• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titis S. Pitana - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Titis S. Pitana - Spada UNS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HIPERSEMIOTIKA

Titis S. Pitana

(2)

Umberto Eco yang menulis tentang teori semiotika ini mengatakan

bahwa semiotika “…pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang

mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie).”Definisi Eco cukup

mencengangkan banyak orang, secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta di dalam wacana semiotika, sehingga dusta tampaknya menjadi prinsip utama semiotika itu sendiri.

Semiotika (semiotics) adalah salah satu dari ilmu yang oleh beberapa ahli/pemikir dikaitkan dengan kedustaan, kebohongan, dan kepalsuan, sebuah teori dusta. Jadi, ada asumsi terhadap teori dusta ini serta beberapa teori lainnya yang sejenis, yang dijadikan sebagai titik berangkat dari sebuah kecenderungan semiotika, yang kemudian disebut juga sebagai hipersemiotika (hyper-semiotics).

(3)

Bila segala sesuatu yang dalam

terminologi semiotika disebut sebagai tanda (sign), semata alat untuk berdusta, maka setiap tanda akan selalu

mengandung muatan dusta; setiap makna (meaning) adalah dusta; setiap pengguna tanda adalah para pendusta;

setiap proses pertandaan (signification) adalah kedustaan. Umberto Eco

menjelaskan bahwa bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran (truth): ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk

“mengungkapkan” apa-apa. Dia berpikir definisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika umum.

(4)

Hipersemiotika tidak sekadar teori kedustaan, melainkan teori yang berkaitan dengan relasi-relasi lainnya yang lebih kompleks antara tanda, makna dan realitas, khususnya relasi

simulasi.

Hipersemiotika yang berarti melampaui batas semiotika merupakan sebuah kecenderungan yang berkembang pada beberapa pemikir, khususnya pemikir semiotika yang berupaya melampaui batas oposisi biner (prinsip pertentangan di antara dua istilah berseberangan dalam

strukturalisme, yang satu dianggap lebih superior dari yang lainnya:

maskulin/feminin. Barat/Timur, struktur perkembangan, fisika/meta- fisika, tanda/realitas dsb. Prinsip ini sangat sentral dalam pemikiran struktural mengenai semiotika, antara lain: perubahan dan transformasi,

sifat imanensi, perbedaan, permainan bahasa, simulai, dan

diskontinuitas.

(5)

Dunia hipersemiotika tidak dapat dipisahkan dari dunia hiperealitas

yang dilukiskan oleh

Baudrillard, sebuah dunia realitas yang dalam

konstruksinya tidak bisa

dilepaskan dari produksi dan permainan benas tanda-

tanda yang melampaui (hyper-sign), sebuah tanda yang melampaui prinsip, definisi, struktur, dan fungsinya sendiri.

Hiperealitas menciptakan

satu kondisi yang di

dalamnya kepalsuan berbaur

dengan keaslian; masa lalu

berbaur masa kini; fakta

bersimpang siur dengan

rekayasa; tanda melebur

dengan realitas; dusta

bersenyawa dengan

kebenaran. Kategori-

kategori kebenaran,

kepalsuan, keaslian, isu,

realitas seakan-akan

tidak berlaku lagi di

dalam dunia seperti itu.

(6)

Hipersemiotika

merupakan sebuah kecenderungan yang

melampaui semiotika konvensional

(khususnya semiotika struktural), yang

beroperasi dalam sebuah kebudayaan yang di dalamnya dusta, kepalsuan, kesemuan, kedangkalan, imanensi, permainan, artifisialitas, superlativitas dirayakan sebagai spirit utamanya; dan sebaliknya kebenaran, ontentisitas, kedalaman, transendensi, metafisika ditolak sebagai penghambat kreativitas dan produktivitas budaya. Sedangkan

postmodernisme

merupakan

sebuah kecenderungan seni, sastra, arsitektur, media dan budaya pada umumnya, yang merupakan sebuah ruang tempat tumbuh subur serta

membiaknya dengan tanpa batas dan pembatas berbagai bentuk hyper-sign di atas.

Postmodernisme adalah sebuah ruang hidup bagi

kecenderungan hipersemiotika

, yang di dalamnya berbagai hyper- sign dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya komoditi dan budaya konsumerisme kapitalisme.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

Referensi

Dokumen terkait

Ada kecenderungan pada semiotika struktural untuk melihat relasi antara sistem tanda dan penggunaannya secara sosial sebagai sebuah continuum , yaitu sebuah relasi

Aspek Pemasaran • Aspek pemasaran perlu diperhatikan dalam sebuah perencanaan usaha untuk mengetahui seberapa besar peluang pasar bagi produk yang akan ditawarkan.. Ada beberapa hal

Contohnya: Bekerja dengan Tuple Beberapa perintah yang dapat digunakan pada sebuah tuple adalah seperti pada Tabel 8.1 Tabel 8.1 Beberapa functions yang bisa diberikan pada tuple

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan

Meskipun lemak terse dia sebagai sumber e nergi, penggunaan nya sebag ai sumber energi ter batas karena beberapa fakt or : 1.Lemak dicerna lambat dalam lambung, yang memperpanjang

• Menurut pandangan banyak orang, semua bagian merupakan fungsi dari keseluruhan, apa yang ada dalam diri manusia, maka segala aspek tingkah laku manusia, termasuk kecenderungan-

CIRI-CIRI RENCANA BISNIS YANG BAIK SCALE OF BUSINESS MEASURABLE TERUKUR ACHIEVABLE DAPAT DICAPAI RELIABLE DAPAT DIANDALKAN TIME SCALE BATAS WAKTU YANG DITENTUKAN SCALE OF

BM Air yang diperbolehkan atau batas maksimum yang diperbolehkan adalah batas atas maksimum kandungan suatu zat yang diperkenankan ada dalam air karena apabila batas tersebut dilampaui