• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Pertemuan 8 Mata Kuliah Akuntansi Keuangan I

N/A
N/A
Indriani Refa

Academic year: 2025

Membagikan "Tugas Pertemuan 8 Mata Kuliah Akuntansi Keuangan I"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Pertemuan 8

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan I Dosen Mata Kuliah : Maryati Rahayu, S.E., M.M

Disusun Oleh: Kelompok 9

1. Melda Cathrine 1914190046 2. Risya Yanita Riady 1914190048 3. Annisa Safira 1914190057 4. Ribka Rismawati 1914190060 5. Monica Audina 1914190061

Materi:

1. Inventories : Cost Basis (Persediaan : Harga Pokok)

2. Inventories : Additional Valuation (Persediaan : diluar Harga Pokok)

3. Aktiva Tetap : Akuisisi dan Disposisi Properti, Pabrik dan Peralatan

(2)

PENILAIAN PERSEDIAAN : PENDEKATAN DASAR BIAYA A. KLASIFIKASI DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis, atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu produk.

Sebuah perusahaan dagang, biasanya membeli barang dagangan berbentuk produk jual.

Perusahaan dagang melporkan biaya yang terkait dengan unit-unit yang belum terjual dan masih ada di tangan sebagai persediaan barang dagang. Hanya satu akun persediaan, persediaan barang dagang, yang mucul dalam laporan keuangan.

Sementara untuk perusahaan manufaktur memiliki tiga akun pada umumnya, yaitu persediaan bahan baku, yaitu biaya yang dibebankan terhadap barang maupun bahan baku yang terdapat di tangan tapi belum dialihkan ke proses produksi; persediaan barang dalam proses, yaitu biaya bahan baku untuk produk yang telah diproduksi namun belum selesai ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi ini; dan persediaan barang jadi yang siap dijual, yaitu produk jadi yang siap dijual.

Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang aktual merupakan hal yang sangat penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang apabila produk-produk yang dipesan oleh pelanggan tidak tersedia. Sehingga perusahaan harus selalu mengendalikan ketersediaan produk secara baik untuk membatasi biaya akibat banyaknya timbunan persediaan ataupun kekurangannya. Perusahaan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan persediaan tetap akurat, yaitu :

Sistem Perpetual

Sistem persediaan perpetual secara terus-menerus melacak perubahan akun persediaan.

Yaitu, semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi. Karakteristik utama dari sistem perpetual adalah sebagai berikut :

1. Pembelian barang dagang untuk dijual kembali atau pembelian bahan baku untuk proses produksi didebit ke akun persediaan.

2. Biaya angkut, retur pembelian, diskon pembelian dan pengurangan harga lainnya, didebit ke akun persediaan.

3. Harga pokok penjualan dicatait untuk setiap penjualan dengan mendebit akun harga pokok penjualan, dan mengkredit persediaan.

4. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu menunjukkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan.

Sistem Periodik

Menurut sistem persediaan periodik, seluruh pembelian persediaan selama satu periode dicatat dengan mendebit akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode

(3)

ditambahkan ke biaya persediaan on hand pada awal periode selanjutnya untuk menentukan total biaya barang yang siap dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang siap dijual dikurangi dengan persediaan akhir periode berjalan untuk menentukan harga pokok penjualan pada periode tersebut.

Jika yang digunakan adalah system persediaan perpetual dan terdapat perbedaan antara saldo persediaan perpetual dengan hasil perhitungan fisik, maka diperlukan suatu ayat jurnal terpisah untuk menyesuaikan akun persediaan perpetual.

B. MASALAH MENDASAR DALAM PENILAIAN PERSEDIAAN

Biaya semua barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan harus dialokasikan di antara barang yang terlah terjual atau digunakan dan barang yang masih ada di tangan. Biaya barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan untuk produksi adalah jumlah dari (1) biaya barang on hand pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau diproduksi selama satu siklus operasi. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara biaya barang on hand pada akhir periode dan biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan.

Beginning inventory $ 100,000

Purchases, net 800,000

Goods available for sale 900,000

Ending inventory 125,000

Cost of goods sold $ 775,000

| 1. Beginning inventory (100 units at $7 = 700)

|

2. Purchase 900 units at $7: |

|

Inventory 6,300 | Purchases 6,300

Accounts payable 6,300 | Accounts payable 6,300

|

3. Sale of 600 untis at $14: |

|

Accounts receivable 8,400 | Accounts receivable 8,400

Sales 8,400 | Sales 8,400

Cost of goods sold 4,200 |

Inventory 4,200 |

|

4. Adjusting entries (ending inventory = 400 units @ $7 = $2,800)

|

No Entry Necessary | Inventory 2,100

| Cost of goods sold 4,200

| Purchases 6,300

vs .

Periodic System

Perpetual System

(4)

Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penentuan atas:

1. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan.

2. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan.

3. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi.

1. Barang Fisik yang Harus Dimasukkan dalam Persediaan

Pembelian harus dicatat ketika hak legal atas barang berpindah ke pembeli. Namun biasanya, pencatatan pembelian pada saat barang diterima, karena sulit bagi pembeli untuk menentukan secara pasti kapan hak legal berpindah untuk setiap pembelian.

a. Barang dalam Perjalanan

Jika barang dikirimkan atas dasar FOB shipping point, maka hak kepemilikan berpindah ke tangan pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan jasa pengangkut, yang bertindak sebagai agen atau pembeli. Jika barang dikirimkan atas dasar FOB destination, maka hak kepemilikan belum berpindah sebelum pembeli menerima barang dari perusahaan jasa pengangkut.

Secara teknis, barang yang hak legalnya telah berpindah ke pembeli harus dicatat sebagai pembelian pada periode fiskal. Barang yang dikirimkan atas dasar FOB shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperlihatkan dalam catatan pembeli. Hak legal atas barang ini berpindah ke pembeli pada saat barang dikirimkan.

b. Barang Konsinyasi

Metode ini menjelaskan bahwa terjadi kesepakatan antara perusahaan yang mengirimkan barang dagang ke sebuah agen dalam menjual barang konsinyasi tersebut.

Agen tersebut menyetujui untuk menerima barang tanpa kewajiban apapun selain melindungi dari kehilangan atau kerusakan, sampai barang terjual kepada pihak ketiga atau pembeli. Ketika agen menjual barang, pendapatan dikurangi komisi penjualan dan beban penjualan diserahkan kepada perusahaan. Barang yang telah diserahkan kepada agen, tetap menjadi property perusahaan dan dimasukkan dalam persediaan perusahaan pada harga beli atau biaya produksi. Sementara agen tidak membuat ayat jurnal pada akun persediaan untuk barang konsinyasi yang diterima karena barang tersebut merupakan milik perusahaan.

c. Perjanjian Penjualan Khusus

Seringkali transfer hak legal kepemilikan dan substansi yang mendasari transaksi tidak cocok. Bisa saja hak legal telah berpindah ke pembeli tetapi penjual barang tetapn menanggung resiko kepemilikan. Sebaliknya, transfer hak legal mungkin belum terjadi, tetapi substansi ekonomi dari transaksi itu menyiratkan bahwa resiko kepemilikan telah berpindah ke pembeli. Tiga situasi penjualan khusus yang sering ditemukan adalah sebagai berikut:

(5)

- Penjualan dengan perjanjian beli kembali

Inti dari transaksi ini adalah bahwa pihak pertama membiayai persediaannya dan mempertahankan risiko kepemilikan, sekalipun hak legal atas barang secara teknis telah berpindah kepada pihak kedua akibat penjualan. Keuntungan yang diterima pihak pertama adalah terhindar dari pajak property pribadi, dan terhapusnya kewajiban lancar dari neraca. Sementara bagi pihak kedua, pembelian barang bisa melakukan perjanjian respirokal di masa depan.

- Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi

Industri-industri yang memiliki perjanjian formal atau informal yang memungkinkan persediaan dikembalikan dengan menerima seluruh atau sebagian uang yang telah dibayarkan. Salah satu alternative melaporkan transaksi penjualan tersebut adalah mencatat penjualan dengan nilai penuh dan kemudian mencatat penjualan sampai kondisinya menunjukkan jumlah persediaan yang akan dikembalikan oleh pembeli.

Ketika jumlah retur dapat diestimasi secara memadai, maka barang dapat dipandang telah dijual. Sebaliknya, jika jumlah retur tidak dapat diramalkan, maka penghapusan barang ini dari persediaan penjual tidaklah tepat.

- Penjualan cicilan

Barang yang dijual secara cicilan menjelaskan bahwa setiap jenis penjualan yang pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena resiko kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan dibandingkan dengan transaksi penjualan lain, maka penjualan biasanya menahan hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Barang harus dihapus dari persediaan penjual jika persentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara memadai.

d. Pengaruh Kesalahan Persediaan

Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak tepat ketika penentuan harga pokok penjualan akibat kesalahan penyajin persediaan akan menyebabkan laporan keuangan tidak sesuai. Kesalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

- Salah saji persediaan akhir

Jika persediaan akhir kurang saji, maka modal kerja dan rasio lancar kurang saji. Jika harga pokok penjualan lebih saji, maka laba bersih kurang saji.

(6)

Pengaruh kesalahan-kesalahan ini dapat menurunkan laba bersih pada periode berjalan, dan meningkatkan laba bersih pada periode selanjutnya. Kesalahan tersebut akan dioffset pada periode berikutnya karena persediaan awal akan kurang saji, dan laba bersih akan lebih saji.

- Salah saji pembelian dan persediaan

Kesalahan ini adalah barang tertentu perusahaan tidak dicatat sebagai pembelian dan tidak diperhitungkan dalam persediaan akhir. Pengaruh dari kesalahan ini terhadap laporan keuangan adalah seperti berikut :

Kesalahan dalam pencantuman barang dari pembelian dan persediaan akan menyebabkan persediaan dan hutang usaha kurang saji dalam neraca serta pembelian dan persediaan akhir periode akan kurang saji dalam laporan laba rugi. Namun, laba bersih untuk periode berjalan tidak dipengaruhi oleh pengabaian seperti itu, karena pembelian dan persediaan akhir sama-sama kurang saji dengan jumlah yang sama.

Kesalahan tersebut kemudian akan saling mengoffset dalam harga pokok penjualan.

Modal kerja juga tidak berubah, tetapi rasio lancar akan lebih saji karena persediaan dan utang usaha kurang saji dengan jumlah yang sama.

C. BIAYA-BIAYA YANG HARUS DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN

Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. Pembelian persediaan, seperti aktiva lain, umumnya diperhitungkan atas dasar biaya-biaya berikut :

1. Biaya Produk

Biaya produk adalah biaya-biaya yang melekat pada persediaan dan dicatat pada akun persediaan. Biaya-biaya tersebut berkaitan langsung dengan perpindahan barang ke pembeli dan pengubahan barang tersebut yang siap jual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual.

2. Biaya Periode

Biaya periode merupakan biaya-biaya yang terkait secara tidak langsung dengan akuisisi atau produksi barang. Biaya-biaya periode seperti beban umum sertaadministrasi tidak dianggap sebagai bagian dari biaya persediaan. Namun,

(7)

konsepnya, beban ini merupakan biaya dari produk seperti harga beli awal dan biaya angkut. Beban penjualan secara umum dianggap lebih berhubungan dengan harga pokok penjualan daripada dengan persediaan yang belum terjual. Pada umumnya, biaya tersebut terutama beban administrasi tidak berhubungan secara lansung dengan proses produksi.

Biaya periode lainnya adalah biaya bunga. Biaya bunga terkait dengan penyiapan persediaan agar siap dijual harus dibebankan pada saat dikeluarkan. Biaya bunga dapat dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu sebagai biaya pembiayaan dan sebagai biaya untuk membiayai aktivitas yang terkait dengan penciptaan dan pengangkutan persediaan ke kondisi serta lokasi siap jual merupakan biaya aktiva seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead, sehingga harus dikapitalisasi.

3. Perlakuan atas Diskon Pembelian

Pemakaian akun diskon pembelian dalam system persediaan periodik menunjukkan bahwa perusahaan melaporkan pembelian dan utang usaha pada jumlah kotor. Jika perusahaan menggunakan metode kotor, maka diskon pembelian dilaporkan sebagai pengurang dari akun pembelian di laporan laba-rugi. Sedangkan pendekatan kedua adalah mencatat pembelian dan utang usaha pada jumlah bersih setelah diskon tunai. Pada pendekatan kedua ini, kegagalan untuk mengambil diskon pembelian selama periode diskon dicatat dalam akun diskon pembelian yang hilang. Jika perusahaan menggunakan metode bersih ini, diskon pembelian yang hilang harus dipandang sebagai beban keuangan dan dilaporkan dalam pos beban serta kerugian lain-lain pada laporan laba-rugi.

D. ASUMSI ARUS BIAYA YANG DIPAKAI

| Purchase cost $20,000, terms 2/10, net 30:

|

Purchases 20,000 | Purchases 19,600

Accounts payable 20,000 | Accounts payable 19,600

|

Invoices of $15,000 are paid within discount period:

|

Accounts payable 15,000 | Accounts payable 14,700

Purchase discounts 300 | Cash 14,700

Cash 14,700 |

| Invoices of $5,000 are paid after discount period:

|

Accounts payable 5,000 | Accounts payable 4,900

Cash 5,000 | Purchase discount lost 100

| Cash 5,000

vs .

Net Method

Gross Method

(8)

Sebetulnya, arus fisik baranga ktual dan asumsi arus biaya seringkali sangat berbeda.

Tidak ada keharusan bahwa konsisten dalam pemakaian asumsi biaya dengan pergerakan fisik barang. Tujuan utama dari pemakaian asumsi arus biaya ini adalah untuk memilih asumsi yang paling merefleksikan laba periodik, sesuai dengan kondisi yang berlaku.

Beginning inventory (2,000 x $4) $ 8,000 Purchases:

6,000 x $4.40 26,400

2,000 x 4.75 9,500

Goods available for sale $43,900

Identifikasi Khusus

Identifikasi khusus digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam akun persediaan. Seluruh biaya barang yang telah terjual dimasukkan ke dalam Harga Pokok Penjualan, sementara biaya barang khusus yang masih berada di tangan dimasukkan pada Persediaan. Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah item kecil berharga tinggi dan dapat dibedakan.

Contoh :

Asumsikan bahwa 6,000 unit persediaan PT. ADI JAYA terdiri dari 1,000 unit yang berasal dari pembelian tanggal 2 Maret, 3,000 unit dari pembelian tanggal 15 Maret, dan 2,000 unit dari pembelian tanggal 30 Maret. Hitung jumlah persediaan akhir dan harga pokok penjualannya!

Biaya Rata-rata

Metode biaya rata-rata menghitung harga item-item yang terdapat di dalam akun persediaan atas dasar biaya average barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.

Sebagai ilustrasi, PT. ADI JAYA menggunakan metode persediaan periodik, di mana

(9)

persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dihitung dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang:

Metode biaya rata-rata yang lain adalah metode rata-rata bergerak, yang digunakan dalam system persediaan perpetual.

First-In, First-Out (FIFO)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan dalam peruahaan manufaktur atau dijual dalam perusahaan dagang.

Maka dari itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang akan dibeli paling akhir.

Contoh: Asusmsikan bahwa PT. ADI JAYA menggunakan system persediaan periodik (jumlah persediaan hanya dihitung pada akhir bulan). Biaya persediaan akan dihitung dengan mengambil biaya dari pembelian paling terakhir dan dikerjakan kembali sampai semua unit dalam persediaan diperhitungkan.

(10)

Jika yang digunakan adalah metode perpetual, maka angka biaya dikaitkan dengan setiap penarikan barang. Kemudian biaya dari 4,000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret akan terdiri dari item-item yang dibeli pada tanggal 2 Maretdan 15 Maret.

Ringkasan Penilaian Persediaan Barang

Last-In, First-Out (Metode LIFO)

Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang terakhir dibeli atau diproduksi akan dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang-barang yang dibeli atau diproduksi pertama kali Metode LIFO ini mempunyai kelebihan:

1. Manfaat pajak

Pengguna LIFO dapat memberikan penangguhan sementara atas penerapan pajak penghasilan sehingga memungkinkan penghematan kas sepanjang tingkat harga terus meningkat dan kuantitas persediaan tidak menurun. Dengan penghematan kas

(11)

perusahaan dapat melunasi pinjaman, menurunkan biaya bunga atau berinventasi guna memperoleh pendapatan.

2. Pengukuran laba yang baik karena FIFO mengalokasikan gambaran laba yang cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menggunakan pengakuan keuntungan pemilik persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Laba inflasi yang menyesatkan cenderung tidak tampak sebagai bagian laba bersih bila metode LIFO digunakan

Metode LIFO mempunyai kelemahan:

1. Memperkecil laba

Penerapan harga terbaru terdapat pendapatan berjalan akan menghasilkan penurunan laba pada periode inflasi. Akibatnya bila pemakai laporan keuangan tidak paham bahwa laba yang rendah itu disebabkan penggunaan LIFO, maka harga pasar saham perusahaan akan memburuk.

2. Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca.

Alokasi biaya persediaan akan dilaporkan lebih rendah. Jika terjadi inflasi, nilai persediaan akan dilaporkan lebih rendah dari harga pasar atau nilai ganti periode berjalan.

3. Asumsi arus biaya tidak realistis.

Pembebanan harga pokok berdasarkan LIFO tidak dapat dijadikan alat untuk memperkirakan arus fisik barang dalam perusahaan. Jarang ditemukan dalam praktek penggunaan atau transfer barang yang benar-benar sesuai dengan LIFO.

Berikut ini adalah contoh perhitungan persediaan menurut metode LIFO:

a. Asumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan sistem periodik.

Tanggal Kuantitas (Q) Biaya per unit Total Biaya

02 Maret 2.000 $4,75 $ 8.000

15 Maret 4.000 4,40 17.600

Persediaan akhir 6.000 $25.600

Barang yang tersedia untuk dijual $ 43.900

Dikurang persediaan akhir 25.600

Harga pokok penjualan $ 18.300

b. Diasumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan perpetual

(12)

Jika menggunakan sistem perpetual setiap kali barang datang dijual atau dikeluarkan harus segera ditentukan dan dicatat.

SOAL Tanggal

Pembelian Penjualan Saldo

Kuantitas (Q)

Harga Total Kuantitas (Q)

Harga Total Kuantitas (Q)

Harga Total

02 Maret 2,000 $4,00 $ 8.000 2,000 $ 4.00 $ 8.00

2,000 $ 4.00 $ 8.00

05 Maret 6,000 $4,40 $ 26.400 6,000 $ 4.40 $ 26.40

8,000 $ 4.00 $ 42.40

19 Maret 4.000 4.40 17.600 2,000 $ 4.00 $ 8.00

2,000 $ 4.40 $ 8.80

4,000 $ 16.80

30 Maret 2.000 4.75 $ 9.500 2,000 $ 4.00 $ 8.00

2,000 $ 4.40 $ 8.80 2,000 $ 4.75 $ 9.50

6,000 $ 26.30

(13)

1. Jelaskan mengenai perbedaan antara sistem pencatatatn perpetual maupun periodik!

Jawab :

Sistem persediaan perpetual secara terus-menerus melacak perubahan akun persediaan.

Yaitu, semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi. Sedangkan Menurut sistem persediaan periodik, seluruh pembelian persediaan selama satu periode dicatat dengan mendebit akun pembelian.

Total akun pembelian pada akhir periode ditambahkan ke biaya persediaan on hand pada awal periode selanjutnya untuk menentukan total biaya barang yang siap dijual selama periode berjalan.

2. PT. Adi Jaya menggunakan sistem perpetual dalam pencatatan persediaan. Persediaan awalnya adalah 50 unit dan masing masing $34. Selama bulan juni, perusahaan membeli 150 unit masing-masing $34 dengan retur penjualan 6 unit dan terjual 125 unit seharga $50 per unit. Buatlah jurnal transaksi tersebut!

Jawab :

Inventory (150 X $34)... 5,100

Accounts Payable... 5,100 Accounts Payable (6 X $34) ... 204

Inventory... 204 Accounts Receivable (125 X $50)...6,250

Sales... 6,250 Cost of Goods Sold (125 X $34)...4,250

Inventory... 4,250

3. PT. Miftah Sport mempunyai informasi terkait dengan pembelian keperluan sepakbola, : harga beli : $45.000.000, biaya impor $375.000 , beban bunga $520,000, beban angkut $125.000,. Tentukan persediaan dari perusahaan tersebut!

Jawab :

Purchase price... $45,000,000 Import duties... 375,000 Transportation costs... 125,000 Cost of Inventory... $45,500,000

(14)

4. PT. Surya Abadi menggunakan sistem periodik untuk mencatat persediaannya. Selama bulan April, perusahaan menjual 600 unit, berikut adalah informasi yang tersedia.

UNIT BIAYA PER

UNIT

BIAYA TOTAL

PERSEDIAAN, ¼ 250 $10 $2,500

PEMBELIAN, 15/4

400 $12 $4,800

PEMBELIAN, 23/4

350 $13 $4,550

1,000 $11,850

Hitunglah persediaan pada 30 April dan HPP pada bulan April dengan metode rata – rata!

Jawab :

Weighted average cost per unit 11850

1000 = $ 11.85 Ending inventory 400 X $11.85 $ 4,740 Cost of goods available for sale 11,850 Deduct ending inventory 4,740 Cost of goods sold (600 X $11.85) $ 7,110

5. Berdasarkan data pada nomor 4, hitunglah persediaan dengan menggunakan metode FIFO!

Jawab :

April 23 350 X $13 $ 4,550

April 15 50 X $12 600

Ending inventory 5,150

Cost of goods available for sale 11,850 Deduct ending inventory 5,150 Cost of goods sold $ 6,700

(15)

PERSEDIAAN : DI LUAR HARGA POKOK Persediaan : Masalah Penilaian Tambahan

Apa makna perubahan nilai persediaan? Sebagai contoh, tabel berikut memperlihatkan tren penjualan dan persediaan tahunan terakhir dari beberapa toko eceran besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya:

Perusahaan Penjualan Persediaan

Nordstrom

Faderated Deparment Stores JCPenney

Wal-Mart

Mart Department Stores Target

Best Buy Circuit City Sears

+ 10.59%

+ 2.40%

+ 3.59%

+ 11.63%

+ 8.23%

+ 11.62%

+ 17.21%

- 1.97%

- 12.22%

+ 1.73%

- 2.95%

+ 0.41%

+ 9.06%

+ 13.38%

+ 18.83%

+ 25.52%

+ 7.63%

+ 4.01%

Persediaannya tumbuh lebih cepat dari penjualan satu tahun ke tahun berikutnya, tren yang harus dipandang sebagai sinyal peringatan bagi investor. Kenaikan tingkat persediaan menunjukan bahwa jumlah pelanggan telah menurun dibandingkan periode sebelumnya.seperti yang dikemukakan oleh seorang analisis, ketika persediaaan tumbuh lebih cepat daripada penjualan, maka laba akan jatuh. Artinya, apabila peritel mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka penurunan harga jual (markdowns ) biasanya tidak lama lagi akan dilakukan. Penurunan harga ini selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan laba menjadi lebih rendah.

Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar

Persediaan dicatat pada biaya awalnya. Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap prinsip biaya histori bisa dilakukan jika nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya. Apapun alasan penurunan ini, perubahan tingkat harga, kerusakan, dan lain-lain persediaan harus diturunkan nilainya untuk melaporkan kerugian ini. Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan.

Biaya atau harga pokok (cost) adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis identifikasi khusus, biaya rata- rata, FIFO, atau LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” (LCM) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi.

(16)

a. Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Batas Atas dan Batas Bawah

Nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV) didefinisikan sebagai estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak. Jumlah tersebut dikurangkan dengan marjin laba normal untuk mendapatkan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable value less a normal profit marjin).

Memiliki persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual $1.000, estimasi biaya penyelesaian $300, dan marjin laba normal 10% dari penjualan, Jerry Mander menentukan nilai realisasi bersih :

Persediaan nilai jual

Dikurangi: Estimasi biaya penyelesaian dan penjualan Nilai realisasi bersih

Dikurangi: Penyisihan untuk marjin laba normal (10% dari penjualan) Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal

$ 1.000 300 700 100

$ 600 Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah:

penilaian dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.

Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan. Batas bawah (floor) adalah nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai realisasi bersih (batas atas), mencegah lebih saji nilai persediaan yang usang atau rusak. Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi penyisihan untuk perkiraan marjin laba normal (batas bawah).

b. Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja

Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang ditetapkan (designated market value), selalu merupakan nilai tengah dari tiga jumlah: biaya pengganti, nilai realisasi bersih, dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.

Untuk mengilustrasikan bagaimana nilai pasar yang ditetapkan dihitung, asumsikan bahwa informasi berikut berhubungan dengan persediaan.

Makanan Biaya

Pengganti

Nilai Realisasi Bersih (Batas Atas)

Nilai Realisasi Bersih Dikurangi

Marjin Laba Normal (Batas Atas)

Nilai Pasar yang Ditetapkan

Bayam $ 88.000 $120.000 $104.000 $ 104.000

(17)

Wortel 90.000 100.000 70.000 90.000

Buncis 45.000 40.000 27.500 40.000

Kacang polong 36.000 72.000 48.000 48.000

Sayur campuran 105.000 92.000 80.000 92.000

Keputusan Nilai Pasar yang Ditetapkan:

Bayam Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal dipilih karena merupakan nilai tengah.

Wortel Biaya pengganti dipilih karena merupakan nilai tengah.

Kacang polong Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal dipilih karena merupakan nilai tengah.

Sayur campuran Nilai realisasi bersih dipilih karena merupakan niali tengah

Nilai pasar yang ditetapkan kemudian dibandingkan dengan biaya untuk menentukan yang terendah antara biaya dan harga pasar. Hal tersebut menentukan nilai persediaan akhir.

Makanan Biaya

Pengganti Nilai Realisasi Bersih (Batas Atas)

Nilai Realisasi Bersih Dikurangi

Marjin Laba Normal (Batas Atas)

Nilai Pasar yang Ditetapkan

Bayam $ 88.000 $120.000 $104.000 $ 104.000

Wortel 90.000 100.000 70.000 90.000

Buncis 45.000 40.000 27.500 40.000

Kacang polong 36.000 72.000 48.000 48.000

Sayur campuran 105.000 92.000 80.000 92.000

Nilai Persediaan akhir $ 350.000

Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal yang disebabkan oleh hal-hal seperti perubahan metode, perubahan permintaan, atau keusangan akibat terlalu lama dipajang. Barang-barang yang rusak atau aus dikurangi dari nilai realisasi bersihnya. Jika material, barang-barang semacam itu dapat dicatat dalam akun persediaan yang terpisah.

c. Metode Pengaplikasian LCM

Kenaikan harga pasar barang cenderung mengoffset penurunan harga pasar barang yang lain, jika pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam mengaplikasikan aturan LCM. Sebagai ilustrasi, memisahkan produk-produk makanannya dalam dua kategori utama, yaitu makanan kaleng dan makanan beku.

(18)

LCM Menurut

Biaya

Nilai Pasar yang Ditetapkan

Setiap Barang

Kategori Utama

Total Persediaan Beku:

Bayam Wortel Buncis

$ 80.000 100.000 50.000

$ 104.000 90.000 40.000

80.000 90.000 40.000

Total makanan beku 203.000 234.000 $203.000

Kaleng

Kacang polong Sayur campuran

90.000 95.000

48.000 92.000

48.000 92.000 Total makanan kaleng

Total

185.000

$ 415.000

140.000

$ 374.000 $350.000

140.000

$370.000 $ 374.000 Jika aturan LCM diaplikasikan pada setiap barang, maka jumlah persediaan adalah

$350.000; jika diaplikasikan pada kategori utama, nilainya adalah $370.000; dan jika diaplikasikan pada total persediaan, nilainya akan menjadi $374.000. Alasan perbedaan ini adalah karena nilai pasar yang lebih tinggi dari biaya akan mengoffset nilai pasar yang lebih rendah dari biaya jika pendekatan kategori utama atau total persediaan digunakan. Metode yang dipilih harus merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba. Apapun metode yang dipilih, metode tersebut harus diaplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lain.

d. Pencatatan Harga “Pasar” dan Bukan Biaya

Salah satu dari dua metode digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar.

1. Metode langsung (direct method), biaya digantikan dengan harga pasar (yang lebih rendah) ketika menilai persediaan.

2. Metode tidak langsung (indirect method) atau metode penyisihan (allowance method), tidak mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra aktiva yang terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan.

Ilustrasi berikut yang memperlihatkan ayat jurnal menurut kedua metode didasarkan atas data persediaan berikut ini:

Harga pokok penjualan $ 108.000 (sebelum penyesuaian ke harga pasar) Persediaan akhir (biaya) 82.000

Persediaan akhir (pada harga pasar) 70.000 Metode Langsung Pendapatan dari penjualan

Harga pokok penjualan (setelah penyesuaian ke harga pasar) Laba kotor atas penjualan

$ 200.000 120.000

$ 80.000

(19)

Metode Tidak Langsung atau Penyisihan Pendapatan dari penjualan

Harga pokok penjualan Laba kotor atas penjualan

Kerugian akibat penurunan harga pasar persediaan

$ 200.000 180.000 92.000 12.000

$ 80.000

*Harga pokok penjualan (sebelum penyesuaian ke harga pasar)

Selisih antara persediaan pada biaya dan harga pasar ($82.000 - $70.000) Harga pokok penjualan (setelah penyesuaian ke harga pasar)

$ 108.000 12.000

$ 120.000 Cara penyajian kedua (metode tidak langsung) lebih disukai karena secara jelas mengungkapkan kerugian yang terjadi oleh penurunan harga pasar persediaan. Cara penyajian yang pertama (metode langsung) memasukkan kerugian ini dalam harga pokok penjualan.

Dengan menggunakan metode tidak langsung, penyisihan untuk mengurangkan persediaan ke harga pasar akan dilaporkan dalam neraca sebagai pengurangan sebesar

$12.000 terhadap persediaan. Pengurangan ini memungkinkan laporan laba-rugi dan neraca memperlihatkan persediaan akhir sebesar $82.000, walaupun neraca menampilkan jumlah bersih sebesar $70.000. Cara penyajian kedua juga membuat buku besar pembantu dan catatan persediaan tetap sesuai dengan akun pengendali tanpa mengubah harga per unit.

Sebagai akuntan membiarkan akun ini dalam pembukuan dan hanya menyesuaikan saldonya pada akhir tahun berikutnya agar sesuai dengan selisih antara biaya dengan LCM pada tanggal neraca.

e. Evaluasi atas Aturan LCM

Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual:

1. Penurunan nilai aktiva dan pencatatan nya sebagai beban diakui pada periode ketika kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain, kenaikan nilai aktiva hanya diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini tidak konsisten dan dapat menyebabkan data laba terdistorsi.

2. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahaan mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan harga pasar dalam tahun berikutnya.

3. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya terhadap laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif. Laba bersih tahun berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah; laba bersih untuk periode berikutnya mungkin lebih tinggi dari normal jika penurunan yang ditetapkan atas harga jual tidak material.

4. Aplikasi aturan LCM menggunakan “Laba normal” dalam menentukan nilai persediaan.

Karena laba normal merupakan angka estimasi yang didasarkan.

Aturan LCM dirancang untuk memberikan informasi mengenai penurunan nilai persediaan secara tepat waktu.ketika nilai persediaan menurun, laba akan jatuh pada periode pencatatan penurunan tersebut.

(20)

Dasar Penilaian

a. Penilaian menurut Nilai Realisasi Bersih

Nilai realisasi bersih (harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti, untuk tujuan pengaplikasian aturan LCM. Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan dari banyak pihak sekalipun jumlah ini melampaui biaya. Pengecualian atas aturan pengakuan normal ini dibolehkan oleh GAAP jika :

1. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas dan 2. Tidak ada biaya penjualan yang signifikan.

Sebagai contoh, perusahaan pertambangan biasanya melaporkan persediaan mineral tertentu (kususnya logam yang langka) pada harga jual karena sering kali terdapa psara terkendali tanpa biaya penjualan yang signifikan.

Alasan ketiga dari pemakaian metode pemakaian metode penilaian ini adalah bawa kadang-kadang angka biaya terlalu sulit dihitung. Dalam sebuah pabrik manufaktur, berbagai bahan baku dan komponen yang dibeli dicampur untuk menciptakan barang jadi sehingga angka biaya tidak sulit ditentukan. Berbagai barang dalam persediaan, dapat diperhitungkan atas dasar biaya karena biaya dari setiap komponen telah diketahui. Namun, dalam perusahaan pengemasan daging, situasinya berbeda. “Bahan baku” terdiri dari sapi, babi, atau domba, yang masing-masing dibeli secara keseluruhan dan kemudian dibagi menjadi beragam produk.

Jauh lebih mudah dan bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan harga pasar berbagai produk dan menilainya pada harga jual dikurangi berbagai biaya, seperti biaya pengiriman dan penanganan, yang diperlukan agar produk-produk ini sampai ke pasar. Jadi, karena keunikan dari industri pengepakan daging, persediaan kadang-kadang dilaporkan pada harga jual dikurangi biaya distribusi.

b. Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Woodland Developers membeli tanah seharga $1 juta yang dibagi menjadi 400 petak. Petak-petak ini memiliki ukuran dsn bentuk yang berbeda, tetapi secara kasar dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelas, A, B, dan C. Ketika petak-petak ini dijual, harga beli sebesar $1 juta akan dibagi diantara petak-petak hang telah terjual dan petak-petak yang masih ada di tangan.

Namun tidak tepat untuk membagi total biaya sebesar $1 juta ke dalam 400 petak secara merata, atau $2.500 per petak, karena ukuran, bentuk, dan daya tariknya berbeda. Ketika menghadapi situasi semacam itu tidak jarang ditemui praktek yang paling umum dan yang paling logis adalah mengalokasikan total biaya di antara berbagai unit atas dasar nilai penjualan relatifnya.

Ilustrasi dibawah ini memperlihatkan alokasi nilai penjualan relatif untuk contoh Woodland Developers.

Jumlah Harga Harga Biaya yang Biaya

(21)

Petak Petak Jual per Petak

Harga Jual Total

Jual Relatif

Total Biaya

Dialokasika n ke Petak

per Petak A 100 $ 10.000 $1.000.000 100/250 1.000.000 $ 400.000 $4.000

B 100 6.000 600.000 60/250 1.000.000 240.000 2.400

C 200 4.500 900.000

$2.500.000

90/250 1.000.000 360.000

$1.000.000

1.800

Biaya petak yang terjual dan laba kotor dapat dihitung dengan menggunakan jumlah yang terdapat dalam kolom “Biaya per Petak” sebagai berikut:

Petak

Jumlah Petak yang Terjual

Biaya per Petak

Biaya Petak

yang Terjual Penjualan Laba Kotor

A 77 $4.000 $308.000 $770.000 $462.000

B 80 2.400 192.000 480.000 288.000

C 100 1.800 180.000 450.000 270.000

$680.000 $1.700.000 $1.020.000 Karena itu persediaan akhir adalah $320.000 ($1.000.000 - $680.000).

Jumlah persediaan ini dapat juga dihitung dengan cara lain. Rasio biaya terhadap harga jual untuk semua petak adalah $1.000.000 dibagi dengan $2.500.000, atau 40%. Dengan kata lain, jika total harga jual dari petaak-petak yang terjual adalah $1.700.000, maka biaya dari petak-petak ini adalah 40% dari $1.700.000 atau $680.000. Jadi, persediaan petak uang masih ada di tangan adalah $1.000.000 - $680.000, atau $320.000.

Metode nilai penjualan relatif digunakan dalam industri minyak untuk menilai (pada biaya) banyak produk dan produk sampingan yang diperoleh dari satu barel minyak mentah.

c. Komitmen Pembelian Satu Masalah Khusus

Dalam banyak lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan tergantung pada tersedianya persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi semua permintaan pelanggan. Akibatnya, sangat wajar bagi sebuah perusahaan untuk membuat komitmen pembelian (purchase commitments), yang setuju untuk membeli persediaan beberapa minggu, bulan, atau beberapa tahun di muka. Umumnya, hak atas barang dagang atau bahan baku yang terkait dengan komitmen pembelian ini belum berpindah ke pembeli. Sebenarnya barang itu masih berupa sumber daya alam atau, dalam kasus komoditi, bibit yang belum ditanam, atau dalam kasus produk, masih berupa barang dalam proses.

Pesanan yang umum, yang harganya sudah ditentukan pada saat dikirimkan dan bisa dibatalkan sewaktu-waktu oleh pembeli maupun penjual, bukan merupan aktiva atau kewajiban bagi pembeli. Jadi, komitmen pembelian ini tidak perlu dicatat dalam pembukuan atau dilaporkan dalam laporan keuangan.

Jika harga pasar kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan muncul pada saat pembelian dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam periode terjadinya penurunan harga pasar.

(22)

Metode Laba Kotor untuk Mengestimasi Persediaan

Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa kekauratan catatan persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah persediaan.

Terkadang, perhitungan fisik tidak praktis untuk dilakukan sehingga terdapat ukuran lain yang dpaat digunakan untuk mengestimasi persediaan yang ada di tangan.

Metode yang dimaksud adalah metode laba kotor atau sering juga disebut metode marjin kotor. Metode ini digunakan secara luas oleh para auditor dalam situasi di mana hanya diperlukan suatu estimasi atas persediaan perusahaan.

Metode laba kotor (gross profit method) didasarkan pada tiga asumsi:

1. Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan.

2. Barang yang belum terjual harus berada di tangan.

3. Jika penjualan dikurangin biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Cetus Corp. memiliki persediaan awal $60.000 dan pembelian $200.000, keduanya berbasis biaya. Penjualan menurut harga jual berjumlah

$280.000. Laba kotor atas harga jual adalah 30%. Metode laba kotor diaplikasikan sebagai berikut:

Persediaan awal (pada biaya ) $ 60.000

Pembelian (pada biaya) 200.000

Barang yang tersedia (pada biaya) $260.000

Penjualan (pada harga jual) $280.000 Laba kotor (30% dari $280.000) (84.000)

Penjualan (pada biaya) $196.000

Perkiraan persediaan (pada biaya) $ 64.000 a. Perhitungan Persentase Laba Kotor

Dalam sebagian besar situasi, persentase laba kotor (gross profit percentage) disediakan sebagai persentase harga jual. Laba kotor atas harga jual merupakan metode yang umum digunakan untuk menghtung laba karena beberapa alasan, (1) Sebagian besar barang dinyatakan atas dasar eceran, bukan biaya. (2) Laba yang dihitung atas harga jual lebih rendah daripada laba yang didasarkan atas biaya, dan persentase yang lebih rendah ini disukai pelanggan. (3) Laba kotor yang didasarkan atas harga jual tidak pernah melebihi 100%.

Dalam ilustrasi sebelumnya, angka laba kotor telah diketahui. Namun, bagaimana angka tersebut ditentukan? Untuk melihat bagaimana persentase laba kotor dihitung, asumsikan bahwa suatu barang dengan biaya $15,00 dijual seharga $20,00, atau dengan laba kotor

$5,00. Markup ini berjumlah seperempat atau 25% dari harga eceran dan sepertiga atau 331

3% dari biaya. Perhitungan persentase laba kotor sebagai berikut.

Markup

Eceran= $5,00

$20,00 = 25% pada eceran Markup

Eceran = $5,00

$15,00=331

3% pada biaya

(23)

Walaupun perusahaan biasa menghitung laba kotor atas dasar harga jual, namun kita harus memahami hubungan dasar antara markup atas biaya dan markup atas harga jual. Sebagai contoh, (1) Asumsikan bahwa diberitahu markup atas biaya untuk suatu barang tertentu adalah 25%. Lalu, berapa laba kotor atas harga jual? Dan (2) Asumsikan diberitahu bahwa laba kotor atas harga jual adalah 20%. Berapa markup atas harga jual? Untuk menjawabnya, asumsikan bahwa harga jual barang tersebut adalah $1,00. Maka, rumus berikut dapat diaplikasikan:

(1) Harga jual (SP) = Biaya (C) + Laba kotor SP = C + 0,25C

SP = (1 + 0,25)C $1,00 = 1,25C $0,80 = C

Laba kotor di sini adalah $0,20 ($1,00 - $0,80) dan persentase laba kotor atas harga jual adalah 25% ($0,20/$1,00).

(2)Harga jual (SP) = Biaya (C) + Laba kotor SP = C + 0,20SP

(1 – 0,20)SP = C $0,80SP = C $0,80 ($1,00) = C $0,80 = C

Maka, markup adalah $0,20 dan markup atas biaya adalah 25% ($0,20/$0,80).

Retailer menggunakan rumus berikut untuk menyatakan hubungan tersebut:

1. Laba kotor atas harga jual = Persentase markup atas biaya 100 %+Persentase markup atas biaya 2. Persentase markup atas biaya = Laba kotor atas harga jual

100 %−Laba kotor atas harga jual

Karena harga jual lebih besar dari biaya, dan jumah laba kotor sama untuk keduanya, maka laba kotor atas harga jual akan selalu lebih rendah daripada persentase terkait yang didasarkan atas biaya. Hal yang harus diperhatikan adalah penjualan tidak boleh dikalikan dengan persentase markup yang didasarkan atas biaya, sementara persentase laba kotor harus dikonversikan menjadi persentase yang didasarkan atas harga jual.

b. Evaluasi atas Metode Laba Kotor

Kelemahan utama dari metode laba kotor, yang pertama adalah metode ini menghasilkan suatu estimasi. Akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan yang sebenarnya ada di tangan. Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup. Padahal, harus diperhatikan bahwa setiap kali fluktuasi yang signifikan terjadi, persentase ini harus disesuaikan juga. Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok harus dilakukan secara hati-hati. Metode laba kotor biasanya tidak boleh dipakai bagi tujuan pelaporan keuangan karena hanya menyediakan suatu estimasi. Selain itu, metode laba kotor dibolehkan untuk menentukan persediaan akhir bagi tujuan pelaporan interim dan pemakaian metode ini harus diungkapkan dalam catatan kaki.

(24)

Metode Persediaan Eceran

Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan. Bagi retailer bervolume tinggi yang memiliki banyak jenis persediaan yang berbeda akan sangat kesulitan untuk menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu, mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang dagang, mengalokasikan biaya seperti transportasi, dan sebagainya jika memakai metode identifikasi khusus.

Maka, alternatif yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga eceran.

Dalam sebagian besar perusahaan eceran, terdapat pola yang dapat diamati antara harga dan biaya. Metode ini dinamakan metode persediaan eceran (retail inventory method), mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas (1) total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli, (2) total biaya dan nilai eceran barang yang tersedian untuk dijual, dan (3) penjualan periode berjalan. Penggunaan metode ini sudah sangat umum. Sebagai contoh, took swalayan Safeway, Target Corp, Wal-Mart, dan Best Buy.

Berikut akan dijelaskan dengan ilustrasi cara kerja perusahaan yang menggunakan metode persediaan eceran.

Best Buy (Periode Berjalan)

Biaya Harga Eceran Persediaan awal $14.000 $ 20.000 Pembelian 63.000 90.000 Barang tersedia untuk dijual $77.000 110.000 Penjualan (85.000) Persediaan akhir, pada harga eceran $ 25.000 Rasio biaya terhadap harga eceran ($77.000 : $110.000) = 70%

Persediaan akhir pada biaya (70% x $25.000) = $17.500

Terdapat beberapa versi metode persediaa eceran—metode konvensional (nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya, metode eceran LIFO, dan metode eceran LIFO nilai-dolar. Salah satu keunggulan metode ini adalah bahwa saldo persediaan dapat diestimasi tanpa perhitungan fisik. Metode persediaan aeceran sangat berguna bagi setiap jenis laporan interim, karena pengukuran nilai persediaan yang handal dan cepat biasanya dibutuhkan.

Metode ini juga berfungsi sebagai perangkat pengendalian (control device) karena setiap penyimpangan dari hasil fisik pada akhir tahun harus dijelaskan. Selain itu, metode eceran ini juga mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun.

a.

Konsep Metode Eceran

Jumlah yang diperlihatkan dalam kolom ‘Eceran’ pada ilustrasi sebelumnya merupakan harga eceran awal, dengan mengasumsikan bahwa harga tidak berubah. Namun, dalam prakteknya, harga jual sering kali di-markup dan di-markdown. Bagi retailer, markup

(25)

berarti tambahan atas harga eceran awal. Pembatalan markup (markup cancellations) adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di-markup di atas harga eceran awal. Dalam pasar komptetitif, retailer sering kali perlu menggunakan markdown, yakni penurunan harga jual awal. Pembatalan markdown (markdown cancellations) terjadi apabila markdown kemudian di-offset oleh kenaikan harga barang yang sebelumnya telah di-markdown. Baik pembatalan markup maupun pembatalan markdown tidak bisa melampaui markup atau markdown awal.

b.

Metode Persediaan Eceran dengan Markup dan Markdown—Metode Konvensional Perusahaan eceran menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan penilaian persediaan yang layak pada akhir periode akuntansi. Untuk memahami metode ini, diilustrasikan bahwa persediaan akhir In-Fusion Inc. menurut biaya dapat dihitung dengan dua asumsi, A dan B.

- Asumsi A: Hitunglah rasio biaya setelah markup (dan pembatalan markup) tetapi sebelum markdown.

- Asumsi B: Hitunglah rasio biaya setelah markup dan markdown (dan pembatalan markup dan markdown)

Biaya Harga Eceran Persediaan awal $ 500 $ 1.000 Pembelian (bersih) 20.000 35.000 Markup 3.000 Pembatalan markup 1.000 Markdown 2.500 Pembatalan markdown 2.000 Penjualan (bersih) 25.000

INFUSION INC.

Biaya Harga Eceran Persediaan awal $ 500 $ 1.000 Pembelian (bersih) 20.000 35.000 Barang tersedia untuk dijual 20.500 36.000 Markup $3.000

Pembatalan markup 1.000

Markup bersih 2.000 20.500 38.000 A.

Rasio biaya terhadap harga eceran: = 53,9%

Markdown 2.500 Pembatalan markdown (2.000)

Markdown bersih 500 20.500 37.500 B.

Rasio biaya terhadap harga eceran:

= 54,7%

Penjualan (bersih) 25.000 Persediaan akhir pada harga eceran $12.500

(26)

Perhitungan untuk In-Fusion adalah:

Persediaan akhir pada harga eceran x Rasio biaya = Nilai persediaan akhir - Asumsi A: $12.000 x 53,9% = $6.737,50

- Asumsi B: $12.000 x 54,7% = $6,837,50

Metode persediaan eceran konvensional hanya menggunakan asumsi A. Metode ini dirancang untuk memperkirakan nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.

Metode ini dapat disebut sebagai pendekatan LCM atau metode persediaan eceran konvensional.

Markup biasanya menunjukkan bahwa nilai pasar barang telah naik. Pada sisi lain, markdown berarti bahwa nilai manfaat barang telah menurun. Karena itu, jika kita berupaya memperkirakan LCM, maka markdown harus dipandang sebagai kerugian dan tidak dilibatkan dalam perhitungan rasio-biaya-terhadap-harga-eceran. Jadi, rasio-biaya- terhadap-harga-eceran akan menjadi lebih rendah, sehingga mengarah pada perkiraan LCM.

Oleh karena itu, untuk memperkirakan LCM, rasio-biaya-terhadap-harga-eceran harus ditetapkan dengan membagi biaya barang yang tersedia dengan jumlah harga eceran awal barang itu ditambah dengan markup bersih; markdown dan pembatalan markdown tidak diperhitungkan. Format dasar dari metode persediaan eceran dengan pendekatan LCM:

INFUSION INC.

Biaya Harga Eceran Persediaan awal $ 500 $ 1.000 Pembelian (bersih) 20.000 35.000 Total 20.500 36.000 Ditambah: Markup bersih

Markup $3.000

Pembatalan markup ( 1.000 ) 2.000 Total $20.500 38.000 Dikurang: Markdown bersih

Markdown 2.500

Pembatalan markdown (2.000) 500 Harga jual barang yang tersedia 37.500 Dikurang: Penjualan (bersih) 25.000 Persediaan akhir, pada harga eceran $ 12.500 Rasio biaya-terhadap-harga-eceran: Biaya barang yang tersedia untuk dijual

Harga eceran awal barang yang tersedia : $20.500

$38.000 = 53,9%

Persediaan akhir pada LCM (53,9% x $12.500) = $ 6.737,50

(27)

c.[a.] Pos-pos Khusus yang Berhubungan dengan Metode Eceran

Dalam metode eceran, kita memperlakukan pos-pos khusus sebagai berikut:

1) Biaya pengangkutan diperlakukan sebagai bagian dari biaya pembelian.

2) Retur pembelian biasanya dipandang sebagai pengurangan baik pada biaya maupun harga eceran.

3) Diskon pembelian dan pengurangan harga biasanya dipandang sebagai pengurang biaya pembelian.

Perlakuan atas pos-pos yang mempengaruhi kolom biaya dari metode persediaan eceran mengikuti perhitungan biaya yang tersedia untuk dijual. Selain itu, retur penjualan dan pengurangan harga dipandang sebagai penyesuain terhadap pernjualan kotor; namun diskon penjualan tidak diakui apabila penjualan dicatat sebagai penjualan kotor.

Menyesuaikan akun diskon penjualan dalam situasi semacam itu akan menghasilkan angka persediaan akhir (menurut harga eceran) yang lebih saji.

Sejumlah pos-pos khusus juga memerlukan analisis yang seksama:

1) Transfer masuk dari departemen lain, misalnya, harus dilaporkan dengan cara yang sama seperti pada pemeblian dari perusahaan lain.

2) Kekurangan normal (pecah, rusak, hilang, atau aus) harus mengurangi kolom ‘harga eceran’ kerena barang-barang ini tidak lagi tersedia untuk dijual.

3) Kekurangan abnormal harus dikurangkan dari kolom ‘biaya’ dan kolom ‘harga eceran’

serta dilaporkan sebagai jumlah persediaan khusus atau sebagai kerugian.

4) Diskon untuk karyawan harus dikurangkan dari kolom harga eceran, dengan cara yang sama seperti dalam penjualan.

Ilustrasi berikut memperlihatkan metode persediaan eceran konvensional dengan pos-pos khusus:

EXTREME SPORT APPAREL

Biaya Harga Eceran Persediaan awal $ 1.000 $ 1.800 Pembelian 30.000 60.000 Transportasi-masuk 600 - Retur pembelian (1.500) (3.000) Total 30.100 58.800 Markup bersih 9.000 Kekurangan abnormal (1.200) (2.000) Total $28.900 65.800

Dikurangi:

Markdown bersih 1.400 Penjualan $36.000

Retur penjualan 900 35.100

(28)

Diskon untuk karyawan 800 Kekurangan normal 1.300 $27.200 Rasio biaya terhadap harga eceran: $28.900

$65.800 = 43,9%

Persediaan akhir pada LCM (43,9% x $27.200) = $11.940,80 d.[b.] Evaluasi atas Metode Persediaan Eceran

Salah satu karakteristik dari metode persediaan eceran adalah bahwa metode itu memiliki pengaruh rata-rata terhadap berbagai tingkat laba kotor. Jika diaplikasikan kepada perusahaan secara keseluruhan, di mana tingkat laba kotor bervariasi antar departemen, maka tidak ada penyisihan yang dibuat untuk menutupi distorsi hasil akibat perbedaan seperti itu. Sejumlah perusahaan telah memodifikasi metode persediaan eceran dalam kondisi semacam itu dengan menghitung persediaan secara terpisah menurut departemen atau kelompok barang dagang yang memiliki laba kotor yang sama. Selain itu, realibilitas metode ini mengasumsikan bahwa distribusi barang dalam persediaan serupa dengan

“bauran” dalam total barang yang tersedia untuk dijual.

Penyajian Dan Analisis a. Penyajian Persediaan

Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi dari persediaan, pengaturan pembiayaan persediaan, dan metode kalkukasi biaya persediaan yang digunakan. Perusahaan manufaktur juga harus melaporkan komposisi persediaan baik dalam neraca ataupun dalam skedul terpisah. Pengaturan biaya yang penting atau tidak biasa yang berhubungan dengan persediaan mungkin memerlukan catatan pengungkapan.

Dasar penilaian persediaan dan metode yang dipakai dalam menghitung biaya (FIFO, LIFO, biaya rata-rata, dan sebagainya) juga harus dilaporkan. Apabila perusahaan ingin mengubah metode penetapan harga salah satu dari unsur-unsur persediaannya, maka perubahan prinsip akuntansi ini harus dilaporkan. Sebagai contoh, jika perusahaan mengubah metode akuntansi barang A dari FIFO ke biaya rata-rata, maka perubahan ini berserta pengaruhnya terhadap laba, harus dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan.

b. Analisis Persediaan

Jumlah persediaan harus dikelola oleh perusahaan. Namun, pengelolaan persediaan membutuhkan perhatian terus-menerus. Pada satu sisi, manajemen ingin memiliki berbagai jenis dan kuantitas persediaan yang besar sehingga konsumen bisa memilih dan selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, kebijakan persediaan semacam itu membutuhkan biaya pencatatan yang besar. Pada sisi lain, tingkat persediaan yang rendah bisa menimbulkan stockout, hilangnya penjualan, dan membuat konsumen marah.

Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mencari jalan tengah dari keduanya. Rasio- rasio yang umum digunakan adalah:

(29)

- Rasio Perputaran Persediaan

Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata, persediaan terjual selama suatu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata yang ada di tangan selama suatu periode. Kecuali faktor-faktor musiman sangat signifikan, persediaan rata-rata dapat dihitung memakai saldo persediaan awal dan saldo persediaan akhir.

- Jumlah Hari Rata-rata untuk Menjual Persediaan

Salah satu varian dari rasio perputaran persediaan adalah jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan, yang merupakan jumlah hari rata-rata penjualan persediaan yang ada di tangan. Sebagai contoh, jika perputaran Kellog Company 8 kali, dibagi dengan 365 hari, maka hasilnya adalah 45,6 hari,

Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang mampu mempertahankan tingkat persediaan yang rendah dan memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi daripada pesaingnya, serta mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya.

Metode Eceran LIFO

Banyak perusahaan ritel telah beralih dari perlakuan yang lebih konvensional ke metode eceran LIFO untuk mendapatkan keuntungan pajak yang berkaitan dengan penilaian persediaan LIFO. Selain itu, penggunaan asumsi LIFO juga akan menghasilkan penandinga yang lebih baik antara biaya dengan pendapatan. Aplikasi metode eceran LIFO dilakukan dengan dua asumsi: (1) harga stabil dan (2) harga yang berfluktuasi.

a. Harga Stabil—Metode Eceran LIFO

Menurut metode eceran LIFO, baik markup dan markdown diperhitungkan dalam persentase biaya-terhadap-harga-eceran. Selain itu, karena metode LIFO hanya berkaitan dengan lapisan tambahan, atau jumlah yang harus dikurangkan dari lapisan sebelumnya, maka persediaan awal tidak dimasukkan dalam persentase biaya-terhadap-harga-eceran.

Asumsi utama dari metode eceran LIFO adalah bahwa markup dan markdown hanya berlaku untuk barang-barang yang dibeli selama periode berjalan dan bukan untuk persediaan awal.

b. Harga Berfluktuasi—Metode Eceran LIFO Nilai-Dolar

Asumsikan bahwa perubahan tingkat harga persediaan terjadi. jika tingkat harga berubah, maka perubahan harga itu harus dihilangkan karena kita sedang mengukur kenaikan persediaan, bukan kenaikan nilai dollarnya. Pendekatan ini disebut dengan metode eceran LIFO nilai-dolar.

Dalam menghitung persediaan LIFO menurut pendekatan LIFO nilai-dolar, kenaikan dollar persediaan dicari dan dideflasikan ke harga awal tahun untuk menentukan apakah kenaikan atau penurunan actual kuantitias telah terjadi. jika telah terjadi kenaikan

(30)

kuantitas, maka kenaikan ini dinilai pada indeks baru—untuk menghitung nilai lapisan baru. Jika telah terjadi penurunan kuantitas, maka penurunan ini harus dikurangkan dari lapisan paling akhir sampai ke tingkat yang diperlukan. Jika terjadi penurunan riil dalam persediaan, maka lapisan sebelumnya harus “dikeluarkan” dari harga yang berlaku pada saat lapisan tersebut ditambahkan.

Baik metode LCM maupun metode eceran LIFO memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Dari sisi praktis, pemilihan metode persediaan eceran seringkali melibatkan penentuan metode mana yang memberikan laba kena pajak yang paling rendah. LIFO akan memberikan penandingan biaya berjalan yang lebih tepat, tetapi persediaan akhir ditetapkan menurut biaya. Di sisi lain, metode persediaan eceran konvensional mungkin meneyebabkan penghapusan yang lebih besar karena penggunaan pendekatan LCM dapat mengoffset penandingan biaya berjalan LIFO.

c. Peralihan dari Metode Eceran Konvensional ke Metode Eceran LIFO

Karena metode eceran konvensional merupakan pendekatan LCM, maka persediaan awal harus dinyatakan kembali ke dasar biaya apabila beralih dari metode eceran konvensional ke metode LIFO. Pendekatan yang umum dipakai adalah menghitung dasar biaya dari pembelian tahun sebelumnya, kemudian disesuaikan dengan markup dan markdown.

SOAL

1. Sebuah perusahaan membeli 50 jas hujan dengan biaya Rp 1.000.000 atau Rp 20.000 untuk satu setel jas hujan. Perusahaan tersebut menjual satu setel jas hujannya dengan harga Rp 25.000. Hitunglah berapa markupnya jika perusahaan tersebut menaikkan harga satu setel jas hujan menjadi Rp 32.000? Lalu, perusahaan memutuskan untuk menurunkan harga jual untuk satu setel jas hujan karena musim yang telah berubah. Harga untuk satu setelnya berubah menjadi Rp 22.000, maka hitunglah berapa markdown dan pembatalan markup?

(31)

Jawab:

- Jika harga satu setel jas hujan dinaikkan menjadi Rp 32.000, maka perusahaan melakukan markup sebesar Rp 7.000.

- Pada harga Rp 22.000, perusahaan telah melakukan pembatalan markup sebesar Rp 7.000 dan telah dilakukan markdown sebesar Rp 3.000

2. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan PT. Makmur untuk tahun berjalan:

Persediaan awal Rp 6.500.000 Pembelian Rp 11.500.000

Total barang yang tersedia untuk dijual Rp 18.000.000 Penjualan Rp 20.000.000

Hitunglah persediaan akhir dengan mengasumsikan laba kotor atas harga jual adalah 40%.

Jawab:

Persediaan awal Rp 6.500.000 Pembelian Rp 11.500.000 Total barang yang tersedia untuk dijual Rp 18.000.000 Penjualan (pada harga jual) Rp 20.000.000

Dikurang: Laba kotor (40% x Rp 20.000.000) Rp 8.000.000

Penjualan (pada biaya) Rp 12.000.000 Perkiraan persediaan (pada biaya) Rp 6.000.000

3. Apa fungsi dari metode persediaan eceran?

Jawab:

a. Metode persediaan eceran berfungsi sebagai perangkat pengendalian, karena setiap penyimpangan dari hasil fisik pada akhir tahun harus dijelaskan.

b. Metode ini juga mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun, karena petugas yang melakukan perhitungan fisik persediaan hanya perlu mencatat harga eceran setiap barang.

c. Selain itu, metode ini juga sangat berguna bagi setiap jens laporan interim, karena pengukuran nilai persediaan yang handal dan cepat biasanya dibutuhkan.

4. Dalam konsep metode eceran dikenal yang namanya markup, pembatalan markup, markdown, dan pembatalan markdown. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keempatnya!

Jawab:

a. Markup adalah tambahan atas harga eceran awal.

b. Pembatalan markup berarti penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di- markup di atas harga eceran awal.

c. Markdown yaitu penurunan harga jual awal.

(32)

d. Pembatalan markdown terjadi apabila markdown kemudian dioffset oleh kenaikan harga barang yang sebelumnya telah di-markdown.

5. Hitunglah persediaan akhir dengan menggunakan metode persediaan eceran konvensional atau pendekatan LCM dengan catatan PT. Sukses untuk bulan Juli diikhtisarkan sebagai berikut:

- Persediaan, 1 Juli: Pada biaya, Rp 1.000.000 dan pada harga eceran, Rp 1.500.000 - Pembelian bulan Juli: Pada biaya, Rp 3.500.000 dan pada harga eceran, Rp 4.000.000 - Markup bersih: Rp 300.000

- Markdown bersih: Rp 150.000 - Penjualan: Rp 2.000.000

- Transportasi masuk: Rp 400.000

- Kerugian persediaan akibat kerusakan normal: Rp 100.000 - Diskon untuk karyawan: Rp 250.000

Jawab:

PT. Sukses (Pada Tahun Berjalan)

Biaya Harga Eceran Persediaan awal Rp. 1.000.000 Rp 1.500.000 Pembelian 3.500.000 4.000.000 Transportasi masuk 400.000

Total Rp 4.900.000  Rp 5.500.000 Markup bersih 300.000 Total Rp 5.200.000 Dikurangi:

Markdown bersih 150.000 Penjualan 2.000.000 Diskon untuk karyawan 250.000 Kekurangan normal 100.000 Total Rp 2.700.000 Rasio biaya terhadap harga eceran: Rp4.900 .000

Rp5.500 .000 = 89,1%

Persediaan akhir pada LCM (89,1% x Rp 2.700.000) = Rp 2.405.700 6. Sebutkan aturan LCM yang memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual

Jawab:

a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatan nya sebagai beban diakui pada periode ketika kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain, kenaikan nilai aktiva hanya diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini tidak konsisten dan dapat menyebabkan data laba terdistorsi.

Gambar

Ilustrasi berikut yang memperlihatkan ayat jurnal menurut kedua metode didasarkan atas data persediaan berikut ini:
Ilustrasi berikut memperlihatkan metode persediaan eceran konvensional dengan pos-pos khusus:

Referensi

Dokumen terkait

Elis Imelda Panjaitan: Penerapan standar akuntansi keuangan tentang aktiva tetap pada..., 2004... Elis Imelda Panjaitan: Penerapan standar akuntansi keuangan tentang aktiva

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata kuliah – mata kuliah akuntansi keuangan dengan motivasi mahasiswa mengajar akuntansi di sekolah

ditinjau dari keaktifan belajar mahasiswa dalam mata kuliah Akuntansi. Keuangan Lanjutan 1 Program Studi Pendidikan

Deskripsi Singkat : Mata Kuliah ini membahas mengenai pendalaman dari Pengantar Akuntansi dan merupakan dasar untuk mengambil mata kuliah Analisa Laporan Keuangan, Akuntansi

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR DALAM MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUT 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata kuliah – mata kuliah akuntansi keuangan dengan motivasi mahasiswa mengajar akuntansi di sekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam mata kuliah akuntansi keuangan menengah pada mahasiswa jurusan akuntansi tersebut telah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya

Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I program studi Akuntansi Sektor Publik di Politeknik Keuangan Negara