan edukatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan juga perlu ditingkatkan. Program sosialisasi di sekolah-sekolah, di media massa, dan kerja sama dengan komunitas lokal dapat menjadi instrumen penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang urgensi pelestarian sumber daya perikanan. Dalam hal ini pemerintah dapat berperan sebagai fasilitator dan penyedia insentif bagi inisiatif-inisiatif lokal yang mendukung praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan. Dengan demikian, usaha untuk menciptakan kesadaran yang kuat di masyarakat sebagai salah satu langkah strategis dalam menjaga keberlanjutan ekosistem perairan Indonesia, diharapkan dapat terwujud.
Berdasarkan Tabel 2.1 berikut, jumlah lulusan dari berbagai Satuan Pendidikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di seluruh Indonesia pada tahun 2022 mengalami peningkatan kembali dan merupakan angka tertinggi dibanding tahun- tahun sebelumnya (2018-2021). Pada tahun 2022, jumlah lulusan Satuan Pendidikan KKP mencapai 2.561 orang. Angka tersebut meningkat sebesar 37,54 persen atau bertambah sebanyak 699 orang dibanding tahun 2018. Dengan adanya hal ini, diharapkan akan berdampak pada peningkatan sosialisasi mengenai pentingnya pelestarian sumber daya kelautan, praktik penangkapan ikan yang benar, dan lain sebagainya sehingga ekonomi biru yang berkelanjutan dapat terwujud.
https://www.bps.go.id
Tabel 2.1
Jumlah Lulusan Satuan Pendidikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Menurut Lokasi, 2018 - 2022
satuan: orang
Satuan Pendidikan Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
Politeknik AUP Jakarta 256 383 448 387 271
Politeknik KP Sidoarjo 138 136 150 136 150
Politeknik KP Blitung 126 108 140 136 134
Politeknik KP Sorong 97 101 88 94 111
Politeknik KP karawang 70 71 66 98
Politeknik KP Bone 82 88 51 112
Politeknik KP Kupang 73 70 56 90
Politeknik KP Dumai 70 72 62
Politeknik KP Pangandaran 75 70 75
Politeknik KP Jembrana 74 68 89
AK Wakatobi 45 47 49 48 44
SUPM Ladong 98 138 113 89 148
SUPM Pariaman 136 144 154 140 162
SUPM Kotaagung 128 131 128 148 170
SUPM Tegal 184 162 176 163 119
SUPM Pontianak 133 186 138 123 147
SUPM Bone 162 153 142 163 178
SUPM Waiheru 154 145 167 165 162
SUPM Sorong 124 149 120 169 159
SUPM Kupang 81 90 77 76 80
Jumlah 1.862 2.298 2.538 2.420 2.561
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan)
https://www.bps.go.id
30
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 Gambar 2.8Sebaran Penyuluh Kelautan dan Perikanan Menurut Provinsi Tahun 2022
https://www.bps.go.id
Upaya pemerintah dalam peningkatan ekonomi laut juga terlihat dari adanya penyuluh kelautan dan perikanan yang tersebar di seluruh provinsi. Pada gambar di atas terlihat bahwa pada tahun 2022, di seluruh provinsi sudah tersedia penyuluh kelautan dan perikanan, dimana jumlah terbanyak terdapat di provinsi Jawa Timur yaitu 594 penyuluh, sedangkan paling sedikit terdapat di provinsi DKI Jakarta yang sejumlah 28 penyuluh. Selain itu, pada lampiran Tabel 6.4 terlihat bahwa pada 26 provinsi juga sudah tersedia Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) untuk berbagai jenis usaha seperti bidang budidaya, pengolahan, penangkapan, permesinan, konservasi, garam, dan kerajinan. Dengan adanya hal ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga produktivitas perikanan dan kelautan dapat terus meningkat.
Kolaborasi dengan negara-negara tetangga dan organisasi internasional dalam pengelolaan perikanan regional juga penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya laut. Dengan upaya bersama dan komitmen untuk menjaga keberlanjutan perikanan, Indonesia dapat terus memperbaiki pengelolaan sumber daya lautnya dan memastikan ketersediaan ikan yang cukup untuk generasi mendatang.
2. Pengembangan Infrastruktur Maritim
Pemerintah Indonesia telah fokus pada pengembangan infrastruktur maritim guna meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi di wilayah laut. Proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan termasuk pembangunan pelabuhan, dermaga, jalan tol laut, dan peningkatan aksesibilitas ke pulau-pulau terluar. Selain pengembangan infrastruktur, pemerintah juga telah memprioritaskan penguatan keamanan maritim. Dalam hal Ini termasuk peningkatan patroli perairan, pengawasan terhadap aktivitas ilegal seperti penangkapan ikan ilegal, dan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam upaya menjaga stabilitas di wilayah laut. Langkah-langkah ini bertujuan untuk melindungi sumber daya laut yang berlimpah dan memastikan keamanan jalur perdagangan laut.
Selanjutnya, dalam hal pengembangan sumber daya laut, pemerintah telah mendorong pengembangan sektor-sektor ini melalui berbagai program, termasuk peningkatan teknologi perikanan, pengembangan pariwisata laut yang berkelanjutan, dan eksplorasi potensi energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga ombak.
Pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi
https://www.bps.go.id
32
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3 dan eksplorasi potensi energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga ombak.Pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi ekosistem laut, termasuk pembentukan taman laut, pengendalian polusi laut, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian laut. Dengan kombinasi pengembangan infrastruktur maritim, penguatan keamanan, pengembangan sumber daya laut, dan perlindungan lingkungan laut, Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan potensi lautnya serta menjaga keberlanjutan dan keamanan di wilayah lautnya. Hal ini diharapkan akan memberikan manfaat jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
3. Penyediaan Fasilitas dan Dukungan Keuangan
Pemerintah Indonesia telah menyediakan fasilitas dan dukungan keuangan kepada pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan. Hal ini termasuk subsidi bahan bakar kapal nelayan, pembiayaan usaha perikanan, dan insentif pajak bagi industri kelautan.
Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pengusaha di sektor kelautan serta mendorong pertumbuhan ekonomi dalam industri ini. Subsidi bahan bakar kapal nelayan membantu mengurangi beban operasional mereka, sementara pembiayaan usaha perikanan membantu pengusaha mendapatkan akses ke modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha mereka. Selain itu, insentif pajak yang diberikan kepada industri kelautan diharapkan dapat mendorong investasi serta menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memperluas operasi mereka, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan produksi perikanan.
Hasil pendataan PODES 2021 (lampiran Tabel 6.2) menunjukkan bahwa pada tahun 2021, terdapat minimal satu desa tepi laut pada setiap provinsi yang sudah terdapat fasilitas bank. Hingga tahun 2021, sudah terdapat 1.190 desa tepi laut yang terdapat Bank Umum Pemerintah, 347 desa tepi laut yang terdapat Bank Umum Swasta, dan 484 desa tepi laut yang terdapat Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Meski demikian, masih terdapat 11.043 desa tepi laut yang belum terdapat fasilitas bank. Oleh karena itu, ketersediaan bank di desa tepi laut diharapkan dapat terus meningkat.
https://www.bps.go.id
4. Pemulihan Terumbu Karang dan Konservasi Laut
Kebijakan ini meliputi pembentukan taman laut, zona konservasi, dan penegakan hukum terhadap praktik penangkapan ikan yang merusak lingkungan. Taman laut dan zona konservasi adalah langkah-langkah penting dalam menjaga keanekaragaman hayati laut dan ekosistem terumbu karang yang rentan. Melalui pembentukan taman laut, wilayah-wilayah ini dapat dilindungi dari aktivitas-aktivitas yang merusak seperti penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Selain itu, penegakan hukum yang ketat juga diperlukan untuk memastikan bahwa praktik-praktik yang merugikan lingkungan laut tidak dibiarkan terus berlanjut.
Pemulihan terumbu karang sendiri melibatkan berbagai tindakan, seperti rehabilitasi terumbu karang yang rusak, mengurangi pencemaran, dan memantau kesehatan ekosistem laut secara berkala. Semua ini harus dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi-organisasi lingkungan untuk mencapai tujuan konservasi laut yang berkelanjutan.
5. Peningkatan Keamanan Maritim
Kebijakan peningkatan keamanan maritim dilakukan sebagai upaya untuk melindungi perairan Indonesia dari aktivitas ilegal, yang di dalamnya termasuk IUU fishing, pencurian ikan, dan kejahatan maritim lainnya. Kebijakan yang diambil juga termasuk peningkatan patroli maritim, penegakan hukum yang lebih ketat, serta kerja sama dengan negara-negara tetangga. Tindakan-tindakan konkret yang diambil dalam rangka meningkatkan keamanan maritim di Indonesia mencakup:
• Peningkatan Patroli Maritim. Pemerintah Indonesia telah meningkatkan jumlah dan efektivitas patroli maritim di perairan nasional. Ini mencakup penggunaan kapal patroli, pesawat udara, dan teknologi canggih untuk mengawasi aktivitas di laut.
• Penegakan Hukum yang Lebih Ketat. Untuk menangani pelanggaran hukum di laut, penegakan hukum diperketat. Ini termasuk penindakan tegas terhadap kapal yang terlibat dalam IUU fishing dan pencurian ikan, dengan denda yang lebih berat dan konfiskasi aset yang digunakan dalam pelanggaran tersebut.
https://www.bps.go.id
34
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3• Kerja Sama Regional. Indonesia bekerja sama dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia, untuk meningkatkan keamanan maritim di kawasan ini. Ini termasuk pertukaran informasi intelijen, patroli bersama, dan kerja sama dalam operasi penegakan hukum.
• Penguatan Infrastruktur Maritim. Pemerintah juga berinvestasi dalam membangun infrastruktur maritim yang lebih baik, seperti pelabuhan modern, radar pesisir, dan pusat komando maritim. Hal ini membantu dalam pemantauan dan respons yang lebih cepat terhadap ancaman maritim.
• Pendidikan dan Pelatihan. Meningkatkan kapasitas personel maritim melalui pendidikan dan pelatihan yang lebih baik. Ini mencakup pelatihan untuk petugas patroli, penegakan hukum, dan pengawasan perairan.
• Konservasi Sumber Daya. Selain keamanan, juga ada upaya untuk melestarikan sumber daya laut Indonesia. Ini termasuk pengawasan ketat terhadap kuota penangkapan ikan dan tindakan untuk memastikan keberlanjutan ekosistem laut.
6. Peningkatan Pariwisata Bahari
Pemerintah Indonesia telah mengupayakan pengembangan sektor pariwisata bahari melalui promosi pariwisata, pengembangan fasilitas pariwisata, dan perlindungan lingkungan laut. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi bahari Indonesia dan memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas pesisir. Selain itu, pemerintah juga telah bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengembangkan lebih banyak tempat wisata bahari yang beragam, seperti resort bawah air, kebun karang, dan pusat penyelaman. Upaya ini bertujuan untuk menarik minat wisatawan lokal maupun internasional yang mencari pengalaman unik di bawah permukaan laut Indonesia yang kaya akan keindahan bawah air.
Berdasarkan hasil pendataan PODES 2021, terdapat 1.998 desa tepi laut yang telah memanfaatkan laut sebagai wisata bahari (lampiran Tabel 2.18). Sementara itu, berbagai jenis kawasan konservasi laut juga telah dibuat. Pada lampiran Tabel 4.4 terlihat bahwa di Indonesia telah terdapat 7 Taman Nasional Laut, 14 Taman Wisata Alam Laut,
https://www.bps.go.id
6 Taman Wisata Perairan, 4 Suaka Margasatwa Laut, 5 Cagar Alam Laut, 371 Kawasan Konservasi Perairan Daerah, 3 Suaka Alam Perairan, dan 1 Taman Nasional Perairan.
Meski demikian, peningkatan pariwisata bahari masih menghadapi tantangan, seperti masalah polusi plastik dan kerusakan ekosistem laut. Oleh karena itu, pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi lingkungan laut, termasuk penegakan regulasi yang ketat terhadap praktik-praktik yang merusak lingkungan.
Dengan upaya bersama antara pemerintah, industri pariwisata, dan masyarakat lokal, diharapkan pariwisata bahari Indonesia dapat terus berkembang dengan berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan laut yang begitu berharga. Hal ini tidak hanya akan membawa keuntungan bagi industri pariwisata, tetapi juga akan melestarikan keindahan alam bawah laut Indonesia untuk generasi mendatang.
Untuk dapat terus mencapai ekonomi laut yang berkelanjutan, maka kebijakan- kebijakan tersebut harus terus diperbarui dan harus disesuaikan dengan perkembangan kondisi ekonomi laut Indonesia. Beberapa transformasi kebijakan yang dapat dilakukan antara lain seperti memperkuat kebijakan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, mendorong diversifikasi produk perikanan dan peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri pengolahan ikan yang lebih maju, meningkatkan pembangunan infrastruktur maritim, seperti pelabuhan, dermaga, dan jaringan transportasi laut, meningkatkan keamanan laut melalui patroli maritim, pengawasan, dan kerja sama regional/internasional untuk menegakkan hukum laut, menyediakan pelatihan keterampilan, akses pembiayaan yang mudah, dan penyediaan infrastruktur pendukung untuk nelayan dan pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan, mengintensifkan upaya promosi pariwisata bahari, serta terus mendorong konservasi dan perlindungan lingkungan laut.
https://www.bps.go.id
36
S t a t i s t i k S u m b e r D aya L a u t d a n Pe s i s i r 2 0 2 3https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
https://www.bps.go.id
TA N TA N G A N P E N G E L O L A A N K AWA S A N P E S I S I R DA N P U L AU - P U L AU K E C I L
Konservasi dan keanekaragaman hayati laut menjadi hal yang penting karena menjaga keseimbangan ekologis laut dan segala sesuatu yang berada di sana. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) fokus dalam meningkatkan luas wilayah dan pengelolaan kawasan perairan, sehingga target