Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter M. Jimmy JS. Siregar dan kawan-kawan, bertugas di Departemen Ilmu Bedah FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang melaksanakan penelitian tentang hubungand-dimer terhadap prognosiscederakepala sedang yang tidak dilakukantindakanoperasi pada anak/kerabat Bapak/Ibu. Bersama ini kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orang tua/kerabat dari ____________________ untuk melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak/kerabat Bapak / Ibu tersebut. Kami juga memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan ekokardiografi pada anak/kerabat setelah selesai kemoterapi dengan doksorubisin siklus ketiga dan siklus keenam di RSUP H Adam Malik Medan.
Koagulopati disebutkan merupakan komplikasi potensial dari trauma yang dapat disebabkan oleh kerusakan parenkim otak. Suatu penelitian pada anak yang mengalami trauma kepala akibat penganiayaan anak didapati pemanjangan Prothrombin Time (PT) dan aktivasi koagulasi merupakan komplikasi yang sering terjadi. Juga disimpulkan bahwa kelainan koagulasi tersebut tampaknya bukan menggambarkan diatesis perdarahan yang sudah ada sebelumnya (Kauvar, 2005). Komplikasi ini sudah banyak diteliti pada pasien dewasa. Suatu review mendapati bahwa koagulopati pada cederakepala akibat trauma merupakan faktor independen penting yang berkaitan dengan prognosis (Saggar, 2009). Penelitian pada cederakepala tertutup sedang dan berat menyimpulkan bahwa kelainan hemostatis merupakan prediktor independen dari mortalitas dini dimana peningkatan prothrombine time (PT), Fibrinogen Degradation Product (FDP) dan D-dimer berhubungan
Siregar Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Keahlian Dalam Bidang Ilmu Bedah Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS D[r]
dengan nilai GOS adalah lemah dan tidak bermakna (p = 0,06; r = 0,41) dan hubungan antara jarak waktu setelah cederakepala sampai dilakukanoperasi dengan nilai GOS adalah sangat kuat dan signifikan (p = 0,001; r = (-)0,66) , dimana semakin cepat penderita perdarahan subdural akut dilakukantindakanoperasi, maka semakin baik prognosisnya.
Menentukan prognosis untuk penderita-penderita dengan cederakepala berat sering kali sulit, suatu upaya yang selalu menjadi beban bagi spesialis bedah saraf. Sebuah prognosis yang akurat adalah sangat penting untuk membuat suatu keputusan apakah informed consent diberikan atau tidak. Kenyataannya walau dokter – dokter yang paling berpengalaman pun sulit untuk menentukan prognosis akhir segera setelah cedera. Hal ini disebabkan karena keterbatasan penilaian klinik (clinical assessment) awal, lamanya penyembuhan pada penderita cedera berat, dan banyaknya faktor dan variabel yang mempengaruhi prognosa penderita cederakepala berat. Penelitian-penelitian telah dilakukan untuk memperlihatkan hubungan faktor-faktor prognosis tersebut dengan outcome yang dicapai hasil yang bermacam-macam. Dengan adanya parameter- parameter prognosis yang lebih baru dan berbagai tes-tes penunjang telah menolong menentukan potensi untuk penyembuhan fungsional (Satrodiningrat, 2006).
Menentukan prognosis untuk penderita-penderita dengan cederakepala berat sering kali sulit, suatu upaya yang selalu menjadi beban bagi spesialis bedah saraf. Sebuah prognosis yang akurat adalah sangat penting untuk membuat suatu keputusan apakah informed consent diberikan atau tidak. Kenyataannya walau dokter – dokter yang paling berpengalaman pun sulit untuk menentukan prognosis akhir segera setelah cedera. Hal ini disebabkan karena keterbatasan penilaian klinik (clinical assessment) awal, lamanya penyembuhan pada penderita cedera berat, dan banyaknya faktor dan variabel yang mempengaruhi prognosa penderita cederakepala berat. Penelitian-penelitian telah dilakukan untuk memperlihatkan hubungan faktor-faktor prognosis tersebut dengan outcome yang dicapai hasil yang bermacam-macam. Dengan adanya parameter- parameter prognosis yang lebih baru dan berbagai tes-tes penunjang telah menolong menentukan potensi untuk penyembuhan fungsional (Satrodiningrat, 2006).
System, Head Injury Watch Sheet, Maryland Coma Scale, Leeds Coma Scale, Japan Trauma Scale dan lain-lain. Skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale = GCS) yang dilakukan setelah resusitasi paling umum dan banyak dipakai di Internasional bahkan di literatur penelitian neurotrauma. Kelebihan GCS adalah reliabel dan obyektif ketika dilakukan oleh penilai yang berbeda, sederhana, berguna sebagai pedoman terapi dan memberi informasi tentang prognosis (Stein 1996; Ross Bullock et al, 2003). Kendala keterbatasan pengukuran GCS antara lain jika penderita mengalami edema palpebra, terintubasi, patah tulang ekstremitas, intoksikasi alkohol, penggunaan obat sedasi dan blokade muskuler, serangan kejang pasca traumatik, sehingga ada variabel yang tidak bisa dinilai (Feldman, 1996; Ross Bullock et al, 2003).
Sedangkan di Indonesia ternyata cederakepala juga merupakan salah satu ancaman yang serius, ini dapat ditunjukkan dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2007 bahwa cederakepala menduduki urutan ke dua penyakit terbanyak penderita rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia yang menyebabkan kematian dengan case fatality rate (CFR) 4,37%. Ini menunjukan betapa cederakepala merupakan sebuah keadaan yang mengancam jiwa dan menimbulkan kecacatan yang tinggi dan harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Kematian akibat cederakepala yang selama ini kurang mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam dalam tiga tahun terakhir. Dalam enam tahun terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI Yogyakarta cukup tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, tahun 2006 telah terjadi 1.039 kasus kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2005 dan setiap tahun sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan lalu lintas di DIY. Laporan Kepolisian menunjukkan bahwa 88% kematian diakibatkan oleh cederakepala. Sedangkan data yang didapat melalui studi pendahuluan dari Instalasi Rekam Medis RSU PKU Muhammadiyah Bantul data kunjungan pasien di IGD pada tahun 2010 sebanyak 22.307 pasien dan diantaranya 770 (3,45%) adalah cederakepala ringan, 37 (0,17%) pasien adalah cederakepala sedang dan 54 (0,24%) pasien adalah cederakepala berat. Dan kunjungan pasien IGD pada tahun 2011 didapatkan data total kunjungan di IGD sebanyak 20.805 pasien dan diantaranya 777 (3,73%) pasien adalah cederakepala ringan, 59 (0,28%) pasien adalah cederakepala sedang, dan 43 (0,21%) pasien adalah pasien dengan cederakepala berat. Sedangkan kunjungan di tahun 2012 dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei didapatkan data kunjungan total pasien di Instalasi Gawat Darurat sebanyak 9985 pasien dan diantaranyanya 284 (2,84%) adalah penderita cederakepala ringan, 21 (0,21%) pasien cederakepala sedang dan 15 (0,15%) pasien cederakepala berat. Sedangkan definisi dan klasifikasi cederakepala itu sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mepunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada benturan, beberapa mili detik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti kontusio/memar otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma.
Jenis cedera yang dapat m eneybabkan kerusakan kepala dan j aringan ot ak sangat bervariasi dari t ekanan yang paling ringan sam pai kecelakaan lalu lint as. Pada anak kurang dari 4 t ahun cederakepala sering disebabkam oleh j at uh dari m ej a, kursi, t angga, t em pat t idur dan lain- lain. Sedangkan pada anak yang lebih besar sering disebabkan oleh m engendarai sepeda at au karena kecelakaan lalu lint as ( McLaurin RL and Tow bin R, 1990) .
Penelitian oleh Fawzy dan Sudjatmiko (2007) di RSCM Jakarta menemukan rata-rata 14,3 kasus fraktur tulang muka setiap bulannya, 31,4% diantaranya disertai cedera otak serius. Penelitian tersebut menemukan fraktur mandibula sebagai yang tersering (31,30%), diikuti oleh fraktur maksila (23,48%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya fraktur tulang muka 1/3 tengah mengurangi resiko terjadinya cedera otak traumatika yang lebih berat, sementara fraktur mandibula menambah resiko terjadinya cedera otak yang lebih berat, dimana keparahan cedera otak dinilai berdasarkan SKG.
Latar Belakang dan Tujuan: Cederakepala pada wanita dengan kehamilan dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janinnya. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain kematian ibu, syok, perdarahan intrauterin, kematian janin intrauterin, trauma janin, abruptio placenta, ruptur uterin. Penyebab tersering dari trauma tersebut antara lain kecelakaan lalulintas, terjatuh dari ketinggian, kekerasan dalam rumah tangga, dan luka tembak. Banyak penilaian dan penanganan yang unik untuk kasus ini, meskipun evaluasi awal dan resusitasi sasaran utama untuk menyelamatkan ibu. Setelah keadaan ibu stabil baru dilakukan evaluasi dan penilaian dari janin. Monitoring tokokardiografi, pemeriksaan ultrasound, CT-Scan kepala dapat dilakukan disertai dengan tindakan kraniotomi dan atau seksio sesarea.
kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 38 kendaraan (55,9%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah sepeda motor jenis Honda yang sangat banyak kita temukan di jalanan. Penelitian Nurdjanah (2009) mendapatkan bahwa sepeda motor jenis Honda menduduki peringkat pertama sebagai sepeda motor dengan penjualan tertinggi di tahun 2009 disusul oleh jenis Yamaha dan Suzuki. Selain itu, dalam penelitian Sutarto (2003), usia kendaraan lebih dari 5 tahun juga paling banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 42 kasus (61,8%). Hal ini mungkin disebabkan semakin tingginya umur suatu kendaraan maka kemampuan kendaraan tersebut akan semakin menurun seperti fungsi rem, ban, lampu dan sebagainya, terlebih lagi bila tidak dilakukan pemeliharaan. Sutarto (2003) juga menemukan sepeda motor bermesin diatas 90 cc paling banyak mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 56 kasus (82,4%). Hal ini mungkin disebabkan semakin tingginya cc suatu kendaraan maka akan berpengaruh pada kecepatan maksimal yang dapat dihasilkan sepeda motor tersebut sehingga risiko untuk mengalami kecelakaan menjadi besar.
Selain memiliki prognosa yang buruk, kanker ovarium juga seringkali disertai dengan komplikasi terjadinya deep venous thrombosis (DVT) atau Trombosis Vena Dalam yang juga dapat berakibat fatal. DVT ini terjadi karena terbentuknya bekuan darah di vena dalam pada sistem sirkulasi, dimana apabila sebagian dari trombus atau bekuan darah tadi terlepas atau terpisah dari dinding vena, dan pindah melalui aliran pembuluh darah menuju arteri pulmonal akan terjadi suatu keadaan yang disebut emboli paru yang dapat berakibat fatal. Dalam beberapa tahun terakhir dijumpai hubungan peningkatan terjadinya DVT dengan tindakanoperasi sebagai prosedur terapi dari kanker ovarium.
Informed consent merupakan syarat subjektif untuk terjadinya transaksi terapeutik yang bertumpu pada dua macam hak asasi sebagai hak dasar manusia, yaitu hak atas informasi dan hak untuk menentukan nasibnya sendiri. “Setiap manusia dewasa yang berpikrian sehat berhak untuk menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya sendiri dan seorang ahli bedah yang melakukan suatu operasi tanpa izin pasiennya dapat dianggap telah melanggar hukum, dimana ia bertanggung jawab atas segala kerusukan yang timbul 2 .
Pada studi ini kami mencari hubunganDdimer dengan skor CURB-65 saat awal pasien masuk rumah sakit. Temuan ini menyatakan adanya hubungan positif yang signifikan antara kadar Ddimer dengan skor CURB-65, berdasarkan korelasi Pearson dengan r=0,957 (p=0,000) yang menunjukkan kekuatan hubungan sangat kuat dimana semakin meningkat skor CURB-65 semakin tinggi kadar Ddimer. Selain itu, semakin buruk prognosis penderita PK maka semakin tinggi kadar Ddimer yang diperoleh dan keadaan ini sudah dapat diperkirakan sejak awal pasien masuk. Studi ini merupakan penegasan dari studi Mikaelli,dkk yang menyimpulkan bahwa nilai Ddimer lebih tinggi pada pasien yang memiliki derajat keparahan PK yang berat dengan nilai p <0,01 (Mikaelli dkk, 2009). Senada dengan studi Mikaelli, Snijder, dkk juga menyimpulkan bahwa nilai Ddimer pada saat awal rumah sakit lebih tinggi pada pasien PK berat secara signifikan dengan p=0,03 (Snijder dkk, 2012) .
HASIL: Dari 24 subjek penelitian yang dilakukan pemeriksaan USG DVT didapati 9 subjek (37,5%) yang menderita DVT. Berbagai variabel seperti usia, ukuran tumor, BMI, stadium, serta jumlah ovarium yang terlibat keganasan tidak berhubungan dengan kadar D-Dimer mauupun kejadian DVT. Diperoleh nilai titik potong dari D-Dimer untuk menegakkan sekaligus menyingkirkan DVT adalah 506,0 ng/ml (sensitivitas 53,3%, spesifisitas 55,6%). Namun karena sensitivitas dan spesifisitas yang didapat rendah, kadar D-Dimer ini masih belum bisa dijadikan sebagai alat diagnostik tunggal untuk menegakkan sekaligus menyingkirkan DVT. Dari penelitian ini juga didapat D-Dimer 2185,5 ng/ml memiliki sensitivitas 100%, dan D-Dimer 245,5 ng/ml memiliki spesifisitas 100%. Sehingga pasien-pasien kanker ovarium dengan kadar D-Dimer di bawah 245,5 ng/ml dapat dianggap aman bahwa pasien tersebut tidak menderita DVT dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan tambahan dengan USG, serta tidak perlu mendapat profilaksis untuk DVT sebelum dilakukannya tindakanoperasi. Sementara pada pasien kanker ovarium dengan kadar D-Dimer di atas 245,5 ng/ml perlu dilakukan pemeriksaan tambahan dengan USG untuk menegakkan ataupun menyingkirkan adanya DVT sebelum dilakukannya tindakanoperasi.
Tiap tahunnya, di Amerika angka kematian mendekati 52000 orang diakibatkan oleh cederakepala (20/100,000 population). Insidensi cederakepala berat (GCS kurang atau sama dengan 8) adalah 100/100,000 populasi dan prevalensi adalah 2.5–5.6 juta. Frekuensi cederakepala semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah dan padatnya kendaraan bermotor yang mengakibatkan semakin tingginya angka kecelakaan di jalan raya (Marshall LF,2000).