• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAWARAN UANG Ekonomi Moneter II

N/A
N/A
Tesalonika Pasaribu

Academic year: 2023

Membagikan "PENAWARAN UANG Ekonomi Moneter II"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama / NIM : Tesalonika Pasaribu 12020121130092 Tio Atmaji Galib 120201211301132) Mata Kuliah : Ekonomi Moneter II

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Fransiscus Xaverius Sugiyanto, M.S.

PENAWARAN UANG

Uang primer, uang kartal, kuasi dan variabel yang mempengaruhi 1. uang kartal/inti

Uang kartal/inti adalah uang tunai yang terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang tunai adalah uang yang ada di tangan masyarakat (di luar bank umum) dan siap dibelanjakan setiap saat, terutama untuk pembayaran-pembayaran dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Uang tunai tersebut juga sering disebut sebagai uang kartal. Di indonesia, uang kartal adalah uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Indonesia yang berfungsi sebagai otoritas moneter.

2. Uang giral adalah uang yang berada dalam rekening giro di bank umum. Rekening giro adalah suatu rekening simpanan di bank umum yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu. Mempunyai rekening giro sebenarnya sama dengan mempunyai uang tunai, bedanya adalah jika akan membayar dengan uang yang dilakukan cukup dengan memberikan uang tunai, sedangkan apabila melakukan pembayaran dari uang yang telah disimpan dalam rekening giro perlu menulis jumlah pembayaran yang diinginkan pada selembar cek.

3. uang primer (M0)

Kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia) terhadap sektor swasta domestik dan bank umum, yang berupa uang kertas dan uang logam yang berada di luar Bank Indonesia serta simpanan giro bank umum dan masyarakat di Bank Indonesia.

4. Uang kuasi

Uang yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka disebut sebagai uang kuasi. Penarikan simpanan berupa tabungan dan deposito berjangka tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu. Oleh karena itu, pemilik rekening tabungan dan deposito berjangka untuk sementara tidak dapat melakukan pembayaran secara langsung karena harus menunggu sampai rekening tabungan dan deposito berjangka tersebut jatuh tempo.

Uang beredar dalam arti sempit (M1) didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal ( C) dan uang giral (D)

(2)

Uang beredar dalam arti luas yang sering disebut sebagai likuiditas perekonomian (M2) didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (T). dengan kata lain M2 adalah M1 ditambah dengan uang kuasi (T)

Faktor yang mempengaruhi uang primer

Perlu diketahui terlebih dahulu Neraca Otoritas Moneter.

Secara garis besar, sisi pasiva (kewajiban) neraca otoritas moneter memuat komponen-komponen uang primer, yang terdiri dari (i) uang kartal yang beredar di masyarakat maupun uang kartal yang ada di kas bank umum dan saldo rekening giro atau cadangan milik bank umum dan masyarakat di bank Indonesia

Sementara itu sisi aktiva (kekayaan) neraca otoritas moneter memuat sumber atau faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan uang primer yaitu:

i) Aktiva Luar Negeri Bersih (net foreign assets)

Faktor atau sumber ini antara lain timbul sebagai akibat terjadinya transaksi luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah, misalnya penarikan atau pelunasan pinjaman luar negeri.

ii) Aktiva Dalam Negeri Bersih (net domestic assets)

Faktor ini bersumber dari transaksi dalam bentuk mata uang domestik yang dilakukan oleh pemerintah, sektor swasta domestik, dan bank umum. Transaksi oleh pemerintah antara lain berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang tercermin dalam APBN.

sementara itu, tagihan kepada sektor swasta domestik dan bank umum antara lain berkaitan dengan pemberian bantuan likuiditas dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagai lender of last resort.

(3)

iii) Aktiva Lainnya Bersih (net other items)

Faktor atau sumber ini merupakan pos yang disediakan untuk menampung berbagai pos yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok yang telah disebutkan sebelumnya.

Rasio-rasio Moneter : Velocity of Money, Multiplier Uang dan Komponennya Velocity of Money

Velocity of Money (Kecepatan Uang) adalah salah satu rasio moneter yang mengukur seberapa sering uang beredar dalam suatu ekonomi dalam jangka waktu tertentu. Rasio ini menggambarkan hubungan antara jumlah uang yang beredar (M1, M2, atau M3) dan tingkat aktivitas ekonomi. Rasio kecepatan uang dinyatakan dalam persamaan sederhana sebagai berikut:

V=PY/M Di mana:

- V adalah Velocity of Money.

- P adalah harga rata-rata barang dan jasa dalam ekonomi (indeks harga).

- Y adalah tingkat output atau pendapatan nasional (GDP riil).

- M adalah jumlah uang yang beredar dalam ekonomi.

Penjelasan singkat tentang komponen-komponennya:

1. Harga (P): Ini adalah indeks harga yang mencerminkan tingkat inflasi dalam ekonomi.

Semakin tinggi inflasi, semakin sering uang beredar.

2. Output atau Pendapatan Nasional (Y): Ini mengacu pada total produksi atau pendapatan yang dihasilkan oleh ekonomi dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat output atau pendapatan nasional, semakin sering uang digunakan dalam transaksi ekonomi.

3. Jumlah Uang (M): Ini adalah jumlah uang yang beredar dalam ekonomi pada suatu waktu tertentu. Ini termasuk uang tunai, uang giral dalam rekening bank, dan sebagainya.

Velocity of Money dapat berubah dari waktu ke waktu tergantung pada faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, preferensi berinvestasi, dan perubahan dalam perilaku ekonomi. Pemahaman tentang Velocity of Money penting dalam analisis ekonomi karena dapat membantu mengidentifikasi seberapa efisien uang digunakan dalam transaksi ekonomi dan bagaimana perubahan dalam faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

(4)

Multiplier Uang

Bank umum memiliki kemampuan dalam menciptakan uang melalui uang primer yang dikeluarkan oleh Bank Sentral. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui konsep angka pengganda uang atau money multiplier. Angka pengganda uang (money multiplier) adalah bagian dari proses penciptaan uang oleh bank umum. Menurut Mishkin (2009), angka pengganda uang itu merupakan rasio antara perubahan jumlah uang beredar dan perubahan uang primer, yang juga disebut monetary base. Pelaku utama sistem moneter yakni otoritas moneter dalam hal ini yaitu Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia, bank umum dan masyarakat atau sektor domestik. Ketiga pelaku tersebut menyediakanpenawaran uang untuk memenuhi permintaan uang di masyarakat. Aktivitas finansial dari ketiga pelaku ekonomi memberikan pengaruh terhadap jumlah uang beredar melalui angka pengganda uang. Pada akhirnya didapat suatu persamaan angka pengganda uang dimana terjadi efek penggandaan uang (m) dari monetary base (MB) terhadap jumlah uang beredar (M):

m = 1+𝑐/𝑟+𝑒+𝑐

Penggunaan konsep multiplier uang, dapat kita lihat bahwa ketika bank sentral atau sistem perbankan meningkatkan jumlah uang dasar (MB) atau menurunkan rasio cadangan (R), hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah uang yang beredar (M) secara keseluruhan dalam ekonomi. Ini dapat menjadi instrumen kebijakan yang digunakan oleh bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang dalam peredaran dan memengaruhi tingkat suku bunga serta aktivitas ekonomi.

Perkembangan JUB di Indonesia dan faktor yang mempengaruhi

Pada pertengahan abad ke-19, pada saat bank bank umum komersial baru pada tahap awal perkembangannya, simpanan dalam bentuk rekening giro (uang giral) masih baru dan hanya dikenal oleh orang-orang kaya atau pedagang saja; masyarakat luas belum mengenal dan menggunakannya. Pada waktu tersebut timbul perdebatan apakah simpanan dalam bentuk giro yang sebenarnya merupakan substitusi uang tunai tersebut dapat dikategorikan sebagai uang.

Pada waktu itu disepakati bahwa uang simpanan di bank tersebut tidak dapat dianggap sebagai uang.

dengan semakin berkembangnya kegiatan bank umum pada pertengahan pertama abad ke-20, terutama di Amerika, Inggris, dan Kanada, yang diikuti oleh berkembangnya kegiatan ekonomi, semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa-jasa bank umum. Pada waktu itu simpanan dalam bentuk giro (demand deposit) yang merupakan substitusi dari uang tunai, sebagaimana uang giral pada saat ini, mulai diakui sebagai uang beredar. Sejak saat itu mulai dikenal apa yang

(5)

sekarang merupakan konsep uang beredar dalam arti sempit, yang diberi simbol M1. Pada awal tahun 1960 mulai dikenal konsep uang beredar dalam arti luas atau yang dikenal sebagai M2, yaitu dengan menambahkan uang kuasi yang terdiri dari simpanan berjangka di bank terhadap definisi uang dalam arti sempit (M1). 22

Salah satu isu yang juga terjadi dalam perekonomian Indonesia adalah mengenai keberadaan simpanan tabungan (savings deposits) dalam M2, padahal, sebagaimana diketahui, kebanyakan tabungan yang ditawarkan oleh perbankan dewasa ini adalah jenis tabungan yang dapat ditarik Sewaktu-waktu. Ditambah dengan kemudahan pelayanan melalui penggunaan kartu ATM, sifat simpanan tabungan dinilai sama dengan simpanan giral, bahkan hampir sama dengan uang tunai.

Dengan demikian, simpanan tabungan jenis tersebut seharusnya digolongkan ke dalam jenis uang M1, bukan M2.

Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian uang beredar telah berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di sektor keuangan dan perbankan. Seperti yang telah diketahui, menjelang akhir abad ke-20 sektor keuangan dan perbankan telah berkembang sangat pesat. Keadaan tersebut terutama juga ditunjang oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir. Dengan perkembangan tersebut, telah berkembang produk-produk baru di bidang keuangan dan perbankan, seperti credit cards, debit cards, dan internet banking. Dengan perkembangan tersebut, pengertian uang beredar tentunya juga akan mengalami perubahan. Hal ini tentunya dimaksudkan secara tidak langsung untuk menampung keragaman transaksi keuangan masyarakat. Seperti telah dicontohkan sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat dalam menghitung jumlah uang beredar tidak hanya menggunakan jenis pengelompokan M1 dan M2 saja, namun juga M3. Inggris menggunakan jenis pengelompokan M1, M2, dan M4. Sementara itu, Kanada menggunakan jenis pengelompokan yang lebih rinci lagi, yaitu M1, M2, M2+,

adjusted M2+, dan M3

Faktor yang mempengaruhi JUB

(i) Faktor-faktor yang mempengaruhi angka pelipat ganda uang

Faktor-faktor ini tidak lain adalah faktor-faktor yang mempengaruhi determinan uang primer itu sendiri (c, t, dan r), yaitu antara lain biaya penggunaan uang giral, kenyaman dan keamanan, biaya relatif (opportunity cost) — yaitu suku bunga, pendapatan masyarakat, kemajuan layanan sektor perbankan, ketentuan otoritas moneter, dan keperluan bank akan likuditas jangka pendek.

(ii) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan uang primer

Faktor-faktor ini terkait dengan perubahan transaksi keuangan oleh masyarakat yang tercermin pada pos-pos Neraca Otoritas Moneter, baik dari sisi penggunaan uang primer (uang kartal dan

(6)

saldo giro/cadangan bank umum di bank sentral) maupun faktor yang mempengaruhi uang primer (aktiva luar negeri bersih, aktiva dalam negeri bersih, dan aktiva lainnya bersih).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian sangat penting bagi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk menetapkan sasaran uang primer apalagi jika tidak dapat diantisipasi

Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit yang pada gilirannya

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali,

Dalam system perekonomian modern uang telah bergeser fungsinya dari alat tukar menjadi komoditas, sehingga menjadikan uang lebih banyak beredar di pasar sekunder dari pada

Di dalam kehidupan masyarakat, jumlah uang yang beredar ditentukan oleh kebijakan dari bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang melalui kebijakan moneter ..

Otoritas moneter mempertahankan jumlah uang beredar pada tingkat konstan, maka akan mengakibatkan pendapatan nasional akan turun, karena kenaikan pajak akan mengurangi

Kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang tunai (kartal dan logam) pada masyarakat, tidak termasuk uang yang berada dalam kas bank maupun kas negara, ditambah dengan uang