PENCEGAHAN LUKA DM PADA ANGGOTA KELUARGA PASIEN DM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN, CIPUTAT TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH:
SUCI RAHMA WARDANI NIM: 1111104000034
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
iii JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Suci Rahma Wardani, NIM: 1111104000034
Representation of Knowledge about Diabetic Wound Prevention in the Member of Family of Diabetes Mellitus’s Patient
xvii + 78 pages + 16 tables + 2 schemes + 7 attachments
ABSTRACT
Diabetic wounds is one of the complications of diabetes that require optimal care and high costs for patients and families. So family members is important to know about the prevention of diabetic wounds in diabetic patients. Family ties in Indonesian people is very closely and make a familiar source of family support to be easily obtained diabetic patients. Many studies that discuss the prevention of diabetic wounds in diabetic patients. However, little has been researching on the prevention of injuries diabetes mellitus from the viewpoints of family members of patients with diabetes mellitus, because a family member has a vital role in the management of diabetes in the family. The prevalence of diabetes is increasing every year indirectly increase the prevalence of diabetic wounds in diabetic patients. But knowledge about the prevention of family members of diabetic wounds is still minimal. The aim of this study is expected to provide an overview of knowledge about the prevention of diabetic wounds in diabetic patients family members. This study uses a questionnaire made by researchers in 50 respondents in family members of diabetic patient. This study design using quantitative descriptive research. The results obtained based on demographic data indicate that the majority of adult age is 40 people (80%), female gender 34 people (68%), family members with consanguinity relationships as many as 41 people (82%), high school education of 31 people (62%), and the status of the respondents who worked as many as 28 people (56%), in which the respondent with good knowledge categories are as many as 30 people (60%).
Keywords: diabetic wounds, diabetes wound prevention, diabetic foot, family support.
References: 81 (years 1995–2014)
iv Skripsi, Juli 2015
Suci Rahma Wardani, NIM: 1111104000034
Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Luka DM: pada Anggota Keluarga Pasien DM
xvii + 78 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Luka diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes yang memerlukan perawatan optimal dan biaya yang tinggi bagi pasien dan keluarga. Sehingga anggota keluarga penting untuk mengetahui tentang pencegahan luka diabetes pada pasien DM. Ikatan kekeluargaan di Indonesia sangat erat dan akrab membuat sumber dukungan keluarga akan mudah diperoleh pasien DM. Banyak penelitian yang membahas pencegahan luka diabetes pada pasien DM. Namun masih sedikit yang meneliti tentang pencegahan luka DM dari sudut pandang anggota keluarga pasien DM, karena anggota keluarga memiliki peran vital dalam pengelolaan DM di keluarga. Prevalensi DM yang setiap tahunnya terus meningkat secara tidak langsung meningkatkan prevalensi luka diabetes pada pasien DM. Namun pengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan luka diabetes masih minim.
Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka diabetes pada anggota keluarga pasien DM. Penelitian ini menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti pada 50 orang anggota keluarga pasien DM sebagai responden penelitian. Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil yang diperoleh berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa mayoritas usia dewasa sebanyak 40 orang (80%), jenis kelamin perempuan 34 orang (68%), anggota keluarga dengan hubungan pertalian darah sebanyak 41 orang (82%), pendidikan SMA sebanyak 31 orang (62%), dan status responden yang bekerja sebanyak 28 orang (56%), dimana responden dengan kategori pengetahuan baik adalah sebanyak 30 orang (60%).
Kata Kunci: luka diabetes, pencegahan luka dibetes, kaki diabetes, dukungan keluarga
Referensi : 81 (tahun 1995–2014
viii
Nama : SUCI RAHMA WARDANI
Tempat, tanggal lahir : Kamang, 08 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jorong Kampung Tangah Magek Kec.
Kamang Magek Kab. Agam Sumatera Barat
HP : +6281267001121
E-mail : [email protected]
Fakultas/ Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Pertiwi Magek 1998–1999
2. Sekolah Dasar Negeri 02 Surau Panjang Magek 1999–2005
3. MTsN 1 Model Bukittinggi 2005–2008
4. SMA Negeri 1 Kamang Magek 2008–2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011–Sekarang
ORGANISASI
1. Pramuka 2005–2006
2. OSIS SMA 2008–2009
3. BEM PSIK 2013–2014
ix
Allhamdulillahirabbil ‘aalamiin... Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan penulis nikmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Luka DM pada Anggota Keluarga Pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Ciputat Timur”.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.
Salam dan terima kasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ibunda Adismar dan Ayahanda Aditiawarman yang telah menyayangi, mendidik, dan selalu mendo’akan serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, sehingga penulis mampu sampai pada tahap ini. Selanjutnya adikku Novsal Yoga Eka Putra, dan seluruh keluarga besar yang telah memberi dukungan dan do’a kepada penulis.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Karyadi, M.Kep., Ph.D dan Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah
x
6. Ns. Uswatun Khasanah, MNS., Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB., dan Karyadi, M.Kep., Ph.D., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi tercapainya skripsi yang baik.
7. Nia Damiati, S.Kp., MNS selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih Ibu telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.
8. Teman-teman dan kawan-kawan PSIK (Susi, Dina, Tristi, Wiwi, Ratna, Rifka, dan Ita), serta teman kotsan yang telah membantu, memberi masukan, canda tawa selama proses tersebut.
9. Segenap Staf Pengajar dan Karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Segenap jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak memudahkan penulis dalam urusan administrasi dan pengadaan referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ilmiah ini memberikan informasi yang tepat dan bernilai guna. Namun apabila terdapat salah dan kurang didalamnya, penulis menerima saran dan kritik dari pembaca dengan tangan terbuka. Demikian penulis sampaikan dan terima kasih.
Ciputat, Juli 2015
Suci Rahma Wardani
xi
Halaman
Lembar Judul ... i
Lembar Keaslian Karya ... ii
Abstract ... iii
Abstrak ... iv
Lembar Persetujuan ... v
Lembar Pengesahan ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Singkatan ... xiv
Daftar Tabel ... xv
Daftar Bagan ... xvi
Daftar Lampiran... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 11
1. Definisi Pengetahuan ... 11
2. Pengetahuan Keluarga tentang Pengelolaan DM dan Pencegahan Luka ... 11
B. Keluarga... 13
1. Definisi Keluarga ... 13
xii
4. Dukungan Sosial ... 14
C. Diabetes Melitus (DM) ... 15
1. Definisi DM ... 15
2. Etiologi ... 15
3. Faktor Resiko ... 16
4. Tanda dan Gejala ... 18
5. Diagnosis DM ... 19
6. Komplikasi ... 20
7. Penanganan DM ... 21
D. Pencegahan Luka Diabetes ... 23
E. Penelitian Terkait ... 29
F. Kerangka Teori ... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 32
B. Definisi Operasional ... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 39
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 45
G. Pengolahan Data ... 46
H. Analisa Data ... 48
I. Etika Penelitian ... 48
J. Penyajian Data ... 49
xiii
Kerja Puskesmas Pisangan ... 50 B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan... 53 C. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan sub-variabel
Pengetahuan... 53 D. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Data Demografi... 54
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Data Demografi ... 58 B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan sub-variabel Pengetahuan... 64 C. Keterbatasan Penelitian ... 74
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DM : Diabetes melitus
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
IDF : International Diabetes Federation
WHO : World Health Organization
BPS : Badan Pusat Statistik
PERSI : Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
PERKENI : Perhimpunan Endokrinologi Indonesia IRNA : Instalansi Rawat Inap
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
UU : Undang-undang
QOL : Quality of Life
FPG : Fasting Plasma Glukose
NDDG : National Data Group of the USA 2 jam pp : 2 jam post prandial
TTGO : Tes Toleransi Gula Oral
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
xv
Halaman
2.1 Klasifikasi dan Etiologi DM 16
3.2 Definisi Operasional 31
4.1 Pernyataan Penyusun Kuisioner 39
4.2 Interpretasi Koefisien Alfa 42
5.1 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Usia 53 5.2 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Jenis Kelamin 54 5.3 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Hubungan
Responden yang Tinggal Bersama dengan Pasien DM
54
5.4 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Tingkat Pendidikan
55
5.5 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Status Pekerjaan 55 5.6 Gambaran Pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada
Anggota Keluarga Pasien DM
56
5.7 Gambaran Pengetahuan berdasarkan Sub-Variabel Pengetahuan 56 5.8 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Usia
57
5.9 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang Pencegahan Luka berdasarkan Jenis Kelamin
57
Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang Pencegahan Luka berdasarkan Jenis Kelamin
5.10 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang Pencegahan Luka berdasarkan Hubungan Responden yang Tinggal Bersama dengan Pasien DM
58
5.11 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang Pencegahan Luka berdasarkan Tingkat Pendidikan
58
5.12 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang Pencegahan Luka berdasarkan Status Pekerjaan
59
xvi
Halaman
2.2 Kerangka Teori 33
3.1 Kerangka Konsep 34
xvii
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian pada Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
Lampiran 3. Surat Pemberian Izin Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Lampiran 4. Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Kuisioner Penelitian
Lampiran 7. Hasil Olah Software Statistik
1 A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik dan tidak menular dengan resiko tinggi yang menimbulkan masalah serius diseluruh dunia (Liu et.al, 2009; Jain, 2012). Sedangkan menurut Riskesdas (2013) DM adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula di dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh gangguan fungsional pankreas untuk memproduksi insulin atau kualitas insulin itu sendiri yang kurang baik untuk melakukan fungsinya.
DM menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang terus meningkat di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2025 meningkat dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2003 yaitu sekitar 180 juta orang menjadi 330 juta orang (Yokoyama et.al, 2007; Jain, 2012). Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF) Indonesia masuk dalam urutan ketujuh negara dengan prevalensi diabetes tertinggi (Aditama, 2013).
Sedangkan menurut WHO prevalensi DM di Indonesia meningkat dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data BPS jumlah pasien diabetes meningkat dengan prevalensi 14,7% untuk daerah urban dan 7,2% untuk daerah rural (Pdpersi, 2011). Riskesdas (2013) menambahkan bahwa peningkatan tersebut terjadi sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun, cenderung lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, dan lebih tinggi
di perkotaan daripada di perdesaan. Federasi Diabetes Internasional menyatakan insiden tersebut secara tidak langsung meningkatkan prevalensi luka diabetes 1-4% pada pasien DM (Saad et.al, 2013).
Peningkatan kejadian luka DM disebabkan oleh penanganan diabetes yang tidak baik, dimana beresiko terjadinya kerusakan syaraf, yang menuju pada kerusakan aliran darah dan menyebabkan mati rasa pada kaki. Bagi penderita yang sudah lama mengidap diabetes, memiliki kecendrungan masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran darah yang melalui arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap luka-luka di kaki yang memerlukan waktu lama untuk disembuhkan dan bahaya infeksi (D’Adamo dan Whitney, 2006; Misnadiarly, 2006).
Luka diabetes merupakan komplikasi diabetes yang membutuhkan perawatan optimal di rumah sakit akibat ulkus, infeksi dan gangren yang menyebabkan beban biaya yang berat bagi pasien dan keluarga, serta pasien dapat mengalami amputasi (Kruse and Edelman, 2008; Liu et al, 2009; Dubsky et al, 2012). Rowe, et.al (2014) dan Chrisman (2010) menambahkan bahwa kejadian 15% pada penderita diabetes menyebabkan ulkus kaki dan 12-24% penderita diabetes dengan ulkus pada kaki berakhir dengan amputasi. Luka di kaki (ulkus diabetik) termasuk masalah yang umum dan merupakan komplikasi serius yang terjadi pada pasien DM.
Selain komplikasi yang terjadi pada ginjal, mata dan kardiovaskular (Liu et.al, 2009).
Menurut pakar diabetes Em Yunir, di Indonesia ulkus diabetik merupakan kasus yang paling banyak dirawat di rumah sakit. Angka
kematian yang disebabkan berkisar sebanyak 17-23%, sedangkan angka amputasi 15-30% (PdPersi, 2011). Pakar biokimia dan biomedis Australia mengatakan Indonesia memiliki populasi penderita diabetes terbesar keempat di dunia dan radang kaki diabetes (diabetic foot ulcer) menjangkit hampir 25% pasien diabetes yang menyebabkan 85% dari seluruh amputasi diabetes (Kedutaan Besar Australia Indonesia, 2013).
Data di RSCM pada tahun 2003 menunjukkan bahwa masalah ulkus diabetik merupakan masalah serius, dimana menyebabkan sebagian besar pasien diabetes harus dirawat. Angka kematian dan angka amputasi masih cukup tinggi, masing-masing sekitar 32,5% dan 23,5%. Pasien diabetes pasca amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (PERKENI, 2006).
Decroli dkk (2008) menjelaskan bahwa komplikasi kaki diabetik seperti kejadian ulkus merupakan penyebab tersering amputasi berdasarkan kejadian non-traumatik. Resiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada pasien DM dibandingkan non-DM, sehingga menyebabkan lama rawat menjadi lebih panjang. Studi klinis yang dilakukan oleh Pecoraro pada tahun 1990 menunjukkan tingginya kejadian luka diabetes dengan presentase 84% yang mengalami amputasi ekstremitas non- traumatik pada individu diabetes (Turns, 2013).
Menurut Saad, et.al (2013) strategi pengelolaan untuk merawat luka diabetes adalah dengan mencegah tekanan dan kaki jatuh kedepan.
Penerapan kerangka kerja dalam perawatan luka diabetik dikenal dengan TIME (tissue management, inflamasi, infection control, moisture balance,
and ephitelial (edge) advancement). Selain itu selalu memonitor kadar gula darah pasien dan memperhatikan penyebab yang dapat menyebabkan trauma minor pada kaki yang tidak terlihat seperti pembentukan kallus akibat menggunakan alas kaki yang tidak sesuai (Holt, 2013; Saad et.al, 2013).
UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan menjelaskan bahwa kegiatan keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam kondisi sakit maupun sehat. Suhaemi (2004); Peeple and Seley (2007); Asmadi (2008) menjelaskan proses keperawatan yang baik itu dijalankan oleh perawat-perawat profesional yang memiliki kemampuan berfikir kritis dalam pemberian perawatan kepada pasien untuk membantu pasien (dari level individu sampai masyarakat) mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan, sehingga peran perawat sangat essensial.
Jain (2012) dan Torres, et.al (2014) menambahkan bahwa kegiatan perawat juga memperbaiki dan mengembangkan strategi perawatan baru demi perawatan yang lebih baik, serta memberikan edukasi kesehatan informal bagi pasien untuk mengontrol dan mencegah komplikasi. Wu, et.al (2014) dan Chesla, et.al (2013) menambahkan fokus perhatian pada kondisi psikologis pasien dan sebagai alat untuk memperbaiki dukungan keluarga, sehingga pasien dan keluarga bersama menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah.
Survey yang dilakukan oleh Sunarmi tahun 2007 pada keluarga pasien DM di IRNA C RSUP Dr. M. Djamil Padang ditemukan bahwa enam dari tujuh keluarga penderita gangren diabetes tidak memeriksa kaki secara rutin, enam dari tujuh keluarga tidak menganjurkan lansia untuk menggunakan sandal atau sepatu di rumah, dan lima dari tujuh keluarga membawa pasien ke rumah sakit setelah kaki mengalami luka lebih dari tujuh hari dan telah mengalami infeksi, yang ditandai dengan adanya pus.
Lima dari tujuh keluarga mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang gangren diabetes maupun upaya pencegahannya.
Upaya pencegahan oleh keluarga menjadi penting terhadap timbulnya luka pada pasien DM karena peran keluarga sangatlah vital dalam mengelola penyakit tersebut (Sunarmi, 2010). Suatu penyakit dalam keluarga dapat mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya juga mempengaruhi jalannya suatu penyakit, sehingga keluarga perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pencegahan luka diabetes (Friedman, 1998;
Sunarmi, 2010).
Susanti dan Sulistyarini, (2013); Ferawati dkk, (2014) menjelaskan bahwa sebagai orang terdekat, keluarga memiliki peranan yang sangat penting bagi pasien diabetes. Perilaku pengelolaan penyakit DM yang baik oleh pasien perlu dilakukan terus menerus dan dibutuhkan adanya peran serta dari keluarga untuk memberikan dukungan agar pasien termotivasi melalukannya.
Menurut Wu, et.al (2014); Torres, et.al (2014) motivasi diri diperlukan pasien dalam mengelola stres akibat penyakit. Pengelolaan
stres pada pasien diabetes menjadi penting karena setelah mengetahui bahwa mereka didiagnosa penyakit diabetes, maka pasien sering memunculkan reaksi negatif, seperti pengungkapan ketidakpuasan yang menetap berhubungan dengan kesulitan pasien dalam menyesuaikan diri dengan kegiatan rutinnya terkait penyakit.
Secara substansial ulkus dan amputasi mengurangi kualitas hidup dan menyebabkan tingginya angka kematian (Turns, 2013). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Isa and Baiyewu (2006) terhadap 251 responden, DM diyakini dapat memberikan efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup (QOL). Dalam penelitian Robinson (2006) menyimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling utama untuk mempertahankan metabolik kontrol yang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sehingga keluarga perlu memiliki pengetahuan tentang pencegahan luka diabetes (Sunarmi, 2010; Yusra, 2010).
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan, ikatan/ hubungan dengan pasien DM, dan pekerjaan (Notoadmodjo, 2003; Friedman et.al, 2010). Sehingga penting untuk mengkaji karakteristik tersebut untuk mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan luka DM. Karakteristik tersebut juga dapat digunakan untuk memperbaiki pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM agar kejadian luka diabetes dapat berkurang.
Survei awal yang peneliti lakukan pada 5 orang anggota keluarga, diperoleh dua orang anggota keluarga pasien DM memiliki pengetahuan
yang baik tentang pencegahan luka DM dan 3 responden lainnya memiliki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien DM.
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya angka kejadian diabetes menyebabkan kejadian luka diabetes juga meningkat. Di Indonesia pun angka kejadian diabetes terus meningkat. Chrisman (2010) mengatakan pasien DM memerlukan peran keluarga dalam memberikan dukungan agar pasien DM dapat mempertahankan motivasi dan respon yang positif untuk mempertahankan kualitas hidup pasien serta mencegah komplikasi seperti munculnya luka diabetes. Crane & Marshall (2006) menyebutkan banyak penelitian belum menggambarkan pentingnya peran kritis keluarga dalam pengelolaan DM untuk mencegah luka diabetes. Hasil studi beberapa penelitian, peneliti memperoleh bahwa masih jarangnya penelitian yang menjadikan fokus penelitian adalah keluarga pasien DM. Berdasarkan data kunjungan pasien DM ke Puskesmas Pisangan selama tahun 2014 adalah sekitar 111 orang, yang terdiri dari pasien lama sebanyak 42 orang dan pasien baru sebanyak 69 orang. Namun puskesmas belum memiliki gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka diabetes baik pasien DM ataupun keluarga. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat Timur.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah:
a. Mengidentifikasi data demografi keluarga pasien DM meliputi usia, jenis kelamin, hubungan dengan pasien DM, pendidikan, dan status pekerjaan.
b. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM.
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM berdasarkan data demografi meliputi usia, jenis kelamin, hubungan dengan pasien DM, pendidikan, dan status pekerjaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, keperawatan, rumah sakit, dan pemerintah.
a. Manfaat bagi responden
Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan luka diabetes diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM.
b. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien DM. Sehingga gambaran tersebut dapat menjadi acuan peneliti, institusi terkait dan ataupun penelitian selanjutnya dalam meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM.
c. Manfaat bagi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
d. Manfaat puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan, khususnya di Puskesmas Pisangan mengenai gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM.
e. Manfaat bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien DM. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015. Dimana responden penelitian ini adalah anggota keluarga pasien DM yang tinggal bersama dengan pasien DM yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Pisangan Ciputat Timur.
11
Tinjauan pustaka ini akan membahas beberapa konsep terkait dengan konsep pengetahuan, diabetes melitus, pencegahan luka, penelitian terkait, dan kerangka teori, yang akan diuraikan dibawah ini:
A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku seseorang.
2. Pengetahuan Keluarga tentang Pengelolaan DM dan Pencegahan Luka Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan (Rintala et.al, 2013; Susanti dan Sulistyarini, 2013). Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik pada pasien DM. Pemahaman yang baik tentang DM dan komplikasi kroniknya serta perawatan luka yang adekuat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan terapi bahkan pencegahan luka ataupun kecacatan (PERKENI, 2009).
Pengelolaan kaki diabetes sudah dimulai saat seseorang dinyatakan DM meski belum timbul luka, yang disebut dengan penyaringan atau deteksi dini (PERKENI, 2009). Pengelolaan DM dan
pencegahan luka dilakukan bersama-sama oleh individu diabetes dan keluarga. Keluarga sebagai sarana atau sistem perawatan kehidupan individu, berfungsi sebagai sumber informasi, sumber kepercayaan, dan pemahaman bagi individu. (Ali, 2006).
Menurut Qamar (2014) strategi untuk mencegah komplikasi diabetes seperti luka pada kaki diabetes adalah dengan menjaga kadar gula darah dalam rentang normal. Faktor lingkungan berkontribusi terhadap pencegahan kejadian luka diabetes seperti trauma minor serta memberikan perawatan yang sesuai apabila pasien DM mengalami luka untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Chrisman (2010) menjelaskan perlunya diskusi antara individu diabetes dengan keluarga untuk menentukan tujuan dan perawatan yang sesuai untuk mendukung kualitas hidup pasien guna mencapai harapan yang realistis. Pengetahuan yang kurang akan mempengaruhi motivasi individu dan keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam pendidikan kesehatan, penurunan terhadap dukungan sosial dan keluarga (Wu et.al, 2014).
Anggota keluarga mengalami frustasi karena tidak tahu dan bingung bagaimana manajemen diri pasien diabetes, pengetahuan tentang kondisi yang berhubungan dengan diabetes, dukungan yang secara langsung mempengaruhi manajemen diri pasien diabetes, dan penerapan kemampuan/ aktivitas pasien DM untuk mengontrol kadar gula darah. Sehingga timbul konflik dan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga dengan DM (Hodge et.al,
2012; Burns et.al, 2013). Kesulitan meninggalkan pasien DM akibat kegiatan sehari-hari dan kesulitan merawat pasien DM yang dengan jenis kelamin yang berbeda. Mereka merasa tidak nyaman saat harus memberikan kebutuhan personal pasien DM (Liu et.al, 2009).
B. Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Definisi ini mencakup berbagai hubungan, termasuk di dalamnya keluarga yang tidak ada hubungan darah, pernikahan, atau adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedman et.al, 2010).
2. Tipe Keluarga
Friedman et.al (2010) menjelaskan tipe-tipe keluarga:
a. Keluarga inti terkait dengan pernikahan
Merupakan keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua, atau kelahiran: terdiri atas suami, istri, dan anak-anak mereka baik secara biologis, adopsi, atau keduanya.
b. Keluarga orientasi (keluarga asal)
Merupakan unit keluarga tempat seseorang dilahirkan.
c. Extended family
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga terkait lainnya (oleh hubungan darah), yang biasanya merupakan
anggota keluarga asal dari salah satu pasangan keluarga inti.
Keluarga ini terdiri atas nenek, kakek, bibi, paman, keponakan, dan sepupu.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman, et.al (2010) terdapat lima fungsi dasar keluarga:
a. Fungsi afektif (fungsi mempertahankan kepribadian)
Memfasilitasi stabilitasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menajdikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif, serta memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi reproduktif
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.
4. Dukungan sosial
Individu yang termasuk dalam memberikn dukungan sosial meliputi pasangan (suami/ istri), orang tua, anak, sanak keluarga,
teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor (Nursalam, 2007).
Dukungan dari keluarga merupakan bagian terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dengan adanya dukungan rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah juga meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995).
C. Diabetes Melitus (DM) 1. Definisi DM
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai hiperglikemia kronis dan dapat mempegaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Gibney, 2009). Diabetes juga sering disebut dengan istilah kencing manis. Karena kadar glukosa dalam darah meningkat dan kelebihan ini dibuang melalui urin (Soegondo dan Sukardji, 2008).
2. Etiologi
Diabetes terjadi karena produksi insulin yang kurang (defisiensi insulin) atau insulin yang tidak efektif (insulin yang resiten). Fungsi insulin adalah memasukkan glukosa kedalam sel tubuh sehingga bisa diubah menjadi energi. Ketika insulin tidak mampu memasukkan glukosa kedalam sel maka jumlah glukosa didalam darah akan meningkat yang nantinya akan menyebabkan hiperglisemia (Leslie et.al, 2012).
Menurut Tandra (2008); Gibney, et.al (2009); Leslie, et.al (2012) ada dua tipe utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Tabel 2.1 Klasifikasi dan etiologi DM
Klasifikasi etiologi kelainan glikomia (diabetes mellitus)
Tipe 1
(tipe tergantung insulin)
Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total oleh sel-sel beta pangkreas. Faktor penyebab masih belum jelas, tetapi beberapa virus, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik dapat menjadi penyebab. Diabetes tipe 1 dapat terjadi pada anak dan dewasa. Penangannya dengan injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah.
Tipe 2 (tidak tergantung insulin)
Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif. Faktor genetik yang kuat dan obesitas dapat berperan dalam proses terjadinya penyakit dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Diabetes tipe 2 dapat dikendalikan dengan diet dan latihan, dan penggunaan obat diabetes.
3. Faktor Resiko
Proses timbulnya penyakit diabetes disebabkan oleh berbagai faktor yang dipengaruhi oleh komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap munculnya penyakit tersebut. Sebagian faktor tersebut dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian yang lainnya tidak dapat dirubah (Gibney et.al, 2009).
Menurut Gibney, et.al (2009); Yusra (2012), berikut faktor resiko yang dapat menyebabkan munculnya DM:
a) Faktor genetik
DM dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga menderita DM. Hal tersebut menyebabkan kelainan gen yang mempengaruhi produksi insulin. Komponen genetik turut memberikan pengaruh terhadap timbulnya penyakit diabetes. Hal tersebut dapat terlihat dari prevalesi DM yang tinggi pada anak- anak yang diturunkan dari orang tua yang menderita diabetes, dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu.
b) Faktor usia
Perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat pada umumnya terjadi sejalan dengan pertambahan usia. Penurunan tersebut dapat terjadi setelah usia 40 tahun. DM sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun.
c) Faktor kegemukan/ obesitas
Faktor kegemukan yang ikut andil dalam kejadian DM:
1) Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat Stres kronik cendrung membuat seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin memberikan efek penenang sementara untuk menurunkan stres, namun gula dan lemak yang berlebihan dapat berakibat fatal dan beresiko terjadinya DM.
2) Makan berlebihan
Obesitas disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis dan kaya lemak, serta mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak karena jumlah yang disimpan di dalam tubuh terlalu banyak dan berlebihan.
3) Faktor demografi
a. Jumlah penduduk meningkat b. Urbanisasi
c. Penduduk berusia diatas 40 tahun menigkat d. Kurang gizi
e. Jarang melakukan aktivitas fisik f. faktor-faktor makanan/ nutrisi 4. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pada pasien seperti rasa haus yang berlebihan (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria) terutama malam hari, dan sering merasa lapar (polifagia).
a) Poliuria
Kadar glukosa plasma puasa normal atau toleransi glukosa setelah makan tidak dapat dipertahankan akibat defisiensi insulin.
Sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia) dan jika melebihi ambang batas ginjal akan menyebabkan glikosuria. Hal ini mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.
b) Polidipsia
Glikosuria yang mengakibatkan diuresis osmotik menyebabkan pasien sering merasa haus dan banyak minum.
c) Polifagia
Glikosuria menyebabkan glukosa hilang bersama urin, sehingga pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Akibat kehilangan kalori mungkin menyebabkan rasa lapar dan mudah lelah serta mengantuk pada pasien.
Misnadiarly (2006); Gibney et.al, (2009); Riskesdas, (2013); menyebutkan gejala kronik yang dapat muncul pada pasien DM:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit sehingga ketika berjalan terasa seperti di atas bantal atau kasur
d. Kram e. Mudah lelah f. Mudah mengantuk
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata h. Luka sulit sembuh
i. Penyakit kulit akibat jamur dibawah lipatan kulit 5. Diagnosis DM
Diabetes ditandai dengan jumlah atau konsentrasi glukosa di dalam darah melebihi keadaan normal. Konsentrasi gula darah
dikatakan normal, bila dalam keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100 mg/dL (Soegondo dan Sukardji, 2008).
Gibney, et.al (2009) menjelaskan standardisasi kriteria untuk penegakan diagnosis dan klasifikasi DM yang diusulkan oleh the National Diabetes Data Group of the USA (NDDG) dan komite pakar WHO menghasilkan keseragaman hingga taraf tertentu bagi berbagai penelitian global terhadap kelainan metabolik tersebut.
Cara penegakan diagnosis DM adalah:
a) Gejala DM seperti poliuria, podipsi dan polifagi serta hasil pemeriksaan glukosa sewaktu≥200 mg/dl (11,1 mmol/l)
b) atau glukosa plasma puasa (FPG)≥126 mg/dl (7,0 mmol/l)
c) atau glukosa plasma 2 jam setelah makan (2 jam pp) ≥200 mg/dl (11,1 mmol/l) selama pelaksanaan TTGO (Tes Toleransi Gula Oral)
d) untuk keperluan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria kadar glukosa puasa atau 2 jam pp sesudah pemberian per oral 75 gram glukosa.
6. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada kedua tipe diabetes adalah pada pembuluh darah, ginjal, mata, dan syaraf. Diabetes mellitus merusak sistem saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom. Dimana komplikasi tersebut merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian (Corwin, 2009;
Leslie et.al, 2012).
Komplikasi diabetes mempengaruhi pembuluh darah besar yang menyebabkan penyakit kardiovaskular, stroke, dan penyakit vaskularisasi perifer. Diabetes juga mempengaruhi sistem mikrovaskular tubuh, yang menyebabkan retinopati, nefropati, dan neuropati. Terjadinya penyempitan pada pembuluh darah yang dikenal dengan angiopati diabetik (Misnadiarly, 2006; Holt, 2013).
7. Penanganan DM
Menurut (Ferawati, 2014) prilaku pengelolaan penyakit DM yang tidak baik meliputi prilaku diet, prilaku olahraga/ aktivitas fisik, prilaku pengobatan, prilaku dalam mengontrol gula darah, serta prilaku pencegahan komplikasi oleh pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan.
Jain (2012) pendidikan kesehatan tentang pengelolaan diet, latihan dan perawatan kaki bertujuan untuk mengontrol dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Menurut Gibney et.al (2008); Corwin (2009); Torres et.al (2014) penanganan DM meliputi:
a) Terapi gizi mencakup modifikasi diet
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang pengetahuan diet bagi pasien diabetes. Regimen diet bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, penurunan berat badan yang diinginkan (biasanya untuk penderita diabetes tipe 2) dan tingkat aktivitas. Pembagian kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak, serta kebutuhan akan vitamin dan mineral. Untuk membatasi diet
makan makanan yang dapat memperburuk penyakit pasien serta perubahan gaya hidup pasien.
Tujuan terapi ini adalah:
1) Untuk mencapai outcome metabolik yang optimal dan mempertahankannya. Outcome metabolik yang optimal meliputi:
a. kadar glukosa yang normal
b. keberadaan lipid yang menguntungkan
c. tingkat tekanan darah yang dapat diterima untuk mengurangi resiko penyakit pada pembuluh darah makro serta mikro.
2) Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi DM yang kronis dengan mengubah asupan nutrien dan pola hidup sebagai pencegahan serta penanganan obesitas, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan nefropati.
3) Untuk memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan yang sehat.
4) Beberapa komponen neuropati diabetik dapat dicegah dengan gula darah yang terkontrol, sedangkan yang lainnya tidak.
b) Aktivitas fisik
Program olahraga yang digabung dengan penurunan berat badan menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin dan
menurunkan kebutuhan terhadap intervensi farmakologik. Untuk kedua tipe diabetes, olahraga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah turun.
Namun bagi penderita diabetes tipe 1 harus mennjadi perhatian sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah yang mencetuskan hipoglikemia. Terutama terjadi apabila pemberian insulin tidak disesuaikan dengan program olahraga.
c) Perawatan kaki
Perawatan kaki digunakan untuk melakukan pencegahan untuk terjadinya luka-luka di kaki. Setiap hari kaki pasien diabetes harus diperiksa dengan seksama minimal satu kali untuk menemukan luka-luka secara dini atau perubahan warna kulit seperti kemerah-merahan yang disebabkan oleh sepatu yang sempit tepat pada waktunya (Soegondo dan Sukardji, 2008):
D. Pencegahan Luka Diabetes
Menurut Holt (2013) luka kaki diabetes dikategorikan sebagai luka kronik yang tidak akan sembuh sendiri, melainkan dengan perawatan aktif.
Komplikasi – komplikasi diabetes penyebab memburuknya ulkus diabetik adalah penyakit pembuluh darah perifer, neuropati perifer, dan infeksi (Saad et.al, 2013).
Pencegahan komplikasi diabetes meliputi luka diabetes penting sekali dilakukan yang dapat dicapai dengan kontrol gula darah, pengetahuan tentang faktor resiko untuk berkembangnya ulkus kaki diabetik, dan
menginspeksi kaki secara teratur. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi luka dan memberikan perawatan tepat pada waktunya (Holt, 2013).
Pada kaki yang masih normal ataupun sudah ada gangguan neuropati atau neuroiskemi namun belum ada luka, penatalaksanaan lebih ditekankan pada deteksi dini. Deteksi dini masuk dalam pencegahan sekunder yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes pada pasien DM.
Seorang pasien DM yang baru didiagnosis, deteksi dini sudah dilakukan untuk mencegah resiko infeksi ataupun kelainan bentuk kaki (PERKENI, 2009).
Deteksi dini diawali dengan deteksi adanya resiko ulserasi atau tukak pada pasien DM. Resiko terjadinya tukak dibagi menjadi dua golongan besar yaitu resiko sistemik dan resiko total. Resiko sistemik meliputi hiperglikemia yang tidak terkontrol, lamanya diabetes, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan penglihatan, penyakit ginjal kronik, dan usia tua.
Sedangkan resiko total meliputi neuropati perifer, kelainan struktur kaki, bentuk sepatu yang tidak sesuai, adanya kalus. ada riwayat amputasi karena tukak, tekanan yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama dan gerakan sendi yang terbatas (Misnadiarly, 2006; PERKENI, 2009).
Smeltzer dan Bare (2002); Misnadiarly (2006); Soegondo dan Sukardji (2008); PERKENI (2009); Holt (2013) menjelaskan beberapa tindakan preventif untuk mencegah timbulnya luka dan gangren diabetik:
a. Pengendalian glukosa darah
Kontrol gula darah sangat penting untuk menghindari penurunan resistensi terhadap infeksi dan mencegah neuropati diabetik.
b. Penggunaan alas kaki
Penggunaan sepatu pada pasien DM tidak boleh sembarangan.
Pemilihan sepatu dilakukan dengan hati-hati, dimana sepatu tersebut mengikuti bentuk kaki pasien untuk mencegah trauma pada kaki.
Tinggi hak sepatu sebaiknya dibawah 5 cm. Penggunaan sandal dan sepatu secara bergantian, sandal dapat dipakai saat berada di dalam rumah dan memakai sepatu saat bepergian ke luar. Menggunakan ukuran sepatu yang tepat (tidak terlalu sempit ataupun terlalu longgar) yang bertujuan untuk mencegah trauma gesekan. Lama penggunaan sepatu baru yang bertahap untuk mencegah trauma akibat lepuh.
c. Merawat kuku kaki
Perawatan kuku kaki pasien DM sebaiknya setelah mandi, sehingga saat memotong kuku, kuku menjadi lebih lembut. Hindari memotong kuku dengan alat-alat tajam dan berhati-hati saat memotong kuku kaki, karena rasa nyeri di kaki dapat berkurang. Hindari mengikir kuku terlalu pendek atau terlalu dalam pada daerah tepi kiri dan kanan kuku. Apabila penglihatan pasien diabetes sudah kurang, mintalah bantuan orang lain.
d. Perawatan kaki
Perawatan kaki meliputi perhatian dan pemeriksaan pada kondisi kaki pasien DM serta pemakaian pelindung kaki agar kaki tidak ada lepuh, kemerahan, fisura, kalus, atau ulserasi akibat terkena trauma. Kaki harus dicuci bersih setiap hari. Kemudian dikeringkan terutama pada sela-sela jari kaki untuk mencegah akumulasi air. Mencuci kaki
dengan air biasa karena kaki ambang rasa pada kaki berkurang. Pasien DM harus menghindari berjalan dengan kaki telanjang/ tanpa menggunakan alas kaki, serta menghindari membersihkan kallus sendiri. Apabila kedinginan pasien DM dapat menggunakan kaos kaki yang menyerap keringat.
Selalu memperhatikan kondisi kaki untuk melihat:
1) Kaki yang mengalami bengkak supaya bisa kembali mengecil dan aliran darah kembali lancar,
2) Adanya jamur yang dapat mengakibatkan sela-sela jari kaki pecah-pecah ataupun terluka. Apabila ditemukan kaki berjamur segera konsultasikan dengan dokter untuk diobati.
3) Peredaran darah yang terganggu
Untuk menangani peredaran darah kaki yang terganggu, pasienDM dapat melakukan beberapa hal:
a) Latihan jalan (konsultasikan dengan dokter Anda) b) Berhenti merokok, jika Anda seorang perokok e. Pertolongan pertama (P3K)
Pertolongan pertama dimaksudkan agar luka tidak terifeksi. Apabila kaki terluka, bersihkan luka dibawah air mengalir. Kemudian oleskan krim antiseptik dan balut dengan perban atau balutan. Sehingga diperlukan untuk selalu menyimpan kotak P3K di rumah yang berisi balutan steril, tip, perban, dan krim antiseptik.
f. Pasien harus mendapatkan penyuluhan untuk mengurangi faktor resiko, seperti konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan
lemak darah yang dapat mempengaruhi timbulnya kelainan vaskuler perifer.
g. Melakukan senam kaki
Senam kaki adalah latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kedua kaki secara bergantian atau bersamaan untuk memperkuat atau/ dan melenturkan otot-otot di daerah tungkai bawah terutama pada kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki. Senam kaki untuk membantu memperkuat otot-otot kecil kaki. Karena syaraf kaki yang terganggu atau rusak akibat diabetes.
Langkah-langkah senam kaki:
Posisi awal: duduklah dengan posisi tegak diatas sebuah kursi (jangan bersandar)
i) Latihan ke-1 (10 kali)
a) Gerakkan jari-jari kedua kaki seperti bentuk cakar, dan b) Luruskan kembali.
ii) Latihan ke-2 (10 kali)
a) Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai b) Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan
turunkan kembali.
iii) Latihan ke-3 (10 kali)
a) Angkat kedua ujung kaki Anda
b) Putar kaki pada pergelangan kaki, kearah samping
c) Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke arah tengah.
iv) Latihan ke-4 (10 kali)
a) Angkat kedua tumit Anda
b) Putar kedua tumit ke arah samping
c) Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah.
v) Latihan ke-5 (masing-masing kaki 10 kali) a) Angkat salah satu lutut, dan
b) Luruskan kaki Anda
c) Gerakkan jari-jari kaki Anda ke depan
d) Turunkan kembali kaki Anda, bergantian ke kiri dan kanan.
vi) Latihan ke-6 (masing-masing kaki 10 kali)
a) Luruskan salah satu kaki Anda di atas lantai b) Kemudian angkat kaki tersebut
c) Gerakkan ujung-ujung jari ke arah muka Anda d) Turunkan kembali tumit Anda ke lantai.
vii) Latihan ke-7 (10 kali)
Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini dengan kedua kaki secara bersamaan.
viii) Langkah ke-8 (10 kali)
a) Angkt kedua kaki Anda, luruskan dan pertahankan posisi tersebut
b) Gerakkan kaki Anda pada pergelangan kaki, ke depan dan ke belakang.
ix) Latihan ke-9 (masing-masing 10 kali)
a) Luruskan salah satu kaki Anda dan angkat b) Putar kaki Anda pada pergelangan kaki
c) Tuliskanlah di udara dengan kaki Anda angka 0 s/d 9.
x) Latihan ke-10 (sekali)
a) Selembar koran dilipat-lipat dengan kaki menjadi bentuk bulat seperti bola. Kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan kedua kaki, dan setelah itu disobek-sobek.
b) Kumpulkan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkan di atas lembaran koran lainnya. Terakhir bungkuslah semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
E. Penelitian Terkait
1. Peran Dukungan Sosial dalam Pengelolaan Diri Pasien Diabetes Melitus pada Populasi Hispanik Amerika
Seiring dengan meningkatnya insiden diabetes melitus menyebabkan DM menjadi fokus utama kesehatan di Hispanik Amerika. Karena jumlah tersebut menunjukkan rata-rata komplikasi yang tinggi pada populasi Hispanik penderita DM. Di dalam penelitian ini disebutkan bahwa dukungan sosial merupakan fator yang memiliki hubungan yang relevan dalam pengelolaan diri pasien diabetes.
2. Kehidupan Sehari-hari Keluarga dengan Pasien Dewasa Penderita Diabetes Tipe 1
Penelitian ini menjelaskan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada anggota yang menderita diabetes karena banyak masalah yang berbeda yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang mempengaruhi individu diabetes dalam manajemen diri. Penderita diabetes bertanggung jawab dalam mengelola dirinya, sehingga pendidikan kesehatan dan dukungan sosial diperlukan untuk manajemen diri individu diabetes.
3. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Untuk mencegah timbulnya komplikasi diabetes melitus, diperlukan pengontrolan ynag teraupetik melalui perubahan gaya hidup pasien DM. Hal tersebut memerlukan dukungan keluarga sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen panyakit kronik.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian ini meliputi diabetes melitus yang dijelaskan oleh Gibney (2009), Leslie (2012), Riskesdas (2013) dan Saad, dkk (2013) memiliki dampak berupa berbagai macam komplikasi diantaranya luka diabetes.
Maka diperlukan pengetahuan bagi keluarga untuk mencegah timbulnya luka tersebut. Berikut skema yang dapat diberikan:
Bagan 2.2 Kerangka teori modifikasi dari; Smeltzer & Bare (2002); Misnadiarly (2006); Soegondo & Sukardji (2008); Corwin, 2009; Gibney (2009) Liu et.al, 2009; PERKENI, (2009); Friedman, et.al (2010); Leslie (2012); Riskesdas (2013); Saad, et.al (2013); Holt (2013)
32 A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan masalah dalam studi penelitian yang direfleksikan melalui hubungan variabel-variabel dengan teori yang sudah disusun (Hidayat, 2011; Swarjana, 2012).
Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati dari suatu objek dimana nilainya bervariasi antara satu objek dengan objek yang lain (Hastono & Sabri, 2011). Penelitian ini memiliki satu variabel yaitu pengetahuan tentang pencegahan luka DM.
Bagan 3.1 Kerangka konsep modifikasi dari Misnadiarly (2006); Soegondo &
Sukardji (2008); Corwin (2009); Gibney (2009); Leslie, et.al (2012); Yusra (2012); Rintala, et.al (2013); Riskesdas (2013); Susanti& Sulistyarini (2013)
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur/ Hasil Ukur Kategori Skala
1 Pengetahuan tentang pencegahan luka diabetes
Pengetahuan tentang pencegahan luka DM meliputi deteksi awal, penggunaan alas kaki, merawat kuku kaki, perawatan kaki diabetes, dukungan keluarga, perubahan sensorik, latihan
Kuisioner bagian II, 1. Pengetahuan baik, jika
≥ mean
2. Pengetahuan kurang, jika < mean
Ordinal
2 Demografi a) Usia
b) Jenis kelamin
Satuan waktu yang digunakan untuk mengukur sejak seseorang dilahirkan sampai waktu saat penghitungan.
Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan.
Kuisioner bagian I, format isian;
a. Usia remaja (18-20 tahun) b. Usia dewasa (21-63
tahun)
Piaget (dalam Dahar, 2011;
dalam Nurjannah, 2013) Kuisioner bagian I, format isian;
a. Laki-laki b. Perempuan (Hungu, 2007)
Dibagi menjadi dua 2 kategori:
1. Usia remaja (jawaban a) 2. Usia dewasa (jawaban b)
Dikategorikan menjadi 2:
1. Laki-laki (jawaban a) 2. Perempuan (jawaban b)
Nominal
Nominal
c) Anggota keluarga
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
Ikatan/ hubungan yang timbul karena pernikahan, pertalian darah, ataupun ikatan keluarga lainnya.
Usaha seseorang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuannya.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan.
Kuisioner bagian I, format isian;
a. Pernikahan b. Pertalian darah c. Keluarga terkait (Friedman et.al, 2010) Kuisioner bagian I, format isian;
a. SD/ MI b. SMP/ MTs
c. SMA/ MA/ SMK/ MAK d. PT
(UU No. 20 tahun 2003) Kuisioner bagian I, format isian;
a. Bekerja b. Tidak bekerja
Dibagi menjadi 3 kategori:
1. Pernikahan (jawaban a) 2. Pertalian darah
(jawaban b) 3. Keluarga terkait
(jawaban c)
Dibagi menjadi 3 kategori:
1. Pendidikan dasar (jawaban a & b) 2. Pendidikan menengah
(jawaban c) 3. Pendidikan tinggi
(jawaban d)
Dibagi menjadi 2 kategori:
1. Bekerja (jawaban a) 2. Tidak bekerja (jawaban
b)
Nominal
Ordinal
Nominal
35 A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis, dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2012). Rancangan penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Ciputat Timur. Alasan peneliti memilih tempat tersebut adalah berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan diperoleh bahwa pengetahuan anggota keluarga pasien DM tentang pencegahan luka masih kurang. Tahun 2014 setiap bulannya data kunjungan pasien DM ke puskesmas selalu bertambah, baik itu pasien kunjungan lama maupun pasien kunjungan baru. Namun data tersebut tidak ditindaklanjuti, sehingga kenaikan atau penurunan dari kunjungan pasien DM tidak nampak jelas dan ataupun pelaksanaan dari program-program terkait tidak ada untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka
DM yang dimiliki oleh keluarga pasien DM. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit atau subjek yang mempunyai karakteristik sesuai dengan kriteria penelitian yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008; Hidayat, 2011; Hastono & Sabri, 2011). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota keluarga dari pasien DM yang telah didata datang ke Puskesmas Pisangan yang berjumlah 70 orang.
Sampel adalah bagian populasi atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi yang akan dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2008; Hidayat, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari pasien DM yang berkisar 70– 140 orang. Penentuan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi serta cara pengambian sampel yang ditetapkan oleh peneliti.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik atau kriteria subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang akan diteliti (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:
 Anggota keluarga dari pasien DM yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Pisangan
 Anggota keluarga tinggal bersama dengan pasien DM
 Anggota keluarga pasien DM berusia 18 tahun keatas
 Anggota keluarga pasien DM bersedia menjadi responden
 Anggota keluarga mampu membaca dan menulis.
b. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan kriteria penentuan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2011).
Kriteria ekslusi yang ditetapkan adalah:
 Anggota keluarga yang sedang bepergian lama/ liburan
Pada penelitian ini, semua populasi/ sampel yang masuk ke dalam kriteria inklusi diberi kode berupa angka. Kemudian peneliti melanjutkan dengan pemberian lembar persetujuan menjadi responden untuk diisi oleh sampel penelitian. Selanjutnya pengambilan data dengan kuisioner. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden. Sedangkan untuk proses pengambilan data dilakukan selama satu bulan.
c. Cara pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Jumlah populasi yang sedikit menjadi pertimbangan peneliti untuk mengambil seluruh populasi menjadi sampel penelitian karena sampel yang besar cendrung memberikan atau lebih dapat mewakili populasi yang akan diteliti (Danim, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini merupakan seluruh populasi yang diperoleh peneliti melalui data kunjungan pasien DM ke puskesmas yang diberikan oleh penanggungjawab
kejadian penyakit DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan sebanyak70 orang.
Pengambilan sampel pada anggota keluarga pasien DM dilakukan maksimal dua orang anggota keluarga pasien DM. Menurut Budiarto (2002) pengambilan sampel dua orang dewasa untuk mencegah terjadinya bias bila keluarga terdapat lebih dari satu orang dewasa yang tinggal bersama pasien. Pengambilan sampel tersebut juga untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan unit dasar, yaitu unit dasar yang berbeda dengan tujuan penelitian. Dimana nantinya dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk itu peneliti memilih anggota keluarga yang paling dekat dengan pasien dan selalu mengurusi/ merawat pasien. Sehingga perolehan sampel berkisar 70– 140 orang.
Selama proses pengambilan data, peneliti hanya memperoleh responden penelitian yaitu anggota keluarga pasien DM sebanyak 50 orang. Peneliti sudah melakukan kunjungan kepada seluruh pasien DM yang berjumlah 70 orang sesuai dengan alamat yang peneliti dapatkan sebagai proses pengambilan data pada responden yaitu anggota keluarga pasien DM. Namun perolehan responden penelitian yang peneliti dapatkan hanya 50 orang. Jumlah tersebut berasal dari 30 orang pasien DM yang bersedia terlibat dalam penelitian ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan tersebut, seperti responden yang tidak terdaftar oleh Ketua RT setempat, responden sudah pindah dari alamat yang peneliti miliki, responden tidak
berkenan menjadi responden penelitian meskipun peneliti sudah memberikan penjelasan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan unutk mengumpulkan data dalam rangka memperoleh data yang sesuai (Danim, 2002). Pada penelitian ini menggunakan jenis instrumen berupa kuisioner untuk mengukur pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM.
Jenis kuisionernya adalah kuisioner yang diisi oleh responden sesuai dengan pernyataan yang berada pada lembar kuisioner. Bentuk pernyataan dari kuisioner adalah close ended item dimana responden diberi kebebasan untuk memilih satu diantara dua jawaban tentang kebenaran suatu pernyataan (Notoatmodjo, 2012). Jenis skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman. Menurut Hidayat (2011) skala Guttman merupakan skala yang dibuat seperti checklist bersifat tegas dan konsisten dalam memberikan jawaban dari pertanyaan/ pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah.
Peneliti menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti.
Pada bagian I (pertama) berkaitan dengan data demografi responden yang berisi inisial responden, usia, jenis kelamin, anggota keluarga pasien DM, pendidikan terakhir, dan status pekerjaan. Sedangkan pada bagian II (kedua) berisi pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM yang terdiri dari tujuh sub pengetahuan terkait fakta dan pernyataan tentang pencegahan luka DM. Pernyataan terdiri dari 30 butir pernyataan positif
(pernyataan no. 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39) dengan jawaban benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0 dan 9 butir pernyataan negatif (pernyataan no. 6, 8, 13, 15, 18, 19, 22, 23, 33) dengan jawaban benar bernilai 0 dan jawaban salah bernilai 1. Berikut tabel pembagian pernyataan penyusun kuisioner yang terdiri dari tujuh sub pengetahuan.
Tabel 4.1 pernyataan penyusun kuisioner pengetahuan tentang pencegahan luka DM
Tabel diatas merupakan pernyataan penyusun kuisioner terkait dengan pengetahuan tentang pencegahan luka DM berdasarkan sub pengetahuan. Peneliti menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov test untuk mengetahui distribusi data, dimana diperoleh nilai p=0,057.
Nilai p>0,05 membuktikan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Sehingga pengkategorian pengetahuan menggunakan mean=30,34.
Pengetahuan responden dikatakan baik apabila ≥ mean(30,34), dan pengetahuan responden dikatakan kurang apabila < mean(30,34).
Pengetahuan tentang pencegahan luka DM
Jumlah
Deteksi awal 6
Penggunaan alas kaki 7
Perawatan kuku kaki 4
Perawatan kaki diabetes 10
Dukungan keluarga 6
Perubahan sensorik 2
Latihan kaki 4
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas
Validitas berbicara mengenai sejauh mana instrumen dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Uji validitas kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah content validity.
Menurut Kelana (2011) content validity (validitas isi) menunjukkan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen mewakili semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti. Sugiyono (2007) dan Widoyoko (2013) mengatakan bahwa untuk menguji kemampuan instrumen tersebut dapat digunakan pendapat para ahli. Jumlah para ahli yang digunakan minimal tiga orang. Untuk penelitian tugas akhir kuliah (skripsi), tenaga ahlinya adalah pembimbing. Pada penelitian ini content validity instrumen penelitian dilakukan oleh dosen pembimbing sebanyak dua orang, sehingga item pertanyaan/
pernyataan dalam instrumen dapat mewakili konsep yang sedang diteliti.
Proses pembuatan instrumen penelitian, peneliti membuat daftar pernyataan terkait pencegahan luka DM diperoleh sebanyak 40 pernyataan. Selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan pembimbing, diperoleh 39 pernyataan dan perubahan redaksional yang mengacu pada pola kalimat Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk mengukur isi instrumen agar dapat mewakili konsep yang sedang
diteliti, peneliti melakukan content validity yang dilakukan oleh dua orang dosen pembimbing penelitian. Sehingga diperoleh kuisioner yang dapat mengukur pengetahuan responden tentang pencegahan luka DM.
Kelana (2011) & Widoyoko (2013) menjelaskan validitas konstruk akan menggambarkan bahwa instrumen memiliki item-item pernyataan yang disusun secara rasional berdasarkan konstruk (konsep dari suatu teori). Sehingga instrumen pada penelitian ini dapat mengukur pengetahuan responden, baik untuk kategori pengetahuan baik ataupun pengatahuan kurang. Setelah pengujian validitas diatas dilanjutkan uji coba di lapangan dengan sampel uji coba minimal 30 orang.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 orang. Sampel tersebut merupakan warga yang termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Pisangan, namun sampel tersebut diluar responden penelitian. Peneliti memperoleh sampel tersebut dengan mengumpulkan data posbindu yang dibawahi oleh Puskesmas Pisangan yang diperoleh sebanyak 4 posbindu (Flamboyan, Kenanga, Nusa Indah, dan Rosela). Selanjutnya peneliti meminta izin puskesmas untuk mendatangi posbindu tersebut. Setelah mendapatkan izin, peneliti mendatangi kader posbindu untuk mendapatkan perizinan melakukan penelitian pada anggota keluarga pasien DM. Peneliti berhasil mengumpulkan data pasien DM di wilayah posbindu Puskesmas Pisangan sebanyak 35 orang sampel selama 2 minggu dari
6 – 19 April 2015 dan diperoleh bahwa sampel dapat memahami kuisioner penelitian.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan kemampuan instrumen dalam memberikan hasil pengukurannya selalu tetap atau dapat dipercaya.
Reliabilitas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, disebut koefisien. Koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan sistem pemberian skor (scoring system) instrumen. Metode analisa reliabilitas penelitian adalah instrumen skor diskrit. Dimana nominal atau pilah adalah instrumen yang skor jawaban/ responnya hanya dua jawaban yaitu benar dan salah.
Sehingga tingkat reliabilitas penelitian dapat dicari dengan rumus K-R 20 (Dempsey, 2002&Widoyoko, 2013).
Rumus K-R 20 ditemukan oleh Kuder dan Richardson yang kemudian dikenal dengan Kuder dan Richardson Formula 20. Rentang nilainya berada diantara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1 maka semakin reliabel. Rumus ini dapat digunakan untuk instrumen dengan:
a. Bentuk pertanyaan hanya terdiri dari atas dua pilihan jawaban, misal ya dan tidak, benar dan salah
b. Jumlah butir pertanyaan ganjil, sehingga tidak dapat dibelah.
Dengan rumus: