• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ASURANSI PERKAPALAN DALAM PENANGANAN GANTI RUGI KERUSAKAN BARANG (Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia Semarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ASURANSI PERKAPALAN DALAM PENANGANAN GANTI RUGI KERUSAKAN BARANG (Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia Semarang)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ASURANSI PERKAPALAN DALAM PENANGANAN GANTI

RUGI KERUSAKAN BARANG

(Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia Semarang) Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Sebagai Persyaratan me mperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Ilmu Hukum

Program Kekhususan Perdata

Disusun dan Diajukan oleh : Karolus Geleuk Sengadji

NIM: 30301900511

PROGRAM STUDI (S.1) ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG

2023

(2)

ii

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ASURANSI PERKAPALAN DALAM PENANGANAN GANTI

RUGI KERUSAKAN BARANG

(Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia Semarang)

Disusun dan Diajukan oleh : Karolus Geleuk Sengadji

NIM: 30301900511

Pada Tanggal 30 Januari 2023 Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing:

Dini Amalia Fitri, SH, MH NIDN: 060-7099-001

PROGRAM STUDI (S.1) ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

(3)

iii

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ASURANSI PERKAPALAN DALAM PENANGANAN GANTI

RUGI KERUSAKAN BARANG

(Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia Semarang) Dipersiapkan Dan Disusun Oleh:

Karolus Geleuk Sengadji NIM: 30301900511

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 21 Februari 2023 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan lulus

Tim Penguji Ketua,

Dr. Achmad Arifullah, S.H, M.H NIDN: 012-1117-801 Anggota

Dr. Denny Suwondo, S.H, M.H NIDN: 061-7106-301

Anggota

Dini Amalia Fitri, SH, MH NIDN: 060-7099-001 Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum UNISSULA

Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H NIDN: 060-7077-601

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Karolus Geleuk Sengadji NIM : 30301900511

Dengan ini saya nyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tinjauan Yuridis Pertanggung Jawaban Hukum Asuransi Perkapalan Dalam Penanganan Ganti Rugi Kerusakan Barang (Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang)” Adalah benar hasil karya saya dan penuh kesadaran bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiasi atau mengambil alih seluruh atau sebagian besar karya tulis orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Jika saya terbukti melakukan tindakan plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Semarang, 30 Januari 2023

Karolus Geleuk Sengadji NIM: 30301900511

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Karolus Geleuk Sengadji

NIM : 30301900511

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul:

Tinjauan Yuridis Pertanggung Jawaban Hukum Asuransi Perkapalan Dalam Penanganan Ganti Rugi Kerusakan Barang (Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang)” dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta memberikan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialih mediakan, dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.

Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudia n hari terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.

Semarang, 20 Januari 2023 Yang menyatakan

Karolus Geleuk Sengadji NIM: 30301900511

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Allah menguji umat-Nya sesuai dengan kemampuan. Hanya manusialah yang selalu mengeluh tanpa bersyukur”

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” - HR. Muslim.

Persembahan:

Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu dengan rasa syukur dan bahagia saya persembahkan rasa terimakasih saya kepada:

1. Allah S.W.T Karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai tepat pada waktunya. Puji Syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang meridhoi dan mengabulka n segala do’a.

2. Istri dan anak-anakku, terimakasih atas dukungan dan doa’a kalian.

Dukungan kalian adalah menambah semangat saya untuk menyelesa ika n skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing Ibu Dini Amalia Fitri, SH, MH yang dengan sabar membimbing saya sampai selesainya skripsi ini.

(7)

7

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpaha n Rahmat dan Karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

Tinjauan Yuridis Pertanggung Jawaban Hukum Asuransi Perkapalan Dalam Penanganan Ganti Rugi Kerusakan Barang (Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang).” Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Strata Satu (S-1) Program Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang,

Penghargaan dan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada orang tua yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materiil.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia, dan Keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., S.E., Akt., M. Hum. selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

2. Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3. Dr. Hj. Widayati, S.H, M.H, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung.

4. Dr. Arpangi, S.H, M.H, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung.

5. Dr. Achmad Arifullah, S.H., M.H. selaku Ketua Prodi S1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang serta ketua tim penguji.

6. Dr. Dini Amalia Fitri, S.H., M.H selaku sekretaris Prodi S1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang, dan sebagai Dosen Pembimbing yang memberikan masukan, ide dan semangat bagi penulis.

7. Dr. Deny Suwondo, S.H.,M.H. selaku anggota tim penguji

(8)

vii

8. Ida Musofiana, S.H., M.H. selaku Sekretaris Prodi Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

9. Dr. Andri Winjaya Laksana, S.H., M.H. selaku Dosen Wali

10. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sebagai dasar penulisan skripsi.

11. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam mendapatkan informasi untuk melengkapi penulisan hukum ini.

12. Sahabat, Teman dan Rekan ku yang telah membantu, menyemanga t i, dan mendoakan penulis.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 30 Januari 2023

Karolus Geleuk Sengadji NIM: 30301900511

(9)

viii ABSTRAK

Kekhawatiran terhadap ketidak pastian menimbulkan kebutuhan terhadap perlindungan asuransi. Asuransi Pengangkutan laut adalah asuransi yang menjamin risiko kerugian terhadap harta benda tertanggung selama perjalanan melalui laut.

Selain itu juga merupakan asuransi yang berkenaan dengan barang-barang dalam transit atau barang-barang yang sedang ditangani perusahaan pengangkutan. Dasar dari pengajuan klaim asuransi berdasarkan polis asuransi yang dibuat berdasarkan kesepakatan antar pihak serta adanya prinsip itikad baik. Sehingga dapat diartikan bahwa pengajuan klaim asuransi ialah sebuah permohonan resmi kepada pihak penanggung guna memintakan sejumlah pembayaran yang didasari oleh ketentuan polis asuransi. Pengajuan Pertanggung jawaban asuransi yang diusulkan dengan melakukan tinjauan oleh perusahaan asuransi untuk dilakukan validasi yang nanti pada akhirnya akan dibayarkan sejumlah uang kepada pihak tertanggung.

Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Kemudian, sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun, teknik pengolahan dan analis is data yaitu dengan cara analisis kualitatif, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk deskriptif.

Bentuk pertanggung jawaban yang diberikan oleh PT Asuransi Central Asia Semarang di dalam penyelesaian klaim asuransi pengangkutan barang di laut adalah dengan memberikan ganti rugi kepada tertanggung sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai antara tertanggung dan penananggung. Proses penyelesaian klaim asuransi oleh PT Asuransi Central Asia Semarang, yaitu: laporan klaim tertanggung, penelitian klaim, laporan awal kerugian, survey pendahuluan, analisa pendahuluan, laporan kerugian sementara, independent surveyor/loss adjuster/average adjuster, dokumen pendukung klaim, pengajuan klaim ke kantor pusat, keputusan klaim, laporan penyelesaian klaim, claim recovery. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan tanggung jawab hukum penyelesaian klaim asuransi pengangkutan barang di laut, yaitu laporan klaim lebih dari 3 x 24 jam, besarnya dana yang dibutuhkan untuk adjuster dan surveyor, letak atau lokasi kerugian yang relative jauh

Kata Kunci: Asuransi, Asuransi Barang, Klaim Asuransi, Hukum Perdata

(10)

ix ABSTRACT

Concerns about uncertainty lead to the need for insurance protection.

Marine transportation insurance is insurance that covers the risk of loss to the insured's property during sea travel. In addition, it is also insurance relating to goods in transit or goods that are being handled by the transportation company.

The basis for filing an insurance claim is based on an insurance policy made based on an agreement between the parties and the principle of good faith. So it can be interpreted that the submission of an insurance claim is an official request to the insurer to request a number of payments based on the provisions of the insurance policy. Submission of the proposed insurance liability by conducting a review by the insurance company for validation which will eventually be paid a sum of money to the insured party.

This type of research is classified as qualitative with a sociological juridical approach. Then, the data sources used are primary data and secondary data.

Furthermore, the data collection method used is through interviews, observation and documentation. Meanwhile, the data processing and analysis technique is by way of qualitative analysis, which is then presented in a descriptive form.

The form of responsibility provided by PT Asuransi Central Asia Semarang in the settlement of insurance claims for the transportation of goods at sea is to provide compensation to the insured in accordance with the agreement reached between the insured and the insurer. The process of settling insurance claims by PT Asuransi Central Asia Semarang, namely: insured claim report, claim research, preliminary loss report, preliminary survey, preliminary analysis, temporary loss report, independent surveyor/loss adjuster/average adjuster, claim supporting documents, claim submission to head office, claim decision, claim settlement report, claim recovery. The obstacles faced in carrying out the legal responsibilit y for resolving insurance claims for the transportation of goods at sea, namely claim reports of more than 3 x 24 hours, the amount of funds needed for adjusters and surveyors, the location or location of losses that are relatively far away.

Keywords: Insurance, Goods Insurance, Insurance Claims, Civil Law

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PEN GESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI K ARYA ILMIAH... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR...7

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Manfaat Penelitian ...11

E. Terminologi ...12

F. Metode Penelitian ...14

G. Sistematika Penulisan ...18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asuransi...20

1. Pengertian Asuransi...20

2. Tujuan dan Manfaat Asuransi ...21

3. Dasar Hukum Asuransi ...23

4. Prinsip-Prinsip Asuransi...25

5. Polis Asuransi...30

(12)

xi

6. Risikoi ...33

B. Tinjauan Umum Pengangkutan Perkapalan ...35

1. Pengertian Pengangkutan ...35

2. Dasar Hukum Pengangkutan ...36

3. Jenis-jenis Pengangkutan ...37

4. Pengangkutan Laut ...38

C. Tinjauan Umum Hukum Perdata ...39

1. Sejarah berlakunya Burgerlijk Wetboek (BW) di Indonesia ...39

2. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia sebelum masa kemerdekaan...40

3. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia setelah masa kemerdekaan ...48

4. Asas Formulasi Pertanggung jawaban Perdata dalam Hukum Umum ...54

D. Tinjauan Umum Tanggung Jawab Hukum ...57

1. Pengertian Tanggung Jawab Hukum...57

2. Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Hukum Perdata ...58

E. Hukum Tanggung jawab Dalam Perspektif Islam...62

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pertanggung Jawaban PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang Dalam Penanganan Ganti Rugi Kerusakan Barang. ...67

B. Pelaksanaan K laim Asuransi PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang ...72

C. Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Klaim Asuransi PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang ...87

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...90

B. Saran ...91

DAFTAR PUSTAKA ...92

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada jaman modern seperti saat ini asuransi sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat luas. Apabila kita telusuri, kemungkinan usia asuransi sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri. Pendapat itu didasarkan kepada kenyataan di masyarakat, bahwa manusia sudah berusaha keras untuk mendapatkan pengamanan semenjak manusia sendiri ada. Pada mulanya, rasa aman itu ada apabila ada jaminan atas tersedianya makanan dan tempat tinggal. Apabila kita membaca sejarah Mesir kuno, kita dapat mengetahui bagaimana rakyat Mesir menyisihkan sebagian dari hasil panen yang baik, guna mengamankan persediaan makanan persediaan makanan sewaktu mereka berada pada musim kering.1

Asuransi muncul karena semakin banyaknya kebutuhan manusia.

Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan atau Wetboek van Koophandel mendefinisikan asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberika n penggantian kepadanya karena suaru kerugian, kerusakan atau kehilanga n

1 Agus Prawoto, Huk um Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi Berdasark an Risk Base Capital Edisi 2, Ctk. BPFE, Yogyakarta, 2003, hlm. 1

(14)

2

keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suaru peristiwa yang tak tertentu.2

Kekhawatiran terhadap ketidak pastian (uncertainty) menimbulka n kebutuhan terhadap perlindungan asuransi. Ketidakpastian yang mengand ung risiko yang dapat menjadi ancaman bagi siapapun melahirkan kebutuhan untuk mengatasi risiko kerugian yang mungkin timbul dari ketidakpastia n tersebut.3 Hal ini yang mendasari banyak masyarakat menggunakan asuransi sebagai usaha untuk memberikan proteksi kepada dirinya terhadap risiko yang kemungkinan akan datang.

Pengangkutan merupakan salah satu kegiatan dalam usaha yang sangat diminati, jenis pengangkutan yang biasa digunakan dalam sehari-har i, yaitu pengangkutan laut, udara dan darat. Pengangkutan laut sangat besar peranannya di dalam kancah nasional maupun internasio nal karena mempunyai kapasitas angkut yang besar dibandingkan dengan pengangkut a n udara dan darat. Dalam lalu lintas perdagangan nasional maupun internasional, pengangkutan laut merupakan salah satu jalur perdagangan ekonomi utama.

Fungsi dari pengangkutan ialah untuk memindahkan barang atau orang dari tempat satu ke tempat lainnya dengan tujuan meningkatkan daya guna dan juga nilai. Pengetian pengangkutan laut yaitu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana seorang pengangkut

2 A. Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, Ctk. Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 3

3 H. Van Barneveld, Pengetahuan Umum Asuransi, Ctk. Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 1980, hlm. 47

(15)

3

mengikatkan dirinya untuk melaksanakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan seorang pengirim mengikatkan dan membayar ongkos angkutan.4

Sebelum melaksanakan pengangkutan barang melalui laut pihak yang berkepentingan yaitu pengirim dan pengangkut harus melaksanaka n sebuah perjanjian pengangkutan laut, sebagai adanya bukti perjanjian pengangkutan adalah dengan diterbitkannya konosemen atau bill of lading.5

Menurut Abdulkadir Muhammad, evenemen merupakan peristiwa yang tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah terjadi, saat itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi, jika terjadi juga mengakibatkan kerugian. 6 Evenemen yang terjadi itu adalah di luar kekuasaan dan kemampuan manusia, artinya tidak seorang pun manusia normal yang dapat mencegah atau menghalangi peristiwa itu. Terhadap evenemen inilah asuransi diadakan karena merupakan penyebab timbulnya kerugian, kematian atau cacat benda pada obyek asuransi. Selama belum terjadi peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian, selama itu pula bahaya yang diperkirakan akan menimpa obyek asuransi disebut risiko.

4 Rahmadita,N. A., Nurbaiti, S, 2019.Tanggung jawab Pengangk ut Kepada Pemilik Barang Dalam Peristiwa Tubruk an Kapal Antara KM. Dewaruci Perk asa Dengan KM. Dolphin Nusantara dan KM. Trijaya Lestari Di Alur Pelayaran Barat Surabaya (Studi Putusan Ma hk amah Pelayaran Nomor Hk . 210/3/I/Mp. 18), Reformasi Hukum Trisaki, Vol.1, No. 1, hlm. 4

5 Abdulkadir Muhammad. 2008, Huk um Pengangk utan Niaga, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, h. 159

6 Abdulkadir Muhammad, 2006, Huk um Asuransi Indonesia., Citra Aditya Bakti. Bandung.

hlm. 120

(16)

4

Dalam hidupan, manusia pasti sadar atau tidak sadar menghadap i risiko sama halnya yang dikemukakan oleh Agus Pratoto dalam Sentosa Sembiring risiko bisa bermula dari berbagai hal yang tidak disangka, namun dari sesuatu yang mungkin terjadi.7 Hanya saja, seberapa besar kemungkinan risiko yang akan dihadapi oleh orang yang bersangkutan, sangat tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Risiko (risk) adalah suatu ketidaktentuan atau uncertainly yang mungkin mengakibatkan kerugian (Loss). Faktor ketidaktentuan ini bisa memicu kerugian. Apabila dilihat dari pihak asuransi, risiko adalah suatu kemungkinan yang dapat menimbulka n kerugian, yang ditimbulkan dari bahaya yang mungkin akan terjadi, tetapi terjadinya tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi. Walaupun belum tentu menimbulkan kerugian tetapi memerluka n pencegahan seperti sedia payung sebelum hujan.8

Perjanjian asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian risiko mempunyai kegunaan yang positif baik bagi masyarakat, perusahaan maupun bagi pembangunan negara.9 Dalam perjanjian asuransi terdapat dua belah pihak yang melakukan perjanjian yaitu tertanggung dan penanggung.

Tertanggung adalah pihak yang akan menggunaka jasa asuransi sedangkan penanggung adalah perusahaan usaha jasa perasuransian. Perusahaan Asuransi ini akan melakukan perjanjian asuransi dan nanti pada suatu saat

7 Sentosa Sembiring, 2014, Huk um Asuransi, Nuansa Aulia. Bandung. hlm. 1

8 Bambang Sumali, Eka Budi Tjahjono, Sukiman, 2018, Asuransi Maritim. Maritim Djangkar. Jakarta. hlm.31

9 M. Suparman Sastrawidjaja, Endang, “Huk um Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Depoosito Usaha Perasuransian”, Ctk. Alumni, Bandung, 1993, Hlm. 1

(17)

5

ia akan melakukan kewajibannya sesuai dengan perjanjian, perusahaan asuransi bersedia mengambil alih dan menerima risiko pihak tertanggung.

Dalam hal ini perusahaan berfungsi sebagai lembaga penerima dan pengambil risiko pihak lain. Penerimaan dan pengambilalihan risiko oleh perusahaan asuransi terhadap nasabahnya tersebut diikuti dengan pembayaran sejumlah uang yang disebut premi. Pembayaran premi yang diterima oleh perusahaan disamping dimanfaatkan untuk operasional perusahaan acara potensial dapat dihimpun baik untuk cadangan atau sebagai kumpulan dana yang relatif menjadi sangat besar.

Perusahaan asuransi pada hakikatnya mempunyai potensi pula sebagai lembaga penghimpun dana dari kumpulan premi yang tidak

“termanfaatkan” untuk operasional perusahaan. Dengan demilikan jelas dapat dkatakan nampak perusahaan asuransi sebagai lembaga penghimp un dana dan menyerap dana masyarakat. Hal inilah yang menunjukka n lembaga asuransi pada fungsinya yang kedua sebagai penyerap dana dari masyarakat.10

Sebagai sebuah lembaga yang menghimpun dana milik masyarakat yang harus menjalanan usahanya dengan berpedoman pada prinsip usaha yang sehat dan bertanggung jawab, usaha perasuransian merupakan suatu bidang usaha yang harus tunduk terhadap pengaturan yang dilakukan

10 Sri Rejeki Hartono, “Huk um Asuransi dan Perusahaan Asuransi”, Ctk. Sinar Grafika, Jakarta, 1992, Hlm. 79

(18)

6

pemerintah.11 Perusahaan asuransi harus mengelola dana milik dengan sebaik-baiknya karena menyangkut nasib masyarakat yang telah memberikan kepercayaan terhadap perusahaan asuransi.

Hukum pengangkutan laut tidak hanya terbatas pada hukum perniagaan atau yang lazim disebut hukum perdagangan.12 Konsep pengangkutan laut ini dapat dilihat sejak masa penjajahan Belanda dengan diterbitkannya aturan mengenai moda pengangkutan laut dalam Buku Kedua Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 453 dan dinyatakan berlaku pada tahun 1847. 13 Setelah itu dengan dilatarbelaka ngi adanya Undang-undang hukum laut yang baru di negeri Belanda pada tahun 1926, Pemerintah Belanda memberlakukan Undang-undang tersebut ke semua daerah jajahannya tidak terkecuali Hindia-Belanda sebagaima na dimasukan ke dalam S.1933-47 jo IS 38-1 dan 2. Pada tahun 1936, diterbitkan kembali regulasi mengenai hukum laut dengan nama Indische Scheepvaartwet 1936 (UU Pelayaran, S.1936. No.700), yang menjadi cikal bakal adanya rezim Undang-undang pelayaran setelah Indonesia merdeka.

Undang-undang Pelayaran 1936 ini menjadi dasar pengaturan mengena i pelayaran, karena dengan lahirnya Undang-undang ini diterbitkan pula peraturan-peraturan pemerintah lainnya.14 Setelah 47 tahun Indonesia

11 Bambang Murdadi, “Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawasan Lembaga Keuangan Baru yang Memiliki Kewenangan Penyidikan”, Jurnal Huk um Universitas Muhammadiyah Semarang, edisi no.2 Vol.8, 2012, hlm. 52

12 Purwosutjipto, Pengertian Pok ok Huk um Dagang Indonesia, Jilid I, Jakarta: Djambatan, 1981, hal. 15.,

13 Hasnil Basri Siregar, Huk um Pengangk utan, Medan: Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, 2002, hal. 13.

14 Ibid, hal. 18

(19)

7

merdeka baru pada 1 September 1992 diterbitkan Undang-undang No. 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran 15, yang mulai berlaku efektif pada 17 September 1994.

Marine cargo Insurance adalah kontrak dimana perusahaan asuransi berjanji untuk mengganti kerugian yang dijamin dengan cara dan sejauh yang disepakati, terhadap kerugian laut, yaitu, insiden kerugian akibat petualangan laut. Ini juga dapat diperpanjang untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian di perairan pedalaman atau di darat, risiko dapat terjadi secara insidental untuk setiap pelayaran laut.16

Dalam pengangkutan laut, asuransi yang biasa digunakan adalah asuransi pengangkutan laut (marine cargo insurance), yang menanggung risiko dari bahaya-bahaya laut. Dasar hukum asuransi pengangkutan laut diatur dalam hukum nasional dan hukum internasional. Hukum nasional, yaitu diatur dalam Burgerlijk Wetboek (selanjutnya disingkat BW), Kitab Undang-undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) serta peraturan perundang-undangan lainnya. Ruang lingkup asuransi pengangkutan laut juga menganut kebiasaan atau hukum internasional, yaitu Marine Insurance Act 1906 (MIA 1906) yang merupakan hukum asuransi maritim dari Inggris. Selain itu diatur juga klausula standar asuransi pengangkutan barang melalui laut yang sering digunakan secara luas oleh para penanggung di seluruh dunia yaitu klausula standar Lloyd’s, yang

15 Lembaran Negara RI Nomor 98 Tahun 1992.

16 Ali Imran Ritonga, dkk, Klaim Asuransi Muatan Kapal Laut (Marine Cargo Insurance) sebagai Wujud PerTanggung jawaban Freight Forwarder pada PT Pelayaran Meratus Line, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Maritim, Vol 5 No 3 (2021), hlm 75

(20)

8

diberi judul Institute Cargo Clauses (selanjutnya disingkat ICC). Klausula ini terdiri dari ICC A (full cover), ICC B (restricted full cover) dan ICC C (stranding cover). Klausula yang terakhir dikeluarkan oleh Llyods dan masih berlaku hingga kini adalah polis dengan kode 1/1/82 (tanggal 1 Januari 1982) Klausula ini juga sering dipakai oleh perusahaan asuransi di Indonesia termasuk PT Asuransi Central Asia untuk mengasurans ika n pengangkutan barang melalui laut.17

Asuransi Pengangkutan laut adalah asuransi yang menjamin risiko kerugian terhadap harta benda tertanggung selama perjalanan melalui laut . Selain itu juga merupakan asuransi yang berkenaan dengan barang-barang dalam tansit atau barang-barang yang sedang ditangani perusahaan pengangkutan. Biasanya yang diasuransikan bukan hanya barang-barang yang diangkut saja, tetapi juga alat pengangkutannya. 18

Penyelesaian klaim dalam PT Asuransi Central Asia (ACA) sama dengan asuransi kerugian pada umumnya. Hak dari tertanggung yang harus dipenuhi oleh penanggung, apabila telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditentukan oleh penanggung dan tercantum dalam polis.

Pembayaran klaim dalam asuransi PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang sama dengan halnya dalam asuransi kerugian, yaitu:

17 Radiks Purba, 1998, Asuransi Angk utan Laut. Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 122- 123

18 Ali Imran Ritonga, dkk, Klaim Asuransi Muatan Kapal Laut, Op Cit, hlm 78

(21)

9

1. Pembayaran klaim murni, yaitu pembayaran klaim karena klaim tersebut telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

2. Pembayaran klaim exgratia, yaitu pembayaran klaim atau ganti rugi yang diberikan penanggung meskipun sebenarnya penanggung tidak wajib untuk memberikan ganti rugi. Besar maupun bentuk ganti rugi ini tidak diatur di dalam polis. Pada umunya, exgratia ini diberikan semata-mata karena pertimbanga n komersial seperti nasabah utama yang besar, nasabah berpengaruh, nasabah dengan sejarah tuntutan ganti rugi yang baik (jarang).

3. Pembayaran klaim kompromis, yaitu pembayaran klaim yang besarnya didasarkan kepada kesepakatan para pihak yang bersangkutan karena terdapatnya perbedaan penafsiran teknis atas kerugian yang terjadi.

Wahbah Az-Zuhaili (ahli fiqh dan ushul fiqh kontemporer) mendefinisikan asuransi sesuai dengan pembagiannya. Menurutnya asuransi itu ada dua bentuk, yaitu at-ta'min at-ta'awuni (asuransi tolong menolong) dan ata'min biqisthi tsabit (asuransi dengan pembagian tetap).

"At-ta'min at-ta'awuni (asuransi tolong menolong) adalah kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka mendapat kemudharatan. Kemudharatan yang menimpa para peserta at-ta'min at-ta'awuni dapat berbentuk kecelakaan, kematian, kebakaran, kebanjiran, kecurian dan bentuk-bentuk

(22)

10

kerugian lainnya sesuai dengan kesepakatan bersama." Ata'min biqisthi tsabit (asuransi dengan pembagian tetap) adalah akad yang mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kepada pihak asuransi yang terdiri atas beberapa pemegang saham dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi ganti rugi.

Konsep asuransi Sistem akilah dapat diterima oleh ajaran Islam.

Sistem akilah adalah sistem ganti rugi yang ditanggung secara berkelompok, suatu tradisi yang telah berkembang pada masyarakat Arab.

Sistem ini dipraktikkan pada awal Islam, zaman Nabi Muhammad SAW antara kaum Muhajirin dan Anshar.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa bentuk Pertanggung jawaban PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang dalam penanganan ganti rugi kerusakan barang, mengetahui dan menganalisia proses pelaksanaan klaim asuransi PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang serta mengetahui hambatan dan solusi pelaksanaan klaim asuransi PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Yuridis Pertanggung Jawaban Hukum Asuransi Perkapalan Dalam Penanganan Ganti Rugi Kerusakan Barang (Studi Kasus: PT. Asuransi Central Asia (ACA) Semarang)”

(23)

11 B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana bentuk Pertanggung jawaban PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang dalam penanganan ganti rugi kerusakan barang?

2. Bagaimana proses pelaksanaan klaim asuransi PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang?

3. Bagaimana hambatan dan solusi pelaksanaan klaim asuransi PT.

Asuransi Central Asia (ACA) Semarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisa bentuk Pertanggung jawaban PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang dalam penanganan ganti rugi kerusakan barang.

2. Mengetahui dan menganalisia proses pelaksanaan klaim asuransi PT.

Asuransi Central Asia (ACA) Semarang.

3. Mengetahui hambatan dan solusi pelaksanaan klaim asuransi PT.

Asuransi Central Asia (ACA) Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a) Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahua n hukum mengenai tanggung jawab pengangkut, khususnya mengenai tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap ganti rugi barang dalam perjanjian pengangkutan laut di Indonesia.

(24)

12

b) Bahan studi mengenai perjanjian pengangkutan laut, khususnya penyelesaian sengketa pengangkutan laut di Indonesia dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan hukum terkait masalah sengketa perjanjian pengangkutan laut.

c) Dapat menambah khasanah keilmuan mengenai aspek hukum penyelesaian sengketa dalam perjanjian pengangkutan laut di Indonesia ditinjau dari perspektif hukum Islam.

2. Manfaat Praktis

a) Memberikan manfaat bagi para praktisi hukum untuk mengetahui Tanggung jawab pengangkutan, khususnya mengenai periode Tanggung jawab pengangkut dan ganti kerugian muatan dalam hukum perjanjian pengangkutan laut di Indonesia

b) Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ilmiah oleh para praktisi hukum dalam mempelajari penyelesaian sengketa perjanjian pengangkutan laut di Indonesia.

c) Kajian dari perspektif hukum Islam terhadap penyelesaia n sengketa perjanjian pengangkutan laut di Indonesia ini dapat memberikan pemikiran atau pemahaman bagi para pelaku usaha yang menyelenggarakan pengangkutan laut.

E. Terminologi

1. Asuransi Pengangkutan Laut

Asuransi pengangkutan laut adalah asuransi yang menjamin risiko kerugian terhadap harta benda tertanggung selama perjalanan melalui

(25)

13

laut. Selain itu juga merupakan asuransi yang berkenaan dengan barang- barang dalam tansit atau barang-barang yang sedang ditangani perusahaan pengangkutan.

Pengiriman barang maupun orang yang dilakukan melalui laut tentunya juga mengalami banyak risiko, diantaranya adalah:

a) Terjadinya perompakan.

b) Kapal karam dikarenakan ombak yang besar yang tidak dapat diprediksi ketinggiannya.

c) Kapal karam diakibatkan karena tabrakan antar kapal atau tabrakan dengan tenrmbu karang

2. Tanggung Jawab

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.

Secara etimologis, tanggung jawab hukum atau liability seringka li dipertukarkan dengan responsibility. Dalam Black Law Dictionary menyatakan bahwa terminologi liability memiliki makna yang luas.

Pengertian legal liability adalah a liability which courts recognize and enforce as between parties.

3. Pengangkutan

(26)

14

Pengangkutan merupakan salah satu kegiatan dalam usaha yang sangat diminati, jenis pengangkutan yang biasa digunaka n dalam sehari- hari, yaitu pengangkutan laut, udara dan darat. Pengangkutan laut sangat besar peranannya di dalam kancah nasional maupun internasional karena mempunyai kapasitas angkut yang besar dibandingkan dengan pengangkutan udara dan darat. Dalam lalu lintas perdagangan nasional maupun internasional, pengangkutan laut merupakan salah satu jalur perdagangan ekonomi utama.

Fungsi dari pengangkutan ialah untuk memindahkan barang atau orang dari tempat satu ke tempat lainnya dengan tujuan meningka tka n daya guna dan juga nilai. Pengetian pengangkutan laut yaitu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana seorang pengangkut mengikatkan dirinya untuk melaksanakan pengangk uta n barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan seorang pengirim mengikatkan dan membayar ongkos angkutan.

F. Metode Penelitian

Perolehan hasil yang baik dalam penyusunan karya ilmiah tidak dapat terlepas dari penggunaan metode-metode yang tepat. Menurut Soerjono Soekanto maksud dari penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistem dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendala m

(27)

15

terhadap fakta tersebut. Untuk kemudian menyusun suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.19

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu dengan menemukan kenyataan hukum yang dialami di lapangan atau suatu pendekatan yang berpangkal pada permasalahan mengenai hal yang bersifat yuridis serta kenyataan yang ada.20 Penelitian hukum yuridis sosiologis meneliti data primer di samping juga mengumpulkan data yang bersumber dari data sekunder (kepustakaan).

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Deskriptif artinya penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan keadaan atau kenyataan mengenai objek penelit ia n yang ada, yaitu gambaran atau kenyataan mengenai pelaksanaan proses klaim asuransi yang dilakukan di PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang. Analisis artinya melakukan analisa terhadap permasalaha n yang ada dalam penelitian, dari gambaran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

3. Lokasi Penelitian.

19Soerjono Soekanto, Polisi dan Lalu Lintas, (Analisa Menurut Sosiologi Hukum), Mandar Maju, 1986, hlm 97

20 Rony Hanitijio Soemitro, Metode Huk um dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta 1995, hlm 13

(28)

16

Lokasi yang dipilih melakukan penelitian difokuskan di PT Asuransi Central Asia (ACA) Cabang Semarang. Jl. MT.Haryono.

nomor 551, Karang Kidul, kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah sesuai dengan judul yang diangkat. Penelit ia n ini bersifat intern atau hanya dalam batas ruang lingkup PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang.

4. Sumber Data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokka n menjadi dua jenis yaitu:

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan narasumber di PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang.

b. Data Sekunder.

Yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan, data ini didapat dari berbagai literature yang telah tersedia. Dalam penelitian ini, data sekunder dikelompokkan dalam tiga (3) katagori bahan hukum, yaitu:21

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:

a) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

21 Rony Hanaitijio Soemitro, Op.Cit , hlm 24

(29)

17

c) Kitab Undang-undang Hukum Dagang

d) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

e) Undang undang Pelayaran No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

f) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransia n.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan bagi bahan hukum primer, terdiri dari:

a) Buku-buku atau hasil penelitian yang membahas tentang asuransi dan KUH Dagang

b) Majalah-majalah atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan asuransi dan KUH Dagang.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, terdiri dari: kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

5. Metode Pengumpulan Data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai metode, antara lain:

a. Penelitian Lapangan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung lokasi yang akan digunakan untuk memperoleh data-data dan informasi yang akan digunakan penulis sebagai bahan menyusun

(30)

18

skripsi, lokasi yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu PT Asuransi Central Asia (ACA). Langkah ini ditempuh dengan melakukan wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan jalan tatap muka dan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan maupun tertulis dengan menggunakan lembar wawancara yang disusun secara sistematis kepada responden. Responden dalam wawancara ini adalah karyawan PT Asuransi Central Asia (ACA) Semarang.

b. Penelitian Kepustakaan.

Metode kepustakaan ditempuh dengan cara mengumpulk a n semua data-data yang berkaitan dengan tindak pelanggaran kawin ganda yang terdapat berbagai literature dan perundang-undanga n.

Tujuan pokok dalam metode ini pada dasarnya untuk menunjukka n jalan pemecahan permasalahan penelitian, apabila penelit i mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang telah dalam dan lengkap.

6. Analisis Data

Dalam menganalisa data untuk penyusunan skripsi ini penulis mengacu pada data primer dan data sekunder yang dianalisa secara kualitatif, kemudian disimpulkan dengan menggunakan proses berfikir secara edukatif dan evaluatif.

(31)

19 G. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi penulisan serta alasan penulis untuk membahas topik mengenai tanggung jawab PT Asuransi Central Asia (ACA) terhadap ganti kerugian kapal ditinjau dari sisi keperdataan. Kemudian dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka konseptual yang meliputi metode pendekatan, spesifikasi penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini dijelaskan mengenai Tinjauan Umum tentang Asuransi, Tinjauan Umum tentang Asuransi Kapal, Tinjauan umum tentang hukum perdata, Tinjauan Umum tentang Asuransi menurut hukum Islam.

BAB III: Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Pada bab ketiga ini berisi analisis Tanggung jawab PT Asuransi Central Asia (ACA) dalam hukum perjanjian pengangkutan laut di Indonesia dan analisis Tanggung jawab PT Asuransi Central Asia (ACA) dalam Hukum Perdata Indonesia

BAB IV: Penutup

Kesimpulan dan Saran.

(32)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Asuransi 1. Pengertian Asuransi

Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda, dengan artian dan penyebutannya yatiu verzekering yang berarti Pertanggungan. Berawal dari istilah assurantie dengan munculnya istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung22

Keberadaan hukum asuransi di Indonesia berakar dari Kodifikas i Hukum Perdata (Code Civil) dan Hukum Dagang (Code de Commerce).

pada permulaan abad kesembilan belas semasa pemerintahan kaisar Napoleon di Perancis. Pada waktu itu, Hukum Dagang Belanda hanya memuat pasal-pasal mengenai asuransi laut sampai diundangkannya rancangan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wet Boek van Koophandel) tahun 1838 yang.memuat peraturan-peraturan mengena i asuransi kebakaran, asuransi hasil bumi dan asuransi jiwa. Sistem inila h yang juga dianut untuk Hindia Belanda dahulu yang sampai sekarang masih berlaku di Indonesia.

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-undangan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransia n

22 Muhammad Syakir, 2004, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional. Gema Insani Press. Jakarta. hlm. 26

(33)

21

berasal dari kata “asuransi” yang berarti Pertanggungan atu perlindunga n atas suatu obyek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.23 2. Tujuan dan Manfaat Asuransi

Tujuan asuransi / Pertanggungan ialah:

a) Apabila perusahaan / perorangan menderita suatu musibah yang telah ditentukan dalam persetujuan atau kejadian kerugian yang dideritanya maka ada yang akan menanggung.

b) Tanggung jawab perusahaan / perorangan itu kepada pihak ketiga seolah-oleh dipikulkan kepada pihak Penanggung.

Dengan demikian, maka tujuan pokoknya ialah untuk memperkecil risiko yang harus dihadapi Tertanggung apabila terjadi peristiwa yang merugikan Tertanggung (perusahaan/perorangan). Atau dengan lain perkataan, tujuan hukum dan tujuan ekonominya adalah pembagian risiko atau pemindahan risiko.24

Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi Tertanggung, antara lain:

a) Rasa aman dan perlindungan Polis asuransi yang dimiliki oleh Tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar- benar terjadi, pihak Tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian

23 Abdulkadir Muhammad, Huk um Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999., hlm.5

24 Kansil, C.S.T, Prof. Dr. SH, Christine S.T Kansil, S.H, M.H, Pok ok -Pok ok Pengetahuan Huk um Dagang Indonesia, (Jakarta; Sinar Grafika, 2002), hlm. 179

(34)

22

sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara Tertanggung dan Penanggung.

b) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentuka n nilai Pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat factor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai Pertanggungan, pihak Penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai Pertanggungan semakin besar pula nilai premi periodik yang harus dibayar oleh Tertanggung.

c) Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperole h kredit.

d) Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.

Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak Penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).

e) Alat penyebaran risiko.

Risiko yang seharusnya ditanggung oleh Tertanggung ikut dibebankan juga pada Penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai Pertanggungan.

f) Membantu meningkatkan kegiatan usaha.

(35)

23

Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain sebagainya)

3. Dasar Hukum Asuransi

a) Menurut Ketentuan Nasional

Landasan hukum asuransi ada pada Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang). KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) merupakan pelengkap dari Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014. Karena pada KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) terkait masalah perasuransian tidak dijelaskan secara rinci terutama terkait dengan asuransi jiwa. Perasuransian pada KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) diatur dalam Bab IX.

Berdasarkan ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, asuransi adalah:

“Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen.”

Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menyebutkan bahwa :

(36)

24

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

1) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau 2) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya

tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”

Beralaskan dari pengertian yang dimaksud, dapat diuraikan unsur asuransi dan Pertanggungan yaitu:25

1) Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

2) Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus

25 Khotibul Umam, 2013, Memahami dan Memilih Produk Asuransi. Penerbit Medpress Digital. Yogyakarta. hlm. 6

(37)

25

atau secara berangsur–angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tentu.

3) Suatu peristiwa (accident) kejadian yang tidak menentu (tidak diketahui sebelumnya).

4) Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengala m i kerugian dari peristiwa yang tidak tentu.

b) Menurut Ketentuan Internasional Marine Insurance Act 1906.

(MIA 1906) Marine Insurance Act 1906 merupakan hukum asuransi maritim Inggris yang digunakan sebagian masyarakat pelayaran dalam melaksanakan perjanjian asuransinya.26

4. Prinsip-Prinsip Asuransi

Prinsip-prinsip yang terdapat dalam hukum asuransi antara lain.27 a) Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan atau di

Pertanggungkan (Insurable Interest).

Prinsip ini dapat dijabarkan dalam Pasal 250 KUHD yang menentukan bahwa:

“Apabila seorang yang telah mengadakan Pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu Pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang diPertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.”

26 Bambang Sumali, Eka Budi Tjahjono, Sukiman, 2018, Asuransi Maritim. Maritim Djangk ar. Jakarta, hlm.15-16

27 H. Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, 2010, “Huk um Asuransi: Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito dan Usaha Perasuransian. Alumni, Bandung, hlm. 5

(38)

26

Maka ketentuan tersebut mensyaratkan adanya kepentinga n atas perjanjian asuransi dengan akibat batalnya jika tidak ada pemenuhan. Dikarenakan pada penanggung, tidak diwajibkan memberikan ganti rugi.

Pasal 268 KUHD mengenai persyaratan kepentingan yang dapat diasuransikan, memiliki makna yang tidak luas, karena harus dapat dinilai dengan uang. Hal tersebut, contohnya pada hubunga n kekeluargaan, jiwa, istri, anak dan lain-lain.28

b) Prinsip Iktikad Baik (Utmost Good Faith)

Pada perjanjian asuransi, unsur keyakinan kedua pihak sangat krusial. Penanggung yakin jika tertanggung akan memberikan keseluruhan keterangan dengan kejujuran, dilain pihak, juga yakin jika fenomena penanggung akan membayar ganti kerugian, dengan keyakinan yang menjadi dasar yang baik. Prinsip tersebut, pelaksanaannya, sesuai dengan Pasal 1338 ayat 3 BW termasuk dalam perjanjian asuransi.29

c) Prinsip Keseimbangan (Indemnity Principle)

Asuransi sebagaimana dapat disimpulkan dari pasal 246 KUHD merupakan perjanjian penggantian kerugian. Dalam artian penggantian kerugian harus seimbang, dengan yang dideritanya. Hal tersebut dinamakan prinsip keseimbangan

28 Ibid., hlm. 55

29 Ibid., hlm. 56

(39)

27

Dalam KUHD tidak ada pasal yang menyebutkan tentang prinsip keseimbangan. Namun, ada juga pasal-pasal yang mengandung pengertian dari prinsip tersebut, salah satu contoh adalah Pasal 252 KUHD yang menentukan bahwa:

“Kecuali yang disebutkan dalam ketentuan–ketentuan undang–undang, maka tak bolehlah diadakan suatu Pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sudah diPertanggungkan untuk harganya penuh demikian itu atas ancaman batalnya Pertanggungan ke dua tersebut.”

Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik garis besarnya, apabila asuransi terancam batal, maka diadakan asuransi yang kedua atas suatu kepentingan yang telah diasuransikan dengan nilai penuh, pada saat perjanjian asuransi yang kedua itu diadakan.

d) Prinsip Subrogasi (Subrogation Principle)

Jika sebuah fenomena yang tidak diinginkan terjadi pada saat perjanjian terjadi, maka tertanggung bisa melakukan penuntuta n ganti kerugian. Namun, jika kerugian itu berakibat dari pihak ketiga, dengan penuntutan dua sumber. Pertama, dari penanggung dan pihak ketiga yang menyebabkan kerugian. Hal tersebut jelas bersebrangan dengan asas perjanjian itu sendiri, dengan

(40)

28

larangannya, sebaliknya, jika pihak ketiga dibebaskan, akan menyebabkan kerugian dan tidak adanya keadilan.30

e) Prinsip Sebab-Akibat (Causalitiet Principle)

Munculnya kewajiban pada penanggung menggant i kerugian apabila penyebab kerugian disebutkan dalam polis, namun tidak mudah untuk menentukan suatu peristiwa itu merupakan sebab timbulnya kerugian yang dijamin dalam polis.

f) Prinsip Kontribusi

Jika pada satu polis yang disetujui oleh beberapa penanggung, dengan masing- masingnya menurut imbanga n, penjumlahan mana kesepakatan tersebut, dengan harga yang sesungguhnya dari kerugian diderita tertanggung.31

Asuransi tidak lepas dari adanya suatu perjanjian. Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian asuransi. Disamping itu, karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian yang secara umum pengertian perjanjian adalah sebagai berikut:32

1) Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatka n dirinya terhadap satu orang atau lebih.

30 Ibid, hlm. 60

31 Ibid., hlm. 63

32 Sri Rejeki Hartono, “Huk um Asuransi dan Perusahaan Asuransi”, Ctk. Sinar Grafika, Jakarta, 1992, Hlm. 82

(41)

29

2) Suatu hubungan hukum antara pihak, atas dasar mana pihak yang satu (yang berpiutang/kreditor) berhak untuk suatu prestasi dari yang lain (yang berhubungan/debitor) yang juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi.

Mengingat arti pentingnya perjanjian asuransi sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai suatu perjanjian yang memberikan proteksi, maka perjanjian ini sebenarnya menawarkan suatu kepastian dari suatu ketidakpastian mengenai kerugian-kerugian ekonomis yang mungk in diderita karena suatu peristiwa yang belum pasti. Jadi, perjanjian asuransi itu diadakan dengan maksud untuk memperoleh suatu kepastian atas kembalinya keadaan (ekonomi) sesuai dengan semula sebelum terjadi peristiwa.33

Perusahaan asuransi sebagai salah satu pihak dalam perjanjian asuransi mempunyi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Hak yang dimiliki oleh perusahaan asuransi adalah hak untuk mendapatkan pembayaran polis asuransi yang dibayarkan oleh pihak tertanggung dan jumlahnya telah perjanjikan sebelumnya yang kemudian tertuang dalam polis asuransi. Perusahaan asuransi juga mempunyai kewajiban antara lain:34

33 Ibid., hlm 83

34 Dudi Badruzaman, Perlindungan Hukum Tertanggung Dalam Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa, Jurnal Ek onomi dan Keuangan Syariah, Vol 3, No 1 (2019)

(42)

30 1) Tidak melakukan diskriminasi

Terkadang ada perusahaan-perusahaan asuransi yang melakukan diskriminasi berdasarkan konsumen yang sudah menjadi konsumen mereka dan yang potensial menjadi konsumen mereka.

Memang perusahaan asuransi berhak untuk menghent ika n perlindungan mereka berdasarkan banyak hal, namun demikia n seharusnya tidak karena hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum, ini termasuk menolak konsumen potensial yang kemungk ina n gagal melakukan pemabayaran karena asumsi-asumsi tertentu.

Jangan melakukan asumsi, namun jika semua sudah berdasarkan data yang dimiliki, maka konsumen harus mendapatkan apa yang telah menjadi haknya dan apa yang tidak seharusnya mereka dapatkan.

2) Melakukan pembayaran klaim asuransi

Tujuan utama pihak tertanggung menggunakan jasa asuransi adalah untuk mendapatkan klaim asuransi dari perusahaan asuransi sejumlah kerugian yang didapatkan oleh pihak tertanggung.

5. Polis Asuransi

Setiap perjanjian asuransi yang dibuat antara Penanggung dan Tertanggung pasti mempunyai polis asuransi. Kegiatan utama dari perusahaan asuransi adalah melakukan penanggungan terhadap peristiwa yang belum pasti. Dalam hal ini perusahaan asuransi memberikan janji-

(43)

31

janji yang dicantumkan dalam suatu kontrak yang dikenal dengan istila h polis. Dalam polis tersebut dapat memuat mengenai syarat-syarat pembayaran klaim, kapan perusahaan asuransi membayar yang akan ditanggung dan jumlah yang akan dibayar. Dalam hal ini bentuk polis antara perusahaan asuransi satu dengan yang lainnya akan berbeda karena bentuk perjanjian tersebut asasnya adalah kebebasan bertindak antara kedua belah pihak untuk membuat suatu perjanjian.35

Masalah pembuatan kontrak asuransi bukan hanya membuat konsep instrumen hukum. Penyusunan dokumen itu didahului oleh analisis yang intensi terhadap perekonomian dan pertimbangan-pertimbangan teknis untuk menentukan bukan saja apa jenis asuransi yang hendak dicantumkan, tetapi juga tarif serta pembatas-pembatasannya. Secara teknis, hal tersebut disebut dengan “keputusan underwriting” dan harus dibuat oleh spesialis-spesialis seperti insinyur, ahli statistik, dokter, ahli cuaca, dan ahli ekonomi.36

Bagi rata-rata pemegang polis, kontrak asuransi tampak panjang dan rumit. Kerumitan ini terutama disebabkan oleh susunan kalimatnya yang khas mengikuti bahasa yang lazim dalam bidang hukum. Secara praktis kunci untuk memahami suatu polis adalah melakukan analisis mengena i perjanjian Pertanggungan yang lazim, pembatasan-pembatasnya,

35 Erlina B, Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan Bermotor, Jurnal Pranata Huk um, Vol 5, No 2 (2010)

36 Choliq Subekti, Penerapan Hukum Kontrak Pada Usaha Asuransi Syari’ah Menurut Fiqih Mu’amalah (Studi Di Pt Asuransi Takâful Keluarga Cabang Malang), Jurnal of Islamic Legal Studies. Vol. 7 No. 1 (2011)

(44)

32

pengecualian-pengecualiannya, dan syarat-syarat. Pada umumnya analisis itu akan mengungkapkan bahwa polis asuransi tidaklah membingungka n seperti dugaan semula.37

Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Polis memegang peranan penting dalam menjaga konsistensi Pertanggung jawaban baik pihak Penanggung maupun Tertanggung. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum.

Dengan memiliki polis asuransi tersebut maka pihak Tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak Penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh Tertanggung akibat peristiwa yang tidak terduga. Polis tersebut merupakan bukti otentik yang dapat digunakan oleh Tertanggung untuk mengajukan klaim apabila pihak Penanggung mengabaikan Tanggung jawabnya. Penggantian finansial dari Penanggung akan sangat bermanfaat untuk mengembalikan Tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian dan menghindarka n Tertanggung dari kebangkrutan. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada Penanggung.

Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Nomor polis

b) Nama dan alamat Tertanggung

37 Pramukti, Angger Sigit, S.H & Andre Budiman Panjaitan, Pok ok -Pok ok Huk um Asuransi, PT. Pustala Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm. 35

(45)

33 c) Uraian risiko

d) Jumlah Pertanggungan

e) Jangka waktu Pertanggungan

f) Besar premi, bea materai, dan lain-lain g) Bahaya-bahaya yang dijaminkan

h) Khusus untuk polis Pertanggungan kendaraan bermotor (asuransi kerugian) ditambah dengan nomor polisi, nomor rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan.38

6. Risiko

Pengertian risiko secara umum adalah kemungkinan terjadinya hal- hal yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang kerugian ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Hal-hal yang dapat menimbulkan ketidakpastian tersebut antara lain ketidakpastia n ekonomis, ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, ketidakpastia n terjadinya perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.

Dalam usaha perasuransian, sudah dilakukan pemilahan risiko.

Pemilahan ini dimaksudkan agar dapat dilakukan secara tepat identifikas i terhadap risiko yang akan diangkat dalam perjanjian asuransi. Dengan dilakukan identifikasi secara tepat, pihak Penanggung dapat melakuka n

38 Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru, Op. Cit, hlm. 182

(46)

34

perhitungan atau estimasi yang tepat sehingga tidak merugikan pihak Penanggung maupun pihak Tertanggung.39

Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan kehidupan perekonomian di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut minimal adal 5 (lima) cara yang dapat dilakukan, antara lain:

a) Menghindari risiko (risk avoidance)

Orang yang bersangkutan perlu mempertimbangkan risiko yang mungkin muncul dari aktivitas yang akan dilakukan. Setelah mengidentifikasikan risiko, orang dapat meneruskan kegiatannya dapat juga menarik diri dari kegiatan yang akan dilakukan. Dengan cara menarik diri, sebenarnya orang tersebut sudah menghind ar i risiko.

b) Mengurangi risiko (risk reduction)

Mengurangi risiko berarti mengambil tindakan yang bersifat meminimalisasi kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Mengurangi risiko dapat berarti mengurangi peluang terjadinya atau mengura ngi jumlah kerugian yang mungkin terjadi.

c) Menahan risiko (risk retention)

Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut dapat ditahan karena secara ekonomis

39 Ibid, hlm. 179

Referensi

Dokumen terkait

Komitmen perusahaan untuk memenuhi perjanjian perlindungan asuransi syariah kepada peserta yang diasuransikan dan/atau pemegang polis telah menjadi filosofi perusahaan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian juga memberikan defenisi dari asuransi yaitu perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis,

40 tahun 2014 tentang perasuransian menyatakan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua belah pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar

Akibat hukumnya diantaranya adalah berakhirnya perjanjian asuransi antara kedua pihak, perusahaan asuransi mempunyai utang yang harus dibayarkan kepada pemegang

Berdasarkan UU No 40 Tahun 2014 yang dimaksudkan dengan asuransi adalah adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar

Asuransi Penyingkiran Kerangka Kapal termasuk Tanggung Jawab Polusi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerima

Dengan demikian perjanjian yang semacam ini disebut perjanjian asuransi.2 Asuransi pertanggungan adalah perjanjian dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi

40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang dimaksud dengan asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi penerimaan