1
2 PENDAHULUAN
Kabupaten Pasaman Barat adalah salah satu Kabupaten yang mempunyai tanah cukup subur, banyak masyarakat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian kelapa sawit. Salah satunya Kecamatan Kinali, Kecamatan Kinali adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat yang memiliki potensi kekayaan alam cukup subur dan melimpah. Oleh sebab itu masyaraktat Kinali dominan berpenghasilan sebagai petani kelapa sawit. Dengan potensi kesuburan tanahnya, maka tidak heran masyarakat Kinali mayoritas menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Didukung sumber daya alamnya yang subur maka banyak para investor yang datang, datangnya investor mendorong munculnya perusahaan perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit. Munculnya perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang sangat berhubungan dengan tanah, maka tak jarang ditemukan konflik tanah, khususnya konflik tanah antara perusahaan sendiri dengan masyarakat setempat.1
Akibat kejanggalan-kejaganggalan yang terjadi dalam pembuatan HGU ( Hak Guna Usaha) Ninik Mamak dan anak cucu kemenakan meminta pihak perusahaan PT.
Laras Inter Nusa untuk pembuatan surat perjanjian pembutan kebun plasma.
Apabila terjadi sesuatu dikemudian hari maka pihak Ninik Mamak dan juga anak cucu kemenakan Padang Jirat sudah antisipasi dengan mempunyai bukti sudah dibuat surat perjanjian di atas matrai.
Perjanjian antara Ninik Mamak selaku mewakili anak cucu kemenakan Ahmat Datuak Manti Manang dengan PT. Laras
1 Wawancara dengan Ahmat Datuak Manti Manang umur 67 tahun pada tanggal 28 November 2015 di desa Padang Jirat
Inter Nusa dilakukan pada tanggal 22 Juni 1998. Pembutan surat perjanjian yang dilakukan oleh Ninik Mamak Ahmat Datuak Manti Manang semata-mata demi mesejahterakan anak cucu kemenakan masyarakat Padang Jirat atau cucu kemenakan Ahmat Datuak Manti Manang.
Dalam perjanjian antara PT. Tri Sangga Guna (TSG) dengan masyarakat Padang Jirat pada tahun 1998. Pihak ninik mamak memberikan tanah seluas 900 hektar kepada PT. Tri Sangga Guna dan selanjutnya pihak perusahaan akan memberikan lahan plasma kepada Masyarakat Padang Jirak seluas 124 hektar, dan diserahkan setelah 48 bulan dari hari mulai penggarapan. Tetapi lahan yang dijanjikan tidak kunjung direalisasikan sampai saham PT. Tri Sangga Guna beralih ke PT. Laras Inter Nusa (LIN), pihak PT. Laras Inter Nusa menganggap surat pernyataan pembuatan plasma yang dibuat Ninik Mamak dengan PT. Tri Sangga Guna tidak sah dan tidak mempunyai sertifikat sehingga pembuatan plasma susah untuk dilakukan.2
BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik mengangkat dalam penulisan dengan judul “Konflik Tanah Plasma Antara Masyarakat Padang Jirat dengan PT. Tri Sangga Guna Nusa di Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat (1989-2013)”.
Batasan dan Rumusan Masalah. Penulisan ini batasi berdasarkan batasan spatialnya, yaitu Padang Jirat. Batasan temporalnya adalah dari 1989-2013. Pada tahun 1989 sebagai batasan awal karena terjadi
2 Surat pernyataan antara Datuak Manti Manang (ninik mamak Padang Jirat) dengan PT. Tri Sangga Guna tahun 1998.
3 konflik tanah plasma PT. Tri Sangga Guna dengan Masyarakat Padang Jirat. Tahun 2013 sebagai batasan akhir karena pada tahun 2013 terjadi proses penyelesaian proses persidangan antara masyarakat Padang Jirat dengan PT. Laras Inter Nusa.
Meski telah dilakukan persidangan pada tahun 2013.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah yaitu: Bagaimana latar belakang terjadinya konflik tanah plasma antara PT.
Tri Sangga Guna dengan Masyarakat Padang Jirat Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat?
Bagaimana proses konflik tanah plasma antara PT. Tri Sangga Guna dengan masyarakat Padang Jirat Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat?
TUJUAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Peneliti, merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan melihat fenomena praktis yang terjadi dan mengaitkannya dengan teori yang telah diperoleh khususnya tentang konflik tanah plasma. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi untuk penulisan atau penelitian selanjutnya mengenai konflik tanah plasma antara PT. Tri Sangga Guna dengan Masyarakat Padang Jirek Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan untuk memikirkan cara-cara yang tepat dalam penyelesain konflik Tanah Plasma guna mensejahterakan masyarakat.
BAHAN DAN METODE
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian sejarah. Ada beberapa tahapan dalam penulisan, yaitu Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi dan Historiografi atau penulisan Karya Ilmiah.
Pertama yaitu Heuristik, yaitu proses mencari dan mengumpulkan data dari sumber yang relevan, baik itu primer maupun sekunder. Sumber primer terdapat dari arsip, dokumen. Sedangkan sumber sekunder yaitu data yang menunjang penelitian ini, diperoleh dari riset pustaka, buku, Koran yang relevan dengan kasus konflik.3
Kedua Kritik Sumber yaitu menyeleksi sumber sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kritik sumber bersifat eksteren yaitu bagaimana melihat keaslian sumber, sedangkan kritik interen merupakan kritik untuk meneliti isi dari informasi sejarah yang terkandung di dalamnya.4 Ketiga interpretasi yang berarti menafsirkan atau memberikan makna kepada fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah. Interpretasi melakukan analisis dan melakukan penafsiran kembali terhadap data yang telah didapatkan.5 Yang Keempat yaitu Historiografi. Historiografi adalah fase terakhir dalam metode penelitian sejarah. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan dalam penyajian data dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan Ilmiah.6
3 Mestika Zed, Metodologi Sejarah, jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Padang, hal 35-36
4 Ibid, hal 36
5 Ibid, hal 36-37
6 Ibid, hal 37-38
4 TINJAUAN PUSTAKA
Banyaknya permasalahan pertanahan yang melibatkan masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan perusahaan maupun masyarakat dengan pemerintah yang kerap berujung pada perundingan salah satu pihak yang bersangkutan untuk menyelesaikan permasalahan. Selama ini permasalahan konflik tanah selalu diselesaikan di pengadilan, dalam proses pengadilan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Konflik tanah di Indonesia dapat dikatakan sebagai masalah yang sangat serius yang harus diperhatikan oleh pemerintahan Indonesia, karna semakin lama tanah merupakan aset yang sangat penting
bagi kehidapan masyarakat.
Kelompok-kelompok konflik adalah konsep dasar untuk menerangkan konflik sosial, di bawah kondisi yang ideal tak ada lagi variabel lain yang di perlukan.
Karena kondisi tak pernah ideal maka banyak faktor lain yang berpengaruh dalam proses konflik sosial
a. Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terjadi dari beberapa manusia dengan sendirinya bertalian secara golongan dan merupakan sistem sosial yang saling mempengaruhi satu sama.
b. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin
“configere” yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau kelompok bahwa salah satu pihak berusaha menyingkirkan atau membuat tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, hak manusia, dan lain sebagainya
c. Tanah Plasma
Tanah plasma merupakan sumber daya Alam dan aset Nagari yang sangat penting di Sumatera Barat. Tanah plasma memiliki nilai ekonomi yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat nagari. Dalam masyarakat adat, tanah plasma juga memiliki nilai-nilai sosial sebagai ikatan, kesatuan sistem kepemilikan dan pengelolaan bersama masyarakat adat terhadap tanah, yang diyakini sebagai suatu titipan Tuhan yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Tanah plasma biasanya dikelola oleh pihak perusahaan atau lembaga terkait kemudian masyarakat tinggal menerima hasil berupa uang yang di kirim perusahaan yang berasal dari hasil produksi kebun plasma tersebu
t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Tri Sangga Guna mempunyai saham penuh atas tanah seluas 7.000 hektar yang telah menjadi perkebunan kelapa sawit. Ninik mamak Nagari Kinali menyerahkan tanah ulayat kepada PT. Tri Sangga Guna pada tahun 1989 dengan janji akan diberikan tanah plasma.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit secara bertahap dilakukan oleh PT. Tri Sangga Guna. Tahun 1996 perusahaan telah mendapatkan hasil dari perkebunan kelapa sawit ini, artinya perkebunan kelapa sawit telah produktif. Tahun 2003 produksi kelapa sawit PT. Tri Sangga Guna mulai menurun, sementara pembangunan belum seluruhnya siap.
Sehingga pada tahun 2005 perusahan Tri Sangga Guna beralih ke PT. Laras Inter Nusa.7
7Wawancara dengan pihak
perusahaan PT. Laras Inter Nusa General
5 PT. Tri Sangga Guna adalah sebuah perusahaan yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) seluas 7.000 hektar yang diperuntukan untuk perkebunan kelapa sawit. Sertifikat Hak Guna Usaha yang dipegang oleh perusahaan PT. Tri Sangga Guna mempunyai SK Pemberian Hak dengan NO.37/HGU/BPN-1994 yang keluar tanggal 02 Agustus 1994 dan memiliki sertifikat yang sah Hak Guna Usaha (HGU) No.1 tanggal 21 Maret 1995. 8 Peralihan saham yang dilakukan oleh PT. Tri Sangga Guna kepada PT.
Laras Inter Nusa pada tahun 2005 sudah sesuai hukum yang berlaku di Republik Indonesia. PT. Laras Inter Nusa hanya meneruskan pembangunan yang sudah dilakukan oleh PT. Tri Sangga Guna sesuai yang tertera di Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) yang ada, artinya pihak perusahan PT. Laras Inter Nusa tidak melakukan pembangunan yang berada diluar Hak Guna Usaha yang telah dimiliki oleh perusahaan.9
Pemerintah memberikan Hak Guna Usaha (HGU) kepada tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, jika kurang dari 5 hektar maka pemerintah tidak bisa memberikan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU). Hak Guna Usaha (HGU) merupakan hak atas tanah yang bersifat primer yang memiliki spesifikasi, Meneger Darius Apan umur 55 di Kompleks Perumahan PT. Laras Inter Nusa tanggal 20 Januari 2016.
8 Data inventarisasi Hak Guna Usaha (HGU), luas area kelapa sawit Kabupaten Pasaman Barat tahun 2014
9Wawancara dengan pihak
perusahaan PT. Laras Inter Nusa General Meneger Darius Apan umur 55 di Kompleks Perumahan PT. Laras Inter Nusa tanggal 20 Januari 2016
spesifikasi Hak Guna Usaha (HGU) terbatas daya berlakunya walaupun dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Dalam penjelasan Undang-Undang Pokok Agraria (UPPA) telah diakui dengan sendirinya bahwa Hak Guna Usaha (HGU) ini sebagai hak-hak baru, guna memenuhi kebutuhan masyarakat modern dan hanya diberikan atas tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dan tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian antara pemilik dengan orang lain. Pelaksanaa lebih lanjut mengenai Hak Guna usaha (HGU) ini telah ada sejak di keluarkannya PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Atas Pakai Tanah.
Pemberian hak atas tanah berkaitan dengan subjek dan objek serta proses yang terjadi dalam pemberian hak tersebut, termasuk pula dalam pemberian Hak Guna Usaha (HGU). Menyangkut subjek dalam HGU telah di atur dalam Pasal 2 PP 40 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa, yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha (HGU) adalah warga Negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.10
Masalah konflik tanah plasma antara masyarakat Padang Jirat dengan PT.
Tri Sangga Guna makin berlarut-larut dan tidak ada jalan keluarnya, meski masyarakat dan perusahaan sudah berkali- kali berdiskusi masalah konflik tanah antara kedua belah pihak belum juga ada solusinya. Bahkan keduanya juga sudah membuat surat perjanjian masalah konflik tanah antara masyarakat Padang Jirat dengan PT. Tri Sangga Guna belum juga selesai, hal ini memang menjadi
10 Supardi, Hukum Agraria,Cetakan Ke tiga, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009) hal 110-111
6 pertanyaan besar. Mengingat surat perjanjian yang dibuat antara Ninik Mamak yang mewakili masyarakat Padang Jirat dengan PT. Tri Sangga Guna adalah surat yang benar-benar dibuat oleh kedua belah pihak yang syah, tetapi tanah yang di janjikan juga belum juga diberikan.
Dapat dilihat bahwa masyarakat hanya di berikan janji-janji palsu supaya masyarakat tidak emosi dan tidak melakukan demosntrasi kembali.
Selama kurang lebih 18 Th (delapan belas tahun) masyarakat Padang Jirat menghadapi konflik dengan cara yang baik bukan dengan cara yang anarkis, masyarakat tahu Indonesia adalah negara hukum maka sebagai warga Indonesia yang tidak melanggar hukum, masyarakat tidak melakukan aksi yang anarkis untuk menyelesaikan konflik yang di alami. Terlebih bagi masyarakat kecil yang tidak bisa berbuat banyak untuk melawan hukum, masyarakat Padang Jirat berharap pemerintah dapat menyelesaikan konflik tanah plasma kami dengan adil dan baik. Jangan sampai konflik tanah plasma ini harus berujung dengan pristiwa berdarah. Oleh sebab itu seharuhnya pihak pemerintah Pasaman Barat harus menyelesaikan masalah ini dengan transparan dan adil. Jika pemerintah Kabupaten Pasaman Barat tidak kunjung menyelesaikan konflik ini dengan adil kemukinan besar konflik ini akan sampai ke konflik berdarah, jika itu semua terjadi maka jangan salahkan masyarakat Padang Jirat yang sudah sangat sabar menunggu hingga 18 Th (delapan belas tahun) lamanya.11
Konflik tanah plasma yang terjadi antara masyarakat Padang Jirat dengan PT.
11 Wawancara dengan Anwar umur 38 tahun pada tanggal 22 Januari 2016 di desa Padang Jirat
Tri Sangga Guna adalah konflik Non Fisik, konflik pertama muncul pada tahun 1997 yang mana masyarakat Padang Jirat melakukan demo di kantor PT. Tri Sangga Guna, perusahaan ini adalah perusahaan yang pertama kali memegang saham penuh atas perkebunan kelapa sawit yang ada di desa Sidodadi Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabaupaten Pasaman Barat.
Surat perjanjian yang dilakukan oleh Ninik Mamak Padang Jirat dengan PT. Tri Sangga Guna pada tanggal 22 Juni 1998 menyatakan bahwa masyarakat Padang Jirat akan diberikan tanah plasma dengan jangka waktu 48 (Empat Puluh Delapan) lulan dari awal penanaman kebun kelapa sawit inti. Setalah 48 bulan dari pembangunan perkebunan kelapa sawit inti, masyarakat Padang Jirat belum juga mendapatkan tanah plasma yang di janjikan. Masyarakat melakukan demo tetapi tidak mendapatkan hasil. Ninik Mamak Padang Jirat dan anak cucu kemenakannya membuat surat pernyataan kepada semua saksi-saksi yang terlibat dalam surat perjanjian tanggal 22 Juni 1998, dalam surat pernyataan Ninik Mamak dan anak cucu kemenakan Padang Jirat akan melakukan pemancangan secara paksa terhadap kebun inti yang di miliki pihak perusahaan PT. Tri Sangga Guna jika tidak direalisasikan tanah plasma yang di janjikan seluas 142 hektar atau 62 kapling.12
Ketika konflik antara masyarakat Padang Jirat dengan perusahaan memanas, pihak perusahaan PT. Tri Sangga Guna menjual sahamnya kepada PT. Laras Inter Nusa secara penuh. Sehingga konflik antara kedua belah pihak semakin sulit dan rumit untuk melakukan proses
12 Surat Pernyataan masyarakat Padang Jirat
7 penyelesaian, masyarakat harus kembali bernegoisasi kepada perusahaan yang baru yaitu PT. Laras Inter Nusa. Masyarakat semakin takut akan tidak terwujudnya tanah plasma sebagaimana yang menjadi hak mereka, pasalnya pihak masyarakat tidak di libatkan dalam proses penjualan saham yang dilakukan oleh PT. Tri Sangga Guna. Sehingga PT. Laras Inter Nusa belum tentu tahu bahwa di dalam kebun kelapa sawit inti terdapat hak masyarakat Padang Jirat berupa kebun plasma yang dijanjikan oleh PT. Tri Sangga Guna seluas 124 Ha (Hektar).13
Musyawarah yang di tengahi oleh Bupati Pasaman Barat menghasilkan perjanjian dan selanjutnya disebut sebagai surat perjanjian yang dua setelah yang pertama dilakukan dengan PT. Tri Sangga Guna tahun 1998. Surat perjanjian yang kedua dilakukan oleh Ahmat Datuak Manti Manang sebagai wakil masyarakat Padang Jirat sedangkan Darius Apan selaku mewakili PT. Laras Inter Nusa.
Surat perjanjian yang disepakati mesmutuskan masyarakat Padang Jirat melepaskan tuntutannya kepada pihak perusahaan, perusahaan akan merealisasikan tanah plasma seluas 124 Ha (Hektar) kepada masyarakat Padang Jirat dan lain sebagainya.14
Hadirnya PT. Laras Inter Nusa akhirnya dapat menyelesaikan masalah konflik tanah plasma dengan melakukan perjanjian kepada masyarakat Padang Jirat yang diwakili oleh Ahmat Datuak Manti Manang yang juga diketahui oleh Bupati Pasaman Barat Pada tanggal 14 Desember
13 Wawancara dengan Ahmat Datuak Manti Manang umur 67 tahun tanggal 22 Januari 2016 di Desa Padang Jirat
14 Surat Perjanjian antara masyarakat Padang Jirat dengan PT. Laras Inter Nusa pada tanggal 14 Desember 2012
2012. Dilakukannya perjanjian antara PT.
Laras Inter Nusa dengan Masyarakat Padang Jirat pada tanggal 14 Desember 2012, maka tuntutan masyarakat Padang Jirat terhadap perusahaan tidak ada lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Latar belakang terjadinya konflik diawali oleh penyerahan tanah ulayat yang dilakukan oleh Ninik Mamak Padang jirat Nagari Kinali Kecamatan Kinali kepada pihak perusahaan PT. Tri Sangga Guna pada tahun 1989 dengan imbalan akan mendapatkan tanah plasma tetapi tanah plasma yang dijanjikan tidak direalisasikan. Perusahaan PT. Tri Sangga Guna telah memeliki sertifikat Hak Guna Usaha, di dalam Hak Guna Usahanya dalam pembuatan perkebunan tidak disebutkan tanah Ulayat melainkan tanah Negara. Hal ini menimbulkan pertentangan bagi masyarakat Padang Jirat.
Pada tahun 1997 masyarakat Padang Jirat melakukan demo ke kantor PT. Tri Sangga Guna. tanggal 22 Juni 1998 dibuat surat perjanjian antara PT. Tri Sangga Guna dengan masyarakat Padang Jirat dengan janji akan diberikan tanah plasma setelah 48 bulan dari perjanjian.
Janji yang diberikan perusahaan hanyalah tinggal janji, perjanjian dengan PT. Tri Sangga Guna tahun 1998 dan PT. Laras inter Nusa tanggal 14 Desember 2012.
kebun plasma yang di janjikan sebagaimana dalam surat perjanjian 22 Juni 1998 dan 14 Desember 2012 kenyataannya tidak pernah terwujud.
Masyarakat Padang Jirat hanya bisa memandang hijaunya lautan perkebunasn kelapa sawit di atas tanah ulayat mereka dan tidak dapat memilikinya.
8 DAFTAR PUSTAKA
A. Arsip