• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengembalian dan Risiko dalam Manajemen Keuangan

N/A
N/A
Fuadiyah Salsabila A

Academic year: 2024

Membagikan "Tingkat Pengembalian dan Risiko dalam Manajemen Keuangan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN DOSEN PENGAMPU: AINUN ARIZAH, S.Pd.,M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

SITI ATHIRAH ASMARANI (105731111623) ALNABILA THASYA (105731108623)

ANDI NURAIN (105731108223) ULFY RAHAYU (105731107923)

SRI YENI B. LAMLANTO (105731108123)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat kebaikan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Manajemen Keuangan dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafaat’nya kita nantikan kelak.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah refesensi mahasiswa maupun siapa saja yang ingin memahami evaluasi tentang “Tingkat Pengembalian dan Resiko”. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya anggota kelompok.

Makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar harapan penulis semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 23 November 2024

Kelompok 2

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 1

C. TUJUAN PENULISAN ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. TINGKAT PEGEMBALIAN INVESTASI TUNGGAL ... 2

B. RESIKO BERDIRI SENDIRI ... 4

C. TINGKAT PENGEMBALIAN PORTOFOLIO ...6

D. RESIKO PORTOFOLIO ...8

E. HUBUNGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RESIKO ... 12

F. STUDI KASUS... 14

BAB III PENUTUP ... 23

A. KESIMPULAN ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(4)
(5)

A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN

Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.

Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda- beda, pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1.Apa saja yang dibahas dalam Tingkat Pengembalian Investasi Tunggal?

2.Apa saja Resiko Berdiri Sendiri?

3.Apa saja Tingkat Pengembalian Portofolio?

4.Bagaimana Resiko Portofolio?

5.Apa Saja Hubungan Tingkat Pengembalian dan Resiko?

C. TUJUAN PENULISAN

1.Untuk Mengetahui Pembahasan mengenai Tingkat Pengembalian Investasi Tunggal

2.Mengetahui mengenai Resiko Berdiri Sendiri

3.Mengetahui mengenai Tingkat Pengembalian Portofolio 4. Memahami cara Resiko Portofolio

5.Mengetahui mengenai Hubungan Tingkat Pengembalian dan resiko

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. TINGKAT PENGEMBALIAN INVESTASI TUNGGAL

Tingkat pengembalian investasi tunggal adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari suatu investasi tertentu selama periode waktu tertentu. Dengan kata lain, ini menggambarkan perubahan dalam nilai suatu investasi, baik itu berupa keuntungan (keuntungan dari kenaikan nilai) atau kerugian (kerugian dari penurunan nilai). Tingkat pengembalian ini digunakan oleh investor untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja suatu investasi, apakah itu saham, obligasi, properti, atau jenis investasi lainnya.

o Definisi Tingkat Pengembalian Investasi Tunggal

Secara sederhana, tingkat pengembalian investasi tunggal adalah rasio yang menunjukkan perubahan nilai suatu investasi dari waktu ke waktu. Pengembalian ini bisa positif (jika investasi mengalami kenaikan nilai) atau negatif (jika investasi mengalami penurunan nilai). Hal ini berguna bagi investor untuk mengetahui seberapa baik kinerja investasi yang mereka lakukan, apakah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan atau justru sebaliknya.

Sebagai contoh, jika seorang investor membeli saham seharga Rp100.000 dan setelah beberapa waktu harga saham tersebut naik menjadi Rp120.000, maka investasi tersebut menghasilkan keuntungan.

Sebaliknya, jika harga saham turun menjadi Rp90.000, maka investasi tersebut mengalami kerugian.

o Jenis Pengembalian

Pengembalian dari suatu investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis Utama :

1. Pengembalian Positif: Terjadi ketika nilai investasi meningkat. Jika harga saham yang dibeli seorang investor lebih tinggi pada waktu penjualan atau akhir periode, maka pengembalian tersebut dihitung sebagai keuntungan.

2. Pengembalian Negatif: Terjadi ketika nilai investasi menurun. Jika

(7)

harga investasi, misalnya saham, turun dari harga beli, maka investor mengalami kerugian.

o Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian

1. Perubahan harga: Perubahan harga pasar dari suatu aset (seperti saham, obligasi, properti, dll) mempengaruhi nilai investasi. Kenaikan harga memberikan pengembalian positif, sementara penurunan harga menyebabkan kerugian.

2. Pendapatan Pasif: Untuk beberapa investasi, seperti saham yang memberikan dividen atau properti yang menghasilkan sewa, pendapatan pasif juga dapat menjadi bagian dari pengembalian.

Pengembalian tidak hanya berasal dari perubahan harga saja, tetapi juga dari pendapatan yang diperoleh selama periode investasi.

3. Inflasi: Inflasi dapat mempengaruhi daya beli dari pengembalian yang diperoleh. Pengembalian yang lebih tinggi dari suatu investasi mungkin masih dirasakan lebih rendah jika inflasi tinggi karena nilai uang yang diterima lebih rendah.

o Pentingnya Menilai Tingkat Pengembalian

1. Evaluasi Kinerja: Investor dapat menggunakan tingkat pengembalian untuk mengevaluasi apakah investasi yang mereka pilih memberikan hasil yang diharapkan.

2. Perbandingan dengan Alternatif: Tingkat pengembalian memungkinkan investor untuk membandingkan kinerja dari berbagai pilihan investasi. Misalnya, jika seorang investor ingin membandingkan dua saham, mereka dapat melihat tingkat pengembalian masing-masing saham untuk menentukan mana yang lebih menguntungkan.

3. Perencanaan Keuangan: Dengan mengetahui tingkat pengembalian, investor dapat merencanakan tujuan keuangan mereka, seperti pensiun atau pendidikan anak, karena mereka bisa mengetahui apakah investasi yang dilakukan cukup untuk mencapai tujuan tersebut dalam jangka waktu yang diinginkan.

(8)

B. RESIKO BERDIRI SENDIRI 1. Definisi Risiko Berdiri Sendiri

Risiko Berdiri Sendiri atau stand-alone risk adalah tingkat ketidakpastian yang terkait dengan hasil atau kinerja suatu investasi tanpa mempertimbangkan keberadaan atau pengaruh dari investasi lain. Artinya, risiko ini menggambarkan fluktuasi nilai atau pengembalian suatu investasi tunggal tanpa adanya faktor diversifikasi. Dengan kata lain, risiko berdiri sendiri berkaitan dengan potensi kerugian atau keuntungan yang dapat terjadi akibat fluktuasi harga atau nilai dari satu jenis investasi tertentu, baik itu saham, obligasi, atau aset lainnya.

2. Karakteristik Risiko Berdiri Sendiri

1. Volatilitas: Salah satu ciri utama risiko berdiri sendiri adalah volatilitas, atau tingkat fluktuasi harga yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Semakin besar perubahan nilai investasi, semakin tinggi volatilitasnya, yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi investor.

2. Ketidakpastian: Risiko ini juga menggambarkan ketidakpastian mengenai hasil investasi. Seiring waktu, nilai investasi dapat meningkat, tetap sama, atau menurun, dan hal ini sulit untuk diprediksi.

Ketidakpastian ini adalah komponen utama dalam risiko berdiri sendiri.

3. Tergantung pada satu investasi: Risiko berdiri sendiri hanya memperhitungkan satu investasi tanpa melihat bagaimana investasi tersebut berhubungan atau berdampak dengan investasi lainnya dalam portofolio. Artinya, investasi yang berfluktuasi besar akan memiliki risiko berdiri sendiri yang lebih tinggi.

3. Contoh Risiko Berdiri Sendiri

1. Saham Perusahaan Start-up: Misalkan seorang investor membeli saham dari sebuah perusahaan teknologi yang baru saja berdiri. Perusahaan ini mungkin memiliki potensi keuntungan yang sangat besar, tetapi juga sangat berisiko. Harga saham perusahaan ini bisa naik pesat jika perusahaan berhasil, atau sebaliknya, bisa turun tajam jika perusahaan gagal. Fluktuasi harga saham ini menggambarkan risiko berdiri sendiri

(9)

karena hasil investasi bergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari investasi lainnya.

2. Investasi dalam Obligasi Korporasi dengan Peringkat Rendah: Sebuah perusahaan dengan peringkat kredit rendah (misalnya, perusahaan yang memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi) dapat menawarkan obligasi dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Namun, obligasi ini juga memiliki risiko yang lebih besar, karena ada kemungkinan perusahaan tersebut tidak dapat membayar kembali utang. Ini adalah contoh dari risiko berdiri sendiri karena potensi kerugian terkait langsung dengan kondisi finansial perusahaan tersebut.

4. Pengukuran Risiko Berdiri Sendiri

Untuk mengukur risiko berdiri sendiri, ada beberapa cara yang sering digunakan, seperti deviasi standar dan varians. Meskipun pengukuran ini lebih sering digunakan dalam analisis portofolio, prinsip dasar dari pengukuran ini dapat diterapkan untuk mengukur fluktuasi pengembalian dari investasi tunggal:

1. Deviasi Standar mengukur sejauh mana pengembalian suatu investasi berfluktuasi dari rata-rata pengembalian yang diharapkan. Semakin besar deviasi standar, semakin besar risiko yang dihadapi investor karena pengembalian dapat sangat berbeda dari yang diperkirakan.

2. Varians adalah kuadrat dari deviasi standar dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang seberapa besar penyebaran pengembalian investasi.

5. Penyebab Risiko Berdiri Sendiri

1. Fluktuasi Pasar: Ketidakpastian atau perubahan yang terjadi di pasar (misalnya, krisis ekonomi, perubahan suku bunga, atau kebijakan pemerintah) dapat menyebabkan harga saham atau obligasi bergerak tidak terduga.

2. Perubahan Fundamental Perusahaan: Kinerja perusahaan yang mendasari suatu saham atau obligasi sangat mempengaruhi risiko. Jika perusahaan menghadapi masalah keuangan, kehilangan pangsa pasar, atau mengalami kegagalan produk, harga saham atau obligasi mereka bisa

(10)

jatuh drastis.

3. Risiko Industri: Beberapa industri memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi daripada yang lain. Misalnya, industri teknologi atau bioteknologi cenderung lebih volatile dibandingkan dengan industri yang lebih stabil seperti utilitas atau barang konsumsi yang tidak tergantung pada siklus ekonomi.

6. Mengurangi Risiko Berdiri Sendiri

Risiko berdiri sendiri bisa menjadi masalah serius bagi investor yang berinvestasi dalam satu jenis aset atau instrumen keuangan saja. Salah satu cara untuk mengurangi atau memitigasi risiko ini adalah dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi adalah strategi di mana investor menyebarkan investasi mereka di berbagai jenis aset atau instrumen keuangan yang berbeda.

Dengan diversifikasi, risiko dari satu investasi dapat dikurangi oleh kinerja baik dari investasi lainnya dalam portofolio. Meskipun risiko yang terkait dengan setiap investasi tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, diversifikasi dapat membantu mengurangi fluktuasi nilai total portofolio dan meningkatkan kestabilan hasil investasi. Namun, penting untuk diingat bahwa diversifikasi tidak menghapus risiko secara keseluruhan, terutama risiko pasar yang mempengaruhi seluruh pasar finansial.

C. TINGKAT PENGEMBALIAN PORTOFOLIO

Tingkat Pengembalian Portofolio adalah ukuran yang digunakan untuk menilai seberapa baik kinerja suatu portofolio investasi selama periode waktu tertentu. Portofolio sendiri terdiri dari berbagai jenis aset, seperti saham, obligasi, atau aset lainnya yang dipilih dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan atau mengurangi risiko. Tingkat pengembalian portofolio mengindikasikan seberapa besar keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari portofolio mereka dalam jangka waktu tertentu.

1. Menghitung Tingkat Pengembalian Portofolio

Tingkat pengembalian portofolio dihitung dengan membandingkan nilai akhir portofolio dengan nilai awal portofolio. Secara umum, rumus

(11)

penghitungan adalah:

Dimana:

Nilai Awal Portofolio adalah jumlah nilai total portofolio pada Awal periode

Nilai Akhir Portofolio adalah jumlah nilai total portofolio pada Akhir periode

2. Pengembalian Portofolio dengan Beberapa Aset

Jika portofolio terdiri dari beberapa jenis aset (seperti saham dan obligasi), maka pengembalian portofolio harus dihitung dengan mempertimbangkan kontribusi masing-masing aset terhadap portofolio secara keseluruhan. Untuk itu, digunakan rata-rata tertimbang berdasarkan alokasi masing-masing aset.

Rumusnya adalah:

Pengembalian Portofolio=w1⋅r1+w2⋅r2+⋯+wn⋅rn Dimana:

 w1,w2,…,wn adalah bobot atau proporsi masing-masing aset dalam portofolio.

 r1,r2,…,rn adalah pengembalian yang diperoleh dari masing- masing aset.

3. Jenis-Jenis Pengembalian Portofolio

Pengembalian portofolio bisa dibagi menjadi dua jenis utama:

Pengembalian Nominal (Nominal Return): Ini adalah pengembalian yang dihitung tanpa mempertimbangkan inflasi.

Pengembalian Riil (Real Return): Pengembalian riil mengurangi dampak inflasi dan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang daya beli pengembalian investasi tersebut.

4. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Portofolio

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian portofolio adalah:

Jenis Aset: Setiap jenis aset (misalnya, saham, obligasi, real

(12)

estate) memiliki tingkat pengembalian yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh kondisi pasar.

Diversifikasi: Portofolio yang terdiversifikasi dengan baik dapat membantu mengurangi risiko dan meningkatkan stabilitas pengembalian.

Alokasi Aset: Proporsi antara berbagai jenis aset dalam portofolio dapat mempengaruhi pengembalian. Misalnya, alokasi yang lebih besar pada saham bisa menghasilkan pengembalian lebih tinggi, tetapi juga membawa risiko lebih besar.

Manajemen Portofolio: Keputusan yang diambil oleh manajer portofolio atau investor dalam memilih dan mengelola aset dapat mempengaruhi hasil akhirnya.

5. Mengukur Kinerja Portofolio

Tingkat pengembalian portofolio sering digunakan untuk mengukur kinerja investasi. Ini membantu investor untuk:

Mengevaluasi apakah strategi investasi berhasil (misalnya, apakah pengembalian melebihi target atau benchmark).

 Menilai risiko dan imbal hasil untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik di masa depan.

D. RESIKO PORTOFOLIO

Risiko Portofolio adalah kemungkinan kerugian atau ketidakpastian yang dihadapi oleh investor sebagai akibat dari perubahan nilai atau fluktuasi harga dari aset yang ada dalam portofolio investasi mereka. Secara sederhana, ini adalah tingkat ketidakpastian yang terkait dengan hasil (baik pengembalian atau kerugian) yang diperoleh dari kombinasi berbagai jenis investasi dalam portofolio.

1. Jenis-jenis Risiko Portofolio

Risiko portofolio dapat dibagi menjadi dua kategori utama:

1. Risiko Sistematis (Systematic Risk)

Risiko sistematis adalah jenis risiko yang mempengaruhi seluruh pasar atau ekonomi secara keseluruhan, yang tidak dapat dihindari atau

(13)

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Ini adalah risiko yang ada dalam hampir semua jenis investasi dan bersumber dari faktor eksternal yang mempengaruhi seluruh pasar, seperti:

Perubahan suku bunga: Kenaikan atau penurunan suku bunga dapat mempengaruhi nilai investasi secara luas, terutama bagi saham dan obligasi.

Krisis ekonomi atau resesi: Peristiwa ekonomi besar seperti krisis finansial atau resesi dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam nilai aset pasar.

Inflasi: Kenaikan harga barang dan jasa dapat mengurangi daya beli investasi dan memengaruhi pengembalian portofolio.

• Kebijakan pemerintah atau politik: Perubahan kebijakan fiskal, moneter, atau peraturan dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

• Perubahan geopolitik: Ketegangan politik, perang, atau ketidakstabilan politik dapat mempengaruhi pasar global.

Karena risiko sistematis memengaruhi seluruh pasar, ia tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Namun, pengelolaan risiko ini bisa dilakukan dengan cara yang lebih berhati-hati dalam memilih investasi yang lebih stabil.

2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko tidak sistematis adalah risiko yang terkait dengan peristiwa atau faktor spesifik pada perusahaan atau sektor tertentu yang tidak mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini dapat dihilangkan atau diminimalkan dengan diversifikasi portofolio—yaitu dengan berinvestasi dalam berbagai jenis aset yang tidak saling berkorelasi. Contoh dari risiko tidak sistematis adalah:

 Masalah manajerial dalam perusahaan tertentu: Jika manajemen perusahaan tidak efisien atau ada skandal internal, harga saham perusahaan tersebut bisa turun.

 Perubahan dalam industri tertentu: Misalnya, perubahan teknologi atau regulasi yang berdampak langsung pada perusahaan dalam industri tertentu.

(14)

 Peristiwa spesifik perusahaan: Seperti kebangkrutan perusahaan atau penurunan besar dalam permintaan produk perusahaan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Risiko Portofolio

Beberapa faktor yang memengaruhi risiko dalam portofolio meliputi:

 Diversifikasi: Menyebar investasi pada berbagai jenis aset yang berbeda, seperti saham, obligasi, properti, atau komoditas, dapat mengurangi risiko tidak sistematis. Dengan diversifikasi, Anda mengurangi kemungkinan kerugian besar jika salah satu aset mengalami penurunan nilai.

 Alokasi Aset (Asset Allocation): Keputusan mengenai proporsi antara berbagai jenis aset dalam portofolio (misalnya, alokasi saham vs. obligasi) sangat penting dalam mengelola risiko. Portofolio yang terdiri sebagian besar dari saham memiliki potensi pengembalian yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki volatilitas yang lebih besar.

 Volatilitas: Semakin besar fluktuasi harga suatu aset atau portofolio, semakin tinggi risiko yang dihadapi. Volatilitas ini sering diukur dengan standar deviasi, yang menunjukkan sejauh mana pengembalian dari investasi menyimpang dari nilai rata-rata.

 Beta: Beta adalah ukuran risiko sistematis yang menunjukkan seberapa besar perubahan harga aset atau portofolio sehubungan dengan perubahan harga pasar secara keseluruhan. Portofolio dengan beta lebih besar dari 1 menunjukkan risiko yang lebih besar dari pasar, sedangkan portofolio dengan beta kurang dari 1 menunjukkan risiko yang lebih rendah.

3. Pengelolaan Risiko Portofolio

Ada beberapa pendekatan untuk mengelola risiko dalam portofolio:

 Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi utama untuk mengurangi risiko tidak sistematis. Dengan menambahkan berbagai aset yang tidak saling berkorelasi ke dalam portofolio, risiko keseluruhan dapat dikurangi.

Misalnya, jika Anda menginvestasikan uang hanya pada saham, portofolio Anda akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi pasar saham. Namun, jika Anda juga menginvestasikan sebagian dana di obligasi atau real estat,

(15)

kerugian dari saham mungkin bisa diimbangi oleh pengembalian dari instrumen lainnya.

 Alokasi Aset (Asset Allocation)

Alokasi aset adalah proses memutuskan berapa banyak uang yang akan dialokasikan ke saham, obligasi, komoditas, dan aset lainnya. Pembagian ini tergantung pada tujuan investasi, toleransi risiko, dan horizon waktu investor. Sebagai contoh, seorang investor muda yang mencari pengembalian lebih tinggi mungkin lebih memilih portofolio dengan lebih banyak saham, sedangkan investor yang lebih tua dan lebih konservatif mungkin lebih memilih portofolio yang lebih besar bagian obligasinya.

 Menggunakan Derivatif untuk Hedging

Hedging adalah strategi yang digunakan untuk melindungi portofolio dari risiko kerugian yang signifikan. Derivatif, seperti opsi dan futures, dapat digunakan untuk melindungi portofolio terhadap perubahan harga yang merugikan. Misalnya, investor yang memegang saham dapat membeli opsi put untuk melindungi nilai saham tersebut jika harga saham turun.

 Rebalancing Portofolio

Rebalancing adalah proses penyesuaian kembali komposisi portofolio dengan menambah atau mengurangi alokasi pada aset tertentu untuk menjaga keseimbangan dengan tujuan dan toleransi risiko investor.

Misalnya, jika saham dalam portofolio naik pesat, maka bobot saham dalam portofolio menjadi lebih besar dari yang diinginkan, sehingga investor mungkin perlu menjual beberapa saham dan membeli obligasi untuk mengembalikan keseimbangan.

4. Mengukur Risiko Portofolio

Beberapa ukuran yang umum digunakan untuk mengukur dan mengelola risiko portofolio adalah:

Standar Deviasi: Ini mengukur seberapa besar fluktuasi harga atau pengembalian aset atau portofolio dari nilai rata-rata. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar volatilitas dan risiko yang dihadapi.

Beta: Beta digunakan untuk mengukur seberapa besar pergerakan portofolio sehubungan dengan pergerakan pasar. Portofolio dengan beta tinggi lebih rentan terhadap perubahan pasar, sedangkan portofolio dengan

(16)

beta rendah lebih stabil.

Value at Risk (VaR): VaR adalah ukuran risiko yang menunjukkan kerugian maksimal yang mungkin terjadi dalam portofolio pada tingkat probabilitas tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Ini memberi gambaran tentang kerugian terbesar yang dapat diterima investor dalam situasi pasar yang buruk.

E. HUBUNGAN TINGKAT PENGEMVALIAN DAN RESIKO

Berkaitan dengan prinsip risk-return trade-off, besarnya return dari sebuah investasi tergantung pada besarnya resiko yang melekat pada instrumen investasi tersebut. Semakin besar (kecil) resiko berakibat pada semakin besar (kecil) return yang mungkin didapat. Berdasarkan prinsip tersebut maka sudah sewajarnya jika setiap investor saling berlomba dalam mencari sebuah aset atau gabungan dari beberapa aset investasi yang memberikan kemungkinan return tertinggi dengan resiko terendah.

Dari sinilah kemudian muncul teori-teori yang menghubungkan resiko dengan return. Teori yang mengemukakan hubungan yang terjadi antara variabel resiko dengan return ini diawali dengan teori Efficient Portfolio yang dikemukakan oleh Harry Markowitz yang kemudian disusul oleh kemunculan teori-teori lain seperti Capital Asset Pricing Model yang memperkenalkan variabel beta sebagai suatu bentuk resiko yang mempengaruhi return saham dan beberapa penelitian oleh Harry Markowitz yang kemudian disusul oleh kemunculan teori-teori lain seperti Capital Asset Pricing Model yang memperkenalkan variabel beta sebagai suatu bentuk resiko yang mempengaruhi return saham dan beberapa penelitian oleh para ahli ekonomi.

Efficient Portfolio

Resiko seperti yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki dua tipe; yang dapat dihilangkan (unsistematik) dan yang tidak dapat dihilangkan (sistematik).

Resiko unsistematik dapat dihilangkan melalui sebuah proses pembentukan portofolio investasi. Proses pembentukan sebuah portofolio investasi dapat dilakukan dengan cara mengalokasikan dana yang tersedia untuk investasi ke lebih dari satu aset investasi. Tindakan ini, sesuai dengan prinsip Law of Large

(17)

Number , akan dapat mereduksi resiko yang bersifat unsistematik (Jones, 2004).

Untuk itu tindakan investasi yang dilakukan para investor akan lebih efisien jika mereka membentuk portofolio dari banyak aset investasi ketimbang hanya berinvestasi pada satu aset saja. Pembentukan portofolio yang efisien menurut Markowitz pada beberapa asumsi seperti :

1. Semua aset investasi pembentuk portofolio harus memiliki satu priode waktu yang sama, contoh satu tahun.

2. Tidak terdapat adanya biaya transaksi.

3. Ukuran resiko yang dipakai adalah variance atau standard deviation.

Markowitz menyatakan bahwa portofolio-portofolio yang ada ternyata tidak semuanya menggambarkan efisiensi. Ada di antara portofolio-portofolio tersebut yang menawarkan sejumlah return yang sama namun dengan kandungan resiko yang berbeda dan ada pula portofolio yang menyertakan sejumlah resiko yang sama namun dengan expected return yang berbeda. Yang coba ditawarkan oleh Markowitz adalah bagaimana cara investor menemukan portofolio yang paling efisien namun belum berarti yang paling optimal dalam hal pemberian return. Untuk lebih jelasnya berikut kurva yang menggambarkan pembentukan efficient portfolio menurut Markowitz.

Kurva di atas menggambarkan serangkaian portofolio yang mungkin terjadi.

Wilayah yang berwarna abu-abu menunjukkan daerah di mana portofolio mungkin berada dengan return serta resiko masing-masing. Garis melengkung AB menggambarkan daerah letak portofolio yang paling efisien dengan maksimum expected return dan resiko yang minimum. Dalam gambar terlihat adanya garis yang ditarik dari sumbu vertikal E(R) di titik E(R)1 yang memotong kurva di dua titik yaitu titik C, yang berada di garis lengkung AB,

(18)

dan titik M. Kedua titik (yang melambangkan porofolio) C dan M memiliki expected return yaitu yang sama yaitu E(R)1 namun terlihat bahwa portofolio C memiliki resiko yang lebih kecil dibanding portofolio M. Hal ini juga berlaku untuk semua titik yang berada di sepanjang garis lengkung AB. Dengan kata lain, portofolio yang terletak di sepanjang garis AB memang terbukti lebih efisien dibanding portofolio di luar garis ini. Garis melengkung AB ini kemudian dikenal dengan garis efficient frontier. Hubungan antara tingkat pengembalian dengan resiko yang dijelaskan oleh Markowitz tidak berupa gambaran akan sebuah portofolio yang paling optimal dalam hal return.

Markowitz hanya memberikan gambaran akan sebuah portofolio yang efisien.

Mengenai investasi mana yang paling baik sangat tergantung pada pemahaman dan keberanian investor dalam menanggung resiko.

F. STUDI KASUS

1. Tingkat pengembalian investasi tunggal

PT Berkah Sentosa menginvestasikan dana sebesar Rp1.000.000.000 untuk membeli peralatan baru yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Dari investasi ini, perusahaan memperkirakan akan memperoleh tambahan laba bersih sebesar Rp200.000.000 per tahun. Peralatan tersebut memiliki masa manfaat 5 tahun. Manajemen ingin mengetahui tingkat pengembalian investasi tunggal (Simple Rate of Return).

Rumus Tingkat Pengembalian Investasi Tunggal:

Penyelesaian:

1. Identifikasi data penting:

Laba bersih tahunan: Rp200.000.000 Investasi awal: Rp1.000.000.000 2. Substitusi ke rumus:

(19)

15

Jadi, Tingkat pengembalian investasi tunggal untuk peralatan baru tersebut adalah 20% per tahun. Artinya, investasi ini menghasilkan pengembalian sebesar 20% dari nilai investasinya setiap tahun.

2. Resiko Berdiri Sendiri

Sebuah perusahaan, PT SEJAHTERA, bergerak di bidang manufaktur elektronik. Perusahaan ini menghadapi risiko yang dapat diukur secara statistik untuk mengevaluasi kinerjanya. Salah satu cara untuk menilai risiko perusahaan ini adalah dengan menggunakan konsep risiko berdiri sendiri (stand-alone risk), yang mengacu pada risiko yang dihadapi oleh perusahaan jika hanya mengandalkan operasional internalnya, tanpa mempertimbangkan diversifikasi.

PT SEJAHTERA memiliki data historis yang menunjukkan bahwa pengembalian investasi (return) perusahaan mengikuti distribusi normal dengan rata-rata (expected return) sebesar 12% dan deviasi standar (standard deviation) sebesar 10%.

Rumus Risiko Berdiri Sendiri: Risiko berdiri sendiri biasanya diukur dengan deviasi standar atau volatilitas dari pengembalian investasi perusahaan. Deviasi standar mengukur sejauh mana pengembalian aktual perusahaan dapat menyimpang dari rata-rata (expected return).

1. Stand-Alone Risk (Risiko Berdiri Sendiri) = Deviasi Standar (σ) Deviasi standar dapat dihitung menggunakan rumus berikut

(20)

16

Namun, jika sudah diberikan deviasi standar (σ) seperti dalam contoh kasus ini, kita cukup menggunakan nilai deviasi standar itu sendiri sebagai ukuran risiko berdiri sendiri.

Penyelesaian Kasus:

Diberikan bahwa:

Rata-rata pengembalian (expected return, ) = 12%

Deviasi standar (σ) = 10%

Dengan data ini, kita dapat menyimpulkan bahwa risiko berdiri sendiri PT Sejahtera adalah 10%. Ini berarti pengembalian perusahaan dapat berfluktuasi sekitar 10% di atas atau di bawah rata-rata 12%.

3. Tingkat Pengembalian Portofolio Rumus Tingkat Pengembalian Portofolio

Sebuah perusahaan PT MAJU memiliki portofolio investasi dengan rincian sebagai berikut:

Saham A: 40% dari total portofolio, dengan tingkat pengembalian 12% per tahun.

Saham B: 30% dari total portofolio, dengan tingkat pengembalian 8% per tahun.

Obligasi: 30% dari total portofolio, dengan tingkat pengembalian 5% per tahun.

Penyelesaian:

1. Bobot saham A: 40% = 0.4, saham B: 30% = 0.3, obligasi: 30% = 0.3.

2. Tingkat pengembalian:

Saham A (RA) = 12% = 0.12 Saham B (RB) = 8% = 0.08

(21)

17 Obligasi (RC) = 5% = 0.05 3.Hitung pengembalian portofolio:

R_p = (0.4 X 0.12) + (0.3 X 0.08) + (0.3 X 0.05) R_p = 0.048 + 0.024 + 0.015 = 0.087

R_p = 8.7\%

Jadi, tingkat pengembalian portofolio perusahaan tersebut adalah 8.7% per tahun.

4. Resiko Portofolio

Rumus Risiko Portofolio (untuk dua aset):

Di mana:

σ

P= Risiko portofolio (deviasi standar portofolio) WA,WB= Bobot aset A dan B dalam portofolio

σ

A, σB= Deviasi standar (risiko) masing-masing aset A dan B σ AB= Kovarians antara aset A dan B

sebuah perusahaan PT Sejahtera memiliki portofolio yang terdiri dari dua aset, yaitu saham A dan saham B, dengan data berikut:

 Bobot saham A (WA) = 60% = 0.6

 Bobot saham B (WB) = 40% = 0.4

 Deviasi standar saham A (σ A) = 15% = 0.15

 Deviasi standar saham B (

σ

B) = 10% = 0.10

 Kovarians antara saham A dan B (

σ

AB) = 0.008

Penyelesaian:

1. Bobot aset A = 0.6, bobot aset B = 0.4 2. Deviasi standar:

Saham A (

σ

A ) = 0.15

Saham B (

σ

B) = 0.10

3. Kovarians antara saham A dan B (

σ

AB) = 0.008

4. Menghitung risiko portofolio (

σ

P):

(22)

18

Langkah pertama adalah menghitung masing-masing bagian dari rumus:

Kemudian, menjumlahkan semuanya:

σ

p = 0.1164

Jadi, risiko portofolio () adalah 11.64%.

Risiko portofolio sebesar 11.64% berarti bahwa pengembalian portofolio dapat berfluktuasi dalam kisaran ini, dengan kemungkinan deviasi standar sebesar 11.64% dari tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengevaluasi risiko total yang dihadapi oleh portofolio investasinya.

Jika portofolio terdiri dari lebih dari dua aset, rumus ini bisa diperluas dengan menambahkan kovarians antara semua pasangan aset dalam portofolio tersebut.

5. Hubungan Tingkat Pengembalian dan Resiko Rumus Tingkat Pengembalian

Tingkat Pengembalian = (Harga Akhir - Harga Awal + Dividen) / Harga Awal.

PT Maju Sejahtera membeli saham seharga Rp 10.000 per saham. Setahun kemudian, harga saham menjadi Rp 12.000 dan perusahaan membagikan dividen sebesar Rp 500 per saham. Hitunglah tingkat pengembalian investasi PT Maju Sejahtera.

Penyelesaian:

Tingkat Pengembalian = (12.000 - 10.000 + 500) / 10.000 = 0,25 = 25%

Jadi, tingkat pengembalian investasi PT Maju Sejahtera adalah 25%.

(23)

19 Studi Kasus II

1. Tingkat Pengembailan Investasi Tunggal

PT Bahagia menginvestasikan dana sebesar Rp4.000.000.000 untuk membeli peralatan baru yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi. Dari investasi ini, perusahaan memperkirakan akan memperoleh tambahan laba bersih sebesar Rp600.000.000 per tahun. Peralatan tersebut memiliki masa manfaat 5 tahun. Manajemen ingin mengetahui tingkat pengembalian investasi tunggal (Simple Rate of Return).

Rumus

Penyelesaian:

Tingkat pengembalian investasi tunggal = 600.000.000/4.000.000.000 x 100%

Tingkat pengembalian investasi tunggal = 0.15 x 100% = 15%

2. Resiko Berdiri Sendiri Rumus

Sebuah perusahaan memiliki tiga skenario ekonomi untuk tahun depan, dengan probabilitas masing-masing skenario sebagai berikut:

Skenario 1 (Optimis): Probabilitas 0,4, dengan return 20% (0,20).

Skenario 2 (Moderate): Probabilitas 0,5, dengan return 10% (0,10).

Skenario 3 (Pesimis): Probabilitas 0,1, dengan return -5% (-0,05).

Penyelesaian:

(24)

20 3. Tingkat Pengembalisn Portofolio

Rumus

Sebuah investor memiliki portofolio yang terdiri dari dua saham, yaitu Saham A dan Saham B. Berikut adalah informasi mengenai kedua saham tersebut:

Saham A: Bobot 60% (wA= 0,60), dengan pengembalian ( Return) 12% (rA=0,12).

Saham B: Bobot 40% (wB=0,40), dengan pengembalian (return) 8% (rB=0,08) Hitunglah tingkat pengembalian portofolio dari investasi ini.

Penyelesaian:

(25)

21 4. Resiko Portofolio

Rumus

Seorang investor memiliki portofolio yang terdiri dari dua saham, yaitu Saham A dan Saham B. Berikut adalah data yang diberikan:

Saham A:

Bobot dalam portofolio: 60% (wA=0,60)

Standar deviasi (resiko): 18% (σA=0,18)

Saham B:

Bobot dalam portofolio: 40% (wA=0,40)

Standar deviasi (resiko): 12% (σA=0,12)

Kovarians antara Saham A dan Saham B: Cov(rA,rB)=0,0015

Hitunglah resiko portofolio (σP)

Penyeelesaian:

Langkah 1: Menyusun nilai-nilai yang diketahui dalam rumus

 Bobot saham A (WA= 0.60

 Bobot saham B (WB) = 0.18

 Deviasi standar saham A (σ A) = 0.40

 Deviasi standar saham B (

σ

B) = 0.12

 Kovarians antara saham A dan B (

σ

AB) = 0.0015 Langkah 2: Menghitung komponen-komponen dalam rumus

(26)

22

Langkah 3 : Menjumlahkan semua komponen

Langkah 4: Menghitung akar kuadrat untuk mendapatkan resiko portofolio

Jadi resiko portofolio σP=0,124 atau 12,4%

5. Hubungan Tingkat Pengembalian Dan Resiko Rumus Tingkat Pengembalian

Tingkat Pengembalian = (Harga Akhir - Harga Awal + Dividen) / Harga Awal.

PT Bahagia membeli saham seharga Rp 15.000 per saham. Setahun kemudian, harga saham menjadi Rp 18.000 dan perusahaan membagikan dividen sebesar Rp 500 per saham. Hitunglah tingkat pengembalian investasi PT Maju Sejahtera.

Penyelesaian:

Tingkat Pengembalian = (18.000 - 15.000 + 500) / 15.000 = 0,2 = 2%

Jadi, tingkat pengembalian investasi PT Maju Sejahtera adalah 2%.

(27)

23 BAB III PENUTUP

A . KESIMPULAN

Materi tentang tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) menjelaskan bahwa setiap investasi memiliki potensi keuntungan yang diukur melalui tingkat pengembalian serta ketidakpastian yang diukur melalui risiko. Tingkat pengembalian adalah indikator penting bagi investor untuk mengevaluasi hasil investasi, baik dalam bentuk keuntungan modal maupun pendapatan seperti bunga atau dividen.

Sementara itu, risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari investasi, mencerminkan kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi akibat berbagai faktor, baik sistematis (yang berasal dari kondisi makroekonomi) maupun tidak sistematis (yang berasal dari faktor internal perusahaan atau industri).

Hubungan antara tingkat pengembalian dan risiko bersifat positif, di mana peluang mendapatkan return yang tinggi sering kali seiring dengan risiko yang lebih besar. Oleh karena itu, investor harus mampu menyeimbangkan keduanya sesuai dengan tujuan investasi, toleransi risiko, dan strategi diversifikasi untuk meminimalkan potensi kerugian tanpa mengabaikan peluang keuntungan. Dengan memahami konsep ini, investor dapat mengambil keputusan yang lebih rasional dalam mengelola portofolio dan mencapai hasil investasi yang optimal.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. J. (2014). Investments. 10th ed. McGraw-Hill Education.

Brigham, E. F., & Ehrhardt, M. C. (2017). *Financial Management 4o mini.

https://abstraksiekonomi.blogspot.com/2020/12/hubungan-tingkat-pengembalian-return- dengan-resiko-risk.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Instruksional Umum : Mata Kuliah Keilmuan & Keterampilan Manajemen Keuangan merupakan mata kuliah yang diharapkan mampu meningkatkan kompetensi mahasiswa

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan murabahah, tingkat kelancaran pengembalian pembiayaan dan kondisi Kualitas

Pokok bahasan yang dipelajari dalam mata kuliah ini konsep risiko, pengertian, tujuan, dan fungsi manajemen risiko, mengidentifikasi dan mengukur risiko, daftar kerugian potensial,

Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh semester III (tiga), dalam mata kuliah ini yang dibahas adalah Manajemen Keuangan, Analisa Laporan

Kelancaran Pengembalian Pembiayaan terhadap Kualitas Aktiva Produktif (Studi Kasus pada BMT Al-Falah Sumber) BMT mempunyai risiko dalam menjalankan aktivitas keuangan,

Hubungan positif antara literasi keuangan dengan tingkat pengembalian kredit memiliki arti dengan semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki oleh pelaku UMKM yang di

Makalah ini membahas mengenai strategi untuk mensinkronkan kegiatan pabrikasi dalam mata kuliah Manajemen Operasi