i
TEORI KEPEMIMPINAN
Nama Mata Kuliah : Teori Organisasi
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Firdaus.,S.M.,MM.,CNPHRP.,CPS
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 : 1. VIA NUR MARIA : E2A022434 2. IRFAN EFENDI : E2A022547 3. NOVI SANTIKA : E2A022563
PROGRAM STUDI S1-MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2024
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya dan karunianya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun judul dari Makalah ini adalah “TEORI KEPEMIMPINAN”.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Firdaus.,S.M.,MM.,CNPHRP.,CPS selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Organisasi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca, terlebih kami berharap makalah ini bisa menjadi referensi pembaca dalam bertindak di kehidupan sehari-hari. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 25 April 2024
Penulis
iii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. pengertian kepemimpinan ... 3
B. Teori Kepemimpinan ... 3
C. Pendekatan Kepemimpinan ... 6
D. Peran Pemimpin Dalam Mengarahkan Organisasi ...15
E. Gaya Kepemimpinan, Kemampuan Adaptasi dan Pengaruh Terhadap Budaya Organisasi ...18
BAB III PENUTUP ... 24
A. Kesimpulan ... 24
B. Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah elemen kunci dalam setiap organisasi atau kelompok sosial. Seorang pemimpin yang efektif dapat memotivasi anggota tim, memandu organisasi menuju tujuan yang ditentukan, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Namun, apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi orang lain masih menjadi subjek perdebatan dan penelitian.
Ada banyak teori kepemimpinan yang telah dikembangkan sepanjang sejarah, masing-masing dengan pendekatan dan perspektif yang berbeda.
Beberapa teori berfokus pada sifat-sifat pribadi pemimpin, sementara yang lain menekankan pada gaya kepemimpinan atau konteks situasional. Namun, tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan semua aspek kepemimpinan secara komprehensif.
Selain itu, tantangan dan lingkungan kerja yang terus berubah menuntut pemahaman yang lebih baik tentang kepemimpinan. Misalnya, bagaimana kepemimpinan dapat diterapkan dalam konteks virtual atau bagaimana pemimpin dapat mengatasi tantangan seperti konflik budaya atau perubahan teknologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pendekatan terhadap kepemimpinan dan peran pemimpin dalam mengarahkan organisasi?
2. Bagaimana tentang gaya kepemimpinan, kemampuan adaptasi, dan pengaruh terhadap budaya organisasi?
2 C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan terhadap kepemimpinan dan peran pemimpin dalam mengarahkan organisasi
2. Untuk mengetahui tentang gaya kepemimpinan, kemampuan adaptasi, dan pengaruh terhadap budaya organisasi.
3 BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Gary Yukl dalam bukunya berjudul “Leadership in Organizations”, kepemimpinan berkaitan erat dengan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan John C. Maxwell, penulis buku “The 21 Irrefutable Laws of Leadership”, mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi yang lain dan membimbing mereka ke arah visi yang jelas.
Menurut Warren Bennis, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengubah visi menjadi realitas. Kepemimpinan melibatkan kemampuan mempengaruhi dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Peter Drucker, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan melibatkan kemampuan untuk mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memotivasi individu atau kelompok dalam mencapai hasil yang diinginkan.
B. Teori Kepemimpinan
Lussier dan Achua (2016:110) menegaskan bahwa “Sebuah teori kepemimpinan adalah sebuah penjelasan beberapa aspek kepemimpinan, teori- teori memiliki nilai praktis karena teori tersebut digunakan untuk perbaikan dalam memahami, memprediksi, dan mongontrol kepemimpinan yang berhasil”. Selain itu, teori yang ada juga dapat digunakan sebagai pendukung untuk mengungkap sejarah dan perkembangan serta konsep kepemimpinan.
4 Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
Macam-macam Teori Kepemimpinan 1. Teori Genetis
Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan : “leaders are born and not made”. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami. Pemimpin itu tidak dibuat melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pemimpin itu ada dengan membawa bakat-bakat memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori ini dikatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaiamanapun juga. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. berbagai pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari.
Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum bangsawan. Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya.
5 Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan.
Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat ketidakmampuan tersebut.
2. Teori Sosial
Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not born”, jadi merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri.
Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik, dan di bentuk melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.
3. Teori Ekologis
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teorikejiwaan/sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
6 Teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.
Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang
“ditakdirkan” sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam berbagai proses yang melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong.
Menurut Ordway Tead, timbulnya seorang pemimpin itu karena:
a. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader).
b. Dipilih oleh golongan. Ia dipilih karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
c. Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasan.
C. Pendekatan Kepemimpinan
Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory)
Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan cara:
Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan pemimpin, Membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
7 Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali sejak zaman Yunani Kuno dan Roma. Ketika itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Teori ini disebut teori The Great Man. Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, maka ia akan menjadi pemimpin.
Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain:
ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan, keluasan hubungan sosial, kedewasaan, dan keadilan.
Pendekatan sifat-sifat berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan buka diciptakan (leader are born, not built), artinya seseorang telah membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan buka di didik atau di latih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa melalui diklat sudah dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Pelatihan kepemimpinan hanya bermanfaat bagi mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Artinya, seseorang yang tidak memiliki sifat dan bakat kepemimpinan yang dibawa sejak lahir, tidak perlu dilatih kepemimpinan karena akan sia-sia.
Menurut Kouzes dan Posner, dari 20 sifat-sifat pemimpin yang ditemukan, mayoritas responden memilih empat sifat teratas, yaitu:
a. Honest (kejujuran) Kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan sifat yang lain. kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika. Kita menghargai pemimpin yang mempunyai pendirian tentang prinsip yang penting, dan menolak pemimpin yang tidak yakin pada diri mereka sendiri. Kita tidak bisa percaya pada pemimpin yang tidak bisa menunjukan nilai-nilai, etika, dan standar mereka.
8 b. Forward Looking (mempunyai pandangan jauh ke depan) Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian terhadap masa depan organisasi. Jelas bahwa pemimpin harus tahu ke mana mereka akan pergi membawa organisasi jika mereka berharap orang lain bersedia bergabung dalam menjalankan organisasi. Yang dimaksud dengan kemampuan memandang ke depan ini adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan. Seorang pemimpin diharapkan punya orientasi yang baik menuju masa depan.
c. Inspiring (inspirasi) Kita mengharapkan seorang pemimpin yang antusias, penuh semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mereka diharapkan mampu memberikan inspirasi. Tidak cukup hanya mempunyai impian tentang masa depan, tetapi juga dapat menyampaikan wawasan dengan cara tertentu yang antusias, berenergi. Selain itu, sikap positif dari pemimpin dapat mengubah konteks pekerjaan sehingga lebih barmakna.
Salah satu penentu kualitas seorang pemimpin adalah mampu memberikan inspirasi.
d. Competent (cakap) Kecakapan pemimpin tidak harus mengacu pada kemampuan pemimpin dalam teknologi, inti operasi. Bahkan, jenis kecakapan yang dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan keadaan organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai kecakapan yang sama dengan bawahan. Yang lebih penting pemimpin harus mempunyai waktu untuk belajar dan bekerja sebelum membuat perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam organisasi. Namun bagaimanapun, selalu ada kecenderungan yang menunjukan perlunya kecakapan teknis pemimpin.
9 Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, menurut Sondang P.Siagian adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
b. Berpengetahuan luas.
c. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi yang dipimpinnya akan berhasil.
d. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai.
e. Memiliki stamina (daya kerja) yang besar.
f. Gemar dan cepat mengambil keputusan
g. Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan mempergunakan rasio.
h. Adil dalam memperlakukan bawahan.
i. Menguasai prinsip-prinsip human relations.
j. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
k. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat dan guru terhadap bawahannya.
l. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.
Sifat-sifat Pemimpin menurut George R. Terry (1972) adalah sebagai berikut:
a. Intelligence (Kecerdasan) b. Initiative (Inisiatif)
c. Energy of drive (Kekuatan atau giat bekerja) d. Emotional maturity (Kedewasaan emosi)
e. Communicative skill (Kemahiran berkomunikasi) f. Persuasive (Yang meyakinkan)
g. Self-assurance (Kepercayaan diri) h. Perceptive (Cerdik, cepat tanggap) i. Creative (Memiliki daya cipta)
j. Social participation (Keterlibatan dalam kelompok)
10 Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti. Frielder (Mintorogo,1996) menyataka bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga dan kekayaan.
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua aspek yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dari gaya ditunjukkan pemimpin.
a. Fungsi kepemimpinan Organisasi
terdiri atas sekelompok orang, yang digerakkan oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan akan terjadi secara efektif apabila pemimpin dapat menjalankan dua fungsi utama yaitu, yang pertama fungsi berkaitan dengan tugas (task related) merupakan Fungsi dengan tugas memudahkan dan mengkooardinasikan usaha kelompok dan memilih, mendefinisikan dan memecahkan masalah bersama lalu yang kedua fungsi berkaitan dengan pembinaan kelompok atau fungsi social (group maintenance) merupakan Fungsi sosial yang membantu kelompok agar berjalan dengan lancar, menengahi perbedaan pendapat, meredam konflik, dan dapat memancarkan perasaan hangat dan empatik kepada anggota.
b. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dalam memperagakan kepemimpinanya. Terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya dengan orientasi pada anggota (employe-oriented). Beberapa gaya kepemimpinan:
1) Gaya dasar kepemimpinan
• Otoriter (authoritatif); yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan pada kekuasaan dan kepatuhan secara mutlak.
11
• Pseudo demokratis; yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan pada penciptaan situasi yang memberi kesan demokratis, padahal pemimpin sangat mampu menggiring pikiran/ide anggota untuk mengikuti kehendaknya.
• Laissez faire; gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan kemampuan pemimpin karena ia membiarkan organisasi dan anggota melaksanakan kegiatanya masing-masing tanpa dalam satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.
• Demokratis; gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan interpersonal yang baik.
2) Teori X dan Teori Y
Teori x dan y dari McGregor adalah kumpulan anggapan tentang sifat-sifat manusia yang dikategorikan menjadi dua yaitu tipe X dan. Pada toeri ini gaya kepemimpinanya dipengaruhi oleh anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.
Manusia X memiliki pembawaan kurang baik, malas bekerja dan tidak ada motivasi untuk berprestasi. Memperlakukan orang tipe ini harus dengan kepemimpina otoriter. Manusia Y sebaliknya, memiliki tanggung jawab dan tidak ingin membuat citra diri negative dengan tidak terealisasikan tugas dan tanggung jawab.
Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk manusia tipe Y adalah demokratis.
3) Manajemem dari Rensis Likert (Likert’s Management System) Ia mengemukakan bahwa pengawas yang berorientasi pada karyawan mempunyai semangat kerja dan produktifitas lebih baik daripada yang berorientasi pada pekerjaan. Berdasarkan dua kategori dasar tersebut, disusun empat model tingkatan efektifitas manajemen; Sistem pertama Pemimpin membuat keputusan sendiri tentang pekerjaan dan memerintah anggota untuk melaksanakannya berdasar standard an metode yang telah ditetapkan, sistem ke dua pemimpin membuat keputusan sendiri dan memerintahkannya
12 kepada anggota tapi mulai memberi kebebasan kepada anggota untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah, Sistem ketiga pemimpin membuat keputusan dan perintah setelah dilakukan diskusi Pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan cara anggotanya, Sistem keempat anggota dipartisipasikan secara penuh dan diberi kepercayaan untuk mengembangkan organisasi.
4) W.J. Reddin dalam “The 3-D Theory”
W.J membagi gaya kepemimpinan dalam tiga orientasi yaitu Task Oriented, Relationship Oriented, dan Effectiveness Oriented.
Dikenal sebagai teori 3 dimensi.
Dari ketiga orientasi tersebut menghasilkan 8 gaya kepemimpinan:
• The deserter, tidak terlihat adanya perhatian dan pelaksanaan terhadap tiga orientasi kepemimpinan.
• The bureaucrat, pemimpin yang hanya mempunyai sifat efektif saja dengan orientasi tugas yang rendah.
• The missionary, pemimpin yang hanya berorientasi pada hubungan saja, sedangkan orientasi tugas dan keefektifan rendah
• The development, pemimpin yang menekankan efektifitas organisasi dengan orientasi hubungan yang tinggi, dan orientasi tugas yang rendah.
• The autocrat, pemimpin yang menekankan pada tugas, sangat kurang memperhatikan karyawanya dan efektifitas organisasi.
• The benevolent autocrat, pemimpin yang menekankan efektifitas dengan tugas cukup tinggi, sedang orientasi hubungan yang rendah.
• The compromiser, pemimpin kurang memperhatikan efektifitas pekerjaan tapi berorientasi tugas dan hubungan yang memadai.
13
• The executive, pemimpin yang melaksanakan ketiga orientasi kepemimpinan.
Pendekatan Kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Teori ini dapat membantu untuk melihat ciri-ciri bawahan (subordinates) didalam suatu gaya kepemimpinan. Teori Hersay dan Blachard ini terkenal dengan teori lingkaran hidup dari kepemimpinan (life cycle theory of leadership).
Teori ini memberikan sumbangan untuk memahami tingkat kematangan dari anggota-anggota kelompok yang merupakan factor penting di dalam situasi dalam rangka menentukan keefektifan dari gaya kepemimpinan. Pengertian kematangan disini ditunjukan kepada tugas spesifik/tertentu yang disajikan. Jadi teori ini berdasar pada pandangan bahwa kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada tingkat kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas tertentu. Di samping itu bergantung pula pada kemauan pemimpin dalam menyesuaikan sikap orientasinya terhadap tugas pekerjaan tersebut dan hubungan pribadi dalam kelompok.
Hal yang perlu dipahami ialah posisi pemimpin dalam mengatur gaya kepemimpinannya:
a. Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas pekerjaan, maka arahan hanya dari pemimpin atau komunikasi satu arah, yang disebut gaya direktif.
b. Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan dengan anak buah, maka terjadi komunikasi dua arah antara pemimpin dan terpimpin, gaya ini adalah gaya demokrasi, disebut pula gaya suportif.
14 Berikut proses kepemimpinan tersebut:
a. Kalau anak buah itu makin matang, maka pemimpin itu hendaknya mengurangi tingkat struktur tugas, selanjutnya meningkatkan perhatiannya terhadap orientasi hubungan pribadi di dalam kelompok.
b. Kemudian bilamana seseorang atau anak buah itu sudah mencapai rata-rata kematangan, maka pemimpin hendaknya mengurangi struktur tugas dan meningkatkan hubungan dalam kelompok.
c. Selanjutnya dibiarkan berkembang sampai pada tingkat kematangan penuh, yang diarahkan agar anak buah itu bisa berdiri sendiri dalam melaksanakan tugas tersebut dengan sikap mentalnya yang matang pula.
Apabila sudah ada pada tingkat tersebut, maka anak buah itu, baik secara individu maupun kelompok, tidak lagi memerlukan dukungan sosio-emosional, supervisi tidak diperlukan secara ketat, pemimpin sudah dapat mendelegasikan wewenangnya pada anak buahnya. Di lain pihak, anak buah akan merasa bahagia, karena tugas yang dilakukannya itu menghasilkan kepuasan hatinya.
Dari uraian diatas, maka teori kepimimpinan yang situasional ini menekankan pada keserasian dan kesesuaian antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan anak buah. Jadi, hakikat teori ini adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kematangan anak buah dalam organisasi dapat ditingkatkan melalui proses pelaksanaannya.
b. Pada tingkat kematangan anak buah semacam itu, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan orientasi hubungan kelompok dikurangi.
Kematangan menurut teori ini mengandung dua factor yang saling berhubungan dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. Kemampuan dan kemauan untuk menetapkan harapan yang cukup tinggi dengan tujuan yang realistis. Seseorang akan lebih merasa bergairah untuk mencapai prestasi yang didsarkan pada umpan balik yang rasional, daripada umpan balik yang emosional dan imbalan.
15 b. Kemampuan dan kemauan untuk memikul tanggung jawab dalam rangka
mencapai tujuan mereka.
Pengertian Kemampuan ini ialah:
a. Kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertemtu b. Memilihi pengetahuan teknis (pendidikan dan pengalaman)
c. Memiliki keterampilan teknis (termasuk kemampuan untuk meghasilkan pekerjaan dengan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok, seperti berkomunikasi secara efektif , percaya terhadap diri sendiri, dan berani berdiri sendiri).
Sedangkan pengertian Kemauan ialah:
a. Motivasi yang kuat yang timbul dari dalam diri pribadi anak buah b. Keyakinan diri dan percaya dari dalam pribadi anak bauh.
D. Peran Pemimpin Dalam Mengarahkan Organisasi
Menurut Terry (1960), fungsi pemimpin dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi empat. Yaitu Perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengendalian. Kemudian dalam menjalankan fungsinya pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu. Seperti mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan dengan baik, dalam kerja sama produktif. Maupun dalam keadaan yang bagaimanapun yang dihadapi kelompok. Tugas utama pemimpin antara lain.
Pertama memberi struktur yang jelas terhadap situasi-situasi rumit yang dihadapi kelompok. Kedua merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok pada dunia luar. Baik mengenai sikap sikap, harapan, tujuan, dan kekhawatiran kelompok.
Sedangkan pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting. Tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan. Akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya.
Berdasarkan sumber buku Komunikasi Organisasi Lengkap (2014). Peran tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, sebagai berikut.
16 a. Peranan Yang Bersifat Interpersonal
seorang manajer salah satu tuntutan yang harus dipenuhi ialah keterampilan insani. Keterampilan tersebut mutlak perlu karena pada dasarnya dalam menjalankan kepemimpinannya. Seorang manajer berinteraksi dengan manusia lain. Bukan hanya dengan para bawahannya, akan tetapi juga berbagai pihak yang berkepentingan yang dikenal dengan istilah stakeholder. Dari di dalam dan di luar organisasi. Itulah yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan diri.
1) selaku simbol keberadaan organisasi. Peranan tersebut dimainkan dalam berbagai kegiatan yang sifatnya legal dan seremonial. Menghadiri berbagai upacara resmi, memenuhi undangan atasan, rekan setingkat, para bawahan, dan mitra kerja.
2) selaku pemimpin yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada para bawahan. Pada kenyataannya berurusan dengan para bawahan.
3) peran selaku penghubung dimana seorang manajer harus mampu menciptakan jaringan yang luas. Dengan memberikan perhatian khusus jaringan yang luas. Caranya adalah dengan memberikan perhatian khusses kepada mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi.
b. Peranan Yang Bersifat Informasional
Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal sifatnya. Dikatakan demikian karena di masa yang akan datang sukar membayangkan adanya kegiatan organisasi yang dapat terlaksana dengan efisien dan efektit. Tanpa dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya karena diolah dengan baik.
Selain itu, peran tersebut mengambil tiga hal bentuk, yaitu: Seorang manajer adalah pemantau arus informasi yang terjadi dari dan ke dalam organisasi. Kemudian, seorang manajer selalu menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar organisasi. Bahkan juga informasi yang sebenarnya tidak harus ditujukan kepadanya, tetapi kepada orang lain dalam organisasi Selanjutnya, dalam kaitan ini
17 perlu ditekankan bahwa berkat kemajuan dan terobosan dalam bidang teknologi informasi, yang dihadapi oleh manajer.
Berbagai informasi yang diterima oleh seorang mungkin berguna dalam penyelenggaraan fungsi manajerialnya akan tetapi. Mungkin pula untuk disalurkan kepada orang atau pihak lain dalam organisasi Selanjutnya, peran ini menuntut pemahaman yang mendalam tentang makna informasi yang diterimanya. Serta pengetahuan tentang berbagai fungsi yang harus diselenggarakan. Lalu selanjutnya, peran selaku juru bicara organisasi, peran ini memerlukan kemampuan menyalurkan Informasi secara tepat. Karena berbagai pihak di luar organisasi.
Terutama jika menyangkut informasi tentang rencana, kebijaksanaan, tindakan, dan hasil yang telah dicapai oleh organisasi.
Berbagai peranan ini juga menuntut pengetahuan yang mendalam tentang berbagai aspek industri yang ditanganinya, selanjutnya peranan ini dapat dimainkan dengan berbagai cara seperti rapat umum tahunan pemegang saham atau lebih terbatas, dalam bentuk rapat dengan para anggota dewan komisaris perusahaan negosiasi dengan instansi pemerintah pemasok. Pertemuan dengan para anggota asosiasi perusahaan sejenis, Yang mana peram tersebut sangat penting artinya dalam peribentukan dan pemeliharaan citra positif organisi yang dipimpinnya.
c. Peranan Pengambilan Keputusan
Secara umum peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan, yaitu sebagai berikut.
1) sebagai entrepreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu mengkaji terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi. Untuk mencari dan menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan. Meskipun kajian itu sering menuntut terjadinya perubahan dalam organisasi.
2) peredam gangguan. Antara lain kesediaan memikul tanggung jawab untuk mengambil keputusan tindakan korektif. Apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang jika tidak ditangani akan berdampak negatif bagi organisasi.
18 3) pembagi sumber dana dan daya. Tak jarang orang berpendapat bahwa, semakin tinggi posisi manajerial seseorang, wewenang pun semakin besar. Wewenang atau kekuasaan itu paling sering menampakkan diri pada kekuasaan untuk mengalokasikan dana dan daya. Termasuk diantaranya wewenang untuk menempatkan orang pada posisi tertentu.
Serta wewenang mempromosikan orang menurunkan pangkat.
Kewenangan itulah yang membuat para bawahan bergantung kepadanya.
E. Gaya Kepemimpinan, Kemampuan Adaptasi dan Pengaruh Terhadap Budaya Organisasi
Kepemimpinan memiliki dampak yang lebih kuat pada sikap karyawan ketika mereka melaksanakan pekerjaan. Peran pemimpin saat ini pada organisasi telah mengalami perubahan, karena itu keberhasilan setiap organisasi sangat bergantung pada gaya kepemimpinan yang diimplementasikan oleh para pemimpin (H. Saleem, 2015).
Gaya kepemimpinan itu adalah keseluruhan bentuk dari tindakan seorang pemimpin yang dapat dilihat maupun tidak terlihat oleh anggota organisasi (Irwan et al., 2020). Pendapat yang lain menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang sengaja dipilih seorang pemimpin untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam suatu organisasi saat ini dan mengantisipasi masa depan yang berbeda (Stone & Gandolfi, 2018).
Dengan demikian tidak ada gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk semua bentuk organisasi. Tetapi, gaya kepemimpinan yang relevan dan sesuai dengan mayoritas organisasi adalah cara pemimpin untuk dapat mengoptimalkan produktivitas, kepuasan kerja, adanya pertumbuhan, dan kemampuan beradaptasi dengan berbagai situasi (Rivai & Mulyadi, 2012)
19 Faktor-Faktor yang memengaruhi Gaya Kepemimpinan
Fiedler (dalam Amirullah, 2015, hlm. 173) mengungkapkan tiga dimensi kontingensi yang akan menjadi faktor-faktor situasional utama yang dapat mempengaruhi efektivitas gaya kepemimpinan yang di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Hubungan pemimpin dan bawahan (leader member relation), yaitu kadar hubungan antara pemimpin dengan bawahan merupakan tingkat sejauh mana kelompok tersebut memberi dukungan pemimpinnya.
2) Struktur tugas dalam arti sampai sejauh mana tugas-tugas yang harus dilaksanakan itu terstruktur atau tidak dan apakah disertai oleh prosedur yang tegas dan jelas atau tidak.
3) Posisi kewenangan seseorang dalam arti tingkat dari pengaruh seorang pemimpin pada faktor-faktor wewenang seperti dalam pengangkatan dan pemberhentian karyawan, penegakan disiplin, promosi dan kenaikan gaji.
Sementara itu menurut Siagian (2016, hlm. 40-41) beberapa faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut.
1) Budaya Organisasi
Fungsi penting dari budaya organisasi untuk membantu dalam memahami lingkungan dan cara agar dapat menanggapinya. Oleh karena itu budaya sangat berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk mengetahui kondisi organisasi secara utuh dan dapat melakukan tindakan yang tepat sehingga tercapainya kepemimpinan yang efektif.
2) Faktor Gaya Kepengikutan
Teori LMX (Leader Member Exchange) menjelaskan bahwa proses-proses mempengaruhi seorang manajer dan bawahan memiliki kecenderungan perilaku yang negatif ataupun positif. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap bawahan pasti memiliki karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu setiap pemimpin pasti memiliki cara yang berbeda pula dalam menerapkan gaya kepemimpinannya. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada
20 relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses ia selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.
3) Keterampilan Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi gaya kepemimpinan dan gaya kepemimpinan itu sendiri dipengaruhi oleh keterampilan kepemimpinan seorang pemimpin sendiri.
Indikator Gaya Kepemimpinan
Sebetulnya indikator gaya kepemimpinan ini amatlah bergantung pada gaya kepemimpinan yang ingin diterapkan atau dimiliki oleh pemimpinnya sendiri.
Namun demikian, secara umum menurut Kartono (2020, hlm. 34) beberapa indikator gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut.
1) Sifat Dalam hal ini sifat seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilannya menjadi seorang pemimpin dan kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut.
2) Kebiasaan Dalam hal ini kebiasaan memiliki pengaruh sebagai penentu perilaku seorang pemimpin yang akan menggambarkan segala tindakan yang akan dilakukan seorang pemimpin. Baik buruknya kebiasaan seorang pemimpin akan berdampak pada tindakan yang akan dibuat saat memimpin dan mempengaruhi bawahannya.
3) Kepribadian Dalam hal ini kepribadian seseorang memimpin menentukan keberhasilannya dari sifat-sifat khas yang dimilikinya.
4) Tempramen Dalam hal ini tempramen adalah cara khas seorang pemimpin dalam memberi tanggapan dalam berinteraksi dengan orang lain. Ada pemimpin yang memiliki temparmen aktif ada juga pemimpin yang memiliki tempramen tenang.
21 Teori-teori Gaya Kepemimpinan
Terdapat beberapa teori mengenai gaya kepemimpinan ini. Dua di antaranya dicetuskan oleh dua universitas ternama dari Amerika yang sering sekali digunakan dan diaplikasikan oleh para praktisi. Dua teori gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Teori Ohio State University
Teori yang paling tua mengenai gaya kepemimpinan adalah hasil dari studi di Ohio University. Studi ini dilakukan oleh Hemphill (dalam Wirawan, 2013, hlm. 352) melukiskan perilaku kepemimpinan, yang didasarkan pada dua dimensi yaitu dimensi perhatian terhadap bawahan dan dimensi perhatian terhadap tugas.
1) Dimensi Perhatian Terhadap Bawahan (Consideration Dimension).
Dimensi perhatian adalah tinggi rendahnya pemimpin bertindak dan berperilaku dengan pola yang bersahabat dan mendukung, menunjukkan perhatian terhadap bawahannya dan memperhatikan kesejahteraannya.
Indikator perilaku/gaya kepemimpinan ini adalah Membantu bawahan dalam menyelesaikan tugasnya; menyediakan waktu untuk mendengarkan dan mendiskusikan problem dan keluhan yang dihadapi bawahan;
menerima saran bawahan; memperlakukan semua bawahan dengan cara yang sama; memperhatikan kesejahteraan bawahan.
2) Dimensi Perhatian Terhadap Tugas (Initiating Structure Dimension).
Dimensi perhatian terhadap tugas adalah tinggi rendahnya pemimpin mendefinisikan dan menstrukturisasi dan menentukan peran bawahannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Indikator perilaku kepemimpinan dalam dimensi ini antara lain yaitu mengkritik dan marah terhadap bawahannya yang malas dan berkinerja rendah; memberi tugas kepada bawahannya secara rinci; mengingatkan bawahan untuk mengikuti prosedur standar kerja dan standar kinerja; mengoordinasi dan mensupervisi/mengarahkan dan mengendalikan bawahan secara ketat;
menentukan target keluaran.
22 b. Teori University of Michigan
Teori ini dimunculkan dari studi tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh Institute of Social Research, dan University of Michigan (Wirawan, 2013, hlm.
354). Studi ini dilakukan hampir bersamaan dengan studi yang dilakukan oleh kelompok studi Ohio State University. Studi ini memfokuskan diri pada hubungan antara perilaku pemimpin, proses kelompok dan pengukuran kinerja kelompok.
Penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Likert yang dikutip Wirawan (2014, hlm. 354) untuk menentukan pemimpin efektif atau tidak efektif. Studi ini kemudian mengelompokkan perilaku pemimpin menjadi dua kelompok perilaku yaitu sebagai berikut.
Task Oriented Behaviour (perilaku berorientasi pada ketugasan).
Para manajer dengan gaya ini efektif melakukan pekerjaan yang berbeda dengan para bawahannya. Mereka mengonsentrasikan dirinya pada fungsi perilaku ketugasan seperti perencanaan, penskedulan (penjadwalan) pekerjaan, mengoordinasi aktivitas bawahan, menyediakan sumber-sumber dan bantuan teknis yang diperlukan bawahan. Mereka membantu bawahannya dalam menentukan standar kinerja secara realistik.
Relationship Oriented Behaviour (perilaku berorientasi hubungan).
Para manajer dengan gaya ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antar manusia. Mereka sopan dan mendukung bawahannya dengan percaya diri serta berusaha memahami problem yang dihadapi bawahannya. Selain itu, meminta saran kepada bawahannya dan mensubversi/ancaman secara longgar atau tidak ketat.
Mereka menentukan tujuan bawahannya dengan masukan dari bawahannya dan mempercayai bawahannya untuk melaksanakannya. Jadi, pada teori ini terlihat bahwa ada dua gaya kepemimpinan yang dipakai oleh manajer untuk dapat dibandingkan mana yang efektif dan tidak efektif untuk dapat memengaruhi bawahan meningkatkan hasil kerjanya.
23 Budaya Organisasi
Menurut Arditi et al., (2017) sejak tahun 1980-an budaya organisasi sudah menjadi pusat perdebatan oleh para peneliti dan kaum profesional, bahkan telah dilakukan berbagai penelitian selama bertahun-tahun. Mereka mengakui bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja organisasi secara jangka panjang. Tetapi, dari berbagai referensi menunjukkan bahwa terdapat sejumlah model dan dimensi yang dapat menjadi rujukan tentang konsep budaya organisasi (Sarhan et al., 2020).
Schein (2004:17) mengartikan budaya organisasi sebagai sebuah pola asumsi dasar bersama yang dipelajari oleh suatu kelompok untuk memecahkan persoalan dalam beradaptasi secara eksternal dan melakukan integrasi internal yang telah berfungsi dengan baik sehingga dapat dipertimbangkan keakuratannya, dapat dipelajari dan dirasakan oleh anggota baru sebagai cara yang baik dan untuk berpikir dan memahami tentang organisasi. Secara sederhana budaya organisasi merupakan makna komunal antar anggota yang menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lainnya (Martins dan Martins, 2003) dalam (Sarhan et al., 2020).
24 BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa. Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin. Sedangkan Teori kepemimpinan ialah adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Bermacam-macam teori kepemimpinan yang ada antara lain, Teori Genetis, Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami, Teori Sosial, teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan /pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri. Teori Ekologis, teori ini mengemukakan bahwa, untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat itu perlu dibina agar berkembang melalui pendidikan yang teratur.
Berbagai Pendekatan Kepemimpinan antara lain: Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory), Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang, Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, maka ia akan menjadi pemimpin, Pendekatan Tingkah Laku, Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti, menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga.
25 Gaya kepemimpinan, kemampuan adaptasi, dan pengaruh memiliki peran penting dalam membentuk budaya organisasi. Gaya kepemimpinan yang inklusif dan berorientasi pada tim cenderung menciptakan budaya yang kolaboratif dan terbuka. Kemampuan adaptasi pemimpin dan anggota tim membantu organisasi berubah sesuai dengan tuntutan pasar dan lingkungan. Pengaruh yang kuat dari pemimpin dan anggota tim yang kharismatik dapat membentuk nilai-nilai dan norma-norma yang dianut dalam budaya organisasi.
B. Saran
Dalam menentukan seorang atau ingin menjadi seorang pemimpin sebaiknya perhatikan sifat-sifatnya, karakter dari calon pemipin itu sendiri karena apabila salah memilih pemimpin organisasi tidak akan mencapai tujuannya dan jalannya suatu organisasi juga akan berantakan.
perkuat komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam rutinitas kehidupan berorganisasi.
Setidaknya pengawasan secara langsung oleh pimpinan menjadi jaminan dalam berjalannya penyelesaian tugas para bawahan. Namun di sisi lain, kebutuhan individu sebagai manusia biasa juga patut diperhitungkan untuk menjaga hubungan yang lebih mendalam antara bawahan dengan pencapaian tujuan organisasi sehingga para bawahan terdorong ikut memiliki organisasi.
Demikian makalah “teori kepemimpinan” ini dibuat berdasarkan sumber- sumber yang ada. Penulis juga menyadari, bahwa masih ada banyak kekurangan didalam penulisan makalah ini. Sehingga perlu bagi pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik, terima kasih.
26 DAFTAR PUSTAKA
Bennis, W. (1989). On Becoming a Leader. Addison-Wesley Publishing.
Drucker, P. (2001). The Essential Drucker: The Best of Sixty Years of Peter Drucker’s Essential Writings on Management. HarperBusiness.
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kepemimpinan/ diakses 25 april 2024 (13:54)
https://vocasia.id/blog/fungsi-dan-peran-seorang-pemimpin-dalam-sebuah- organisasi/ diakses 26 april 2024 (07:37).
https://serupa.id/gaya-kepemimpinan-pengertian-jenis-faktor-indikator-teori/.
diakses 26 april 2024 (08:49).
Kending, Richard dkk. 2022. Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Inovasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 12. No. 2, 2022, hal. 107.