• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUTORIAL ONLINE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)

N/A
N/A
Zaenal Novianto

Academic year: 2024

Membagikan "TUTORIAL ONLINE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 2

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TUTORIAL ONLINE

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)

Disusun Oleh :

NAMA : IRMA ANGGRAENI NIM : 859525639

SEMESTER : 1 (Satu)

POKJAR : SALUT CIAMPEL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JAKARTA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tutorial online 2 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Selain itu, juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang perkembangan Peserta Didik bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dedi Yuisman, selaku Tuton Mata kuliah Pendidikan Agama Islam /MKDU4221 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini

Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Karawang, 6 November 2023

Irma Anggraeni

(3)

Pembahasan

Tugas 2 Pendidikan Agama Islam

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S Al-‘Ankabut/29 :45!

Jawaban :

Menurut Qur’an surah Al-‘Ankabut/29:45

اَم ُمَلْعَي ُ اااَو ُۗرَبْكَا ِ ااا ُرْكِذَلَو ِۗرَكْنُمْلاَو ِءۤاَشْحَفْلا ِنَع ىاهْنَت َةوالّصلا ّنِا َۗةوالّصلا ِمِقَاَو ِباتِكْلا َنِم َكْيَلِا َيِحْوُا اَم ُلْتُا َن ْوُعَن ْصَت

۝٤

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab(Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (Keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat tersebut berisi tuntunan dari Allah agar shalat itu dikerjakan, maka hal tersebut kemudian disebut dengan hukum syariat . ayat ini juga berisi tuntutan dari allah SWT tentang memerintahkan Nabi Muhammad agar selalu membaca dan memahami Al- Qur’an yang telah diturunkan kepadanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dengan memahami pesan-pesan Al-Qur’an, ia dapat memperbaiki dan membina dirinya sesuai dengan tuntutan Allah. Perintah ini juga ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin. Penghayatan terhadap kalam Ilahi yang terus dibaca akan mempengaruhi sikap, tingkah laku, dan budi pekerti orang yang membacanya.

Setelah memerintahkan membaca, mempelajari, dan me-laksanakan ajaran-ajaran Al-Qur’an, maka Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mengerjakan salat wajib, yaitu salat lima waktu. Salat hendaklah dikerjakan sesuai rukun dan syaratnya, serta penuh kekhusyukan. Sangat dianjurkan mengerjakan salat itu lengkap dengan sunah- sunahnya. Jika dikerjakan dengan sempurna, maka salat dapat mencegah dan menghalangi orang yang mengerjakannya dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Mengerjakan salat adalah sebagai perwujudan dari keyakinan yang telah tertanam di dalam hati orang yang mengerjakannya, dan menjadi bukti bahwa ia meyakini bahwa dirinya sangat tergantung kepada Allah.

Jadi, yang dimaksud dengan hukum syariat menurut para ulama adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat syariat (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan .

2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!

Jawaban :

Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi lima macam yaitu:

1. Wajib

(4)

Wajib adalah suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang,maka orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat siksa.

Dalam ayat al-Qur’an atau hadits dapat dikatakan mengandung hukum wajib apabila dalam pernyataan tersebut mengandung beberapa petunjuk antara lain:

a. Secara tegas mengandung kata-kata yang menunjukkan keharusan untuk dikerjakan. Misalnya Firman Allah dalam Qur’an surat Al-Baqarah/2:183:

َۙن ۡوُقّتَت ۡمُكّلَعَل ۡمُکِلۡبَق ۡنِم َنۡيِذّلا ىَلَع َبِتُك اَمَک ُماَيّصلا ُمُکۡيَلَع َبِتُك ا ۡوُنَماا َنۡيِذّلا اَهّيَاـٓاي ١٨٣

Artinya : Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Kata yang menunjukkan perintah tegas dalam ayat tersebut adalah kata “Kutiba”

(diwajibkan),maka puasa dibilang ramadhan itu hukumnya wajib.

b. Pernyataan tersebut berupa kalimat perintah yang tegas.

Adapun dilihat dari segi kepada siapa kewajiban tersebut dibebankan hukum wajib ada dua macam :

a) Wajib ‘ain yaitu kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT kepada setiap orang yang sudah baligh (Mikallaf).

b) WajibKifa’i (Kifayah) : Kewajiban yang dibebankan dalam agama kepada kelompok orang yang sudah baligh(Mukallaf).

2. Sunnah (mandub)

Yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan, maka orang yang meninggalkan tersebut tidak mendapat siksa.

Secara garis besar hukum Sunnah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

 Sunnah Muakkad yaitu perbuatan yang amat sering dilakukan oleh Rasulullah SAW,bahkan jarang sekali beliau tinggalkan, kecuali hanya beberapa kali saja.

 SunnahghoiruMuakkad adalah suatu aktivitas atau perbuatan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat SunnahMuakkad.

3. Haram

Haram adalah segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa.

Satu perbuatan dinilai haram berdasarkan teks ayat atau hadits yang biasanya dinyatakan dengan beberapa ungkapa, antara lain :

a. Kalimat larangan tersebut dinyatakan dengan jelas dan tegas.

b. Kalimat yang melarang itu menggunakan kata kerja yang melarang dan dibarengi dengan petunjuk (Qarinah) yang menunjukkan bahwa perbuatan tersebut benar- benar dilarang.

c. Diperintahkan untuk menjauhinya.

d. Diancam dengan suatu hukuman satu siksa bagi orang-orang yang melakukannya.

(5)

4. Makruh

Suatu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapatkan pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapat siksa.

Suatu perbuatan diketahui makruh dilihat dari beberapa hal, antara lain :

a. Ungkapan yang dipakai untuk melarang itu sudah menunjukkan kemakruhannya, seperti dengan menggunakan perkataan Karaha (kemakruhkan) dengan segala bentuk dan perubahannya.

b. Dengan lafadz yang melarang mengerjakan suatu perbuatan kemudian didapatkan didalam ayat lain suatu kata yang menjadi petunjuk bahwa larangan yang terdapat pada ayat terdapat pada ayat tersebut bukan menunjukkan keharamannya.

5. Mubah

Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.

a. Perbuatan tersebut ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh agama.

b. Ada petunjuk dari Ayat atau hadits berupa perintah untuk melakukan tetapi ada qarinah yang menunjukkan bawa perintah tersebut hanya untuk mubah saja.

c. Ditetapkan kemubahannya karena adanya kaidah yang menyatakan bahwa pada asalnya segala sesuatu itu adalah mubah, selama tidak ada dalil yang memakruhkan atau mengharamkan.

3.Sebutkan dan jelaskan Tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!

Jawaban :

Prinsip Hukum Islam adalah kebenaran universal yang inheren didalam hukum Islam dan menjadi titik tolak pelaksanaan dan pembinaannya. Para ulama, sebagaimana dijelaskan oleh Dr.Juhaya S Praja dalam Filsafat Hukum Islam, telah menetapkan beberapa prinsip dalam hukum Islam yang secara umum dapat dibagi menjadi dua macam yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.Prinsip umum adalah prinsip keseluruhan hukum Islam yang bersifat universal. Sedangkan prinsip khusus adalah prinsip-prinsip setiap cabang hukum Islam.

Adapun secara garis besar prinsip umum hukum Islam ada tujuh macam yaitu : 1. Prinsip Tauhid

Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu hukum akan bermakana sebagai ibadah.Allah SWT berfirman :

َم ْوَي اوُلوُقَت ْنَأ ۛ اَنْدِهَش ۛ اىَلَب اوُلاَق ۖ ْمُكّبَرِب ُتْسَلَأ ْمِهِسُفْنَأ اىَلَع ْمُهَدَهْشَأَو ْمُهَتّيّرُذ ْمِهِروُهُظ ْنِم َمَدآ يِنَب ْنِم َكّبَر َذَخَأ ْذِإَو

َنيِلِفاَغ اَذاَه ْنَع اّنُك اّنِإ ِةَماَيِقْلا Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan

(6)

kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A’raf: 172)

2 Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan antara dirinya sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah SWT. Allah SWT bersabda :

ُبَرْقَأ َوُه اوُلِدْعا ۚ اوُلِدْعَت ّلَأ اىَلَع ٍمْوَق ُناَنَش ْمُكّنَمِرْجَي َلَو ۖ ِطْسِقْلاِب َءاَدَهُش ِ ّ ِل َنيِماّوَق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذّلا اَهّيَأ اَي

َنوُلَمْعَت اَمِب ٌريِبَخ َ ّا ّنِإ ۚ َ ّا اوُقّتاَو ۖ اىَوْقّتلِل Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.

Al-Maidah: 8)

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar

Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk menjadikan manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang dikehendaki Allah SWT sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti dalam firman Allah SWT :

َناَكَل ِباَتِكْلا ُلْهَأ َنَمآ ْوَلَو ۗ ِ ّلاِب َنوُنِمْؤُتَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْنَتَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَت ِساّنلِل ْتَجِرْخُأ ٍةّمُأ َرْيَخ ْمُتْنُك

َنوُقِساَفْلا ُمُهُرَثْكَأَو َنوُنِم ْؤُمْلا ُمُهْنِم ۚ ْمُهَل اًرْيَخ

Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS.Ali Imron :110 )

4. Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)

Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya, manusia dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung jawab akan keputusannya.

Allah SWT bersabda :

َل اىَقْثُوْلا ِةَوْرُعْلاِب َكَسْمَتْسا ِدَقَف ِ ّلاِب ْنِمْؤُيَو ِتوُغاّطلاِب ْرُفْكَي ْنَمَف ۚ ّيَغْلا َنِم ُدْشّرلا َنّيَبَت ْدَق ۖ ِنيّدلا يِف َهاَرْكِإ َل

ٌميِلَع ٌعيِمَس ُ ّاَو ۗ اَهَل َماَصِفْنا

(7)

Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

5. Prinsip Musawah (Persamaan)

Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang membedakannya adalah ketakwaan.Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat

ٌميِلَع َ ّا ّنِإ ۚ ْمُكاَقْتَأ ِ ّا َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ ّنِإ ۚ اوُفَراَعَتِل َلِئاَبَقَو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو اىَثْنُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ اّنِإ ُساّنلا اَهّيَأ اَي

ٌريِبَخ Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

6. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)

Prisip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan lainnya. Dalam melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan secara jama’i (kolektif) dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam bidangnya, serta bidang-bidang yang ada keterkaitan dengan permasalhan yang akan dikaji status hukumnya.Allah SWT bersabda :

ِباَقِعْلا ُديِدَش َ ّا ّنِإ ۖ َ ّا اوُقّتاَو ۚ ِناَوْدُعْلاَو ِمْثِ ْلا ىَلَع اوُنَواَعَت َلَو ۖ اىَوْقّتلاَو ّرِبْلا ىَلَع اوُنَواَعَتَو

Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2) 7. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)

Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum, karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum Islam hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan dalam realitas kehidupan yang plural.Allah SWT berfirman :

ٌميِظَع ٌباَذَع ْمُهَل َكِئاَلوُأَو ۚ ُتاَنّيَبْلا ُمُهَءاَج اَم ِدْعَب ْنِم اوُفَلَت ْخاَو اوُقّرَفَت َنيِذّلاَك اوُنوُكَت َلَو

Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)

(8)

Demikianlah penjelasan tentang 7 prinsip-prinsip hukum dalam agama Islam. Apabila kita dapat menjalankan semuanya, pastinya kita akan hidup dengan damai, tentram, dan terjadi hubungan yang baik antara sesama manusia.

4.Jelaskan Posisi dan Fungsi Sunnah terhadap Al-Qur’an Jawab :

Sumber pertama hukum dalam Islam adalah Al Qur’an sedangkan yang kedua aladah sunah Rasul SAW. Maksudnya adalah bahwa seseorang khususnya para Mujtahid yang ingin menetapkan suatu hukum maka yang pertama-tama dicarinya adalah ayat- ayat dalam al-Qur’an. Apabila tidak menemukan ayat yang berbicara masalah tersebut baru kemudian mencarinya di dalam Sunnah Rasul SAW.

Adapun posisi dan fungsi Sunnah Rasul SAW terhadap Al Qur’an ditinjau dari segi materi hukum yang terkandung didalamnya secara umum para ulama membagi tiga macam :

1. Menguatkan (Miakkid) hukum suatu peristiwa yang telah di tetapkan hukumnya didalam Al-Qur’an.

Fungsi sunnah yang pertama adalah sebagai penguat hukum yang ada dalam Alquran. Tentu ada beberapa cara yang digunakan antara lain dengan menegaskan kedudukan hukumnya, memerintahkan segi bahasa yang muncul, memperingatkan amaliyah secara dawam terhadap kewajiban, serta menunjukkan kebencian terhadap hal yang dilarang dan menerangkan larangan pada syariat Islam.

2. Memberikan Penjelasan terhadaoAyat-Ayat Al-Qur’an

Fungsi yang selanjutnya adalah sebagai penjelas dan penjabar. Maksudnya adalah sunnah menjadi penjelas dalam bentuk pengikat makna yang sifatnya lepas yang ada di dalam Alquran, mengkhususkan ketetapan yang dijelaskan dalam Alquran secara umum, serta menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan dan ketetapan Alquran.

3. Menciptakan Hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.

Fungsi sunnah terhadap Alquran yang terakhir adalah sebagai penetap hukum yang belum diatur dalam Alquran. Dengan kata lain, sunnah menjadi tambahan pada hukum-hukum yang ada dalam Alquran yang sifatnya masih tersurat.

Oleh karena itulah, sumber hukum Islam yang lain, seperti sunnah akan menjadi tambahan yang menjelaskan dengan lebih rinci lagi.

5.Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dalam kaitan antara semuanya!

Jawab :

Moral dan etika sering kali didasarkan pada pemikiran rasional dan analisis filosofis, susila dan budi pekerti berkaitan erat dengan norma-norma budaya dan tradisi yang melekat dalam masyarakat. Sementara itu, akhlak merujuk pada pandangan moral yang didasarkan pada ajaran agama tertentu, dengan fokus pada kepatuhan pada nilai-nilai agama yang

(9)

diakui.Dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia, pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ini penting untuk memahami keragaman nilai dan etika yang membentuk perilaku manusia. Moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak adalah konsep- konsep yang berkaitan dengan perilaku dan nilai-nilai yang mengatur tindakan individu dalam berbagai budaya dan masyarakat.

1. Moral adalah seperangkat prinsip atau aturan yang mengatur tindakan dan perilaku individu. Moral biasanya didasarkan pada nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat dan seringkali memiliki akar dalam agama, budaya, atau filsafat. Moral mencakup konsep benar dan salah, serta mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan standar moral yang berlaku dalam masyarakat. Perbedaan moral dapat muncul antara budaya, agama, dan individu.

2. Istilah "Susila" lebih umum digunakan dalam budaya Indonesia dan merujuk pada etika atau moral. Susila melibatkan pandangan tentang perilaku yang baik dan benar sesuai dengan budaya dan norma yang berlaku di Indonesia.Nilai- nilai Susila dapat mencakup kesopanan, rasa hormat, dan perilaku yang dianggap baik dalam masyarakat.

3. Budi Pekerti adalah konsep yang mirip dengan etika dan moral, dan juga digunakan dalam konteks budaya Indonesia.Ini mencakup kualitas kepribadian dan perilaku yang dianggap baik dan dihargai dalam masyarakat. Budi pekerti sering melibatkan sikap seperti sopan santun, kesetiaan, dan kemurahan hati.

4. Etika adalah studi tentang apa yang dianggap baik dan benar dalam konteks perilaku manusia.Ini mencakup analisis rasional tentang apa yang seharusnya dilakukan dan mengapa.Etika sering berhubungan dengan pemikiran filosofis dan penelitian tentang prinsip-prinsip moral yang mendasari tindakan manusia.

5. Akhlak adalah istilah dalam bahasa Arab yang sering digunakan dalam konteks Islam, tetapi juga bisa merujuk pada moralitas dalam konteks yang lebih luas. Ini mencakup prinsip-prinsip dan tindakan yang sesuai dengan keyakinan agama dan norma moral yang diakui dalam Islam. Konsep akhlak sering melibatkan kepatuhan pada Allah, keadilan sosial, dan pertimbangan etis dalam setiap tindakan.

Kaitan antara moral ,susila,budi pekerti,etika, dan akhlak ini adalah mereka semua mengacu pada nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan norma yang mengatur perilaku manusia. Semua berfungsi sebagai pengarah atau petujuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan yag baik dan mana yang buruk. Mereka berusaha untuk membimbing individu dalam menjalani kehidupan yang baik, baik dalam konteks sosial, budaya, maupun agama. Perbedaan terletak pada latar belakang budaya, agama, atau filosofi di mana konsep ini berkembang, serta fokusnya yang berbeda dalam aspek-aspek etika, moral, atau perilaku yang dianggap penting dalam masing-masing kerangka kerja konsep tersebut.

(10)

Daftar Pustaka / Refrensi :

[1] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka.

MKDU4221/Modul 4.(4.4).

[2] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka

MKDU4221/Modul 4.(4.4-10)

[3] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka

MkDU4221/Modul 4. (4.11-18)

https://kumparan.com/berita-terkini/penjelasan-7-macam-prinsip-prinsip-umum-hukum- dalam-islam-1zCZDsjKUSm

[4] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka

MKDU4221/Modul 4 (4.29-33)

https://kumparan.com/berita-terkini/3-posisi-dan-fungsi-sunnah-terhadap-alquran-dalam- ajaran-islam-21V1PGKwS5Z

[5] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka

MKDU4221/Modul 5.(5.6-11)

https://readmore.id/perbedaan-moral-susila-budi-pekerti-etika-dan-akhlak/

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan: mengagas platform pendidikan budi pekerti secara kontekstual dan futuraristik.. Jakarta:

Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Ngariboyo Perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan yang

Konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara dalam menanamkan moral pada anak didik terdiri dari beberapa komponen, yaitu: Pertama, maksud dan tujuan pendidikan budi

HUBUNGAN AGAMA DENGAN MORAL, SUSILA, BUDI PEKERTI, AKHLAK, DAN ETIKA  Moral Moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk jamak dari "more", yang berarti "adat atau kebiasaan." 

Ujian Akhir Semester mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 3 yang mencakup materi tentang keikhlasan, pertolongan dari Allah SWT, dan surah

Sejarah peradaban islam Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti setiap Fase adalah sebagai berikut :

Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan Secara keseluruhan, pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak

Modul ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tentang Peradaban Islam di Andalusia (756-1031 M), menekankan nilai sejarah dan budaya Islam di