Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu yang dikenal didunia sebagai RHA (Rice Husk Ash) atau abu sekam bakar. Dengan proses pembakaran sekam padi pada suhu 400 0 C- 500 0 C menghasilkan silika amorphus. Silika amorphus diduga merupakan sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon, dan tepung nitrid silikon (Katsuki et.al 2005). Konversi sekam padi menjadi abu sekam setelah melalui proses karbonisasi merupakan sumber pozzolan potensial sebagai bahan tambahan pada beton. Melihat karakteristik abu sekam padi serta banyaknya limbah dari abu sekam padi yang diperoleh dari pabrik pembakaran batu bata, maka pada penelitian ini akan di tinjau bagaimana “PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI (RICE HUSK ASH) PADA PERVIOUSCONCRETE ”.
Perubahan fungsi lahan yang terus meningkat yang salah satunya diakibatkan dari pembangunan baru berdampak terhadap perubahan tata air alamiah sehingga memperluas lapisan kedap air. Salah satu upaya mengurangi limpasan air dan menam- bah infiltrasi kedalam tanah merupakan teknologi drainase perviousconcrete berwawasan lingkungan. Sebagai agregat campu- ran, limbah pecahan gerabah pada perviousconcrete memiliki kelebihan tersendiri. Limbah pecahan gerabah memiliki nilai kuat patah, sifat mudah menyerap air,dan memiliki pori pori material yang lebih besar dibanding batu sehingga mudah mene- ruskan dan meluluskan aliran air ke dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan, porositas, per- meabiltas, hubungan antara kuat tekan dengan porositas dan mengetahui hubungan antara porositas dan permeabilitas pada perviousconcrete dengan campuran agregrat limbah gerabah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen di laboratorium. Variasi penggantian agregat kasar kerikil dengan agregat pecahan limbah gerabah sebesar 0%, 44.6%, 50.9% dan 100%. Pada masing-masing variasi terdiri dari 3 benda uji. Benda uji kuat tekan adalah silinder beton diameter 15 cm tinggi 30 cm, se- dangkan benda uji permeabilitas dan porositas adalah silinder diameter 10 cm dan tinggi 6,3 cm. Pengujian kuat tekan den- gan umur 7,14,21, dan 28 hari, sedangkan porositas dan permeabilitas beton diuji pada umur beton 28 hari. Uji porositas dengan metode VIM (Void in Mix), permeabilitas dengan metode falling head water permeability test juga dilakukan pada benda uji umur 28 hari. Penggantian kerikil dengan limbah pecahan gerabah ternyata meningkatkan nilai porositas dan koefisien permeabilitas beton tetapi menurunkan nilai kuat tekan beton. Dari hasil pengujian uji kuat tekan umur 28 hari pervious con- crete dengan variasi 0%, 44.6%, 50.9%, 100% campuran pecahan agregrat limbah gerabah memberikan hasil 5.662 MPa; 5.473 MPa; 3.963 MPa; 2.925 MPa. Pengujian nilai porositas perviousconcrete yang dihasilkan dari pencampuran pecahan agre- grat limbah gerabah 0%, 44.6%, 50.9%, dan 100% adalah 29.048%; 30.33 %; 31.941 %; 39.317 %. Nilai uji permeabilitas menggunakan bahan pengikat semen dengan variasi 0%, 44.6%, 50.9%, 100% campuran pecahan agregrat limbah gerabah memberikan hasil 0,0758 cm/dtk; 0,1203 cm/dtk; 0,1343 cm/dtk; 0,2487 cm/dtk dan hasil tanpa semen adalah 18.4798 cm/dtk; 21.0162 cm/dtk; 21.7312 cm/dtk; 25.9522 cm/dtk. Dari data tersebut menunjukan hubungan kuat tekan terhadap porositas adalah bahwa semakin besar nilai kuat tekan maka nilai porositas semakin sedikit. Sedang semakin besar nilai poro- sitas semakin besar pula nilai permeabilitas yang dihasilkan.
Saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “ Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi ( Rice Husk Ash ) pada PerviousConcrete” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, Saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
7 Dewi Herawati, 2014 Penerapan pembelajaran tematik model cooperative learning tipe teams games tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang peristiwa alam Universita[r]
Perviousconcrete adalah beton yang dibentuk dari campuran semen, agregat kasar, air dengan bahan tambah atau admixture. Perviousconcrete atau beton pervious dapat dibuat dengan menggunakan sedikit agregat halus atau bahkan menghilangkan penggunaan agregat (Van Midde & Son Concrete, 2009). Teknologi ini menghasilkan suatu beton yang dapat mengalirkan air yang ada pada permukaannya langsung ke tanah, karena pada strukturnya terdapat pori – pori diantara ikatan agregat-agregatnya.
Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori sehingga beratnya berkurang (Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, 2009). Perviousconcrete adalah beton yang dibentuk dari campuran semen, agregat kasar, air dengan bahan tambah atau admixture. Beton ini dibuat dengan menggunakan sedikit agregat halus atau bahkan menghilangkan penggunaan aggregat (Van Midde & Son Concrete, 2009). Teknologi ini menghasilkan suatu beton yang mampu mengalirkan air yang ada di permukaannya langsung ke lapisan di bawahnya, karena strukturnya memiliki pori – pori diantara ikatan agregat-agregatnya.
Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu yang dikenal didunia sebagai RHA (Rice Husk Ash) atau abu sekam bakar. Dengan proses pembakaran sekam padi pada suhu 400 0 C- 500 0 C menghasilkan silika amorphus. Silika amorphus diduga merupakan sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon, dan tepung nitrid silikon (Katsuki et.al 2005). Konversi sekam padi menjadi abu sekam setelah melalui proses karbonisasi merupakan sumber pozzolan potensial sebagai bahan tambahan pada beton. Melihat karakteristik abu sekam padi serta banyaknya limbah dari abu sekam padi yang diperoleh dari pabrik pembakaran batu bata, maka pada penelitian ini akan di tinjau bagaimana “PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI ( RICE HUSK ASH ) PADA PERVIOUSCONCRETE ”.
Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori sehingga beratnya berkurang (Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, 2009). Perviousconcrete adalah beton yang dibentuk dari campuran semen, agregat kasar, air dengan bahan tambah atau admixture. Beton ini dibuat dengan menggunakan sedikit agregat halus atau bahkan menghilangkan penggunaan aggregat (Van Midde & Son Concrete, 2009). Teknologi ini menghasilkan suatu beton yang mampu mengalirkan air yang ada di permukaannya langsung ke lapisan di bawahnya, karena strukturnya memiliki pori – pori diantara ikatan agregat-agregatnya.
3. Dari hasil analisa bahwa persen kadar penambahan abu sekam padi sebesar 2,5% merupakan kadar optimal karena menghasilkan kuat tekan yang maksimal yaitu 15,2 Mpa dengan nilai permeabilitas 0,7669 cm/detik. Nilai permeabilitas tersebut memenuhi persyaratan perviousconcrete yaitu antara 1,4 cm/detik – 1,22 cm/detik.
Perviousconcrete is a concrete that has a cavity that can be traversed by water, and has close to zero slump value. The cavity on perviousconcrete has caused the less compressive strength, so its application is only limited for the area of landscaping, sidewalk, and parking areas that are not passed through by heavy loads. One of the ways that can be done to improve the compressive strength of perviousconcrete and that still have a permeability value that can fulfill the requirements through adding ingredients that can enhance the power of pasta. Rice husk ash is a potential source of pozzolan that can be used as an additive in concrete, because it contains amorphous silica. This study aimed to determine the effect of rice husk ash on perviousconcrete. Percentage amount of rice husk ash as an ingredient added was 2.5%, 5%, 7.5%, and 10%. This study has 12 samples with different variants and with the water cement factor of 0.35. The curing for perviousconcrete was through soaking it in water. The test include permeability and compressive strength tests. In the result of permeability test showed that the entire sample fulfill the requirements of the ACI 522R-10 regulations that is from 0.14 cm/sec until 1.22 cm/sec. The test of concrete compressive strength was applied at the 7, 14, 28 and 56 days after the process. The obtained results of the study with the addition of rice husk ash showed that at the 56 days, the compressive strength increased to 24.29% at a 2.5% of the addition of rice husk ash, from 12.23 MPa to 15.2 MPa. So, the optimal value addition of rice husk ash was 2.5% .
6 Ness dan Verley (1996) telah melakukan analisis konsentrasi regangan pada bagian field joint pada pipeline yang dilapisi oleh concrete coating dengan menggunakan semi- analytical model. Begitu juga dengan Nourpanah dan Taheri (2009) yang melakukan penelitian tentang sliding yang terjadi antara lapisan concrete dan baja (steel) dengan menggunakan FEM (Finite Element Model). Salah satu tujuan analisis tersebut adalah untuk menganalisis shear stress yang terjadi pada lapisan anti-corrosion layer sehingga beban dan displasmen relatif antara steel dan concrete dapat diukur. Penulis mengacu pada referensi ini untuk menganalisis concrete sliding pada pipeline. Menurut Ness dan Verley, pada regangan global rendah, sliding terjadi pada daerah dekat dengan Field Joint. Namun seiring dengan meningkatnya regangan global, sliding hampir terjadi pada seluruh bagian pipeline. Hal ini yang akan dianalisis oleh penulis nantinya dengan menggunakan software ANSYS. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penulis mengajukan penelitian mengenai concrete crushing dan concrete sliding yang terjadi pada pipeline dan beserta distribusi regangan yang terjadi dengan variasi kedalaman dan sudut stinger.
air as a side effect of producing ordinary portland cement, geo- polymer concrete now is extensively developed. Roy (1999) re- ported that in producing one ton of ordinary portland cement will produce one ton of carbon dioxide released to the air and it gives contribution to global warming. Therefore, now geopolymer con- crete becomes popular material, because it does not use ordinary portland cement for binder, but it uses natural material such as fly ash and rice hush ash as a binder. Davidovits (1994) stated that natural materials for replacing ordinary portland cement in geopolymer concrete must contain high of silica and alumina. These elements will react with alkaline liquid to make polymer- risation process in geopolymer concrete.
Until the last decade, high-strength concrete (HSC) ma- terial is more popular because the main mechanical properties, i.e. high performance, capacity, durability and other propertis. One of the advantageous characteristics of high strength con- crete enables the use of reinforced concrete columns with smaller cross sectional dimensions for high-rise buildings and longer the bridge span for pre-stress concrete beam. Several design equation of high-strength concrete have published and proposed for the design application of structural members; i.e: Ibrahim & Mac Gregor (1997), CEB-FIP (2008), Mertol et al. (2008).
Prism specimens treatment are shown in Fig.2. Specimens were wrapped by wet paper and thin plastic sheet as shown in Fig.2(a), and 2(b). Then, specimens were placed in polyethylene container (d) with water in the bottom and the water was adjusted to a constant level. After completing the measurement, specimens were maintained in controlled room (e).To observe the concrete expansion, prism specimens were made based on RILEM Standards (AAR-3).The size of specimen was 75x75x250 mm.
Aggregates and Their Use in Construction. Proceedings of the International Conference on the Use of Recycled Concrete Aggregates. Edited by: R.K. Dhir, N.A. Henderson and M.C. Limbachiya, Thomas Telford, UK., pp. 275-286. KOU Shi-Cong. 2011. Influence of recycled aggregates on long term mechanical
The plastic hinge length was assumed as 915 mm, which is equal to half the pile diameter, to calculate the moment rotation. The confined concrete model was reduced to incorporate the effects of concrete arching action (Paulay and Priestley, 1992). Figure 4a shows a discretised cross-section for the undeformed condition and Figure 4b presents a deformed cross-section at the ultimate load, with the bottom in compression about the x axis. Figure 4b shows an image of the deformed cross-section that
Protocol United Nation Framework Convention on Climate Change [4] has agreed to implement many policies related to climate change. One policy is to “ implement encouragement of appropriate reforms in relevant sectors aimed at promoting policies and measures which limit or reduce emissions of greenhouse gases not controlled by the Montreal Protocol ” ; another policy is also to “ implement the research on, and promotion, development and increased use of, new and renewable forms of energy, of carbon dioxide sequestration technologies and of advanced and innovative environmentally sound technologies ” . Hence, the cement and concrete industries can create and develop technologies to reduce greenhouse gases emission as well as CO 2 emission.
Dari hasil perencanaan dapat disimpulkan bahwa portal dengan bentang yang terlalu panjang lebih ekonomis didesain menggunakan Prestressed Concrete dibandingkan dengan Reinforced Concre[r]
1) Pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Utama (2006) dan Kurniawan (2010) mempunyai kesamaan yaitu menggunakan Asphalt Concrete sebagai campuran aspal agregat. 2) Pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh