• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1.3. Ruang Kolaborasi dan LK 1.3. Elaborasi Pemahaman

N/A
N/A
Peserta PPG 01484

Academic year: 2025

Membagikan "T1.3. Ruang Kolaborasi dan LK 1.3. Elaborasi Pemahaman"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Lembar Kerja 1.3. Ruang Kolaborasi Nama : Rustam

NIM : 241225019

Pertanyaan Respon

1. Apa praktik Pendidikan saat ini yang

‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaaan?

1. Masih adanya sistem kelas penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Saat ini, contohnya di provinsi NTT masih adanya sistem penjurusan di SMA yang dilakukan sekolah sejak siswa naik di kelas IX, yaitu adanya jurusan kelas IPA, IPS dan Bahasa. Hal ini dapat membatasi minat dan kemampuan peserta didik untuk mempelajari bidang lain yang sebenarnya juga sangat diminati. Contoh, peserta didik yang masuk pada jurusan IPA, tetapi tidak mendapat kesempatan mempelajari ilmu geografi padahal mereka memiliki minat yang tinggi untuk belajar tentang ilmu geografi. Begitupun peserta didik jurusan IPA atau IPS yang tidak mendapatkan akses belajar bahasa jerman atau mandarin yang hanya diajarkan di kelas bahasa. Padahal mereka memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari kedua bahasa tersebut. Karena itu, sistem pendidikan seperti inilah yang sangat membatasi ruang gerak peserta didik untuk mengembangkan bakatnya di bidang keilmuan lain.

2. Adanya standar penilaian yang membatasi ruang gerak peserta didik

Saat ini sekolah-sekolah di Indonesia masih fokus pada sistem penilaian dengan ujian tertulis dan nillai akademis, sehingga sangat membatasi peserta didik mengekspresikan pemahaman mereka melalui bentuk-bentuk lain seperti membuat suatu proyek, presentasi dan unjuk karya kreatif. Akibatnya peserta didik hanya berhasil secara teori (akademis) tetapi tidak mampu memaknai proses belajarnya karena tidak adanya kesempatan untuk melakukan aksi nyata di luar kelas.

3. Adanya sistem zonasi dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDP)

Meskipun kata pemerintah tujuan sistem ini adalah untuk pemerataan, tapi sistem zonasi dalam PPDP membatasi pilihan peserta didik untuk memilih sekolah sesuai minat dan bakatnya.

Bahkan sistem zonasi ini mengakibatkan beberapa sekolah negeri di Indonesia mengalami kekosongan pendaftar karena tidak ada peserta didik yang memilih sekolah negeri tersebut.

(2)

4. Adanya kesenjangan akses pendidikan dan tidak tersedia sekolah inklusi di daerah pelosok Sebagai contoh, sekolah-sekolah di pulau Jawa sebagian besar telah memiliki fasilitas yang memadai, tetapi tidak bagi daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) terutama bagi sekolah-sekolah di pelosok Indonesia timur yang sulit dijangkau oleh alat transportasi. Mereka bersekolah dengan fasilitas apa adanya, tidak memiliki akses internet, kurangnya buku bacaan, bangunan sekolah yang tidak layak, bahkan untuk berangkat ke sekolah pun mereka tidak menggunakan seragam sekolah.

Di sana juga tidak ada sekolah bagi mereka yang berkebutuhan khusus karena kurangnya fasilitas dan tenaga pendidik yang terlatih untuk pendidikan inklusi.

5. Kualitas guru belum sesuai standar profesional Indonesia saat ini masih darurat kekurangan guru profesional. Kebanyakan guru yang ada saat ini cenderung kurang memaknai arti mendidik yang sebenarnya. Mereka hanya ke sekolah mengajarkan ilmu pengetahuan kemudian menentukan standar keberhasilan peserta didik dengan standar nilai ujian di sekolah. Akibatnya, guru mengesampingkan variasi metode dan media pembelajaran interaktif sesuai dengan karakteristik peserta didik yang beragam. Guru cenderung monoton dengan menggunakan metode ceramah, medianya buku cetak dan papan tulis, sehingga peserta didik pun merasa bosan mengikuti pelajaran dan pasti akan menurunkan minat belajarnya di kelas.

6. Sistem penerapan kurikulum yang menekankan pada ketuntasan pemberian materi ajar sesuai dengan batas waktu yang ditentukan

Hal ini dapat kita lihat pada penerapan kurikulum yang masih mengacu pada silabus yang mengharuskan guru menuntaskan semua materi ajar sesuai dengan batas waktu yang ditentukan (misalnya, sebelum ujian akhir). Akibatnya, guru yang kaku dan kurang kreatif cenderung akan mementingkan ketuntasan pemberian materi ajar daripada tingkat pemahaman peserta didik. Hal ini sangat menghambat pengetahuan mereka karena kurangnya penjelasan detail dari guru terkait materi yang dipelajari.

2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang belum memerdekakan peserta didik?

Ada, yaitu model pendidikan holistik. Model ini memandang peserta didik secara utuh mencakup aspek intelektual, emosional, sosial dan spiritual.

(3)

Proses pembelajaran pun terintegrasi dengan kehidupan nyata dan pengalaman bermakna peserta didik.

Tujuan pendidikan tidak hanya fokus mencapai akademik, tetapi juga pengembangan keterampilan, sikap, dan karakter siswa. Untuk itu, guru dapat menggunakan berbagai bentuk asesmen seperti portofolio, presentasi, obsevasi dan refleksi diri. Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan umpan balik yang mendukung perkembangan menyeluruh peserta didik dari semua aspek yang melingkupi kehidupannya.

Keberlangsungan penerapan model pembelajaran holistik ini, harus adanya komitmen dari seluruh komponen sekolah, dukungan dari orang tua dan masyarakat sekitar sehingga menghasilkan lingkungan belajar yang lebih bermakna dan memberikan pengalaman pendidikan yang lebih komprehensif bagi peserta didik.

3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model

Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik?

1. Model sekolah terbuka untuk semua jenjang pendidikan (open schooling)

Jika di Indonesia sudah memiliki Universitas Terbuka (UT) yang menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh, maka model pendidikan ini juga bisa dikembangkan untuk semua jenjang pendidikan wajib belajar 12 tahun yaitu SD, SMP, dan SMA. Model ini bertujuan untuk menyediakan akses pendidikan formal bagi mereka yang sulit mendapatkan pendidikan di perkotaan, contohnya untuk daerah 3T di Indonesia. Untuk mendukung model ini bisa berjalan maksimal maka perlu adanya kerjasama pemerintah pusat, daerah dan masyarakat untuk menyediakan fasilitas pembelajaran jarak jauh.

2. Model pendidikan kedua yang saya tawarkan adalah model Project Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek

Yaitu siswa terlibat langsung dalam upaya pemecahan masalah nyata yang ada di lingkunganya. Proyek tersebut dapat mencakup aspek akademik, keterampilan praktis dan pengembangan karakter. Model ini akan membantu keterampilan siswa bekerja secara kolaboratif, merencanakan, melaksanakan dan mempresentasikan hasil proyek mereka.

(4)

Lembar Kerja 1.5. Elaborasi Pemahaman Nama : Rustam

NIM : 241225019

Pertanyaan Respon

1. Apa langkah awal melepaskan ‘belenggu’ pada Pendidikan Indonesia dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan peserta didik?

1. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah upaya pemerataan layanan atau akses pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk saudara-saudara kita yang berada di pelosok tanah air. Banyak dari mereka yang belum merasakan kemerdekaan belajar karena berbagai kendala, seperti kendala transportasi, ekonomi, jaringan listrik dan internet yang belum maksimal, serta sarana dan prasarana lainnya yang belum memadai. Artinya, hal ini harus benar-benar menjadi fokus utama pemerintah terlebih dahulu sebelum menjalankan reformasi kurikulum.

2. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus menciptakan lingkungan dan metode pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang peserta didik dengan aman, membebaskan mereka melakukan eksplorasi dan mendukung mereka untuk tidak takut gagal.

2. Sebagai seorang guru, mengapa kita perlu melepaskan diri dari ‘belenggu’ praktik-praktik Pendidikan yang belum memerdekakan peserta didik?

Mengapa?

1. Karena guru memiliki kreatifitas dan inovasi tanpa batas untuk memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada guna mencapai keberhasilan belajar peserta didiknya, bukan hanya terpaku dengan sistem pendidikan yang berlaku.

2. Karena peserta didik adalah prioritas utama guru, maka guru harus berpihak pada apa yang dibutuhkan peserta didiknya bukan apa yang dibutuhkan oleh sistem pendidikan yang berlaku.

Seringkali terjadi dalam praktik pendidikan saat ini, guru hanya mementingkan tercapainya jam pelajaran di sekolah, bukan berfokus pada bagaimana proses pembelajaran dapat dimaknai oleh semua peserta didik. Tetapi guru melepaskan diri dari praktik-praktik pendidikan yang membatasi bukan berarti meninggalkan semua aturan dan panduan. Ini lebih tentang mencari keseimbangan yang tepat antara memberikan arahan dan memungkinkan kebebasan, serta terus menerus melakukan refleksi untuk menyesuaikan pendekatan yang sesuai untuk

(5)

memastikan bahwa guru benar-benar melayani siswa.

3. Bagaimana melepaskan diri dari ‘belenggu’

praktik-praktik Pendidikan yang belum memerdekakan peserta didik?

Berikut cara guru melepaskan ‘belenggu’ dari praktik- praktik Pendidikan yang belum memerdekakan peserta didik.

1. Konsentrasi pendidikan yang berdasarkan bakat dan minat siswa. Cara ini dapat dilakukan dengan melakukan refleksi dan asesmen diagnostik untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik.

2. Berorientasi pada proses belajar peserta didik, bukan pada hasil belajarnya. Yaitu, guru harus fokus pada pengalaman belajar peserta didik, pengembangan keterampilan berpikir, dan pembelajaran yang bermakna.

4. Berdasarkan peta jalan Pendidikan Indonesia, bagaimana prediksi Pendidikan kita pada masa yang akan datang?

Prediksi saya tentang dunia Pendidikan Indonesia di masa yang akan datang yaitu terus mengalami perubahan dan beradaptasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi. Kurikulum pendidikan di masa yang akan datang akan benar- benar mengadopsi sistem pendidikan global yang fokus utamanya adalah pada pengembangan keterampilan abad ke-21.

Akan ada reformasi pendidikan dengan integrasi teknologi yang luar biasa, seperti penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital lainnya yang mampu menggabungkan elemen digital dengan dunia nyata. Karena itu, untuk menjawab tantangan abad 21 pendidikan karakter tetap terus menjadi fokus utama sebagai landasan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan (budi pekerti) dan kearifan lokal untuk memperkuat identitas nasional. Selain itu, Indonesia juga akan lebih siap menjawab tantangan global di tengah hebatnya intervensi teknologi karena telah membekali guru atau pendidik dengan keterampilan profesional melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang merupakan salah satu fokus program pemerintah saat ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia di masa yang akan datang.

Dengan konsep “Merdeka Belajar” yang sudah ada saat ini dan terus dikembangkan, saya yakin kualitas pendidikan Indonesia kedepannya akan mengalami peningkatan luar biasa dan mampu bersaing secara global.

Referensi

Dokumen terkait

Ari Whudian. PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR

Banyaknya peserta didik yang memiliki gaya belajar visual ini menunjukkan bahwa peserta didik kelas XI program IPS SMA Kristen 1 Salatiga memiliki ciri dan perilaku yang

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan motivasi peserta didik ditinjau dari ketekunan dalam belajar antara peserta didik kelas XI Jurusan IPA dengan

Hasil analisis data kemampuan pemahaman isi peserta didik kelas XII (IPA dan IPS) SMA di Surabaya yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan dalam memahami

Sampel penelitian adalah peserta didik kelas XI SMA jurusan yang berbeda yaitu ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Selanjutnya metode

Hasil penelitian ini menunjukkan berbagai macam faktor penyebab kurangnya minat membaca peserta didik kelas X IPS di SMAN 1 Pallangga yaitu: kurangnya kesadaran peserta

Hasil analisis data kemampuan pemahaman isi peserta didik kelas XII (IPA dan IPS) SMA di Surabaya yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan dalam memahami

Tanggal Materi Observasi* Hasil Observasi Interpretasi Hasil Observasi Budaya kelas Status sosial peserta didik Minat belajar Kemampuan awal Gaya belajar Motivasi belajar