Penilaiankinerjapengawassekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh seorang pengawas madrasah telah melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010, yaitu melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan terhadap guru dan kepala sekolah, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, penilaiankinerja guru dan kepala madrasah, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Hasil penilaiankinerjapengawas madrasah ini sangat berguna untuk bahan refleksi, peningkatkan kinerja serta peningkatan profesionalisme pengawas madrasah.
Secara teknis, pelaksanaan penilaiankinerja terhadap guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah merupakan tanggung jawab pengawassekolah/madrasah. Dalam pelaksanaan penilaiankinerja tahunan dilakukan oleh pengawassekolah/madrasah dengan menggunakan pedoman penilaiankinerja kepala sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Sedangkan dalam pelaksanaan penilaian empat tahunan dilaksanakan oleh atasan langsung dengan mempertimbangkan penilaiankinerja oleh tim penilai yang terdiri dari pengawassekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan dan komite sekolah. Hasil penilaiankinerja ditindaklanjuti oleh kepala dinas sebagai bahan pertimbangan promosi, periodisasi jabatan dan perhitungan angka kredit serta menjadi bahan dalam membuat rumusan rekomendasi PKBG (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru) pada komponen kinerja yang dinilai lemah.
Pengawassekolah sebagai tenaga kependidikan mempunyai peran sangat strategis dalam meningkatkan kinerjasekolah melalui pembinaan dan pengawasan bidang akademik dan manajerial. Untuk melaksanakan peran strategis itu, pengawassekolah harus memenuhi kompetensi seperti yang diatur dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar PengawasSekolah/Madrasah.
Pelaksanaan tugas pokok pengawas dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan program pengawasan sesuai dengan rincian kegiatan pengawas tentunya mengacu pada pemenuhan beban kerja yang telah ditetapkan dan dihitung dalam siklus mingguan. Kegiatan pengawassekolah dapat diwujudkan dalam bentuk tatap muka baik dengan guru maupun dengan kepala sekolah dan kegiatan non tatap muka. Kegiatan non tatap muka pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas perencanaan dan evaluasi kegiatan pengawasan. Dengan demikian sesuai dengan pengaturan distribusi beban kerja pengawassekolah maka pelaksanaan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan termasuk kategori kegiatan non tatap muka yang diperhitungkan beban kerjanya. Pemenuhan beban kerja melalui rincian kegiatan dinilai dalam bentuk penilaiankinerjapengawas. Kinerjapengawassekolah pada hakekatnya merupakan prestasi kerja yang dapat dinilai dengan angka kredit. Prestasi kerja PengawasSekolah adalah hasil penilaian terhadap proses hasil kerja yang dicapai PengawasSekolah dalam melaksanakan tugasnya. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang PengawasSekolah dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya. Secara umum ruang lingkup evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan terdiri atas:
Penilaian guru pemula merupakan penilaiankinerja berdasarkan kompetensi guru: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut dapat dinilai melalui observasi pembelajaran/pembimbingan serta observasi pelaksanaan tugas lain. Observasi pembelajaran/pembimbingan diawali dengan pertemuan praobservasi yang dilaksanakan untuk menentukan fokus sub-kompetensi guru yang akan diobservasi (maksimal 5 sub-kompetensi), kemudian pelaksanaan observasi yang dilakukan terhadap fokus sub- kompetensi yang telah disepakati, dan diakhiri dengan pertemuan pasca observasi untuk membahas hasil observasi dan memberikan umpan balik berdasarkan fokus sub- kompetensi yang telah disepakati bersama, berupa ulasan tentang hal-hal yang sudah baik dan hal yang perlu dikembangkan.
Wewenang yang diberikan kepada pengawassekolah meliputi: (1) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, (2) menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi beserta faktor- faktor yang mempengaruhinya, (3) menentukan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan. Pemantauan merupakan pengawasan yang dilaksanakan langsung terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hal ini dilakukan untuk melihat secara riil pelaksanaan proses pendidikan secara komprehensif dan faktual. Supervisi dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan situasi dan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas, sedangkan Evaluasi dimaksukkan sebagai proses penilaian terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, apakah sudah dapat mencapai kompetensi yang menjadi target dalam perencanaan pembelajaran. Pelaporan merupakan data tertulis yang diperolah dari hasil pemantauan, supervisi dan evaluasi. Data tersebut sekaligus menjadi acuan untuk perbaikan dan peningkatan proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Tindak lanjut merupakan lingkup terakhir dalam pengawasan yang lebih diarahkan kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk mendistribusikan dan koordinasi bagi kebijakan-kebijakan yang perlu diambil kemudian. Perlu disadari sebelumnya bahwa pembinaan profesional yang distimulasi atau dilakukan oleh pihak pengawas terhadap guru dan kepala sekolah tidak akan berhasil bila tidak diikuti dengan kesadaran pribadi.
MELAKSANAKAN PENILAIAN KINERJA GURU DAN KEPALA SEKOLAH Satuan Hasil Angka Kredit Kriteria Bukti Fisik Pelaksana Setiap laporan setiap tahun Pengawas muda = 4 Pengawas madya = 6 [r]
Penyiapan calon kepala sekolah/madrasah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memilih guru-guru berpotensi dan berpengalaman terbaik yang siap menerima tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah. Prosesnya mencakup dua tahapan, yakni (1) rekrutmen, dan (2) pendidikan dan pelatihan. Rekrutmen meliputi kegiatan (1) pengusulan calon oleh kepala sekolah/madrasah, (2) seleksi administratif, dan (3) seleksi akademik. Calon yang diusulkan harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 2 ayat (2) Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010. Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian terhadap kelengkapan dokumen yang diserahkan oleh calon. Calon yang telah memenuhi persyaratan umum dan khusus dinyatakan lulus dan berhak mengikuti seleksi akademik. Seleksi akademik dilakukan untuk mengungkap potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah melalui rekomendasi dari kepala sekolah dan pengawas sekolahnya, penilaiankinerja guru, penilaian potensi kepemimpinan (PPK), dan penulisan makalah kepemimpinan. Calon yang lulus seleksi akademik mengikuti pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Pendidikan dan pelatihan ini merupakan kegiatan pemberian pengalaman teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan calon pada dimensi kompetensi kepribadian, sosial, manajerial, supervisi, dan kewirausahaan.
Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah, untuk melaksanakan penilaiankinerja guru dan penilaiankinerja kepala sekolah dilakukan oleh pengawassekolah. Sedangkan kepala sekolah melaksanakan penilaiankinerja guru bagi guru – guru di sekolahnya. Maka kepala sekolah wajib memahami prosedur penilaiankinerja guru secara baik, untuk itu peneliti sebagai pengawassekolah melakukan penelitian tindakan pengawassekolah ( PTPS ) dengan mempertimbangkan kurikulum yang berlaku di sekolah. Berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah binaan, maka sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 adalah: SMP Negeri 1 Salatiga, SMP Negeri 8 Salatiga dan SMP Kristen 2 Salatiga, sekolah yang lain akan menyusul tahun berikutnya. Akhirnya peneliti menggunakan subyek penelitian 3 sekolah binaan tersebut, karena instrumen penelitian yang digunakan merupakan instrumen yang berlaku sesuai dengan kurikulum 2013.
1. Berdasarkan komponen penilaian dan metode penilaian yang digunakan dalam penilaiankinerja kepala SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat, maka yang digunakan nampak lebih mengarah pada komponen out put dengan pendekatan yang mengarah pada hasil kerja (result approach). Dimana kepala sekolah dinilai lebih banyak berdasarkan hasil kerjanya dengan melihat dokumen-dokumen/bukti-bukti kerja yang terkait dengan tugas pokok kepala sekolah, sementara penilaian input (awal kondisi sekolah ketika kepala sekolah menjabat) serta penilaian proses (yang terkait bagaiaman hasil kerja itu diperoleh) belum bisa terungkap dalam penilaiankinerja kepala SMP Negeri di kabupaten bandung barat. Apalagi penilaian bagi kepala sekolah yang tugasnya disekolah secara geografis jauh dari ibu kota kabupaten atau sekolah yang sulit terjangkau kendaraan. Hal tersebut kurang bisa dipotret karena para penilai (pengawas) juga intensitas pengamatannya masih terbatas, walaupun penilaian sudah melibatkan tim penilai. 2. Berdasarkan kriteria keterandalan, sensitivitas, relevansi, akseptabilitas
Guru diwajibkan mengusulkan penilaian angka kredit berdasarkan hasil penilaiankinerja yang telah dilakukan “Penilai” (SK Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau UPTD Pendidikan Kecamatan tentang penetapan dan pengangkatan pengawas/kepala sekolah/guru sebagai penilai dengan daftar nama guru yang menjadi tanggung jawabnya dan rincian tugas dan tanpa SK Penilai ini, maka penilaian yang dilakukan adalah menjadi TIDAK SAH) kepada pengawas/kepala sekolah setiap tahun dengan bukti fisik sebagai berikut :
PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA GURU Dilakukan setiap tahun oleh kepala sekolah/madrasah atau pengawas atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah yang telah memaha[r]
Pengawassekolah juga harus jeli bahwa kompetensi kepala sekolah, termasuk dalam tugas-tugasnya sebagai manajer sekolah di antaranya harus memahami kurikulum. Aspek yang dinilai adalah pengetahuan kepala seko- lah dalam memahami kurikulum yang merupakan jantungnya lembaga pendi- dikan. Dengan demikian kepala sekolah dalam upaya mewujudkan kinerjanya dalam bidang ini, ia harus mampu untuk: (1) memfasilitasi sekolah untuk membentuk dan memberdayakan tim pengembang kurikulum; (2) memberda- yakan tenaga kependidikan sekolah agar mampu menyediakan dokumen-do- kumen kurikulum; (3) memfasilitasi guru untuk mengembangkan standar kom- petensi setiap mata pelajaran; (4) memfasilitasi guru untuk menyusun silabus setiap mata pelajaran; (5) memfasilitasi guru untuk memilih buku sumber yang sesuai untuk setiap mata pelajaran; (6) mengarahkan tenaga kependidikan un- tuk menyusun rencana dan program pelaksanaan kurikulum; (7) membimbing guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar; (8) mengarahkan tim pengembang kurikulum untuk mengupayakan kesesuaian kurikulum dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), tuntutan dan kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik; (9) menggali dan memobilisasi sumberdaya pendidikan; (10) mengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan kurikulum lokal; (11) mengevaluasi pelaksanaan kuriku- lum.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan guru sebagai kepala sekolah/madrasah, Pasal 12 menyatakan bahwa: (1) Penilaiankinerja kepala sekolah/madrasah dilakukan secara berkala setiap tahun dan secara kumulatif setiap empat tahun; (2) Penilaiankinerja tahunan dilaksanakan oleh pengawassekolah/madrasah; (3) Penilaiankinerja empat tahunan dilaksanakan oleh atasan langsung dengan mempertimbangkan penilaiankinerja oleh tim penilai yang terdiri dari pengawassekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah/madrasah dari tempatnya bertugas; (4) Hasil penilaiankinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik, baik, cukup, sedang atau kurang.
2. Kompetensi Pengawas (Variabel X2) di Dinas Pendidikan Kota Bekasi tergolong ‘Sangat Baik’ hal ini dapat berarti bahwa, aspek-aspek yang berkaitan dengan ‘Kompetensi Pengawas (X2)’ sering bahkan selalu dilakukan oleh para pengawas. Seperti aspek-aspek: a) Kompetensi Kepribadian; b) Kompetensi Supervisi Managerial; c) Kompetensi Supervisi Akademik; d) Kompetensi Evaluasi Pendidikan; e) Kompetensi Penelitian dan Pengembangan; Dan f) Kompetensi Sosial. 3. KinerjaPengawas (Variabel Y) di Dinas Pendidikan Kota Bekasi
MANAJEMEN PENINGKATAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH Studi Tentang Pembinaan Pengawas Sekolah Menengah Atas Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Makassar DISERTASI Diajukan untuk Memenu[r]
Dari fenomena-fenomena yang terjadi bila dikaitkan dengan tujuan penilaiankinerja itu sendiri, maka Penilaiankinerja yang efektif hendaknya mampu menerjemahkan misi, visi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional (Fathoni dan Inda Kesuma; 2011, hlm 327). Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang efektivitas penilaiankinerja kepala sekolah sebagai alat penilaian merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar penilaian yang diberikan benar-benar mengukur kinerja kepala sekolah sekaligus penilaiankinerja yang dilakukan memberikan manfaat bagi lembaga penyelenggaran pendidikan. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Studi Efektivitas PenilaianKinerja Kepala SMP Negeri Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 ”.
13 Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 3 14 Megembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif 3 Jumlah (Hasil penilaiankinerja guru) 49 *) Nilai diisi berdasarkan laporan dan evaluasi PK Guru, Nilai minimum per kompetensi = 1 dan nilai
3. Kerangka pikir pemecahan masalah 4. Pendekatan dan metode pengawasan 5. Hasil Pengawasan pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau kepala sekolah yang memenuhi sepuluh aspek : (Aspek, Kegiatan, Sasaran,Target, Metode, Hambatan, Ketercapaian, Kesimpulan, Tindak lanjut, Lampiran)