3.8 Penumbuhan Sel
3.8.1 Penumbuhan SelHeLa
Alat dan bahan dipersiapkan dan dikondisikan pada suhu ruangan, aliquot 10 ml media RPMI dimasukkan ke dalam tabung konikel, diambil ampul yang berisi sel biakan dari freezer -80 0 C atau tangki nitrogen cair dan dicairkan pada suhu kamar, suspensi sel dalam ampul diambil, dan dimasukkan tetes demi tetes ke dalam media RPMI yang telah disiapkan, lalu disentrifuse pada 600 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan ditambahkan 4 ml MK RPMI kemudian diresuspensi hingga homogen. Suspensi sel ditransfer masing-masing 2 ml ke dalam flask kultur baru. 5 ml MK ditambahkan ke dalam masing-masing flask kultur, dan dihomogenkan. Kondisi sel diamati dengan menggunakan mikroskop inverted. Sel homogen dipastikan tersebar pada seluruh permukaan flask kultur (tidak menggerombol pada bagian tertentu). Pada flask kultur diberi identitas, dan kemudian disimpan dalam inkubator CO 2 5% (Doyle, et al., 2000).
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) Terhadap SelHeLa dan Vero. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab kedua kematian wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) banyak digunakan sebagai antioksidan, antidiabetes, antimutagenik dan belum ada data mengenai efek sitotoksiknya. Oleh karena itu dilakukan penelitian efek sitotoksik daun Afrika terhadap selHeLa dan Vero untuk mengetahui potensinya sebagai antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai IC 50 ekstrak etanol daun Afrika terhadap selHeLa dan Vero dan untuk
Penanganan kanker pada umumnya masih bergantung pada kemoterapi yang berasal dari bahan kimia sintesis. Namun, senyawa kimia tersebut dapat menimbulkan efek multidrug resistance, suatu fenomena dimana sel kanker yang diterapi dengan obat tertentu akan menjadi resisten terhadap obat-obatan lain yang memiliki struktur dan mekanisme kerja yang hampir sama (Baguley, 2010). Selain itu antikanker dengan senyawa kimia sintetis tidak hanya akan mempengaruhi sel target (sel kanker) tetapi juga mempengaruhi sel sehat yang ada disekitarnya.
Pencetus kanker tidaklah sedikit, salah satunya adalah abnormalitas struktur dan jumlah kromosom yang menyebabkan beberapa gen penting akan hilang. Disamping hilangnya gen, abnormalitas kromosom juga dapat menyebabkan over activation gen lain dan produksi protein abnormal. Mutasi kromosom sulit diperbaiki oleh sel itu sendiri, sehingga seharusnya (pada sel normal) sel akan melakukan “bunuh diri”. Namun pada kanker, gen yang mengkode mekanisme self suicide terganggu, sehingga sel yang mengalami abnormalitas kromosom akan tetap membelah tak terkendali (Kleinsmith, 2006). Faktor resiko yang merupakan pencetus kanker serviks, antara lain (Rasjidi, 2007):
Sujuliyani, (2012). Isolasi Dan Produksi Senyawa Dengan Aktivitas Sitotoksik Terhadap Sel Kanker Leher Rahim (HeLa) Dan Sel Kanker Payudara (T47D) Dari Kapang Laut Emericella nidulans Asal Perairan Wakatobi Sulawesi Tenggara. Tesis. Bekasi: Magister Ilmu Kelautan UI. Hal 19.
Dihomogenkan dengan menggunakan stirer magnet Diatur pH 7,2 – 7,4 (HCl 1N atau NaOH 1N) Ditambahkan aquabidest steril samapai 1 l Dilakukan sterilisasi dengan penyaringan Ditampung d[r]
Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi yang berjudul “Aktivitas Antikanker pada Sel Kanker Servik (Hela) dan Toksisitas Sel Normal (Vero) dari Bagian Akar, Batang, Daun dan Biji (Helianthus annuus L.)” dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa ajaran agama islam kepada ummatnya sehinggga kita dapat membedakan hal yang haq dan yang bathil. Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan program Strata-1 (S-1) di Jurusan Frmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab kedua kematian wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) banyak digunakan sebagai antioksidan, antidiabetes, antimutagenik dan belum ada data mengenai efek sitotoksiknya. Oleh karena itu dilakukan penelitian efek sitotoksik daun Afrika terhadap selHeLa dan Vero untuk mengetahui potensinya sebagai antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai IC 50 ekstrak etanol daun Afrika terhadap selHeLa dan Vero dan untuk mengetahui tingkat keselektifan ekstrak etanol daun Afrika.
2
usia reproduktif wanita sehingga akan menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan, dan kesehatan seksual (Utami dkk, 2013).
Berbagai pengobatan kanker seperti operasi, kemoterapi, atau radiasi memiliki tingkat kesuksesan yang bervariasi tergantung pada stadium dan jenis kanker. Pengobatan ini di tujukan untuk membunuh sel kanker sehingga tidak dapat berkembang dan membahayakan tubuh. Disamping biayanya tinggi, terapi tersebut juga mempunyai efek samping yang tinggi. Tingginya efek samping dari kemoterapi disebabkan obat yang dipergunakan masih belum mempunyai mekanisme yang spesifik terhadap sel kanker dan obat tersebut juga menyerang sel-sel normal, salah satu kriteria senyawa antikanker adalah yang tidak toksik terhadap sel normal (Trianto dkk, 2004). Oleh karena itu, untuk mengurangi efek toksik yang tidak diinginkan dan faktor resistensi yang muncul, maka obat antikanker seharusnya bersifat selektif tanpa harus menyerang jaringan sel normal. Salah satu sumber utama senyawa obat di dunia berasal dari bahan alam.
Kulit buah durian dan kelengkeng mengandung senyawa flavonoid, polifenol, asam galat, asam ellegat, dan saponin. Aktivitas yang ditunjukkan dari senyawa tersebut meliputi antibakteri, antioksidan, antijamur, antikolesterol, antihiperurisemia, dan sitotoksik. Tulisan ini menjelaskan tentang aktivitas sitotoksik dan IC50 dari ekstrak etanol kulit buah durian, kelengkeng dan biji kelengkeng terhadap selVero dan selHeLa. Pengujian sitotoksik dilakukan secara in vitro menggunakan metode MTT assay. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dalam 7 seri kadar konsetrasi masing-masing ekstrak (1000, 850, 700, 550, 400, 250, dan 100 µg/mL). Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji kelengkeng menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap selHeLa dengan IC50 = 21.826 µg/mL sedangkan ekstrak etanol kulit kelengkeng dan durian terhadap selHeLa tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik. Ekstrak etanol biji kelengkeng dan kulit buah durian terhadap selVero menunjukkan IC50 secara berurutan 272.812 dan 1.864 µg/mL sedangkan ekstrak etanol kulit kelengkeng terhadap selVero tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas sitotoksik yang sangat lemah dari ekstrak etanol kulit durian, kelengkeng, dan biji kelengkeng.
Fukosantin memiliki aktiv itas biologis yang menonjol disebabkan oleh struktur molekulnya yang unik mirip dengan neoxanthin, dinoxanthin, dan peridinin yang berbeda dengan karotenoid lain seperti misalnya -carotene dan astaxanthin. Keunikan struktur tersebut dicirikan dengan adanya gugus fungsional epoksi, hidroksi, karboksil dan karboksil moety (Peng et al., 2011). Ikatan alenik pada fukosantin bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidannya (Sachindra et al., 2007) sedangkan efek antiproliferasi fukosantin kemungkinan besar disebabkan oleh adanya struktur 5,6-epoksi pada fukosantin (Asai et al., 2004). Afolayan et al. (2008) juga menduga ada hubungan antara ikatan alenik dengan sifat antiplasmodial pada fukosantin. Hasil analisis secara in silico memperlihatkan bahwa gugus karboksil pada fukosantin membentuk ikatan hidrogen dengan tubulin pada sel yang berakibat pada depolimerasasi mikrotubulin dan penghambatan siklus sel (Januar et al., 2012).
Fukosantin memiliki aktiv itas biologis yang menonjol disebabkan oleh struktur molekulnya yang unik mirip dengan neoxanthin, dinoxanthin, dan peridinin yang berbeda dengan karotenoid lain seperti -carotene dan astaxanthin. Keunikan struktur tersebut dicirikan dengan adanya gugus fungsional epoksi, hidroksi, karboksil dan karboksil moety (Peng et al., 2011). Ikatan alenik pada f ukosantin bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidannya (Sachindra et al., 2007) sedangkan efek antiproliferasi fukosantin kemungkinan besar disebabkan oleh adanya struktur 5,6-epoksi pada fukosantin (Asai, Sugawara, Ono & Nagao, 2004). Afolayan, Bolton, Lategan, Smith & Beukes (2008) juga menduga ada hubungan antara ikatan alenik dengan sif at antiplasmodial pada fukosantin. Hasil analisis secara
Kurkuminoid diperoleh dengan mengekstraksi simplisia temulawak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol kemudian difraksinasi cair-cair dengan n-heksan. Ekstraksi dilakukan dengan etanol dimaksudkan agar senyawa kurkuminoid tersari dengan baik (Jayaprakasha et al. 2002; Pothitirat & Gritsanapan 2005; Cahyono 2013). Etanol juga merupakan pelarut terbaik untuk mengekstrak simplisia tumbuhan untuk tujuan obat herbal (Faraouq 2003). Ekstrak etanol yang diperoleh difraksinasi cair-cair menggunakan n-heksana untuk menghilangkan komponen non polar lain yang ikut terekstrak. Hasil analisis HPLC menunjukkan bahwa ekstrak temulawak dari daerah Ciemas mengandung kurkumin, demetoksikurkumin, and bisdemetoksikurkumin (Gambar 1) dengan munculnya kromatogram dengan waktu retensi 7.887 menit, 8.507 menit dan 9.153 menit.
Penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan berbagai dosis fraksi Buah Merah dan doksorubisin sebagai kontrol positif. Setelah perlakuan, jumlah sel pada kultur selHeLa yang telah diinkubasi 24 jam dihitung di bawah mikroskop cahaya. Data diolah dengan uji statistik One Way Anova dan Tukey B.
Kanker serviks menduduki urutan kedua dengan jumlah kejadian paling sering pada wanita di Indonesia. Kanker kolorektal adalah kanker paling umum dan penyebab utama kematian terbesar ketiga pada pria dan wanita. Terapi kanker saat ini memiliki nilai efektivitas yang rendah dan dalam beberapa kasus menunjukkan efek toksisitas yang tidak dapat ditolerir, sehingga hal tersebut memicu digunakannya tanaman sebagai alternatif dalam pengobatan antikanker. Maman ungu merupakan salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat daun maman ungu terhadap selHeLa dan sel WiDr serta mengetahui golongan senyawa yang terkandung didalamnya. Ekstrak daun maman ungu didapatkan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat. Uji aktivitas sitotoksik menggunakan metode MTT assay. Golongan senyawa diidentifikasi dengan menggunakan metode tabung. Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat daun maman ungu menunjukkan aktivitas tidak poten terhadap selHeLa dan sel WiDr dengan nilai IC 50 berturut-turut sebesar 236 dan 281,83 µg/mL . Hasil analisis skrining fitokimia menunjukkan bahwa golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etil asetat daun maman ungu antara lain flavonoid dan terpenoid. Ekstrak etil asetat daun maman ungu memiliki aktivitas sitotoksik tidak poten sehingga tidak dapat digunakan sebagai agen anti kanker baru.
Pada uji sitotoksisitas ini secara umum didapatkan persentase hambatan proliferasi selHeLa semakin meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi ekstrak propolis yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak propolis konsentrasi 12,5- 200 mM selama 24 jam mampu menghambat proliferasi selHeLa. Selanjutnya aktivitas sitotoksisitas ekstrak propolis pada selHeLa setelah inkubasi 24 jam dinyatakan dengan nilai IC50, yang diperoleh melalui analisis regresi linear antara dosis bahan uji dan persentase viabilitas selHeLa. Dari analisis regresi linier tersebut diperoleh IC50 ekstrak propolis pada selHeLa sebesar 70,42±1,07 μ/ ml, menunjukkan aktivitas sitotoksik yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan penelitian syamsudin (2011) di mana nilai IC 50 propolis Sukabumi terhadap selHeLa sebesar 147,34 ± 8,9 μ/ml. Makin kecil nilai IC50 makin aktif propolis sebagai agen antiproliferasi sel kanker.
Tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray] merupakan salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kembang bulan memiliki efek antiproliferasi pada sel kanker kolon (Col2). Ekstraksi dan partisi termonitor dengan uji aktivitas merupakan metode untuk mengambil senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Penelitian tentang selektivitas ekstrak terpurifikasi dari ekstrak aktif daun Kembang bulan terhadap selHeLa belum pernah diteliti sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui selektivitas ekstrak terpurifikasi daun Kembang Bulan pada selHeLa dibandingkan dengan selVero dan menentukan nilai IC50 serta indeks selektivitasnya. Daun kembang bulan diekstraksi menggunakan pelarut Kloroform dan Metanol. Kedua ekstrak diuji efek sitotoksiknya pada selHela dengan beberapa konsentrasi (0,12 s/d 250μg/mL) menggunakan metode MTT (Mosmann, 1983). Pembacaan densitas optik dengan ELISA plate reader. Persentase kematian sel dihitung dan dianalisis dengan menggunakan regresi probit pada program SPSS 15 for Windows. Setelah diketahui nilai IC50 kedua ekstrak tersebut, dipilih salah satu yang memiliki IC50 lebih kecil kemudian dipurifikasi dengan Petroleum Eter (PE) dan diuji kembali pada selHeLa, sari yang aktif diuji juga selektivitasnya dengan selVero, kemudian dihitung nilai IC50 nya. Nilai IC50 ekstrak metanol sebesar 1006,99μg/mL, ekstrak Kloroform sebesar 16,61μg/mL. Nilai IC50 sari larut PE sebesar 325,331μg/mL dan IC50 sari tidak larut PE sebesar 3,078μg/mL dan nilai IC50 pada selvero adalah 80,30μg/mL. Nilai indeks selektivitas ekstrak terpurifikasi (sari tidak larut PE) adalah 26.09.
merupakan cell line yang telah dikultur dan dikembangkan dari sel epitelial kanker leher rahim yang digunakan untuk berbagai kepentingan penelitian. SelHeLa (2 x10 4 sel/well) dikultur dalam RPMI 1640 semalam sebelum stimulasi. Ekstrak etanol kunyit dengan berbagai konsentrasi ditambahkan pada kultur HeLa dan diinkubasi selama 24 jam dalam medium tanpa antibiotik. Analisis sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan metode MTT assay. Doksorubisin (0,5625 μg/ml) digunakan sebagai kontrol positif.
Adanya perbedaan tingkat toksisitas ekstrak gubal , fraksi 60% dan 80% didukung oleh data morfologi selHeLa yaitu pengamatan sebelum ditambahkan MTT dengan melakukan pengambilan gambar sel seperti pada gambar 3. Terlihat bahwa jumlah sel yang mati pada perlakuan protein kadar 1,25 mg/ml dari ekstrak gubal (A) lebih banyak daripada perlakuan dengan fraksi 60% (B), fraksi 80% (C) dan kontrol tanpa perlakuan (D). Kematian sel tersebut ditandai oleh keruh atau mengapungnya sel di dalam media.