Sebagaimana fenomena seni rupa tidaklah berdiri sendiri. Dengan pancaindra dari kemampuan pikiran manusia menciptakan pula sebagai sistim tanda, baik sistim tipikal yang petanda-petandanya terbangun dari obyek indrawi tertentu, maupun sistim tanda campuran yang petanda-petandanya terbangun dari campuran obyek indrawi dari pengalaman maupun eksplorasi yang dilakukan. Artinya seni rupa ada dengan bentuk-bentuk yang dapat
Apresiasi dalam seni memiliki manfaat atau fungsi. Seperti yang sudah disebutkan mengenai pengertian dari apresiasi pada seni, terdapat kegiatan mengenali, memberi penilaian, juga menghargai di mana akan memperngaruhi karyaseni tersebut serta seniman atau pembuat seni yang terlibat.Ada empat fungsi yang menjadi utama dan dapat kamu kenali agar lebih memahami mengenai apresiasi pada seni. Keempat fungsi tersebut sebagai berikut: 1. Untuk Meningkatkan Kecintaan Terhadap KaryaSeni
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) bentuk pameranseni rupa yang digunakan sebagai media apresiasi adalah pameran heterogen, merupakan pameran bersama, dan termasuk indoor exhibition yang diselenggarakan tiap akhir tahun ajaran, (2) kemampuan siswa kelas XI dalam mengapresiasi karya makrame, kap lampu, lukis mural, dan lukis cat minyak berada pada kategori baik, dan (3) kelebihan pameran sebagai media apresiasi yakni siswa dapat memilih karya yang disukai atau yang menarik perhatian untuk diapresiasi, siswa dapat berdiskusi dengan teman-temannya saat melakukan apresiasi, kegiatan apresiasi lebih menyenangkan, dan dapat melatih siswa menjadi pribadi yang bertanggung jawab, sedangkan kekurangan pameran sebagai media apresiasi yaitu guru tidak bisa melakukan kontrol terhadap siswa secara menyeluruh dan penilaian terhadap hasil apresiasi siswa lebih rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Di lingkup Indonesia sendiri, inisiatif lembaga kebudayaan asing ini terhubung dengan institusi-institusi baru yang berperan sebagai agen penghubung bagi lembaga asing ini dengan para seniman. Rumah Seni Cemeti dan Yayasan Seni Cemeti banyak mengambil peran pada bidang agensi ini, selain mereka sendiri memprakarsai pameran-pameran penting di dunia internasional. Pada APT #1 1993 dan juga edisi kedua pada 1996, sebagian besar seniman yang terlibat (tersebut sebelumnya) pernah berpameran di RSC, termasuk seniman generasi lebih muda seperti S. Teddy D dan Marintan Sirait. Kemudian, hubungan erat antara Fukuoka Asian Art Museum atau Asia Society dengan Rumah Seni Cemeti menjadikan Indonesia selalu punya wakil setiap kali diselenggarakan FAAT, terutama hingga 2005 ketika perekonomian Jepang masih cukup stabil. Selepas krisis ekonomi dunia 2008 dan tumbuhnya Cina dan Korea sebagai kekuatan ekonomi baru, jumlah seniman Indonesia pada FAAT menurun cukup signifikan dan intensitas mengoleksi karya dari Asia Tenggara, termasuk
1. Galeri Nasirun baru yang direncanakan merupakan galeri seni yang ideal dan Galeri Nasirun yang telah ada sebelumnya tetap ada dan berfungsi sebagai tempat pamerankaryaseni nasirun, karena di galeri seni yang lama dianggap memiliki nilai historis, oleh karena itu masih akan tetap ada. Galeri Nasirun yang baru hanya memamerkan karya-karya Nasirun lainnya yang terlantar dikarenakan keterbatasan lahan dan mendukung keberadaan galeri seni yang lama.
3. Yang Ketiga, Teman-teman seangkatan adalah Keluarga bagi Penulis. Dari sejak Sekolah Dasar Penulis selalu berharap punya teman yang bisa menggambar. Dan akhirnya Saat memilih masuk kuliah di jurusan seni rupa penulis merasa sangat senang karena bisa bertemu dengan orang-orang baru, dengan karakter yang baru, dan memiliki hobi yang sama yaitu di Bidang Seni Rupa. Teman-teman adalah salah satu unsur penting yang membuat penulis tetap berkarya dan tetap berjuang ! karena dari Teman-teman seangkatan 2011 inilah penulis banyak mendapatkan inspirasi dalam membuat karyaseni. Terutama salah satu Sahabat penulis dari semester 1 yang selalu menjadi motivasi penulis dalam berkarya. Walaupun bersahabat tapi kami berdua seperti Element Air dan Api. Banyak suka duka yang penulis lalui bersama sahabat penulis ini dan dari situlah timbul energi positif berupa inspirasi yang sering penulis luapkan dalam beberapa tugas karyaseni rupa seperti Lukisan dan gambar illustrasi.
Hal yang mendasari pelaksanaan kegiatan ini yakni penyelenggaraan edukasi karyaseni lukis yang diikut sertakan oleh seluruh siswa SMKN 2 guna menunjukkan kreatifitas dan kerja sama siswa dalam berorganisasi serta sebagai tugas mata pelajaran seni budaya.
Buku ini terdiri atas 6 bab yang diawali dengan pemaparan mengenai budaya kritik yang masih kurang berkenan di masyarakat. Sebagian masyarakat menganggap bahwa apabila dikritik merupakan salah satu vonis terhadap karya seninya. Hal ini menyebabkan kritikseni kurang berkembang dan kurang mampu menghasilkan kritikus. Kenyataannya memang demikian, berapa kritikus yang terdapat di Indonesia?. Penulispun melontarkan pertanyaan siapkah kita (seniman atau masyarakat) menerima kritik sebagai satu wahana pemahana dan perluasan penikmatan karyaseni. (2007;1).
Dalam aspek non tehnis kita lebih banyak berbicara secara ekstrinsik dari sebuah karyaseni. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik perlu dipertimbangkan, sebab aspek ini sangat terkait dengan keberhasilan sebuah karyaseni. Aspek non tehnis dapat dijabarkan sebagai berikut; pertama adalah aspek pendidikan dan pengetahuan seniman, selanjutnya kondisi di lapangan (seperti adanya insiden dalam sebuah pertunjukan), psikologis, sarana dan prasarana (fasilitas), cerita atau naskah dalam tari dan teater, lingkungan tempat tumbuhnya seorang seniman, latar belakang budaya, waktu (waktu dalam proses), judul dan sinopsis, klasifikasi seni (kontemporer, kreasi, tradisi, modern, post modern, happening art).
misalnya tentang ini : ada satu pameran, pangeran Diponegoro yang judulnya Battle Filed, jadi orang pikir kalau kita sudah selesai perang, perang melawan penjajah, tapi dalam agama sendiri menarik sebetulnya, setiap hari kita perang, perang melawan hawa nafsu kita, perang melawan ketidakadilan, perang melawan sesuatu yang kondisi yang apa namanya penindasan, ada equality kesetaraan, dan itu kita selalu perang dan perang itu sendiri bukan berarti kita harus membunuh orang atau itu tentang kita ada perang-perang tertentu yang menguras tenaga kita yang menguras pikiran kita, intelektual kita itu tentang identitas, kenapa dikaitkan dengan identitas misalnya gini.. saya bicara tentang equality, saya bicara tentang satu system sebuah kenegaraan misalnya kita mau pergi ke Eropa, atau ke Eropa atau ke Australi, kan kita harus membuat visa dan disitu kadang saya berpikir, kenapa? kadang- kadang negara lain ke sini tidak pake atau mudah, dan itu membicarakan tentang masalah identity kita bagaimana equality itu belum setara, dan di situ Diponegoro itu kan pengalaman dulu ketika perang melawan penjajah. Tapi saya ingin menarik kemballi bahwa kita itu sepertinya tidak perlu berperang seperti Diponegoro tapi dengan konteks kasus yang beda. Itu makannya Battle Field medan pertempuran karena perang bukan yang fisik lagi tapi bicara tentang kesetaraan. Seniman itu dalam konteks khusus selalu membicarakan apa aja. Estetik itu juga kan itu pertempuran, meyakini ini adalah suatu nilai yang penting…. bicara tentang estetik, bicara tentang filosofi, bicara tentang material itu sendiri, itu Battle Field.
Dalam perkuliahan KritikSeni ini diutamakan pembahasan teoritik meliputi pengertian kritikseni, pemahaman dasar tentang kritikseni, teori kritikseni, jenis kritikseni, pendekatan kritikseni, peranan kritikseni, tujuan kritikseni, kegiatan kritikseni, beserta metode dan penyajiannya dengan berbagai cara evaluasi dan segala aspeknya sebagai alat komunikasi seni antara publik seni terhadap seniman. Pembahasan teori kritikseni menjadi sarana melatih pertumbuhan sikap maupun intelegensi dan ketrampilan membuat tulisan kritikseni dalam kegiatan apresiasi seni. Pengetahuan kritikseni di dalamnya menyajikan kiat evaluasi sebagai penentuan akhir pertimbangan obyektif atau subyektif, setelah melalui analisa dan sintesa pada setiap berhadapan dengan mengamati serta melihat maupun menyaksikan karyaseni rupa dalam kegiatan pameran maupun di luar kegiatan pameran. Selanjutnya membahas cara membuat karya tulisan kritikseni yang layak dipublikasikan di surat kabar harian atau majalah mingguan maupun majalah bulanan yang dapat dipertanggungjawabkan. Di antaranya juga mengenal berbagai tulisan kritikseni yang sudah dipublikasikan sebagai bahan kekayaan pengetahuan untuk ditanggapi kelebihan dan kekurangannya menjadi kajian kelas.
Jenis Pameran • Pameran seni rupa – Pameran tunggal perorangan, umumnya satu jenis produk – Pameran kelompok sekelompok seniman, lebih dari satu jenis karya – Pameran Retrospeksi sej[r]
Seorang bendahara bertanggung jawab secara penuh tentang penggunaan, penyimpanan, dan penerimaan uang dana yang masuk sebagai biaya penyelenggaraan pameran. Bendahara harus juga dapat menyusun laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dan pengelolaan keuangan selama pameran berlangsung. Untuk itu bendahara memang harus betul-betul mereka yang memiliki sikap yang jujur, teliti, cermat, sabar, tidak boros, dan tidak lepas rasa tanggung jawab terhadap seluruh tugas yang dilaksanakannya. Selain susunan panitia inti di atas, seksi-seksi pun dibentuk sebagai penunjang pelaksanaan pameran, di antaranya:
Selain kepada Yogyakarta Nasirun juga berkeinginan menyampaikan terima kasihnya kepada seniman-seniman besar pendahulunya. Rasa terima kasih itu ia ungkapkan pada sebuah galeri yang sangat luar biasa unik. Di dalam galeri ini Nasirun memajang karya- karya seniman besar yang menjadi inspirasinya. Dalam galeri tersebut berisikan karya- karya dari Nasirun baik lukisan, patung, dll. Selain itu, dalam galeri ini juga terdapat pelatihan-pelatihan lukis bagi awam yang ingin belajar melukis. Namun sayangnya, tempat yang ada sekarang kurang memadai baik dari segi luas tempat maupun fasilitas- fasilitas yang seharusnya dimiliki oleh galeri seni.
Sarana komunikasi, berbagai karya seni yang ditampilkan dalam sebuah pameran mengandung arti dan makna, yaitu ekspresi dari pembuatnya yang ingin disampaikan kepada pengunjung pameran.. [r]
Menggunakan sirkulasi melingkar. Sirkulasi 3 dimensi berbeda dengan sirkulasi 2 dimensi, karena karya 3 dimensi dapat dilihat dari beberapa sisi. Ketika pengunjung menikmati karya 3 dimensi, mereka akan mengelilingi obyek dan membentuk sirkulasi melingkar. Sirkulasi melingkar bersifat lunak dan luwes.
Disisi lain, Masspoor juga mengangkat tema sosial dan kebudayaan untuk karya lukisnya. Kebudayaan yang diangkat tak lain adalah Reyog Ponorogo. Rasa kagum dan bangga yang begitu besar memotivasinya untuk terus berkarya membuat lukisan dengan tema Reyog. Masspoor nampaknya tertarik dengan Reyog versi obyokan yang dipentaskan bebas di jalan, lapangan, maupun rumah warga. Warna merah, kuning, hitam dan putih menjadi daya tarik yang kuat. Lukisan Reyog Obyokan karya Masspoor berjumlah empat buah yang dibuat pada tahun 2008 dan 2011. Dilihat dari segi pewarnaan dan komposisinya yang berbeda, tentu terkandung nilai estetik dan nilai filosofis tersendiri. Setiap bagian dari objek, dibuatnya dengan pewarnaan dan detail yang padat, sehingga banyak penikmat seni yang kagum dengan setiap karyanya. Tiga diantaranya menggunakan cat minyak dan akrilik dalam satu kanvas. Untuk itu, saya tertarik mengkaji lukisan Reyog Obyokan karya Masspoor. Disamping belum ada peneliti lain yang mengkaji tentang lukisan karya Masspoor yang berjudul Reyog Obyokan.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Kisi-Kisi USBN SMP/MTs Tahun 2018/2019 | 2 Level Kognitif Lingkup Materi Karya Seni Rupa Dua Dimensi Karya Seni Rupa Tiga Dimensi Pameran Aplikasi: ● Menggunakan ● Menerapkan ●[r]
Dalam menikmati seni lukis, kepuasan estetik diperoleh dengan mengenali dan memahami kualitas piktorialnya, yaitu irama, keselarasan, gerak atau pola (Malins 1980 : 9). Karyaseni lukis yang dapat dikatakan sebagai susunan warna pada bidang datar, secara langsung dapat merangsang perasaan tanpa terganggu oleh gambaran visual dunia eksternal atau konsep-konsep logis. Seperti halnya dalam penikmatan musik seseorang tidak perlu memahami liriknya (Read 1968).