• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori dan Fungsi Produksi

N/A
N/A
Balzzer File02

Academic year: 2024

Membagikan "Teori dan Fungsi Produksi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1. Produksi

Menurut Pratama (2022) produksi merupakan kegiatan mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha menghasilkan produk. Jadi tingkat produksi bisa diartikan kuantitas atau jumlah produk yang dihasilkan oleh kegiatan produksi.

Produksi yang tepat adalah produksi optimal. Dalam mengoptimalkan proses produksi perlu mengetahui fungsi dari produksi itu sendiri. Rumus fungsi produksi adalah sebagai berikut : Cobbdouglas dalam Ipunk (2020).

Q = f (K.L.R.T) Diketahui :

Q = jumlah produk yang dihasilkan K = jumlah stok modal

L = jumlah tenaga kerja R = kekayaan alam T = Tehnologi

Teori produksi dua faktor berubah dikenalkan oleh Douglas. Teori tersebut berupa fungsi produksi CobbDounglas. fungsi ini paling banyak digunakan dalam

1

(2)

model produksi apapun. Rumusnya persamaannya adalah sebagai berikut : Cobbdouglas dalam Ipunk (2020).

Q = KαL β Dikehaui :

Q = produk

K = modal produksi

L = tenaga kerja yang digunakan α = elastisitas modal

β = elastisitas tenaga kerja 2.1.2. Fungsi Produksi

Fungsi Produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat yang diciptakan. Fungsi produksi berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi output produksi. Tujuan dari kegiatan produksi adalah memaksimalkan jumlah output dengan sejumlah input tertentu. Fungsi produksi berkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.

Faktor-faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan hasil produksi sering juga dinamakan output. Fungsi produksi dapat memberi gambaran tentang produksi yang efisien secara teknis, artinya semua penggunaan input dalam produksi serba minimal atau serba efisien (Hidayat, 2019).

Fungsi produksi berhubungan dengan hukum thelawofdiminishingreturns.

Hukum ini mengatakan apabila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari

(3)

setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi naik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila inputtersebut terus ditambah (Sitepu, 2022).

Fungsi produksi model Cobb-Douglas merupakan persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel yang terdiri dari satu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). Perkembangan selanjutnya dari variabel CobbDouglas adalah fungsi produksi frontier yaitu fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya(Sitepu, 2022).

Secara matematis persamaan model Cobb-Douglas dituliskan sebagai berikut:

Y= X1, X2……….Xn

Bila fungsi produksi model Cobb-Douglas tersebut dinyatakan dalam hubungan Y dan X maka:

Y = (X1, X2, X3, …Xn) Keterangan:

Y: variabel yang dijelaskan X: variabel yang menjelaskan e: logaritma natural = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi:

Ln Y = Ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + ... + bn Ln Xn + e…..

Keunggulan fungsi produksi model Cobb-Douglas adalah pangkat dari fungsi atau koefisien bi (i = 1,2,3, …, n) merupakan elastisitas produksi (Ep).

Penjumlahan dari koefisien dapat menduga bentuk skala usaha (ReturntoScale)

(4)

atau tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada kegiatan usaha tani meliputi tiga kemungkinan sebagai berikut :

a. Increasing Return to Scale, bila (b1 + b2 + … + bn) > 1 artinya penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi yang lebih besar.

b. Constant Return to Scale, bila (b1 + b2 + … + bn) = 1 artinya penambahan faktor–faktor produksi akan sama dengan penambahan hasil produksi yang diperoleh.

c. Decreasing Return to Scale, bila (b1 + b2 + … + bn) < 1 artinya penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih kecil.

2.2. Usahatani Pakcoy

Tanaman pakcoy berasal dari Cina dan dibudidayakan di Cina Selatan, Tengah, dan Taiwan setelah abad ke-5. Sayuran ini merupakan perkenalan baru di Jepang dan masih satu keluarga dengan sayuran China. Saat ini pakcoy banyak dikembangkan di Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Thailand (Yaldi, 2023).

(5)

Gambar 2.1 Pakcoy

Pada tahun 2010 sampai 2014 terjadi pasang surut produksi pada tanaman pakcoy dari 141,25 kwalitas/ha menjadi 114,35 kwalitas/ha. Penggunaan pupuk kimia sebagai unsur hara secara terus menurus merupakan salah faktor penyebab terjadinya penurunan produksi pada tanaman pakcoy. Penggunaan pupuk kimia mengakibatkan organisme tanah berkurang sehingga keseimbangan lingkungan tidak terjaga. Untuk itu peningkatan produksi tanaman pakcoy dapat dilakukan dengan cara menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah pertanian seperti, pupuk kandang, kotoran manusia, pupuk hijau, dan kompos sebagai pengganti unsur hara. Dengan diterapkannya pertanian organik diharapkan keseimbangan antara organisme tanah dengan lingkungan dapat terjaga (Lisdayani et al., 2019).

Tanaman pakcoy memilki kandungan vitamin A, vitamin B, kalium, fosfor, kalsium, asam oksalat, serat, zat besi, dan asam nikotinik (Sukajat, 2020). Khasiat pakcoy sangat cocok untuk meredakan tenggorokan gatal pada penderita batuk, untuk mengobati sakit kepala, memurnikan darah, meningkatkan fungsi ginjal, serta memperbaiki dan melancarkan pencernaan. Biji pada tanaman pakcoy digunakan sebagai minyak dan pelezat pada makanan. Kandungan yang ada pada tanaman pakcoy yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B, dan Vitamin C (Lisdayanietal., 2019).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2022 produktivitas tanaman pakcoy di Indonesia dari tahun 2017-2021 sebesar 10,51 ton ha-1 , 10,42 ton ha-1 , 10,72 ton ha1 , 10,52 ton ha-1 , dan 10,51 ton ha-1 . Jumlah produksi sawi pakcoy di Jawa Barat mengalami fluktuasi. Tahun 2018, produksi sawi pakcoy di Jawa Barat mencapai

(6)

201.004 ton, tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 179.925 ton. Penyebab penurunan sawi pakcoy tersebut akibat berkurangnya luas lahan, teknik budidaya belum intensif, iklim yang kurang mendukung, serta rendahnya kesuburan tanah (Akmal dan Simanjuntak 2019). Sedangkan pada tahun 2020 sawi pakcoy mengalami peningkatan menjadi 189.354 ton. Hal tersebut disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi pertanian yang membantu dalam meningkatkan produksi sawi pakcoy baik secara kuantitas maupun secara kualitas.

Permintaan akan sayuran pakcoy meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat. Peningkatan permintaan yang tinggi ini harus diimbangi dengan tingginya produksi sayuran pakcoy. Namun pada kenyataanya produksi pakcoy di Jawa Barat menurun dari tahun 2020-2021. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2022, produksi sayuran pakcoy pada tahun 2020 sebanyak 189.353,8 ton dan pada tahun 2021 sebanyak 188.944 ton. Penurunan produksi dapat terjadi salah satunya dipengaruhi oleh lahan pertanian yang berkurang karena adanya alih fungsi lahan.

2.2.1. Faktor-faktor Produksi Usahatani Pakcoy

Usahatani merupakan suatu cara bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya secara efisien dan seefektif mungkin untuk memperoleh keuntungan yang maksimal (Rifqi, 2023). Berdasarkan pola, usahatani dapat dibedakan menjadi tiga yaitu usahatani khusus, usahatani tidak khusus, dan usahatani campuran (Yuliani, 2024). Usahatani khusus merupakan suatu usahatani yang hanya mengusahakan satu jenis cabang usahatani, contohnya usahatani dibidang tanaman pangan, usahatani peternakan, dan usahatani perikanan. Usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usahatani

(7)

dengan adanya batas yang tegas. Usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama pada areal lahan yang sama tanpa adanya batas yang tegas, contohnya adalah sistem tumpang sari dan mina padi.

Ilmu usahatani sangat penting dalam bidang pertanian karena hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan sebuah usahatani (Yuliani, 2024).

Faktor-faktor produksi pada usahatani juga diperlukan untuk memaksimalkan pengelolaan dalam usahatani. Faktor produksi atau input akan dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah produk (Pratama, 2022). Faktor produksi pada usahatani terdiri dari faktor alam, tenaga kerja, dan modal. Faktor alam meliputi kondisi tanah dan lingkungan. Faktor tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Faktor modal terdiri dari barang ekonomi yang dapat digunakan untuk keberlangsungan sebuah usahatani (Rasmikayati, 2021).

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang- barang dan jasa. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu lahan pertanian, modal, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (Lulut, 2022).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi pakcoy adalah penggunaan input produksi (luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk Urea, pupuk

(8)

KCl, pupuk NPK, pestisida, dan tenaga kerja) secara simultan berpengaruh terhadap produksi pakcoy.

1. Luas lahan

Menurut Irawan dalam Nougroho (2015) areal pertanian khususnya lahan pertanian secara garis besar mendatangkan dua jenis manfaat yaitu: pertama, manfaat atas penggunaan yang ada (uses values), manfaat ini dihasilkan dari eksploitasi atau kegiatan usahatani di lahan pertanian. Uses Values terdiri dari dua jenis yaitu, manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung ditandai oleh produk yang terukur secara riil dan dapat ditransaksikan dalam bentuk harga (marketable output) serta berfungsi sebagai sumber pendapatan masyarakat, dan manfaat yang tidak terukur dengan uang (unpriced benefit) namun secara langsung dapat dirasakan masyarakat seperti fungsi ketahanan pangan. Manfaat kedua adalah manfaat bawaan, manfaat ini timbul dengan sendirinya seiring aktifitas usahatani, kemungkinan manfaat ini baru dapat dirasakan di masa datang bukan saat ini, seperti keanekaragaman hayati (biodiversity).

Tanah merupakan faktor produksi yang mempunyai kedudukan paling penting disamping ketiga faktor produksi yang lainnya.

Maksudnya adalah tanpa faktor produksi tanah maka usahatani tidak dapat dilakukan, dimana usaha akan dilakukan atau dimana tanaman akan ditanam apabila tidak ada tanah. Dengan kata lain, tanah

(9)

merupakan tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil produksi dikeluarkan. Luas tanam merupakan ukuran potensi ekonomi petani untuk mengelola usahataninya. Petani dengan tanah yang luas akan menghasilkan pendapatan yang tinggi, Luas tanam merupakan ukuran potensi ekonomi petani untuk mengelola usahataninya. Petani dengan tanah yang luas akan menghasilkan pendapatan yang tinggi, engan besarnya pendapatan total. Semakin luas pemilikan lahan, semakin besar produksi yag dihasilkan. Suratiyah (2011) menggolongkan petani berdasarkan luas lahannya sebagai berikut:

1) Golongan petani luas (lebih dari 2 Ha) 2) Golongan petani sedang ( 0,5-2 Ha) 3) Golongan petani sempit (0,5 Ha) 4) Golongan buruh tani tidak bertanah.

2. Bibit

Bibit adalah unsur dari faktor produksi yang diutamakan sebagai penentuan awal dalam keberhasilan berusahatani. Semakin berkualitas suatu bibit, akan semakin bagus juga hasil dari produksi tersebut. Begitu strategisnya peranan bibit yang membuat pemerintah sangat memperhatikan ketersediaan bibit. Keberhasilan akan budidaya pakcoy \ menentukan tersedianya bibit pakcoy di ciherang yang berkualitas secara berkelanjutan. Bibit adalah penting sebagai penentu kualitas dari suatu tanaman. Sehingga perlu melakukan pengelolaan bibit yang baik agar kualitas tanaman terjaga (Mangkunegara, 2005).

(10)

3. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup yang melalui proses pelapukan berasaskan daur ulang secara hayati. Daur ulang hara dapat dilakukan melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan tanah (Haryanto dkk., 2018). Salah satu peran pupuk organik yaitu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Aplikasi pupuk organik dalam sistem pertanaman dapat meningkatkan kandungan bahan organik/C-organik dan kandungan N total dalam tanah (Zulkarnain dkk., 2013). Rasio N dan C-organik tanah menjadi sangat penting karena berkaitan dengan proses perombakan bahan organik dalam tanah serta penyediaan N bagi tanaman. Standar mutu kandungan bahan organik tanah yaitu memiliki N 0,21-0,50%, C-organik 2,01- 3,00% dan rasio C/N 11-15 (Sembiring, 2018). Fungsi lain dari pupuk organik yaitu dapat meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga tanah mampu memberikan atau menerima kation dan hara atau nutrisi tanaman (Fahrudin, 2009).

Kelebihan penggunaan pupuk organik antara lain dapat menjaga keseimbangan tanah, mengurangi resiko keracunan bahan kimia, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena produk pertanian organik memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Roidah, 2023). Penggunaan pupuk organik memiliki beberapa kekurangan, antara lain pupuk organik tidak dapat menyediakan unsur hara secara langsung seperti pada pupuk

(11)

anorganik (pupuk kimia). Pupuk organik memerlukan proses dekomposisi agar kandungan unsur hara dalam pupuk organik dapat diserap oleh tanaman (Pujisiswanto dan Pangaribuan, 2018).

Secara umum pupuk organik dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dibedakan menjadi pupuk cair dan pupuk padat, sedangkan berdasarkan bahan penyusunnya pupuk organik dapat dibedakan menjadi pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari fermentasi kotoran hewan/ternak.

Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang. Aplikasi pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi pertanian. Hal ini disebabkan tanah yang diberi pupuk kandang dapat menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh tanaman (Parnata, 2010). Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S) (Kusuma, 2012). Pupuk kandang dapat dibedakan berdasarkan hewan/ternak penghasil kotorannya, antara lain pupuk kandang sapi, kambing, domba, kuda, dan ayam.

4. Pupuk Kimia/Anorganik

(12)

Pupuk anorganik yaitu pupuk yang berasal dari bahan-bahan kimia anorganik dan dibuat oleh pabrik industri, biasanya mengandung unsur- unsur hara tertentu (Amini dan Syamdidi, 2016). Penggunaan pupuk anorganik yang praktis dianggap dapat meningkatkan kepuasan pada saat budidaya hal ini dikarenakan hasilnya dapat langsung terlihat pada tanaman. Selain itu, pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti cabang, batang, daun, dan berperan dalam pembentukan klorofil. Namun, pemberian pupuk anorganik secara berkelanjutan dapat mengakibatkan tanah menjadi keras dan menurunkan stabilitas agregat tanah (Neoriky dkk., 2017).

Pemberian pupuk anorganik pada tanaman dilakukan dengan pupuk tunggal maupun pupuk majemuk (Tobing dkk., 2019). Pupuk tunggal merupakan pupuk yang hanya mengandung satu unsur saja. Salah satu pupuk tunggal yang banyak ditemukan adalah pupuk urea. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang terdiri lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Penggunaan pupuk majemuk diharapkan dapat menjadi alternatif pupuk tunggal seperti pupuk urea yang seringkali susah didapatkan di pasaran dan harganya cukup mahal (Kaya, 2013). Salah satu pupuk majemuk yang banyak ditemukan adalah pupuk NPK.

5. Pestisida

(13)

Menurut Balitbang (2022), pestisida merupakan semua zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama pada tumbuhan. Pestisida merupakan suatu zat yang bersifat beracun yang dapat membahayakan petani tetapi disisi lain pestisida sangat dibutuhkan oleh petani karena tanaman dapat terlindungi dari hama begitu juga dengan penyakit.

Selain itu, penggunaan pestisida ini tidak dilakukan setiap hari karena juga dapat membuat pencemaran lingkungan.

Menurut Pusat Penyuluhan Pertanian (2019), Pestisida berperan penting dikarenakan manfaatnya yang berguna untuk mengendalikan hama penyakit serta gulma, sehingga potensi produksi tidak hilang bahkan berkembang. Keberhasilan produksi tanaman perlu dilakukan pemberatasan hama dan penyakit. Usaha ini dapat dilakukan secara alami ataupun mengunakan pestisida. Pestisida dapat digolongkan berdasarkan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) sasarannya yaitu herbisida, fungisida, dan insektisida. Herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu). Fungisida digunakan untuik mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur atau fungi). Sedangkan Insektisida digunakan untuk mengendalikan hama berupa serangga. Penggunaan pestisida dapat menguntungkan petani namun dapat juga merugikan petani. Apabila pemakaian pestisida secara tepat dan tidak berlebihan justru akan

(14)

menguntungkan petani, namun apabila pemakaian pestisida secara berlebihan maka dapat merugikan petani.

6. Tenaga Kerja

Menurut Suratiyah (2015), tenaga kerja ialah faktor penting dalam usahatani yang sangat bergantung pada musim. Dikarenakan apabila terjadi kekurangan dalam tenaga kerja akan menyebabkan kemunduran waktu untuk menanam, yang akan mempengaruhi pertumbuhan bagi tanaman, produksi dan kualitas produk.

Tenaga manusia bisa melakukan berbagai macam pekerjaan dalam berusahatani, tergantung pada tingkat kemampuannya. Adapun mengenai usia, petani yang memiliki usia relatif muda akan cenderung lebih cepat dalam mengerjakan pekerjaan dibandingkan petani yang usianya relatif lebih tua. Disisi lain tenaga kerja yang relatif tua lebih berpengalaman sehingga lebih terampil dalam menyelesaikan pekerjaan dari pada yang kurang berpengalaman. Pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir dan bekerja, orang yang memiliki pendidikan tinggi, lebih mudah melakukan suatu pekerjaan.

Menurut Suratiyah (2016), tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani bergantung kepada luas lahan dan jenis komoditi yang ingin diusahakan. Umumnya tenaga kerja yang dibutuhkan tanaman semusim lebih banyak daripada tanaman tahunan, namun dari segi pemeliharaan tanaman musiman cenderung membutuhkan sedikit tenaga kerja

(15)

2.2.2. Hasil Produksi Usahatani Pakcoy

Jawa Barat merupakan salah satu wilayah bagian Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Hal tersebut didukung oleh kondisi tanah yang subur. Menurut Setiawan et al. (2011) Jawa Barat adalah dataran tinggi yang terletak pada daerah agroklimat basah dengan rata-rata bulan basah 8-10 bulan dengan curah hujan rata-rata tahunnya lebih dari 2.000 mm. Oleh karena itu Jawa Barat memiliki potensi untuk wilayah pertanian. Berbagai komoditas pertanian dapat tumbuh dan di produksi di wilayah tersebut, khususnya komoditas hortikultura. Hortikultura merupakan sub sektor pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Barat. Sub sektor tersebut memiliki prospek yang cerah di masa mendatang sekaligus sebagai sumber perolehan pemerintah setempat (Sasmito 2017). Tanaman hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat (biofarmaka). Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki angka produksi tertinggi di Jawa Barat. Hal tersebut karena karakteristik wilayah Jawa Barat yang sangat cocok untuk budidaya sayuran.

alah satu sayuran yang memiliki permintaan tinggi adalah sawi. Sawi (Brassica juncea) merupakan jenis sayuran daun yang memiliki berbagai manfaat serta kegunaan (Kawulasan et al.2018). Di Jawa Barat banyak sekali jenis olahan makanan yang menggunakan sawi, baik sebagai bahan pokok ataupun sebagai bahan pelengkap. Konsumennya pun mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga masyarakat kelas atas. Tanaman sawi memiliki beberapa jenis yaitu sawi putih, sawi hijau, sawi huma, sawi keriting, sawi monumen, dan sawi pakcoy.

(16)

Diantara berbagai jenis tanaman sawi tersebut sawi jenis pakcoy merupakan jenis sawi yang banyak digemari oleh masyarakat (Rofiatin 2010).

Sawi pakcoy (Brassica rapa L) merupakan jenis sayuran sawi yang banyak digemari oleh masyarakat dan mudah untuk dibudidayakan. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Selain itu sawi pakcoy tidak tergantung dengan musim sehingga dapat dipanen sepanjang tahun.

Jumlah produksi sawi pakcoy di Jawa Barat mengalami fluktuasi. Tahun 2018, produksi sawi pakcoy di Jawa Barat mencapai 201.004 ton, tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 179.925 ton. Penyebab penurunan sawi pakcoy tersebut akibat berkurangnya luas lahan, teknik budidaya belum intensif, iklim yang kurang mendukung, serta rendahnya kesuburan tanah (Akmal dan Simanjuntak 2019). Sedangkan pada tahun 2020 sawi pakcoy mengalami peningkatan menjadi 189.354 ton. Hal tersebut disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi pertanian yang membantu dalam meningkatkan produksi sawi pakcoy baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Berikut data luas lahan dan produksi sawi pakcoy di Jawa Barat tahun 2018-2020 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas lahan dan produksi sawi pakcoy di Jawa Barat tahun 2018-2020

Uraian Tahun

2018 2019 2020

Produksi (Ton) 201.004 179.925 189.354

Luas Lahan (Ha) 12.698 11.414 11.878

Produktivitas (Ton/Ha) 15,83 14,10 15,94

Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)

(17)

2.3. Efisiensi Usahatani

Efisiensi merupakan perbandingan antara nilai produk marjinal terhadap nilai faktor produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien ketika dapat menggunakan input sekecil mungkin untuk menghasilkan output yang maksimal. Efisiensi dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga), dan efisiensi ekonomis (Lulut, 2022). Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang diperoleh dari kesatuan faktor produksi yang digunakan, sehingga petani mampu membuat agar nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis: (Dangkung, 2020).

NPMx = Px; atau NPMx = 1

Banyak kenyataan di lapang yaitu NPMx tidak selalu sama dengan Px dan yang sering terjadi adalah keadaan berikut :

1. (NPMx /Px) > 1; artinya penggunaan input x belum efisien, sehingga perlu ditambah input agar mencapai efisien.

2. (NPMx /Px) < 1; artinya penggunaan input x tidak efisien, sehingga perlu mengurangi input agar mencapai efisien.

Menurut Soekartawi (2003) dalam Lanung (2023) efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis.

2.3.1 . Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis digunakan untuk mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu. Efisiensi teknis dapat diketahui dengan melihat penambahan input secara fisik yang digunakan pengaruhnya terhadap penambahan produksi yang dihasilkan (Rifqi, 2023). Efisiensi teknis digunakan

(18)

untuk mengetahui hubungan antara input dan output, yaitu sejauh mana seorang petani mengkombinasikan input menjadi ouput pada tingkat produksi, faktor ekonomi, dan teknologi tertentu. Nilai efisiensi teknis tercapai ketika nilai ET = 1 (Sitepu, 2022). Pengukuran efisiensi teknis dapat dihitung melalui elastisitas faktor produksi, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana:

Ep = elastisitas produksi Y = hasil produksi X = faktor produksi Y = perubahan produksi

 Y = perubahan input

 MPP = marginal physical product (nilai produk marginal)

APP = average physical product (rata-rata nilai produk)

Usahatani akan mencapai tingkat menguntungkan apabila nilai Ep berada diantara 0 dan 1 atau 0<Ep.

2.3.2. Efisensi Alokatif / Harga

Efisiensi alokatif menunjukkan hubungan biaya dengan output, dikatakan efisiensi secara alokatif apabila produksi dapat memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Menurut Rifqi (2023) perhitungan nilai efisiensi alokatif dapat dilihat dengan kriteria pengujian efisiensi alokatif sebagai berikut :

(19)

a. (NPMx /Px) = 1; artinya pada harga yang berlaku saat penelitian, secara ekonomis penggunaan faktor produksi optimum atau efisien.

b. (NPMx /Px) > 1; artinya pada harga yang berlaku saat penelitian, secara ekonomis penggunaan faktor produksi belum optimum atau efisien.

c. (NPMx /Px) < 1; artinya pada harga yang berlaku saat penelitian, secara ekonomis penggunaan faktor produksi melebihi kondisi optimum atau tidak efisien.

2.3.3. Efisiensi Ekonomis

Efisiensi ekonomi dapat dicapai apabila telah tercapai efisiensi teknik dan efisiensi harga (Nurhayati & Sari, 2020). Perhitungan efisiensi ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :

EE = ET x EH Keterangan :

EE : Efisiensi ekonomi ET : Efisiensi teknis EH : Efisiensi harga Dimana jika :

Nilai EE > 1, berarti penggunaan input perlu ditingkatkan Nilai EE = 1, berarti alokasi input optimal

Nilai EE < 1, berarti penggunaan input perlu dikurangi.

(20)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan peneliti dalam melakukan penelitian supaya peneliti dapat memperdalam teori yang digunakan. Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat kesamaan topik pada judul dan komoditas yang diteliti.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti, Judul

Penelitian Dan Tahun

Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian

Sitepu, R., Sebayang, V.

and Sastrawan, U. (2022).

“The Role Of Farmers’

Institution In Reduce Production Inefficiency Of Pakcoy Mustard”

Persamaan dalam

penelitian ini adalah faktor Produksi petani adalah luas lahan, dan

penggunaan tenaga kerja.

Perbedaan penelitian ini adalah peran kelembagaan petani dalam mengurangi inefisiensi teknis produksi

Lulut (2022) dengan judul Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi Dalam Usahatani Pakcoy (Brassica Rapa L.) Di Desa Sumberejo, Kacamatan Batu Kota Batu.

Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan faktor

produksi usahatani pakcoy (luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja, dan

pestisida) adalah dengan analisis model Cobb Douglas.

Perbedaan penelitian ini adalah pada tempat penelitian

Lestari, H. S., Lisarini, E., Alam, A. S., &

Persamaan dalam penelitian ini adalah

Perbedaan penelitian ini adalah tempat penelitian,

(21)

Jatmika, R. T. D. (2022).

Efisiensi Ekonomis Usahatani Kelor Organik Di Moringa Organik Indonesia Blora Jawa. Agrivet: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian dan Peternakan (Journal of Agricultural Sciences and Veteriner), 10(2).

efisiensi Ekonomis usahatani

jenis usahatani

2.5. Kerangka Konsep

Pakcoy merupakan salah satu sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Tanaman ini juga dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Jenis sawi ini, merupakan yang paling populer dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat. batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau lainnya dan kandungan gizi yang tinggi membuat pakcoy banyak digunakan sebagai menu masakan, hal ini memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi petani pakcoy dan dengan harga yang cukup tinggi meski seperti usahatani pada umumnya harganya fluktuasi. Harga yang tinggi tidak dapat memberikan keuntungan yang besar ketika produksi pakcoy masih menggunakan biaya yang besar dan hasil produksi yang belum maksimal. Untuk mencapai tujuan produksi yaitu mendapatkan keuntungan yang besar maka perlu dilakukan penggunaan input produksi yang sekecil-kecilnya dan mendapatkan hasil produksi yang maksimal maka dibutuhkan efisiensi penggunaan input produksi.

Usahatani pakcoy di Cigombong Kecamatan Ciherang

Analisis Efsiensi Usahatani Faktor-faktor yang mempengaurhi pakcoy: luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk kimia, pestsida dan tenaga kerja

Efsiensi teknis

Efsiensi ekonomis

(22)

22

Gambar 2.1 Kerangka Konsep i pakcoy di Cigombong Kecamatan Ciherang Analisis Efsiensi Usahatani

ang mempengaurhi pakcoy: luas lahan, benih, anik, pupuk kimia, pestsida dan tenaga kerja

Efsiensi alokatf

Efsiensi ekonomis

(23)

Amane, G. S., Bahari, B., & Geo, L. O. (2019). Analisis Efisiensi Alokasi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Tomat Di Kecamatan Kapontori Kabupaten

Buton. Jurnal Sosio Agribisnis, 4(1), 26–33.

https://doi.org/10.33772/jsa.v4i1.7420

BPS. (2019). Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Indonesia 2018. In S. S. Hortikultura (Ed.). BPS RI.

BPS. (2021). Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Indonesia. In S. S.

Hortikultura (Ed.). BPS RI.

BPS. 2020. Statistik Tanaman Sayuran Semusim Indonesia. BPS-Statistik Indonesia.

Jakarta.

Damayanti, N. S., Widjajanto, D. W., & Sutarno, S. (2019). Pertumbuhan dan produksi tanaman sawi Pakcoy (Brassicarapa l.) akibat dibudidayakan pada berbagai media tanam dan dosis pupuk organik. Journal Agro Complex, 3(3), 142–150.

https://doi.org/10.14710/joac.3.3.142-150

23

(24)

Dangkung I. L., A. Q. Pudjiastuti& N. Khoirunnisa. (2020). Efisiensi produksi sawi pakcoy (Brasicarapa L.) di Desa Sumberejo Kota Batu. Journal of AgriculturalSocio-Economics (JASE). 1(2):67-75

Febrianti, T., Tsani, A., & Milla, A. N. 2019. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Sayuran Hidroponik Di Kota Sukabumi. Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian, 7(1), 1. https://doi.org/10.35138/paspalum.v7i1.85

Hakim, M. I., & Eko P, A. 2021. The Effect of Liquid Organic Fertilizer Concentrationon Growthand Productionof Pakcoy Mustard (Brassicarapa L.).

Procedia of Engineering and Life Science, 1(1).

https://doi.org/10.21070/pels.v1i1.757

Hane, A., & Kune, S. J. (2018). Analisis Pendapatan Usahatani Sawi di Kawasan Ekonomi Masyarakat Desa Bannae Kecamatan Insana Barat. Agrimor, 3(2), 27–

29. https://doi.org/10.32938/ag.v3i2.242

Hidayat, M. F. (2019). Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Pakcoy (Brassicarapa L.) di Kabupaten Bogor.

Hidayat, M. F. (2019). Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Pakcoy (Brassica Rapa L.) di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(25)

IPUNK YOGATAMA. (2020). JURNAL TEORI PRODUKSI. Jurnal Teori Produksi.

Lulut, F. S., & Sari, D. (2022). EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DALAM USAHATANI PAKCOY (Brassicarapa L.) DI DESA

SUMBEREJO, KACAMATAN BATU KOTA BATU

(EfficiencyofUsingProductionFactorsonPakcoy (Brassicarapa L) in SumberejoVillage, Batu District, Batu City). KACAMATAN BATU KOTA BATU (EfficiencyofUsingProductionFactorsonPakcoy (Brassicarapa L) in SumberejoVillage, Batu District, Batu City)(November 24, 2022).

Pratama, T., Hardiani, S., & Kumalasari, A. S. (2022). Hubungan Faktor Produksi Terhadap Peningkatan Serangan Penyakit Akar Gada Terhadap Tanaman Pakcoy. JournalAgroecotech Indonesia (JAI), 1(01), 33-41.

Sitepu, R. K. K., Sebayang, V. B., & Sastrawan, U. (2022). THE ROLE OF FARMERS’INSTITUTION IN REDUCE PRODUCTION INEFFICIENCY OF PAKCOY MUSTARD. JournalofIntegratedAgribusiness, 4(1), 20-31.

Yaldi, F., Hutagaol, D., & Ali, E. S. (2023). Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Bawang Merah pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa. L). Jurnal Agrofolium, 3(2), 257-271.

Yuliani, R., Hardiani, H., & Hari Prihanto, P. . (2023). Faktor - faktor yang mempengaruhi nilai produksi usahatani tanaman pakcoy dengan sistem

(26)

hidroponik di Kota Jambi. E-Journal Perdagangan Industri Dan Moneter, 11(3), 1-8. https://doi.org/10.22437/pim.v11i3.31147

Gambar

Tabel 2 Luas lahan dan produksi sawi pakcoy di Jawa Barat tahun 2018-2020
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti, Judul
Gambar 2.1 Kerangka Konsep i p akcoy di Cigombong Kecamatan CiherangAnalisis Efsiensi Usahatani

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara input dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan suatu faktor produksi adalah fungsi

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan

Proses produksi merupakan rangkaian kegiatan yang dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau input dapat diolah menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa yang

Input dapat berupa terdiri dan i barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang di hasilkan dan i suatu proses produksi..

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu, bahwa biaya produksi merupakan total nilai dari input dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu produk (barang atau

Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi yang ada di Jambi sedangkan input dalam tabel Input-Output dibagi menjadi dua

Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel Teori Produksi mempelajari perilaku produsen dalam menentukan berapa output yang akan dihasilkan dan ditawarkan pada berbagai tingkat

ANCAMAN PERTUMBUHAN EKONOMI TEHADAP LINGKUNGAN • SDA + input lain merupakan hal penting dalam kegiatan produksi industri, pertanian, jasa menghasilkan output barang & jasa untuk