• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LOCAL WISDOM FISHERMEN SOCIETY IN KEEPING COASTAL ENVIRONMENT IN SURANTIH VILLAGE DISTRICT OF SUTERA

By :

Novi Diandri *Ridwan Ahmad**Nefilinda**

*.the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.

** the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The influence of local culture systems has given rise to ways of thinking and acting that looked at the relationship of man and the physical universe is an internal relationship that is persuasive, so the sustainability of aquatic biological resources can be maintained. The objective was to obtain data or information and in-depth local knowledge of fishing communities in protecting the environment in the coastal areas Surantih village District of Sutera. in terms of: 1) Public awareness of the importance of sustainability for the coastal areas of life, 2) Public confidence in the sustainability of the coastal environment to ensure survival, 3) Community understanding of the wisdom in keeping coastal areas is necessary, because the coastal area is one source of life and 4) community Habits coastal environment including either because the tools used to catch fish.

The research is a qualitative systems approach seeks local culture systems In Peoples Fishermen Keeping Coastal Environment in Surantih village District of Sutera, the informant was taken by purposive sampling technique consisting of fishermen and village trustee conducted the data analysis techniques with data reduction, data presentation and conclusion.

The results showed: 1) Public awareness of the importance of the preservation of the coastal areas of life seen from a willingness to be responsible about the sustainability of coastal areas in the form of a ban on the use of bombs that can destroy fish habitat as well as the sanctions for violators of these regulations, 2) Confidence communities with environmental sustainability coast can ensure the survival, the presence of local wisdom that prohibit fishing using bombs is a testament to the community support that makes the rules against violators of rules that have been made jointly by the community, 3) community understanding of the wisdom in keeping coastal areas is needed, coastal region is one source of life and 4) community Habits coastal environment including either because the tools used to catch fish.

Key Words: local wisdom, fishermen, coastal envoronment

(3)

PENDAHULUAN

Pemanfaatan kekayaan alam Indonesia sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya di kuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat, termaksud didalamnya kekayaan laut perikanan dan kekayaan lainnya. Kekayaan laut merupakan kearifan lokal masyarakat nelayan dan didalamnya terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Gobyah (2003), kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masalalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal. Dalam meningkatkan kearifan lokal masyarakat nelayan hendaknya dapat menjaga lingkungan hidup masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan.

Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Salah satu komponen lingkungan hidup adalah sumber daya alam hayati, berupa flora dan fauna sebagai modal dasar pembangunan nasional dan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan dimuka bumi.

Kekayaan sumber daya alam tersebut harus dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan dan mutu manusia, pengelolahan dan mamfaatnya meski dilakukan secara serasi, selaras dan seimbang. Upaya ini disebut juga konservasi sumber daya alam pelestarian sumber daya alam.

Wilayah pesisir dan lautan merupakan potensi ekonomi Indonesia yang perlu dikembangkan. Hal ini disebabkan

wilayah pesisir dan laut merupakan 63%

dari wilayah teritorial indonesia. Didalam nya terkandung kekayaan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya dan beragam, seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, minyak dan gas, bahan tambang dan mineral, dan kawasan pariwisata (Dahuri, 2001).

Pengaruh sistem budaya lokal telah melahirkan cara berpikir dan bertindak yang memandang hubungan manusia dan alam fisik adalah hubungan internal yang bersifat persuasif, sehingga keberlanjutan sumberdaya hayati perairan dapat terjaga.

Bentuk Partisipasi dalam kegiatan eksploitasi, berkaitan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (mesin dan alat tangkap), Sedang partisipasinya dalam konservasi adalah kepedulian dalam menjaga wilayah perairan mereka dari kegiatan-kegiatan eksploitasi yang mempergunakan alat tangkap yang illegal/merusak (trowl, bom dan racun).

Dampak partisipasinya, secara ekologis teknologi alat yang dipergunakan tidak merusak terhadap keberlanjutan sumberdaya hayati perairan, sehingga potensi sumberdaya hayati perairan dapat terjaga.

Berdasarkan observasi penulis dengan seorang nelayan pada tanggal 25 Oktober 2013 bahwa nelayan di kanagarian Surantih Kecamatan Sutera telah melaksanakan kearifan lokal dalam rangka menjaga wilayah pesisir. Kearifan lokal masyarakat nelayan di Nagari Surantih Kecamatan Sutera adalah kesepakatan nelayan tidak menangkap ikan menggunakan pukat harimu atau bom, karena penggunaan pukat harimau dan bom mengamcan keberadaan ikan. Kearifan lokal masyarakat nelayan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan pesisir sehingga nelayan tidak kehilangan tempat untuk menjaga ketersediaan ikan sepanjang musim. Kesepakatan nelayan ini diiringi dengan sanksi bagi nelayan yang melanggar yaitu tidak boleh melaut untuk jangka waktu 1 minggu.

Kesepakatan nelayan di Nagari Surantih Kecamatan Sutera ini merupakan salah satu usaha nelayan untuk menjaga lingkungan mereka, terutama lingkungan pesisir yang merupakan sumber mata pencaharian. Seluruh nelayan yang ada mematuhi peraturan ini, karena mareka merasakan manfaat dari peraturan tersebut.

Mencermati fenomena tersebut, maka salah satu masalah fungsional yang penting

(4)

dan harus diatasi oleh masyarakat nelayan adalah masalah adaptasi, yaitu bagaimana mematuhi peraturan yang telah ditetapkan bersama. Untuk itu, seluruh nelayan diharapkan untuk berpartisipasi menegakkan peraturan tersebut sehingga dapat menjaga ketersediaan ikan dan menjamin berlanjutnya kehidupan masyarakat

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan di Surantih village Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Informan penelitian ini diambil secara snow ball sampling. Informan kunci diambil yakni dari nelayan yang ada di Surantih village yang ikut mematuhi kesepakatan dalam menjaga lingkungan serta wali nagari sebagai aparat pemerintah.

Data dianalisis dengan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya kelestarian wilayah pesisir bagi kehidupan.

Bentuk pengetahuan tersebut berupa: 1) fungsi wilayah pesisir, 2) larangan penangkapan ikan dengan bom dan 3) lingkungan pesisir sebagai sumber mata pencaharian. Adanya pengetahuan membuat masyarakat nelayan mau bertanggungjawab tentang kelestarian wilayah pesisir tersebut.

Tanggungjawab masyarakat nelayan wilayah pesisir di Surantih village ini merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat, salah satunya adalah larangan penggunaan bom yang dapat me rusak habitat ikan serta adanya sangsi yang mengiringi bagi para pelanggar peraturan tersebut. Sangsi tersebut berupa larangan untuk melaut bagi nelayan yang menggunakan bom dalam menangkap ikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Wietoler, 2007) bahwa masyarakat dengan pengetahuan dan kearifan lokal telah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman pra-sejarah sam-pai sekarang ini, kearifan tersebut merupakan perilaku positif manusia dalam berhu-bungan dengan alam dan lingkungan seki-tarnya yang dapat bersumber dari nilai-

nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat

Kedua, masyarakat yakin dengan kelestarian lingkungan pesisir pantai dapat menjamin kelangsungan hidup mereka, oleh karena itu adanya kearifan lokal yang melarang menangkap ikan menggunakan bom, membuat masyarakat yakin dengan masa depan mereka. Bentuk keyakinan tersebut diantaranya: 1) lingkungan pesisir sebagai sumber kehidupan dan 2) menjaga lingkungan pesisir dapat melestarikan kehidupan ikan. Keyakinan masyarakat tersebut ditambah dengan adanya perhatian dari pemerintah terhadap kelestarian lingkungan pesisir pantai dengan bukti dukungan untuk masyarakat yang membuat peraturan terhadap para pelanggar aturan yang telah dibuat bersama-sama oleh masyarakat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (2002) adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Dijelaskan pula bahwa kearifan lokal/tradisional bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana relasi di antara penghuni komunitas ekologis ini harus dibangun

Ketiga, pemahaman masyarakat tentang kearifan lokal dalam menjaga wilayah pesisir diperlukan, karena wilayah pesisir merupakan salah satu sumber kehidupan. Bentuk pemahaman tersebut diantaranya: 1) paham bahwa lingkungan pesisir harus dijaga kelestariannya dan 2) paham kebersihan merupakan syarat untuk kelestarian lingkungan. Mata pencaharian masyarakat di wilayah pesisir pantai umumnya terkait dengan laut sehingga penting untuk menjaga kelestarian lingkungan pantai. Adanya kearifan lokal dipahami sebagai bentuk menjaga wilayah pesisir pantai dari kerusakan

Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2003) adalah menguasai sesuatu dengan pikiran. Konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek.

Keempat, kebiasaan masyarakat lingkungan pesisir pantai termasuk baik

(5)

karena alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan. Bentuk kebiasaan tersebut diantaranya: 1) menggunakan jaring dan perahu dalam menangkap ikan dan 2) tidak membuang sampah sembarang tempat.

Kebiasaan masyarakat juga tergambar dari kemauan untuk mematuhi peraturan tentang larangan menggunakan bom untuk menangkap ikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Tampubolon (2003: 41) menyebutkan bahwa "kebiasaan adalah perilaku, yaitu suatu sikap atau kegiatan yang bersifat fisik atau mental, yang telah mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang

KESIMPULAN

1. Pengetahuan Masyarakat cukup tentang pentingnya kelestarian wilayah pesisir bagi kehidupan. Bentuk pengetahuan tersebut berupa: 1) fungsi wilayah pesisir, 2) larangan penangkapan ikan dengan bom dan 3) lingkungan pesisir sebagai sumber mata pencaharian 2. Masyarakat yakin dengan kelestarian

lingkungan pesisir pantai dapat menjamin kelangsungan hidup mereka, oleh karena itu adanya kearifan lokal yang melarang menangkap ikan menggunakan bom, membuat masyarakat yakin dengan masa depan mereka. Bentuk keyakinan tersebut diantaranya: 1) lingkungan pesisir sebagai sumber kehidupan dan 2) menjaga lingkungan pesisir dapat melestarikan kehidupan ikan.

3. Pemahaman masyarakat tentang kearifan lokal dalam menjaga wilayah pesisir diperlukan, karena wilayah pesisir merupakan salah satu sumber kehidupan.

Bentuk pemahaman tersebut diantaranya:

1) paham bahwa lingkungan pesisir harus dijaga kelestariannya dan 2) paham kebersihan merupakan syarat untuk kelestarian lingkungan

4. Kebiasaan masyarakat lingkungan pesisir pantai termasuk baik karena alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan.

Bentuk kebiasaan tersebut diantaranya:

1) menggunakan jaring dan perahu dalam menangkap ikan dan 2) tidak membuang sampah sembarang tempat

SARAN

1. Diharapkan kepada pihak terkait agar memberi dukungan kepada nelayan dalam menjalankan kearifan lokal yang telah disepakati bersama.

2. Kepada nelayan di Surantih village, untuk menjalankan segala peraturan yang bertujuan untuk kelestarian lingkungan pantai

DAFTAR PUSTAKA

Akzamamir. 2003. Kearifan Lokal Nelayan Torani dalam Dinamika Modernisasi Perikanan di Kabupaten Takalar (Studi kasus desa Pa’lalakang Kec. Surantih village). Skripsi. Unhas Makassar Andi Adrie Arief, 2008. Partisipasi

Masyarakat Nelayan di Kabupaten Takalar (Studi Kasus Desa Tamasaju, Kecamatan Surantih village Utara).

Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol. III No. 1 Mei 2008.

Dahuri, R., 1996, Ekosistem Pesisir, Makalah/Materi Kuliah, IPB, Bogor Juniarta, Hagi Primadasa. 2006. Profil

Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau Gili Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.

Skripsi. Universitas Brawijaya Malang Matthew B. Milles & Huberman. 1992.

Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Bumi Aksara

Moleong, J. Lexi. (2002). Tahap-tahap Penelitian, Edisi Revisi. Remaja Rosda Karya, Bandung

Nasruddin, 2011. Patorani: Sang Pemburu Ikan Terbang dalam Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. (Jakarta:

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia).

Soekidjo, Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT.Rineka Cipta

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta

(6)

Syamsuri, SA. 1989. Pengantar Teori Pengetahuan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Stanis, Stevanus. 2005. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan loka di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Universitas Diponegoro

Tampubolon. 2003. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak.

Bandung : Angkasa,

Tim Penerbit Sinar Grafika. 2004. Undang- Undang Sisdiknas 2003. Jakarta: Sinar Grafika

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : PN Balai Pustaka

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:

Indeks,

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan masyarakat di wilayah pemekaran Kabupaten Muratara di Kecamatan Rupit Kabupaten Muratara dilihat dari pendapatan tetap masyarakat sangat meningkat dari sebelumnya, karena

Pembangunan berbagai fasilitas di Pelabuhan Muaro Padang tahun 1870 menjadikan pelabuhan ini sebagai pelabuhan kelas “A” yaitu pelabuhan yang dapat melayani pelayaran nasional maupun