Bila dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, STAD menjadi salah satu pembelajaran kooperatif yang banyak diteliti dan paling direspons oleh siswa. Pada praktiknya, STAD tidak terlalu membebani siswa dengan aturan tertentu sehingga terkesan memiliki tahapan pembelajaran yang paling sederhana jika dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif lainnya. Slavin (2009) menjelaskan lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: 1) presentasi kelas, 2) kelompok, 3) kuis, 4) skor kemajuan individual, dan 5) rekognisi kelompok. Hasil penelitian Slavin menyebutkan bahwa penggunaan STAD dalam pembelajaran matematika di kelas yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang memiliki hambatan akademis, telah berjalan efektif baik untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan meningkatkan penerimaan terhadap mereka oleh teman sekelas mereka. Harapan berikutnya melalui hasil penelitian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan mampu menumbuhkan kerja sama tim dalam kelompok, meningkatkan keaktifan siswa, siswa mampu menyampaikan ide-ide/ gagasan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga dari sini siswa mampu mengembangkan kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta pikiran (Mind Map) terhadap kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa SD pada aspek elaborasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian randomized control group desaign. Penelitian ini dilakukan di SDN Sukabumi Selatan 01 Jakarta Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tes yang mengukur kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa SD pada aspek elaborasi pada materi luas bangun datar segi banyak. Tes yang diberikan terdiri dari 5 soal bentuk uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa SD pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map) adalah sebesar 76,60, sedangkan kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa SD pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional sebesar 47,40. Berdasarkan uji-t diperoleh t hitung = 12,80 dan t tabel sebesar 2,01 dengan taraf signifikan (α) = 5% dan
6. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam meningkatkan kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan TKAS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa.
Nurhayati, R.M. (2013). Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika pada Penjumlahan Pecahan Menggunakan Pendekatan PAIKEM Siswa Kelas V SDN 228/IX Sei Bertam. [Online]. Tersedia: http://fkipunja- ok.com/versi_2a/extensi/artikel_ilmiah/artikel/A1D108057_341.pdf. [6 Desember 2013].
Pelaksanaan pembelajaran seperti di atas, tentu tidak dapat mengembangkan kemampuanberpikirsiswa secara optimal, karena siswa cenderung menghapal, belajar lebih diartikan untuk mengejar nilai agar lulus/naik kelas, siswa pasif, jawaban atas pertanyaan dari guru dijawab serentak oleh siswa, dan siswa takut bertanya. Hal inilah yang dikritik oleh Freudenthal. Dia berpendapat, bahwa matematika adalah aktivitas manusia (human activity) dan semua unsur matematika dalam kehidupan sehari-hari harus diberdayakan untuk membelajarkan matematika di kelas. Pengetahuan matematika itu dibangun oleh manusia (mereka yang mengetahui) by doing mathematics, bukan suatu barang jadi yang tinggal ditemukan saja (Van Heuvel, 1992). Pandangan ini didukung oleh filsafat konstruktivisme, yang mengatakan bahwa pengetahuan itu dikonstruksi oleh mereka yang mengetahui (Suparno, 1997).
1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran dengan Kooperatif Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu sarana untuk melibatkan aktivitas siswa secara optimal dalam memahami konsep matematika sehingga konsep yang semula abstrak akan lebih cepat dipahami secara terintegrasi. Dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW) belajar siswa menjadi bermakna karena ia dapat melihat hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang dikenalnya. Hal ini diharapkan membuat siswa mengubah pandangannya dengan tidak menganggap lagi matematika sebagai pelajaran yang sulit dan siswa sebenarnya memiliki kemampuan untuk mempelajari mata pelajaran ini sehingga pada akhirnya siswa diharapkan lebih mempunyai kepercayaan diri dalam belajar matematika.
Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya. Untuk mengembangkan kompetensi tersebut, di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang diberlakukan, disusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai landasan pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil deskriptif kemampuanberpikirkreatif matematis siswa dari persentase setiap skor pada tiap indikator terhadap skor total kemudian dikualifikasikan kualitas kemampuanberpikirkreatif diperoleh hasil sebagai berikut: hasil pretes pada kelas eksperimen sebanyak 35 siswa termasuk pada kategori kurang kreatif, selanjutnya postes diperoleh hasil sebagai berikut: 8 siswa kurang kreatif, 22 siswa cukup kreatif, 4 siswa kreatifnya baik dan 1 siswa kreatifnya sangat baik. Kualitas kemampuanberpikirkreatif pretes pada kelas kontrol diperoleh hasil sebagai berikut 37 siswa termasuk pada kategori kurang kreatif. Hasil postes kelas kontrol sebagai berikut: 26 siswa kurang kreatif, 11 siswa cukup kreatif dan tidak ada siswa kategori sangat baik dan baik kreatifnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran generatif memiliki peningkatan jumlah siswa yang memenuhi kategori kreatif, hanya 8 siswa yang masih kurang kreatif ini disebabkan siswa tersebut tidak menyenangi matematika dan kurang berusaha untuk meningkatkan kemampuanberpikir kreatifnya, minat dan kegigihan untuk belajar matematikanya kurang. Peningkatan kemampuanberpikirkreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran generatif lebih baik dibanding peningkatan kemampuanberpikirkreatif matematis siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.
a) Jika data normal, uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α , maka sebaran berdistribusi normal. Jika datanya normal selanjutnya uji homogenitas. Untuk menguji homogenitas varians menggunakan uji Levence dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α , sehingga disimpulkan data berasal dari populasi yang varians sama. Jika data homogen, maka statistik yang akan digunakan untuk menguji perbedaan kemampuanberpikirkreatif dan disposisi matematik dari masing-masing level siswa digunakan Analysis of Variance (ANOVA) dua jalur dengan desain faktorial 3 2 , terdiri tiga level kompetensi matematik (tinggi, sedang dan rendah) dan dua metode (Ruseffendi, 1993: 431). Dengan ANOVA dua jalur untuk mengetahui pengaruh faktor pembelajaran terhadap kemampuanberpikirkreatifmatematik dan disposisi matematik. Uji-t dilakukan untuk menguji apakah pada masing-masing kelompok tingkat kompetensi matematik, siswa kelompok tinggi atau sedang memiliki kemampuanberpikirkreatif dan disposisi matematik lebih baik dari kelompok rendah. Selanjutnya dilakukan uji asosiasi dengan menggunakan uji Spearman's rho untuk mengetahui asosiasi antara kemampuanberpikirkreatifmatematik dengan disposisi matematik.
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuanberpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
LKS dirancang sesuai tahapan-tahapan pada pendekatan model-eliciting ectivity . Kegiatan yang dirancang dalam LKS ini diawali dengan artikel terkait dengan materi yang akan diajarkan, dengan tujuan untuk memberikan motivasi dan daya tarik pada siswa untuk mengkaji materi dan menelaah masalah yang diberikan selanjutnya. Tahap berikutnya siswa diberikan sebuah masalah yang mengarahkan siswa untuk menemukan model matematika, baik rumus atau langkah-langkah. Tahap terakhir, setalah siswa menemukan model yang dicari, siswa diarahkan untuk menggunakan model yang telah ditemukan untuk menyelesaikan masalah yang terkait. Semunya tergambar dalam LKS yang terdapat pada lampiran.
terhadap kemampuanberpikirkreatif). Salah satu penyebab hal tersebut adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional yaitu model pembelajaran langsung. Hal ini mengakibatkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang menarik, tidak menantang, dan sulit untuk mencapai target yakni menggali kreativitas siswa. Dalam pembelajaran yang berlangsung guru bertindak sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai penerima (transfer of knowledge). Akibatnya siswa mengalami kemalasan dan kejenuhan dalam belajar yang mengakibatkan siswa malas berpikir. Malas berpikir ini akan menghambat munculnya berpikirkreatif pada siswa.
Atas dasar inilah, peneliti ingin meningkatkan kemampuanberpikirkreatif matematis dan percaya diri (self-confidence) siswa SMP. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuanberpikirkreatif matematis dan self- confidence. Salah satu caranya adalah melalui pembelajaran matematika di kelas. Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia tentu tidak tinggal diam. Peningkatan dua hal ini sudah menjadi salahsatu tujuan dalam kurikulum. Seperti yang tertera dalam tujuan pendidikan nasional (Sisdiknas, 2003) yaitu mengembangkan potensi diri diantaranya cakap dan kreatif.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuanberpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari- hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan (Hudoyo, 2005:1). Oleh sebab itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, baik oleh siswa SD, SMP, SMA juga oleh mahasiswa perguruan tinggi.
Berpikir berkaitan dengan apa yang terjadi di dalam otak manusia dan fakta-fakta yang ada dalam lingkungan sekitar. Hasil utama dari proses berpikir dapat membangun pengetahuan, penalaran, dan proses yang lebih tinggi mencapai tahapan mempertimbangkan. Kemampuanberpikir reflektif dalam matematika yang memuat kemampuanberpikir kritis dan kemampuanberpikirkreatif, akan berkesempatan dimunculkan dan dikembangkan ketika siswa sedang berada dalam proses yang intens dalam pemecahan masalah matematika yang membutuhkan keterampilan, pemahaman, penalaran, dan ketelitian.
perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan serta proses pembelajaran yang belum optimal. Selama ini, kebanyakan guru menggunakan metode yang tidak bervariasi, bersifat monoton dan hanya berpusat pada guru. Dalam proses pembelajaran umumnya guru asyik sendiri menjelaskan apa-apa yang telah dipersiapkannya. Demikian juga siswa asyik sendiri menjadi penerima informasi yang baik. Akibatnya siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa makna dan pengertian sehingga dalam menyelesaikan soal siswa beranggapan cukup dikerjakan seperti apa yang dicontohkan. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dengan alternatif lain. Akan tetapi seharusnya guru memberi penyelesaian masalah yang dapat meningkatkan kemampuan matematika (Doing Match).
Uji Perbedaan Dua Rerata Data Pretes KemampuanBerpikir Kritis Matematik --------------------------------------- Uji Normalitas Data Gain KemampuanBerpikir Kritis Matematik ---------------------------------------------------------- Uji Homogenitas Varians Data Gain KemampuanBerpikir Kritis Matematik -------------------------------------------------- Uji Perbedaan Dua Rerata Data Gain KemampuanBerpikir Kritis Matematik -------------------------------------------------- Rerata Pretes, Postes, dan Gain KemampuanBerpikir Kritis MatematikSiswa Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa --- Hasil Uji Homogenitas Gain Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa -- Hasil Uji ANOVA ------------------------------------------------ Hasil Uji Perbandingan Rerata Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kemampuan Awal ---------- Hasil Uji Homogenitas Gain Berpikir Kritis Matematik Kelas Kontrol Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa ------- Hasil Uji ANOVA ------------------------------------------------ Hasil Uji Perbandingan Rerata Berpikir Kritis Matematik Kelas Kontrol Berdasarkan Kemampuan Awal --------------- Rekapitulasi Hasil Pretes KemampuanBerpikirKreatifMatematik ---------------------------------------------------------- Uji Normalitas Data Pretes KemampuanBerpikirKreatifMatematik ---------------------------------------------------------- Hasil Uji Homogenitas Varians Data Tes Awal KemampuanBerpikirKreatifMatematik ---------------------- Hasil Uji Perbandingan Dua Rerata Data Pretes KemampuanBerpikirKreatifMatematik ---------------------- Uji Normalitas Data Postes KemampuanBerpikirKreatifMatematik ----------------------------------------------------------
1. Untuk guru bidang studi matematika, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika berbantuan WinGeom dapat meningkatkan kemampuanberpikirkreatif dan komunikasi matematiksiswa, sehingga dapat menjadi alternatif pendekatan pembelajaran matematika. Guru sebagai fasilitator disarankan untuk selalu mendorong siswa untuk mencoba hal yang baru berkaitan dengan penggunaan software pada saat pembelajaran dan mengantisipasi kendala-kendala yang
Berkaitan dengan kepekaan, kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam proses berpikir yang melahirkan gagasan (kreatif) dipandang perlu adanya suatu tindakan lanjut untuk membenahi serta menata dengan baik, teratur, dan rinci apa yang telah dihasikan. Hal ini perlu dilaksanakan agar siswa tidak kehilangan kesempatan dalam suasana belajar, terutama sebelum siswa sempat lupa akan ide- ide yang baik. Penataan yang teratur dan rinci ini membuka kesempatan padanya untuk sewaktu-waktu dapat mengulangi atau membaca serta menkaji kembali apa yang siswa pelajaran dan hasilkan.
Instrumen untuk tes kemampuanberpikir kritis dan berpikirkreatifmatematik disusun dengan memperhatikan tiap indikator kemampuanberpikir kritis dan berpikirkreatifmatematik yang diberikan dalam bentuk uraian. Penyusunan tes diawali dengan penyusunan kisi-kisi tes berpikir kritis dan berpikirkreatifmatematik, kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban (Lampiran B). Soal yang dibuat selanjutnya dimintai pertimbangan kepada rekan-rekan mahasiswa S2 pendidikan matematika yang berstatus guru dan dianggap kompeten di bidang matematika khususnya materi persamaan, fungsi, dan pertidaksamaan kuadrat. Setelah itu soal-soal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing guna mengetahui bahwa tes yang digunakan sudah baik.